OLEH :
NI WAYAN EKA JUNIAWATI
2014901010
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
Ny. T DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
DI SINGAPADU
I. TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Lansia
a. Definisi
Menurut Fatmah (2015) lansia merupakan proses alamiah yang
terjadi secara berkesinambungan pada manusia dimana ketika menua
seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya
akan mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh.
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan,
yaitu anak, dewasa dan tua (Kholifah, 2016).
Berdasarkan definisi dari beberapa sumber tersebut, dapat
disimpulkan bahwa lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun
ke atas dan akan mengalami berbagai perubahan dalam tubuh baik
biopsikososial maupun spiritual.
b. Batasan Usia
WHO dalam Kholifah (2016) menjelaskan batasan lansia adalah
sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun
2) Usia tua (old) :75-90 tahun
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
Depkes RI dalam Kholifah (2016) menjelaskan bahwa batasan lansia
dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan.
c. Ciri-Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia menurut Kholifah (2016) adalah sebagai berikut :
1) Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat
yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai
tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial
masyarakat menjadi positif.
3) Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai
ketua RW karena usianya.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama
keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
d. Proses Menua
Proses menua merupakan proses fisiologis tubuh pada setiap
manusia. Proses menua ini ditandai dengan proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tubuh tidak mampu
mempertahankan dirinya terhadap infeksi serta tubuh tidak mampu
memperbaiki kerusakan yang diderita (Azizah, 2014). Penuaan akan
mengakibatkan penurunan kondisi anatomis dan sel akibat
menumpuknya metabolit dalam sel. Metabolit bersifat racun terhadap
sel sehingga bentuk dan komposisi pembangun sel akan mengalami
perubahan. (Azizah, 2014). Seiring dengan meningkatnya usia, sistem
kerja pada jantung dan pembuluh darah pun akan mengalami
perubahan dari segi struktur dan fungsinya. Perubahan pada lansia
khususnya sistem kerja pada jantung meliputi perubahan pada
ventrikel kiri dan katup jantung yang mengalami penebalan dan
membentuk tonjolan, jumlah sel pacemaker mengalami penurunan
yang mana implikasi klinisnya akan menimbulkan disritmia pada
lansia, kemudian terdapat arteri dan vena yang menjadi kaku ketika
dalam kondisi dilatasi sehigga katup jantung tidak kompeten yang
akibatnya akan menimbulkan implikasi klinis berupa edema pada
ekstremitas (Putri, 2015).
Lansia dapat mengalami perubahan struktur pada jantung.
Ketebalan dinding ventrikel cenderung meningkat akibat adanya
peningkatan densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat elastis.
Sehingga dapat berdampak pada kurangnya kemampuan jantung
untuk berdistensi. Pada permukaan di dalam jantung seperti pada
katup mitral dan katup aorta akan mengalami penebalan dan
penonjolan di sepanjang garis katup. Obstruksi parsial terhadap aliran
darah selama denyut sistole dapat terjadi ketika pangkal aorta
mengalami kekakuan sehingga akan menghalangi pembukaan katup
secara sempurna (Putri, 2015).
Perubahan struktural dapat mempengaruhi konduksi sistem
jantung melalui peningkatan jumlah jaringan fibrosa dan jaringan ikat.
Dengan bertambahnya usia, sistem aorta dan arteri perifer menjadi
kaku. Kekakuan ini terjadi akibat meningkatnya serat kolagen dan
hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Proses perubahan
akibat penuaan ini akan menyebabkan terjadinya ateriosklerosis yaitu
terjadinya peningkatan kekakuan dan ketebalan pada katup jantung.
Proses penuaan ini mampu menjadikan lansia mengalami perubahan
fungsional dari sudut pandang sistem kardiovaskuler. Dimana
perubahan utama yang terjadi adalah menurunnya kemampuan untuk
meningkatkan keluaran sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan tubuh. Seiring bertambahnya usia denyut dan curah jantung
pun mengalami penurunan, hal itu terjadi karena miokardium pada
jantung mengalami penebalan dan sulit untuk diregangkan. Katup-
katup yang sulit diregangkan inilah yang dapat menimbulkan
peningkatan waktu pengisian dan peningkatan tekanan diastolik yang
diperlukan untuk mempertahankan preload yang adekuat (Putri,
2015).
e. Teori Lansia
Teori-teori menua menurut Aspiani (2014) dapat dibagi menjadi
beberapa bagian seperti berikut :
Anatomi jantung
f. Patofisiologi
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak
mencukupi dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai
organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal
jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen pompa
dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung
normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis
tertentu pada penurunan curah jantung. Semua respon ini
menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi
organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga
mekanisme respon primer yaitu meningkatnya aktivitas
adrenergik simpatis meningkatnya beban awal akibat
aktifitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga
respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan
curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin
memadai untuk mempertahankan curah jantung pada
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini
pada keadaan normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung
lebih rendah dari curah jantung normal. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung.
Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup yang
harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah
darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah darah
yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan
kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan
dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar
kalsium), dan afterload (besarnya tekanan ventrikel yang
harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriol). Apabila salah satu komponen itu terganggu maka
curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu
alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan
afterload) meningkatkan beban kerja jantung pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Efek (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat
mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri
paling sering mendahului gagal jantung ventrikel kanan.
Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru
akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron,
maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan.
5) Abdomen
Meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk
abdomen, benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna
kulit abdomen, lesi pada abdomen), auskultasi(bising usus atau
peristalik usus dengan nilai normal 5-35 kali/menit), palpasi
(terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa,
pembesaran hepar dan lien) dan perkusi (penilaian suara
abdomen serta pemeriksaan asites)
6) Genital
Meliputi area pubis, meatus uretra, anus serta perineum
terdapat kelainan atau tidak.
7) Muskuluskeletal
Meliputi pemeriksaan kekuatan dan kelemahan eksremitas,
kesimetrisan cara berjalan.
8) Integumen
Meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit, tekstur
kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi
atau tidak.
9) Neurologis
Meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran (GCS), pemeriksaan
saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik, serta
pemeriksaan reflex
Pengkajian tambahan lainnya selain pengkajian pokok di atas adalah
pengkajian fungsional sebagai berikut :
a. Indeks Katz
Pada pasien lansia akan mengalami ketergantungan terhadap
Activity Daily Living karena pasien akan disetrasi berbagi macam
komplikasi yang dapat menghambat pasien dalam memenuhi ADL
seperti pusing saat melakukan aktifitas yang ringan, kelemahan,
dan intoleransi aktifitas.
b. Barthel Indeks
Barthel Indeks hamper sama dengan pengkajian Indeks Katz yang
membedakan adalah penilaian dari setiap aitem untuk mengetahui
tingkat kemandirian pasien lansia dalam pemenuhan ADL. pada
pasien lansia akan mengalami ketergantungan terhadap Activity
Daily Living karena pasien akan disetrasi berbagi macam
komplikasi yang dapat menghambat pasien dalam memenuhi ADL
seperti pusing saat melakukan aktifitas yang ringan, dan intoleransi
aktifitas.
c. SPMSQ (Short Protable Mental Questioner)
Pengkajian fungsi mental pada pasien lansia cendrung tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan
intelektual lansia. Gejalanya adalah pasien mengungkapkan kalau
dirinya saat ini sedang sakit parah. Pasien juga mengungkapkan
telah menghindari larangan dari dokter. Tandanya adalah pasien
terlihat lesu dan khawatir, pasien terlihat bingung kenapa
kondisinya seperti ini meski segala hal yang telah dilarang telah
dihindari.
d. MMSE (Mini Status Exam)
Merupakan instrument pengkajian sederhana yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan seseorang dalam berfir atau menguji aspek
aspek kognitif apakah ada perbaikan atau semakin memburuk.
e. Pengkajian status emosional
Gejalanya emosi pasien labil. Tandanya tidak dapat mengambil
keputusan dengan tepat, mudah terpancing emosi.
f. GDS (Geriatric Depression Scale)
Gangguan depresi pada orang lanjut usia memiliki prevelansi yang
bervariasi, baik di rumah sakit maupun panti jompo. Depresi
sendiri terkait dengan tingginya prevelansi dan risiko gangguan
disabilitas. Lebih lanjut diketahui bahawa outcome penyakit seperti
penyakit jantung, stroke, parkinson, akan menjadi lebih buruk
apabila terkait dengan adanya depresi. Depresi juga terkait dengan
peningkatan penggunaan pelayanan medis.. Gejalanya konsep diri
pasien tidak terpenuhi. Tandanya kaki menjadi edema, citra diri
jauh dari keinginan, terjadinya perubahan fisik, perubahan peran,
dan percaya diri.
g. Skala Morse
Pasien lansia biasanya sangat beresiko jatuh dari tempat tidur
maupun ke kamar mandi.
h. TUG (The Time Up And Go)
Mengethui bagaimana kemampuan lansia dalam beraktifitas seperi
duduk dikursi, jalan lebih kurang 3 – 10 meter.
i. Apgar Keluarga
Pasien sangat memerlukan dukungan dari kelouarga agar semangat
menjalani pengebatan medis pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Perubahan
membran alveolus-kapiler
b) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
c) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload,
perubahan afterload dan/atau perubahan kontraktilitas
d) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
e) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi Keperawatan
Dx. Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
Gangguan Tujuan : (Pemantauan Respirasi I.01014)
pertukaran gas b.d Setelah dilakukan 1.1 Monitor frekuensi irama, kedalaman
perubahan tindakan keperawatan dan upaya nafas
membran alveolus- diharapkan pertukaran 1.2 Monitor pola nafas
kapiler gas meningkat. 1.3 Monitor kemampuan batuk efektif
1.4 Monitor nilai AGD
Kriterian hasil : 1.5 Monitor saturasi oksigen
(Pertukaran gas 1.6 Auskultasi bunyi nafas
L.01003) 1.7 Dokumentasikan hasil pemantauan
1.Dipsnea menurun 1.8 Jelaskan tujuan dan prosedur
2.bunyi nafas pemantauan
tambahan menurun 1.9 Informasikan hasil pemantauan, jika
3.pola nafas membaik perlu
4. PCO2 dan O2 1.10 Kolaborasi penggunaan oksigen saat
membaik aktifitas dan/atau tidur
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat
menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar
manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi,
penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa
aman, nyaman dan keselamatan klien.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, & Sudarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 (M.
Ester, Ed) (8th ed.). Jakarta : EGC.
PENGKAJIAN
Pengkajian pada lansia dilakukan tanggal 28 Mei 2021 pukul 14.00 WITA dengan
metode observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik. Adapun hasil dari
pengkajian adalah sebagai berikut :
I. IDENTITAS
Nama :T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 86 tahun
Agama : Hindu
Status Perkawinan: Cerai
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat rumah : Banjar Apuan Singapadu
Keterangan :
Berdasarkan pengukuran indeks KATZ, klien berada pada indeks “C” karena
klien masih dapat mandiri kecuali mandi dan berpindah.
b. Psikologis
1. Mental (SPMSQ/ MMSE)
Short Portabel Mental Status Questionaire (SPMSQ)
Skore
N0 Pertanyaan
+ -
√ 1. Tanggal berapa hari ini?
√ 2. Hari apa sekarang ini?
√ 3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomer telepon anda?
√ 4a. Dimana alamat anda? Tanyakan hanya klien tidak mempunyai telepon
√ 5 Berapa umur anda?
√ 6 Kapan anda lahir?
√ 7 Siapa presiden indonesia sekarang?
√ 8 Siapa presiden sebelumnya?
√ 9 Siapa nama kecil ibu anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dam tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun
7 Jumlah kesalahan total : 0
Penilaian SPMSQ :
Kesalahan 8 - 10 fungsi intelektual berat
Kesalahan 5 – 7 fungsi intelektual sedang
Kesalahan 3 - 4 fungsi intelektual ringan
Kesalahan 0 - 2 fungsi intelektual utuh
Penilaian skor klien 8 = fungsi intelektual berat
Berdasarkan penilaian SPMSQ dapat disimpulkan bahwa klien memiliki fungsi
intelektual yang sedang yang ditandai dengan hasil skor penilaian SPMSQ yaitu 7
Penilaian:
0-4 = Derpresi tidak ada atau minimal
5-7= Depresi ringan
8-15= Depresi sedang
>15 =depresi berat
Berdasarkan penilaian menggunakan skala Depresi didapatkan total skor
0 pada Klien yang artinya klien tidak mengalami depresi.
2. Keadaan emosi
Klien mengatakan tidak ada merasa marah, jikalau marah klien
mengatakan lebih menyukai untuk diam dan kadang menceritakan kepada
orang terdekat.
3. Konsep diri
Identitas diri :
Klien mampu menyebutkan identitas diri seperti nama, umur, tempat
tinggal, dan waktu. Klien merasa bangga dilahirkan sebagai
perempuan
Gambaran diri :
Klien mengatakan tidak pernah merasa malu dengan bagian tubuhnya
dan menyukai semua anggota tubuhnya. Klien bersyukur memiliki
anggota tubuh yang lengkap sehingga pada masa pandemi Covid 19 ini
klien memilih untuk menjaga tubuhnya agar tetap fit.
Ideal diri :
Klien mengatakan hanya ingin tetap sehat agar tetap bisa aktif
walaupun pada usia tua. Klien mengatakan ingin terhindar dari
covid19 dan selama ini telah berusaha melakukan upaya pencegahan
seperti cuci tangan dan menjaga jarak.
Peran diri :
Peran sebagai orang tua masih tetap berusaha dipenuhi. Klien
mengatakan pada masa Covid ini keluarganya tetap bisa produktif
terutama anaknya.
Harga diri :
Klien mengatakan tidak pernah merasa malu apalagi rendah diri. Klien
mengatakan khawatir dengan adanya covid19.
4. APGAR Keluarga
APGAR Gerontik
No Fungsi Uraian Skor
e
1 Saya puas bahwa dapat kembali pada keluarga saya 2
Adaptasi untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan
saya
2 Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan 2
Hubungan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan 2
Pertumbuhan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru.
4 Saya puas dengan cara keluarga saya 2
Afeksi mengespresikan afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya 2
Pemecahan
menyediakan waktu bersama-sama
Keterangan :
Skor 2 jika selalu
Skor 1 jika kadang-kadang
Skor 0 jika hampir tidak pernah
Penjelasan : Total skor didapatkan yaitu 10 yang dapat diartikan bahwa
fungsi keluarga dengan klien sangat baik. Keluarga telah mencukupi
kebutuhan perhatian dan kasih sayang untuk klien. Dukungan keluarga
juga dirasa cukup oleh klien.
c. Sosial
1. Dukungan Keluarga
Klien mengatakan keluarga sangat mendukung dalam hal-hal yang
positif. Klien mengatakan keluarga mendukung kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di rumah dan tidak melarang klien untuk berkreasi atau
melakukan kegiatan seperti hobinya.
2. Hubungan dengan Keluarga
Klien mengatakan hubungan dengan keluarganya harmonis. Klien sering
mengajak anaknya untuk berbincang-bincang dan anaknya juga terbuka
setiap kali ada masalah.
3. Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan hubungan dengan tetangga dan teman-teman masih
baik.
d. Spiritual
1. Pelaksanaan ibadah
Klien mengatakan sementara ini melakukan ibadah di rumah dan
biasanya dilakukan bersama dengan anaknya. Klien biasanya melakukan
tri sandya dan persembahyangan setiap sore hari.
2. Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan dirinya yakin bahwa sakit merupakan akibat dari
perbuatan kita yang terdahulu seperti gaya hidup yang kurang baik.
e. Pemeriksaan Fisik
Tinjauan Sistem
1. Keadaan umun : Lemah
2. GCS :V5M6E4
3. Tingkat kesadaran: Compos mentis
4. Suhu : 36oC Nadi : 78 x/menit
Tekanan Darah : 86/58mmHg RR : 20 x/menit
Tinggi Badan : 160cm BB : 44 Kg
5. Kepala (rambut)
- Inspeksi : bentuk kepala normochepalus, persebaran rambut merata,
warna rambut hitam dan putih, tampak bersih dan tidak ada luka
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa pada kepala
6. Mata, telinga, hidung dan mulut
- Mata : bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva merah muda, sclera
berwarna putih, tidak ada nyeri tekan pada area mata, reflek pupil
baik, klien tampak tidak mampu melihat dengan jelas. Pemeriksaan
mata di rumah tidak dapat menggunakan Snellen chart sehingga
digunakan count fingers. Dari hasil pemeriksaan count fingers,
diperoleh nilai normal.
- Telinga : bentuk simetris, bersih dan tidak ada massa di sekitar
telinga, terdapat sedikit serumen, tidak ada masalah pendengaran.
- Hidung : hidung tampak bersih, terdapat rambut halus pada hidung,
tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan, bentuk simetris.
- Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi masih
lengkap, tidak ada gusi berdarah, tidak ada karies gigi.
7. Leher
- Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada deviasi trakea, tidak ada distensi
vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
- Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
8. Dada dan punggung
- Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada jejas, tidak ada lesi, gerakan
dada bebas, tidak ada retraksi otot dada
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada krepitasi
- Perkusi : suara pada lapang paru sonor, suara pada are jantung dullnes
- Auskultasi : Suara paru vesikuler.
9. Abdomen
- Inspeksi : tidak ada ascites, tidak ada jejas, tidak ada luka
- Auskultasi : suara bising usus 10x/menit
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada ascites, tidak ada benjolan,
tidak ada hepatomegaly.
- Perkusi : suara abdomen thympani.
10. Ekstremitas atas dan bawah
Atas : tidak ada edema, tidak ada sianosis, tidak ada luka maupun jejas,
CRT < 2 detik, tidak terdapat nyeri tekan.
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
Bawah : tidak ada edema, tidak ada sianosis, tidak ada luka maupun jejas,
CRT < 2 detik, tidak terdapat nyeri tekan.
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
11. Kulit
Warna kulit sawo matang, tidak ada kemerahan, kulit tampak bersih,
turgor kulit elastis.
12. Genitalia
Tidak terkaji
f. Keadaan lingkungan
Lingkungan sekitar rumah klien bersih dan rapi, tidak ada jentik nyamuk,
tidak ada genangan air kecuali bak mandi. Pada lingkungan rumah, lantai
licin jika terkena hujan, jarak kamar klien dengan kamar mandi cukup jauh.
V. INFORMASI/DATA PENUNJANG
-
ANALSA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS : Klien mengatakan lemas dan Syndrome Lansia Ketidakseimbangan
mudah lelah saat melakukan Rentan suplai oksigen ke
aktivitas ringan seluruh tubuh
DO : TD = 86/58 mmHg
N = 78x/menit Kelemahan fisik
Sydrome Lansia
Rentan
RENCANA KEPERAWATAN
DO:
- Klien tampak mampu
melakukan sedikit latihan
fisik.
5 Dx 1 Minggu, 6 - Mengobservasi tanda-tanda vital DS: - Eka
Juni 2021 (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi). DO:
11.00 - Tekanan darah klien 100/60
Wita mmHg
- Suhu : 36,50C
- Nadi : 76x/mnt
- Respirasi : 20x /mnt
DO:
- Klien tampak mampu
mengikuti cara mencuci
tangan dengan beanr
menggunakan 6 langkah
9 Dx 1 Senin,7 - Mengobservasi tanda-tanda vital DS: - Eka
Juni 2021 (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi). DO:
15.00 - Tekanan darah klien 100/60
Wita mmHg
- Suhu : 360C
- Nadi : 78x/mnt
- Respirasi : 20x /mnt
DO:
- Klien tampak lebih nyaman
ketika beraktivitas.