Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.

M DENGAN
GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGSAT
KADAP KECAMATAN RAO SELATAN KABUPATEN
PASAMAN SUMATERA BARAT TAHUN 2019

DIAN RAHMAYANI

1914901033

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN


PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Keperawatan Keluarga

1. Konsep Dasar Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga menurut Burges (1963) dalam Friedman (2010) adalah sekumpulan yang

disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan adopsi atau ikatan sebuah keluarga

yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga dan adanya interaksi dan

kumunikasi satu sama lain dalam peran sosial keluarga seperti suami, istri, ayah, ibu,

anak laki-laki, anak perempuan, saudara dan saudari.Keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

Depkes RI (1998 dalam Effendy, 1998).

Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga adalah suatu

ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan

jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah

sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam

sebuah rumah tangga.

b. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan ada 5 fungsi

keluarga yaitu:

1) Fungsi Afektif
Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga, pelindung dan

dukungan psikososial bagi para anggotanya.Keluarga melakukan tugas-tugas yang

menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan

memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya.

2) Fungsi Sosialisasi

Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu melaksanakan

sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya prilaku melalui

interaksi dalam keluarga selanjutnya individu mampu berperan dalam masyarakat.

3) Fungsi reproduksi

Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah sumber daya

manusia.

4) Fungsi Ekonomi

Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan, pakaian, perumahan

dan lain-lain.

5) Fungsi Perawatan Keluarga

Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan asuhan

kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau

pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.

Selain fungsi diatas ada beberapa fungsi keluarga yang lain menurut Effendy

(1998, dalam Setiadi, 2008), yang dapat dijalankan keluarga yaitu sebagai berikut :

1) Fungsi biologis

a) Untuk meneruskan keturunan

b) Memelihara dan membesarkan anak


c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga

2) Fungsi Psikologi

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d) Memberikan identitas keluarga

3) Fungsi Sosiologi

a) Membina sosialisasi pada anak

b) Membantu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

anak.

c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4) Fungsi Ekonomi

a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

lingkungan.

c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimana yang

akan datang, misalnya : pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan

sebagainya.

5) Fungsi Pendidikan

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangan

c. Tipe / Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut :

1) Keluarga inti (Nuclear Family)

Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri

dari suami, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

2) Keluarga besar (Extended Family)

Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek,

nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orangtua tunggal,

keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).

3) Keluarga Campuran (Blended Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak – anak tiri.

4) Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family)

Anak-anak yang tinggal bersama.

5) Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family)

Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah,

ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang

tinggal bersama.

6) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)

Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama berbagi

hak dan tanggungjawab, serta memiliki kepercayaan bersama.


7) Keluarga Serial (Serial Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah

punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta

memiliki anak-anak dengan pasangannya masing - masing, tetapi semuanya

mengganggap sebagai satu keluarga.

8) Keluarga Gabungan (Composite Family)

Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poligami)

atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).

9) Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan

perkawinan yang sah.

Sedangkan menurut Sussman (1970) membedakan 2 bentuk keluarga, yaitu :

a) Keluarga Tradisional (Traditional Family)

 Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma-norma kehidupan

masyarakat yang secara tradisional dihormati bersama - sama, yang

terpenting adalah keabsahan ikatan keluarga.

 Keluarga Inti (Nuclear Family). Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta

anak-anak yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga.

 Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family). Keluarga yang terdiri dari suami

dan istri tanpa anak, atau anak mereka tidak tinggal bersama.

 Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family). Keluarga inti yang suami

atau istrinya telah meninggal dunia.

 Keluarga orang dewasa bujangan (Single Adult Living Alone). Keluarga


yang terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita yang hidup secara

membujang.

 Keluarga tiga generasi (Three Generation Family). Keluarga inti ditambah

dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak mereka.

 Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age or Aldert

Couple). Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah memasuki usia

pertengahan atau lanjut.

 Keluarga jaringan keluarga (Kin Network). Keluarga inti ditambah dengan

saudara-saudara menurut garis vertikal atau horizontal, baik dari pihak suami

maupun istri.

 Keluarga karier kedua (Second Carrier Family) Keluarga inti diad yang anak-

anaknya telah meninggalkan keluarga, suami atau istri aktif lagi kerja.

b) Keluarga Non Tradisional

Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau dianggap melanggar norma-

norma kehidupan tradisional yang dihormati bersama.Yang terpenting adalah

keabsahan ikatan perkawinan antara suami-istri. Dibedakan 5 macam sebagai

berikut :

 Keluarga yang hidup bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari

pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan

tanggungjawab bersama serta memiliki kekayaan bersama.

 Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried Parents and

Children Family) Pria atau wanita yang tidak pernah kawin tetapi tinggal

bersama dengan anak yang dilahirkannya.


 Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple with

children Family) Keluarga inti yang hubungan suami-istri tidak terikat

perkawinan sah.

 Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family): keluarga yang

terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan perkawinan

yang sah.

 Keluarga homoseksual (Homoseksual Union) adalah keluarga yang terdiri

dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan hidup bersama sebagai

suami istri. (Sudiharto, 2007 :23)

d. Tingkat Perkembangan Keluarga

Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang

berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-tahap perkembangan

yang berturut-turut. Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut

Friedman (1998) antara lain: v

1) Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap

pernikahan), Tugasnya adalah :

a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)

2) Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai

umur 30 tahun), Tugasnya adalah :

a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap


b) Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan

anggota keluarga

c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan

peran-peran orang tua dan kakek dan nenek.

3) Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6

bulan), Tugasnya adalah :

a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang bermain,

privasi, keamanan.

b) Mensosialisasikan anak.

c) Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak

yang lain.

d) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan perkawinan dan

hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan

komunitas).

4) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur hingga 13

tahun), Tugasnya adalah :

a) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.

b) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

c) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun),

Tugasnya :
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi

dewasa dan semakin mandiri.

b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

6) Tahap VI : keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda (mencakup anak

pertama sampai terakhir yang meninggalkan rumah), Tugasnya :

a) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang

didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

b) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan

perkawinan.

c) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami maupun istri.

7) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan), Tugasnya :

a) Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan

b) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti

dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.

8) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia, Tugasnya:

a) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

b) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

c) Mempertahankan hubungan perkawinan

d) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

e) Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi

f) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka

e. Tugas Kesehatan Keluarga


Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga merupakan faktor

utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas kesehatan

keluarga menurut (Friedmann, 1998) adalah sebagai berikut:

1) Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap anggotanya.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat.

3) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri.

4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timabal-balik antara keluarga lembaga - lembaga

kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik. (Sri

Setyowati, 2007 : 32)

f. Peran Perawat Keluarga

Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu memerhatikan

prinsip-prinsip berikut :

1) Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.

2) Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.

3) Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga.

4) Menerima dan mengakui struktur keluarga.

5) Menekankan pada kemampuan keluarga.

Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut :

a) Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan

kepada keluarga,terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota


keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

b) Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung jawab

memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.

c) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat diberikan

kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang

memiliki masalah kesehatan.

d) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise ataupun

pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap

keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.

e) Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk

melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.

f) Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan

masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka

hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi

masalah.

g) Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-

masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.

h) Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi

lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan

sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. (Sudiharto dan Sri Setyowati,

2007 : 29 dan 43).

B. Konsep Teori Gastritis


I. ANATOMI FISIOLOGIS

Gaster atau lambung

Ventrikulum atau maag atau lambung atau gaster merupakan saluran makanan yang paling

dapat mengembang lebih besar terutama pada epigastrium

Bagian gaster atau ventrikulum ini terdiri atas :

 Osteum kardiak adalah bagian akhir esofagus yang masuk ke dalam lambung

 Fundus fentrikuli adalah bagia yang menonjol ke atas terletak disebelah kiri osteum

kardiak biasanya terisi gas

 Korpus ventrikuli adalah badan lambung setinggi osteum kardiak lekukan pada

bagian bawah kurvatura minor.

 Kurvatura minor terletak disebelah kanan lambung dari osteum kardiak sampai

pylorus

 Kurvatura mayor terletak disebelah kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli

menuju kekanana sampai pilorus inferior

 Antrium pilorus adalah bagian lambung berbentuk seperti tabung mempunyai otot

tebal yang membentuk sfingter pylorus.

Fungsi gaster antara lain :

 Tempat berkumpulnya makanan, menghancurkan , dan menghaluskan

makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung

 Mempersiapkan makanan untuk dicerna oleh usus dengan semua makan

dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidroklorida.

 Mengubah protein menjadi pepton oleh pepsin

 Membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh renin.


II. DEFINIS GASTRITIS

Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran,

Edisi Ketiga Hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu

Bedah, Edisi Revisihal749).

Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung

yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi Sylvia A Price hal 422).

Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster

(Sujono Hadi, 1999, hal : 492). Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran

pada mukosa lambung dan berkembang di penuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138)

Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam

lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan

imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati.

Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.

Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:

1) Gastritis Akut

Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut.

Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu

banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan

yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi

radiasi.

2) Gastritis Kronis

Gastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung

yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri
Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan asam lambung yang

pekat.

III. ETIOLOGI

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut

1. Gastritis Akut

Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:

 Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan obat yang

bersifat mengiritasi mukosa lambung.

 Minuman beralkohol

 Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci

 Infeksi virus oleh sitomegalovirus

 Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis

 Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.

 Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan

kandungan kafein dan alkohol merupakan salah satu penyebab iritasi mukosa

lambung.

2. Gastritis Kronik

Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua predisposisi penting

yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi dan non-infeksi (Wehbi,

2008).

 Gastritis infeksi

Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan manifestasi

peradangan kronik. Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi hal-hal berikut.


a) H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan penyebab utama

dari gastritis kronik (Anderson, 2007).

b) Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006)

c) Infeksi parasit (Wehbi, 2008).

d) Infeksi virus (Wehbi, 2008).

 Gastritis non-infeksi

a) Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu kronis

dan kontak dengan OAINS atau aspirin (Mukherjee, 2009).

b) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum

terlalu banyak beredar pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).

IV. Patofisiologi

1. Gastritis Akut.

Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika mukosa

lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :

a) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung

akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan

berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.Hasil dari

penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung . Jika asam lambung

meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan

nutrisi cairan & elektrolit.

b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang

dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan
terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal

melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika

erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi

perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.

2. Gastritis Kronik. Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga

terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak

sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan

sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi

intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya

rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

V. Manifestasi Klinik

1. Gastritis Akut yaitu

 Anorexia

 Mual

 Muntah

 nyeri epigastrium

 perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena

 tanda lebih lanjut yaitu anemia

2. Gastritis Kronik

Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu

hati anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai

kelainan.
VI. Komplikasi

1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:

 Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis, terkadang

perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.

 Ulkus, jika prosesnya hebat

 Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.

2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12,

akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi

terganggu dan penyempitan daerah antrumpylorus.

VII. potensial komplikasi

 terjadinya pendarahan

 syok

 perforasi

 peradangan selaput perut

 kanker lambung

VIII. Penatalaksanaan

 Berikan diet tinggi kalori sesuai toleransi

 Berikan terapi antasida dan antibiotic

 Berikan agen penyekat kalsium,procardia,isordil

 Berikan analgesik jenis cair topikal


C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Teoritis

Aspek keperawatan yang paling penting adalah perhatian pada unit keluarga. Keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Effendi, 2004). Keluarga yang juga adalah individu, kelompok, dan

komunitas merupakan klien perawat atau penerima pelayanan asuhan keperawatan.Keluarga

membentuk unit dasar masyarakat dan tentunya unit dasar ini sangat mempengaruhi

perkembangan individu yang memungkinkan menentukan keberhasilan atau kegagalan

kehidupan individu (Friedman, 2003).

Unit keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat (Bronfenbrenner, 1979

dalam Friedman, 2003). Tujuan dasar sebuah keluarga terdiri dari dua, yaitu: mempertemukan

kebutuhan dari masyarakat dimana keluarga merupakan bagian dari masyarakat dan

mempertemukan kebutuhan individu-individu dalam keluarga. Fungsi ini merupakan asas bagi

adaptasi manusia yang tidak dapat dipenuhi secara terpisah sehingga harus berkaitan satu sama

lain di dalam sebuah keluarga. Hal ini menjadi dasar bagi perawat untuk mampu

mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga dengan baik demi terciptanya keluarga dan

masyarakat yang sehat.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan

pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota

keluarga (Friedman, 2003). Tahapan proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian

keluarga dan individu dalam keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan rencana

keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur

keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-norma kesehatan pribadi

maupun sosial serta integritas dan kesanggupan untuk mengatasi masalah.

a. Pengumpulan data

Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah

1) Data umum

a) Identitas kepala keluarga

b) Komposisi kelaurga

c) Genogram

d) Tipe keluarga

e) Latar belakang keluarga (etnis)

f) Agama

g) Status Sosial Ekonomi

h) Aktivitas rekreasi keluarga

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c) Riwayat keluarga sebelumnya

3) Data lingkungan

a) Karakteristik rumah

b) Karakteristik lingkungan komunitas

c) Mobilitas geografis keluarga


d) Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga

e) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga

4) Struktur keluarga

a) Pola komunikasi

b) Struktur kekuasaan

c) Struktur peran

d) Nilai dan normal keluarga

5) Fungsi Keluarga

a) Fungsi Afektif

b) Fungsi Sosial

c) Fungsi Perawatan Keluarga

d) Fungsi Reproduksi

e) Fungsi Ekonomi

6) Stress dan Koping Keluarga

a) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

b) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau stressor

c) Penggunaan strategi koping

d) Strategi adaptasi disfungsional

e) Harapan Keluarga

Keinginan dan cita – cita keluarga dimasa yang akan datang

f) Pemeriksaan Fisik

Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head to toe”.

b. Analisa Data
Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam melihat

perkembangan keluarga antara lain :

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan

3) Karakter keluarga

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan

respons manuasia.Keadaan sehat atau perubahan pola interaksi potensial/actual dari

individu atau kelompok dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive

untuk mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Carpenito,

2000). Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada

pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi

yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosis keperawatan

merupakan sebuah label singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di

lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah - masalah aktual, resiko atau potensial atau

diagnosis sejahtera yang mengacu pada NANDA (The North American Nursing Diagnosis

Association) 2012-2014.

Menegakkan diagnosa dilakukan dua hal, yaitu analisis data yang mengelompokkan

data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga

didapatkan masalah keperawatan. Perumusan diagnosis keperawatan, komponen rumusan

diagnosis keperawatan meliputi: Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.Tanda (sign) adalah

sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara

langsung atau tidak langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.

Berikut daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga:

1. Ketidakefektifan Managemen regimen terapeutik keluarga

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

3. Prilaku kesehatan cendrung beresiko

4. Hambatan Pemeliharaan rumah

5. Ketidakefektifan kontrol impuls

6. Kesiapan meningkatkan komunikasi

7. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI

8. Ketegangan peran pemberi asuhan

9. Ketidakmampuan menjadi orang tua

10. Resiko ketidakmampuan memjadi orang tua

11. Resiko gangguan perlekatan

12. Disfungsi proses keluarga

13. Gangguan proses keluarga

14. Kesiapan meningkatkan proses keluarga

15. Ketidakefektifan hubungan

16. Kesiapan meningkatkan hubungan

17. Resiko ketidakefektifan hubungan

18. Konflik peran orang tua

19. Ketidakefektifan performa peran


20. Hambatan interaksi sosial

21. Penurunan koping keluarga

22. Ketidakmapuan koping keluarga

23. Kesiapan meningkatkan koping keluarga

24. Resiko ketidakefektifan perencanaan aktifitas

25. Kesiapan meningkatkan penyesuaian

26. Konflik pengambilan keputusan

27. Resiko hambatan religiositas

28. Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan

29. Kontaminasi

30. Resiko kontaminasi

31. Resiko Pertumbuhan tidak proporsional

32. Resiko keterlambatan perkembangan

33. Stres pada pemberi asuhan

34. Resiko stres pada pemberi asuhan

35. Gangguan kemampuan untuk melakukan perawatan

36. Resiko gangguan kemampuan untuk melaukan perawatan

37. Gangguan Komunikasi

38. Gangguan status psikologis

39. Masalah ketenagakerjaan

40. Gangguan proses keluarga

41. Kurangnya dukungan keluarga

42. Masalah dukungan sosial


43. Masalah Hubungan

44. Resiko gangguan koping keluarga

45. Kemampuan untuk mempertahankan kesehatan

46. Gangguan mempertahankan kesehatan

47. Resiko bahaya lingkungan

48. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit

49. Gangguan kemampuan untuk memanajemen pengobatan

50. Gangguan kerumahtanggaan

51. Kekerasan rumah tangga

52. Keselamatan lingkungan yang efektif

53. Masalah keselamatan lingkungan

54. Resiko terjadinya penyalahgunaan

55. Resiko terjadinya Pelecehan anak

56. Resiko terjadinya pengabaian anak

57. Resiko terjadinya pengabaian lansia

58. Resiko untuk jatuh

59. Resiko terinfeksi

60. Resiko terjadinya pengabaian

61. Masalah Financial

62. Tinggal dirumah

63. Masalah perumahan

64. Pendapatan yang tidak memadai

65. Kurangnya dukungan sosial.


a. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan

Keluarga

Tabel 2.2

Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (Friedman,

2003)

N Kriteria Nilai Bobot

o.
Sifat masalah

Skala:

1. a. Aktual 3

b. Resiko 2 1

c. Potensial 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala:

a. Dengan mudah 2

b. Hanya sebagian 1 2

c. Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah

Skala:

a. Tinggi 3

b. Cukup 2 1

c. Rendah 1
4. Meninjolnya masalah
Skala:

a. Masalah berat harus segera ditangani ditanga 2 1

b. M

asalah yang tidak perlu segera ditangani 1

c. M

asalah tidak dirasakan 0


TOTAL 5
Skoring = Skor x Bobot

Angka Tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga

b. Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan

prioritas :

1) Kriteria 1 :Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat

karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan

dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan

terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut : Pengetahuan yang ada sekarang,

teknologi dan tindakan untuk menangani masalah, Sumber daya keluarga dalam

bentuk fisik, keuangan dan tenaga, Sumber daya perawat dalam bentuk

pengetahuan, keterampilan dan waktu, Sumber daya masyarakat dalam bentuk

fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.

3) Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan :

Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah, lamanya

masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang
sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki

masalah, adanya kelompok 'high risk" atau kelompok yang sangat peka menambah

potensi untuk mencegah masalah.

4) Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana

keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih

dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup

tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar.Kriteria dan

standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan

keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan (Friedman, 2003).Penyusunan

rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana

perawatan (Suprajitmo, 2004).Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan

tujuan keperawatan.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka

panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan

penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang

berorientasi pada lima tugas keluarga.

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan

mengenai diagnosis yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap

keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga menurut Friedman, 2003), yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan


kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan

harapan tentang kesehatan dan endorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara

mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-

sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara

mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di

rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi

sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga,

melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara

memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu

keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun.Hal-hal yang

perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu

sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respon dan

penerimaan keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi

merupakan upaya untuk menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik

atau belum. Apabila hasil tidak mencapai tujuan maka pelaksanaan tindakan diulang

kembali dengan melakukan berbagai perbaikan.


Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :

a. Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan tindakan

keperawatan.

b. Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya

c. Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan kemampuan

dalam pelaksanan tindakan keperawatan.

d. Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan perlengkapan

dari tindakan yang telah dilaksanakan (Effendy, 1998)

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan

kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.Kerangka kerja

evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan

tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi bagi

tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara

operasional.Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi

formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah

evaluasi akhir. (Friedman,2003).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno, 2004) :

 S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga

setelah diberikan implementasi keperawatan.

 O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan

yang obyektif.

 A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.

 P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

Anda mungkin juga menyukai