Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunitas merupakan sekelompok individu yang tinggal pada wilayah
tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relatif sama, serta
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan (Mubarak & Chayatin,
2009). Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok risiko
tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Sasaran pelayanan
keperawatan komunitas meliputi seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga dan kelompok yang berisiko tinggi seperti keluarga penduduk di
daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk
kelompok bayi, balita, remaja, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, &
Supriyono, 2017).
Untuk mewujudkan Visi secara nasional, maka pemerintah Provinsi
Bali juga mengembangkan Misi pembangunan kesehatan, yaitu
“Mengembangkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Yang
Terjangkau, Merata, Adil dan Berkualitas Serta Didukung Dengan
Pengembangan Sistem dan Data Based Riwayat Kesehatan Krama Bali
Berbasis Kecamatan”. Dalam mencapai Visi pembangunan kesehatan
Provinsi Bali tersebut, maka pemerintah provinsi bali mengupayakan
program-program untuk memelihara, meningkatkan dan mengembangkan
upaya kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau bagi seluruh
masyarakat Bali, meningkatkan peran serta masyarakat untuk hidup bersih
dan sehat serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan. Untuk mencapai semua program-program kesehatan yang telah
dicanangkan pemerintah provinsi Bali guna menunjang terwujudnya visi
kesehatan provinsi Bali maka segala perencanaan diatas diperlukan sumber
daya manusia (SDM) kesehatan yang berkualitas, agar bersama-sama
masyarakat dan komponen-komponen yang lainnya dapat secara bersama-
sama mewujudkan cita–cita yang luhur tersebut
Sebagai dasar yang paling menentukan dalam pencapaian tujuan Bali
Sehat dan masyarakat sehat yang mandiri adalah peningkatan peran serta
masyarakat melalui Desa Siaga. Peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan adalah suatu proses dimana individu, keluarga dan
masyarakat termasuk swasta mampu untuk :
1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga dan masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan untuk kesehatan diri, keluarga dan
masyarakat
3. Menjadi pelaku/perintis kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan berdasarkan azas kemandirian
dan kebersamaan
Dengan demikian, masyarakat dapat berperan serta dalam
menyumbangkan tenaga, pikiran, pengetahuan, sarana, dana yang dimiliki
untuk upaya kesehatan. Peran serta masyarakat merupakan salah satu strategi
yang digunakan dalam pelayanan kesehatan dan perawatan. Salah satu
pelayanan keperawatan ditujukan kepada komunitas atau masyarakat. Peran
serta masyarakat tersebut merupakan suatu proses dimana individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat bertanggungjawab atas kesehatan sendiri,
dengan berperan sebagai pelaku kegiatan untuk upaya peningkatan kesehatan
berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Bantuan kesehatan diberikan
karena ketidakmampuan, ketidaktahuan, dan ketidakmauan. Upaya tersebut
dilaksanakan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk memandirikan
masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat (local development)
merupakan bentuk pengorganisasian yang tepat untuk digunakan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
yang menyediakan tenaga kesehatan khususnya keperawatan yang berkualitas
dalam memberi pengalaman belajar kepada mahasiswa tidak bisa dilepaskan
dari masyarakat sebagai tatanan nyata, yang secara bersama-sama dengan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat
tersebut. Hal ini akan terwujud melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
dapat membantu pemerintah mewujudkan program “Masyarakat sehat yang
mandiri dan berkeadilan” dan “Bali sehat menuju Bali yang maju, aman,
damai dan sejahtera”.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka menyiapkan tenaga
keperawatan yang profesional dalam bidang keperawatan komunitas maka
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali melaksanakan praktek keperawatan
komunitas yang merupakan implementasi mata ajar keperawatan komunitas.
Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan baik kepada individu, keluarga dan masyarakat agar dapat
meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan
sesuai dengan kondisinya. Untuk mengimplementasikan teori keperawatan
komunitas tersebut maka mahasiswa Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di beberapa Kabupaten yang
ada di Bali yaitu Klungkung, Denpasar, Gianyar, Buleleng, dan Badung yang
dimulai dari tanggal 3 Mei – 13 Juni 2021.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) berlangsung selama 6 minggu yang
disesuaikan dengan kalender akademik Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
guna mempraktekkan teori yang telah diperoleh selama mengikuti
perkuliahan, agar mampu menerapkan konsep pemecahan masalah yang
ditemukan di masyarakat secara bersama-sama antara mahasiswa dengan
masyarakat dengan menggunakan metode Asuhan Keperawatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan komunitas
secara nyata.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Mengkaji masalah kesehatan pada remaja di masing-masing desa
yang ada di beberapa Kabupaten yaitu beberapa Kabupaten yang ada
di Bali yaitu Klungkung, Denpasar, Gianyar, Buleleng, dan Badung.
b. Menyusun rencana tindakan bersama masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan di masing-masing desa.

C. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu metode yang menggambarkan upaya memecahkan masalah atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi masyarakat dengan
mengumpulkan data dan menganalisa serta memecahkannya bersama dengan
masyarakat. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara
Merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara mengadakan
komunikasi secara dua arah dengan masyarakat melalui media online.
2. Survei
Merupakan tehnik survei dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner
secara online terhadap sejumlah kelompok remaja sesuai dengan besarnya
sampel yang sudah ditentukan di masing-masing desa.
3. Observasi
Merupakan tehnik pengumpulan data dengan melihat atau mengamati
interaksi perilaku kelompok masyarakat khususnya yang berkaitan dengan
masalah kesehatan secara online.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dari laporan hasil kegiatan PKL ini adalah sebagai
berikut :
1. BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II Konsep dasar yang menguraikan teori-teori terkait sehubungan
dengan keperawatan komunitas.
3. BAB III Menguraikan tentang aplikasi asuhan keperawatan komunitas
pada wilayah kerja PKL di masing-masing desa yang ada di Bali.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Pengertian Keperawata Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik
keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari
keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi
buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik
yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau
perawatan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015 dalam Kurniawan
2019).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan
Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk
kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, &
Supriyono, 2017 dalam Kurniawan 2019).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010 dalam kurniawan 2019).
2. Komponen Praktik Kesehatan Komunitas
Dalam praktik kesehatan komunitas, kita mengenal
duakomponen dasar (two basic components) yang mencakup promosi
kesehatan dan pencegahan terhadap masalah kesehatan. Level dari
pencegahan adalah kunci dari praktik kesehatan komunitas (Allender et
al, 2014 dalam Swarjana, 2016). Berikut adalah penjelasan dari masing-
masing komponen praktik kesehatankomunitas.
a. Promosi Kesehatan
Dalam bidang public health, public/community health nursing,
serta dalam community health practice, promosikesehatan adalah
bagian yang sangat penting. Health promotion menyangkut semua
upaya yang dilakukan untuk membantu orang-orang agar lebih
dekat dengan kesehatan yang optimal atau level tertinggi dari
keadaan sejahtera. Dalam keperawatan, program danyangaktivitas
promosi kesehatan dilaksanakan dalam berbagai bentuk
pendidikan kesehatan. Tujuan akhir dari promosikesehatan adalah
untuk meningkatkan levels of wellness untuk individu, keluarga,
populasi, dan korwinitas. Upaya kesehatan komunitas yang dapat
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu:
1) Meningkatkan rentang hidup sehat bagi semuawarga.
2) Menurunkan kesenjangan kesehatan bagi populasi
3) Mendapatkan akses terhadap pelayanan pencegahanbagi
semua orang
b. Pencegahan terhadap Masalah Kesehatan
Dalam praktik kesehatan komunitas, pencegahan adalah hal
utama. Pencegahan selalu lebih baik dari pada pengobatan.
Pencegahan mengandung makna antisipasi dan mencegah
terjadinya masalah atau menemukan masalah mereka sedini
mungkin, untuk dapat meminimalkan potensikecacatan dan
kelemahan. Tindakan pencegahan dapat dibagi menjadi tiga level,
yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan
primer adalah pencegahan untuk orang-orang yang masih sehat.
Pencegahan sekunder dilakukan kika telah ditemukan sakit atau
pencegahan bagi orang yang telah didiagnosis sakit dan diberikan
treatment atau pengobatan. Diagnosis dini atau early diagnosis
adalah salah satu kuncinya, sehingga lebih awal dapat diberikan
tindakan yang tepat. Pencegahan tersier adalah pencegahan
berupa pemulihan atau sering dikenal dengan tindakan
rehabilitatif.
3. Level dan Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas
Layanan keperawatan komunitas berfokus pada tiga level
pencegahan (Achjar, 2013). Leavell and Clark mengidentifikasi three
levels of prevention (primary prevention, secondary prevention and
tertiary prevention) (Swarjana, 2016) seperti uraian berikut.
a. Level 1 : Primary prevention activities
Aktivitas pencegahan primer ini ditujukan sebelum masalah
kesehatan atau penyakit terjadi. Artinya, aktivitas ini dilakukan
bagi orang–orang yang selalu sehat untuk mempertahankan
kesehatannya atau untuk mencegah masalah kesehatan atau
penyakit terjadi. Kegiatan ini misalnya imunisasi, yang sangat
bermanfaat untuk mencegah penyakit tertentu. Imunisasi dapat
diberikan pada bayi, anak sekolah, termasuk imunisasi untuk
orang dewasa.
b. Level 2 : Secondary prevention activities
Pada level ini pencegahan ditujukan untuk mendeteksi
secara lebih awal adanya masalah kesehatan atau penyakit yang
dialami oleh seseorang. Jadi level dilakukan pada orang yang
sakit , tetapi belum diketahui apa penyakitnya, sehingga perlu
dideteksi atau didiagnosa. Selanjutnya apabila ditemukan adanya
masalah kesehatan maka langkah selanjutnya adalah memberikan
treatment atau tindakan atau terapi untuk mengatasi masalah
kesehatan atau penyakit yang telah teridentifikasi tersebut.
Kegiatan ini dikenal dengan early detection and intervention.
Misalnya :screening for sexually transmitted disease.
c. Level 3 : Tertiary prevention activities
Pencegahan ini merupakan pencegahan yang dilakukan saat
masalah kesehatan telah selesai, dengan tujuan mencegah
komplikasi serta meminimalkan ketunadayaan (disability
limitation) dan memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi
(rehabilitation) seperti melakukan rujukan kesehatan, melakukan
konseling kesehatan bagi individu yang memiliki masalah
kesehatan, memfasilitasi ketidakmampuan dan mencegah
kematian.
Bentuk intervensi kegiatan keperawatan komunitas dapat
dilakukan melalui kegiatan observasi, pemberian terapi modalitas
(modality therapies), dan terapi pelengkap (complementary
therapies). Terapi pelengkap juga dapat digunakan untuk promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit, yang dapat dilakukan oleh
perawat komunitas di berbagai tatanan, misalnya saat kunjungan
rumah untuk mengatasi masalah kesehatan. Penggunaan terapi
modalitas dan terapi pelengkap dilakukan berdasarkan peran dan
fungsi perawat komunitas terutama saat memberi layanan
langsung kepada keluarga, kelompok dan masyarakat.
4. Paradigma Keperawatan Komunitas.
Paradigma atau falsafah keperawatan komuntasi meliputi (Achjar,
2013):
a. Manusia
Manusia merupakan klien (individu, keluarga, kelompok,
komunitas) pada wilayah tertentu yang memiliki nilai, keyakinan
dan minat yang relatif sama dan berinteraksi untuk mencapai
tujuan. Manusia merupakan klien dengan perhatian khusus pada
kasus risiko tinggi dan daerah terpencil, konflik, rawan, serta
kumuh.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor internal dan eksternal yang
memengaruhi klien, termasuk biopsikososiokultural-spiritual.
c. Keperawatan
Paradigma keperawatan adalah tindakan keperawatan yang
bertujuan menekan stressor atau meningkatkan kemampuan
komunitas untuk mengatasi stressor melalui pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.
d. Kesehatan
Sehat merupakan kondisi terbebas dari masalah pemenuhan
kebutuhan dasar komunitas atau merupakan keseimbangan yang
dinamis sebagai dampak keberhasilan mengatasi stressor.
5. Tujuan Keperawatan Komunitas
Adapun tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui :
a. Pelayanan kesehatan langsung (direction) terhadap individu,
keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Pelatihan langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah dan isu kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi individu, keluarga dan masyarakat.
6. Sasaran
Sasaran keperawatan kesehatan komunitas adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi
(Keluarga dan penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi, dan daerah
yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan bumil).
Menurut Anderson (1988), sasaran keperawatan komunitas terdiri dari
tiga tingkatan yaitu :
a. Tingkat Individu
Perawatan memberikan asuhan keperawatan kepada
individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu misalnya
DM, ibu hamil, menyusui dan lain – lain yang dijumpai
dipoliklinik, puskesmas, dengan sasaran dan pusat perhatian pada
masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
b. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga, dimana angota keluarga
yang bermasalah dalam hal kesehatan dirawat sebagai bagian dari
keluarga dengan mengukur sejauhmana telah terpenuhinya tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan,
memberikan keperawatan kepada anggota keluarga, menciptakan
lingkungan yang sehat, memanfaatkan sumber daya dalam
masyarakat untuk meningkatkan upaya kesehatan keluarga.
c. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu,
keluarga, dilihat sebagai suatu keperawtan komunitas. Asuhan ini
diberikan untuk kelompok berisiko atau masyarakat wilayah
binaan denga memandang komunitas sebagai klien.
7. Model konseptual
Untuk memahami konsep keperawatan komunitas perlu dipahami
juga mengenai model konseptual keperawatan komunitas. Model
konseptual adalah sintesa beberapa konsep dan teori yang terintegrasi
dalam satu kesatuan yang menjadi lingkup keperawatan (Anderson,
Farley, 1988).
Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau
teori yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Selanjutnya salah
satu teori keperawatan yang dapat mengacu untuk mengembangkan
model keperawatan adalah teori dari Betty Newman ( 1992 ) yang
menekankan pendekatan total untuk mengatasi masalah kesehatan.
Model dari Newman pada dasarnya mengandung esensi utama yaitu
pengaruh lingkungan, masalah kesehatan yang timbul tergantung pada
besarnya stressor dan derajat reaksi, pencegahan primer, sekunder, dan
tersier.
Model Health Care Sistem Neuman memandang klien sebagai
sistem terbuka yaitu klien dari lingkungannya berada dalam interaksi
yang dinamis. Model ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
menjelaskan perilaku individu, keluarga, kelompok dan komunitas
dengan penekanan pada bagaimana interaksi masing – masing
komponen yang ada di komunitas memengaruhi keseluruhan komunitas
atau sebaliknya (Achjar, 2013).
Sistem Newman didasari oleh sistim dimana terdiri dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitasyang merupakan derajat pelayanan
kesehatan dimana lingkungan internal dan eksternal sangat
mempengaruhi derajat kesehatan komunitas. Pengaruh lingkungan
tersbut tergantung besarnya stressor dan derajat kesehatan masyarakat.
Keshatan masyarakat ditentukan pleh hasil interaksi dinamis antara
lingkungan dan komunitas serta tenaga kesehatan untuk melakukan
tindakan pencegahan baik primer, sekunder dan tersier.
Untuk lebih jelasnya, fokus keperawatan komunitas adalah upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Upaya preventif keperawatan komunitas ditujukan pada
tiga level pencegahan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Mengacu pada upaya pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
yang menggunakan pelayanan kesehatan utama dengan penekanan pada
peran serta masyarakat, maka ilmu keperawatan komunitas sangat
relevan dengan upaya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
nasional.

B. KONSEP DASAR REMAJA


1. Pengertian Remaja
Kata adolescenceatau remaja berasal dari bahasa latin yaitu
adolescere yangberarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Secara
psikologis masa remaja merupakan masa yang mana seseorang atau
individu berperan dengan masyarakat dewasa, karena pada masa ini
anak sudah tidak dalam tingkatan yang sama, salah satunya mengenai
hak dari anak tersebut (Hurlock, 2012).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa. Remaja akan mengalami berbagai perubahan, perubahan yang
dialami oleh remaja meliputi perubahan fisik dan psikis. Perubahan
fisik dapat dilihat dari perkembangan dan perubahan bentuk tubuhnya,
sedangkan perubahan psikis terlihat pada sikap dan perilaku.Hal ini erat
kaitannya dengan perubahan dari lingkungan sosial baik orang tua
maupun lingkungan sekolah (Novitasari, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi dari
anak-anak menuju dewasa yang mana akan mengalami perubahan-
perubahan dalam maupun luar yang menyebabkan masa remaja tidak
sama lagi dengan masa naak-anak. Perubahan yang dapat terjadi
perubahan penampilan maupun perilaku yang dapat menunjang
kehidupan dari remaja.
2. Klasifikasi Remaja
Klasifikasi remaja menurut WHO dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Masa remaja awal (10-13 tahun)
Pada masa ini remaja sudah mulai berfokus pada pengambilan
keputusan baik keputusan di dalam rumah maupun luar rumah
seperti disekolah.Remaja sudah mulai menunjukan bahwa dirinya
mampu berfikir logis sehingga sering menanyakan kewenangan
dan standar di masyarakat maupun disekolah. Remaja sudah
mampu menentukan bagaimana cara membuat dirinya menarik,
memilih kelompok bergaul, dan menjadi pribadi seperti yang ia
sukai atau inginkan.
b. Masa remaja menengah (14-16 tahun)
Pada tahap ini terjadi peningkatan interaksi individu terhadap
kelompok bergaulnya, sehingga ketergantungan remaja berkurang
dengan keluarganya dan terjadi rasa ingin tahu yang tinggi
terutama mengenai seksual. Dengan menggunakan pengalaman
dan pemikiran yang lebih matang, pada masa ini remaja sering
mengajukan pertanyanaan, menganalisis lebih luas dan
menyeluruh, dan bagaimana mengembangkan tentang identitas
dirinya. Pada masa ini remaja sudah mulai memikirkan masa
depan, tujuan dan dapat menyusun rencana sendiri.
c. Masa remaja akhir (17-19 tahun)
Pada tahap ini remaja remaja lebih berfokus pada rencana yang
akan datang dan meningkatkan pergaulan hidupnya. Dalam masa
remaja akhir, proses berfikir secara kompleks digunakan untuk
memfokuskan diri dari masalah-masalah idealisme, toleransi,
keputusan untuk karier atau bekerja, serta berfikir mengenai
menjadi peran orang dewasa di masyarakat.
3. Ciri-ciri Masa Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama masa
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yeng
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Adapun ciri-
ciri masa remaja menurut Hurlock (2012) antara lain:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun
tingkat kepentingannya berbeda-beda.Terdapat beberapa periode
yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya.Hal ini
karena akibat langsung dari sikap dan perilaku remaja.Mengingat
perkembangan fisik dan mental yang cepat terutama pada awal
masa remaja.Semua perkembangan tersebut menimbulkan
perlunya penyesuaian mental dan perlunya pembentukan sikap,
nilai, dan minat yang baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan merupakan sebuah peralihan dari satu tahap
perkembangan ke tahap berikutnya.Bila anak-anak beralih dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa, otomatis anak-anak harus
meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan.Hal
ini berarti remaja harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru
untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ketika perubahan fisik
terjadi sangat pesat maka akan terjadi perubahan perilaku yang
sangat pesat juga, begitu pula sebaliknya. Perubahan yang
mempengaruhi yaitu perubahan emosi, perubahan tubuh, peran,
dan minat yang diharapkan oleh kelompok sosial, perubahan
nilai-nilai, remaja bersikap ambivalen dalam setiap perubahan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih
penting bagi anak dibandingkan individualitas. Dapat dilihat dari
perilaku, cara berpakaian, cara berbicara remaja ingin lebih cepat
mengikuti kelompoknya. Pada tahun awal masa remaja,
penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak
laki-laki maupun perempuan.seiring berjalannya waktu mereka
akan mendambakan identitas baru dan tidak puas lagi jika sama
dengan teman-temannya. Identitas diri yang dicari oleh remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya
dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada usia remaja sering menjadi masalah yang sulit
diatasi baik laki-laki maupun perempuan. Ketidakmampuan
remaja untuk mengatasi masalahnya sendiri, banyak remaja
akhirnya menemukan bahwa penyelesaian masalah tidak selalu
dengan harapan.Banyak kegagalan yang seringkali disertai akibat
yang tragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena
kenyataan bahwa pada saat semua tenaganya telah habis untuk
mencoba mengatasi masalah.
f. Masa remaja sebagai masa menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang
tidak rapih, tidak dapat dipercaya, dan cenderung berprilaku
merusak.Hal ini menyebabkan orang dewasa harus membimbing
dan mengawasi kehidupan remaja karena takut tidak bertanggung
jawab dan tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia
ingnkan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita.
Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi diri sendiri
tetapi juga bagi teman dan keluarganya.Hal ini menyebabkan
meningginya emosi yang menjadi ciri awal dari masa remaja.
Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau jika ia tidak berhasil dalam mencapai
tujuan.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, remaja
menjadi gelisah uuntuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan
untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
Berpakaian seperti orang dewasa tidak cukup, oleh karena itu
remaja mulai memutuskan diri pada perilaku yang dilakukan oleh
orang dewasa seperti merokok, minuman beralkohol,
menggunakan obat terlarang, dan melakukan hubungan seksual.
4. Tumbuh Kembang Remaja
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang sangat
terkait, berkesinambungan, dan berlangsung secara bertahap.
Perkembangan merupakan suatu proses yang mana perubahan-
perubahan di dalam diri remaja akan diintegrasikan sedemikian rupa,
sehingga remaja dapat berespon dengan baik dalam menghadapi
pengaruh rangsangan-rangsangan dari pengaruh luar. Tumbuh kembang
remaja yang paling menonjol adalah adanya perubahan fisik, alat
reproduksi, kognitif, dan psikososial (Kesehatan Remaja: Problem dan
Solusinya, 2010).
a. Perubahan fisik dan psikis
Perubahan fisik dan psikis disebabkan oleh adanya perubahan
hormonal.Hormonal dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang
dikontrol oleh susunan saraf pusat, khususnya di
hipotalamus.Adapun hormone yang berperan dalam pertumbuhan
dan perkembangan yaitu hormon pertumbuhan (growth hormone),
hormon ganadotropik (ganadotropic hormone), estrogen,
progesteron, dan testosteron.
b. Percepatan berat badan dan tinggi badan
Selama satu tahun pertumbuhan, tinggi badan laki-laki dan
perempuan rata-rata meningkat 3,5-4,1 inci (Steinbereg dalam
buku Kesehatan Remaja: Problem dan solusinya, 2010). Berat
badan juga cenderung meningkat karena adanmya perubahan
otot-otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada perempuan.
c. Perkembangan karakteristik seks sekunder
Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar hormonal yang
mempengaruhi karakteristik seks sekunder, seperti hormon
androgen pada laki-laki dan estrogen pada perempuan.
Karakteristik yang sekunder dapat dilihat dari pertumbuhan
rambut pada pubis, ketiak, dan mmeningkatnya aktivitas kelenjar
sehingga kemungkinan dapat menimbulkan jerawat.Terdapat pula
perbedaan yang menonjol pada laki-laki yaitu pertumbuhan
jenggot dan kumis, pertumbuhan ukuran penis, pembesaran
skrotum, perubahan suara, sedangkan pada perempuan ditandai
dengan menarche atau menstruasi pertama kali, bertambahnya
ukuran payudara.
d. Perubahan bentuk tubuh
Perubahan bentuk tubuh terjadi pada laki-laki maupun
perempuan.Pada laki-laki terjadi perubahan bentuk tubuh seperti
bentuk dada yang membidang, serta jakun lebih menonjol.
Sedangkan perubahan bentuk tubuh pada perempuan seperti
pinggul dan payudara yang membesar, serta puting susu yang
lebih terlihat dan menonjol.
e. Perkembangan otak
Pada masa remaja awal sampai akhir, otak belum sepenuhnya
berkembang sempurna, sehingga pada masa ini kemampuan
pengendalian emosi dan mental masih belum stabil.
f. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif terjadi melalui empat tahap. Keempat
tahap tersebut selalu terjadi dalam urutan yang sama. Tahap-
tahapan tersebut adalah:
1) Tahap sensorimotor
Tahap sensorimotor berlangsung dari kelahiran hingga bayi
berusia kira-kira dua tahun.Pada tahap ini bayi mampu
mengorganisasi dan mengoordinasika sensasi melalui
gerakan dan tindakan fisik.Bayi mampu menerima
rangsangan terhadap alat indranya dan secara aktif
memberikan respon terhadap rangsangan tersebut melalui
gerakan-gerakan reflex.
2) Tahap paraoperasional
Tahap paraoperasional (toddlerhood dan anak usia dini)
berlangsung ketika anak-anak berusia 2-7 tahun. Pada fase ini
terjadi pembentukan konsep yang stabil, penalaran mental,
egosentrisme, serta terbentuknya suatu keyakinan terhadap
hal magis.Pada fase ini juga menunjukan penggunaan simbol-
simbol, bahasa yang matur, memori dan imajinasi walaupun
dilakukan dalam berpikir secara non-logis.
3) Tahap operasional konkret
Tahap operasional konkret terjadi ketika anak memasuki usia
sekolah (sekolah dasar atau SD) sampai awal masa remaja.
Intelegensia yang ditunjukan secara logis dan sistematis, serta
manipulasi simbol-simbol yang terkait dengan benda. Dalam
upaya memahami alam sekitar mereka tidak lagi
mengandalkan informasi yang bersumber dari panca
indranya, hal ini disebabkan karena ia mulai mempunyai
kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata
dengan kenyataan sesungguhnya, baik yang bersifat
sementara dengan yang bersifat menetap.
4) Tahap operasional firmal
Pada tahap ini terjadi pada usia remaja dan dewasa pada
tahap ini seseorang sudah mulai berpikir abstrak dan
hipotesis, dalam artian seseorang sudah mampu memikirkan
yang akan dan mungkin terjadi. Disamping itu, seseroang
atau remaja juga sudah mampu berpikir secara sistematik,
mampu memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan
masalah.
g. Perkembangan psikososial
Masa remaja juga sebagai masa transisi emosional, yang
ditandai dengan perubahan cara melihat dirinya sendiri. Sebagai
remaja dewasa intelektual dan kognitif juga mengalami
perubahan yaitu dengan merasa lebih percaya diri dengan
menganggap dirinya lebih dari orang lain.Transisi sosial yang
dialami oleh remaja ditunjukan dengan adanya perubahan
hubungan sosial. Salah satu hal yang penting dalam perubahan
sosial pada remaja meningkatnya waktu lebih banyak untuk
berhubungan dengan rekan-rekan mereka, serta lebih dominan
akrab dengan lawan jenis. Adapun tahap-tahap perkembangan
psikososial pada remaja sebagai berikut:
1) Kepercayaan (trust) versus ketidak percayaan (mistrust)
Tahap ini terjadi dalam 1-2 tahun awal masa
kehidupan.Anak belajar untuk percaya pada dirinya sendiri
ataupun lingkungannya. Anak akan merasa bingung dan
tidak percaya sehingga dibutuhkan kualitas interaksi antara
orang tua dan anak.
2) Otonomi (autonomy) versus rasa malu dan ragu (shame and
doubt)
Bagi remaja membangun rasa otonomi merupakan bagian
dari transisi emosional.Selama masa remaja terjadi
perubahan ketergantungan. Membahas ketergantungan
remaja tidak lagi bergantung pada orang tuanya dan tidak
semua yang remaja alami akan diveritakan kepada orang
tuanya.
3) Inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt)
Tahap perkembangan sosial ini terjadi pada usia pra-sekolah
dan awal usia sekolah. Anak cenderung aktif bertanya untuk
memperluas kemampuannya melalui bermain aktif, bekerja
sama dengan orang lain, dan belajar bertanggung jawab
terhadap tindakan yang dilakukakan.
4) Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority)
Pada tahap ini terjadi persaingan di kelompok.Anak
menggunakan pengalaman kognitif menjadi lebih produktif
dalam kelompoknya. Masa ini anak belajar untuk
menguasai keterampilan yang lebih formal, anak mulai
terasah rasa percaya dirinya, mandiri dan penuh inisiatif,
serta termotivasi untuk belajar lebih tekun.
5) Identitas (identity) versus kebingungan identitas (identity
confusion)
Remaja belajar mengungkapkan aktualisasinya untuk
menjawab pertanyaan. Mereka melakukan tindakan yang
baik sesuai dengan system nilai yang ada. Namun demikian
sering juga terjadi penyimpangan identitas seperti
melakukan kejahatan. Pada usia remaja identitas seksual
baik laki-laki maupun perempuan dibangun, dan secara
bertahap mengembangkan cita-cita yang ia inginkan.
5. Tugas Perkembangan Remaja
Hurlock Edisi 5 (2012) dalam Uut Triwiyarto tahun 2015
mengatakan, tugas perkembangan remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan pola perilaku remaja. Mengetahui pentingnya
perkembangan masa remaja untuk mempersiapkan diri remaja menuju
masa dewasa nantinya. Tugas perkembangan remaja juga berisisikan
tentang perubahan yang harus dilakukan oleh remaja tujuannya untuk
menghindari terjadinya masalah pada remaja. Adapun delapan tugas
perkembangan remaja sebagai berikut:
a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman
sebaya baik laki-laki maupun perempuan
Terjalinnya hubungan pertemanan dengan lawan jenis, maka
remaja dapat belajar dengan keterampilan sosial sebagai orang
dewasa. Hal ini menyebabkan pada saat usia mereka bertambah
tua mereka akan lebih terampil dan siap untuk terjun pada
lingkungan yang lebih luas.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita
Remaja dapat menerima dan belajar mengenai peran sosial yang
dibenarkan dalam lingkungan dewasa.
c. Menerima perubahan fisik dan menggunakan tubuhnya secara
efektif
Pada remaja perubahan internal maupun ekternal terjadi secara
pararel.Diharapkan dengan adanya perubahan ini remaja dapat
memiliki toleransi terhadap fisiknya, serta dapat menggunakan
serta memelihara fisik dengan efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung
jawab
Remaja belajar untuk menggabungkan diri dengan masyarakat,
remaja harus memiliki rasa tanggung jawab dari setiap
perilakunya.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya
Sedikit demi sedikit remaja harus bisa tidak lagi bergantung
dengan orang tua.Mereka harus bisa mengembangkan afeksi
tanpa bergantung pada mereka untuk mengembangkan rasa
hormat dengan orang dewasa tanpa ketergantungan.
f. Mempersiapkan karier dan ekonomi
Remaja dapat mengorganisasikan suatu perencanaan dan berusaha
dengan berbagai cara untuk mencapai karir untuk masa depan.
g. Mempersiapkan pernikahan dan berkeluarga
Remaja sudah menunjukan perbedaan dalam sikap positif
terhadap kehidupan keluarga, baik laki-laki maupun perempuan.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan
untuk berprilaku mengembangkan ideologi
Remaja harus memperoleh nilai dan sistem etis dengan
meningkatkan pendidikan yang tujuannya untuk membentuk
karakter dan mengembangkan ideologi individu.
6. Masalah-masalah yang Terjadi pada Remaja
a. Faktor masalah pada remaja
Mengingat masa remaja merupakan masa peralihan dari
anak-anak menuju dewasa, Masa remaja ini merupakan masa
yang sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Sidik Jatmika
(dalam Khamim Zarkasih Putro, 2017) mengatakan kesulitan
pada remaja terjadi karena fenomena remaja itu sendiri dengan
beberapa perilaku khusus yaitu:
1) Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan hak-haknya
untuk mengemukakan pendapat sendiri. Hal ini sangat
mengkhawatirkan, karena dapat menciptakan ketegangan,
perselisihan, dan dapat menjauhkan remaja dari keluargnya.
2) Remaja lebih mudah dapat terpengaruh oleh lingkungan dan
teman-teman sebayanya. Ini menandakan pengaruh orag tua
semakin lemah jika anak sudah menginjak usia remaja.
Remaja berprilaku dan mempunyai kesenangan yang
berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan
kesenangan di dalam keluarganya.
3) Remaja mengalami perubahan dan perkembangan fisik,
termasuk dalam seksualitas pada remaja yang mengalami
perubahan. Perasaan seksual yang muncul dadap
menyebabkan ketakutan, membingungkan, dan terkadang
menjadi sumber masalah dan frustasi.
4) Remaja menjadi sering terlalu percaya diri (over
confidence). Hal ini berhubungan dengan emosi remaja
yang tidak stabil mengakibatkan susah dalam menerima
nasihat dari orang lain termasuk orang tua.
b. Masalah Remaja yang Dapat Timbul Sebagai Berikut (WHO,
2015)
1) Perilaku merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat
terlarang
Perilaku merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat
terlarang masih menjadi masalah remaja di
Indonesia.Masalah ini diketahui memiliki kaitan erat
dengan kejahatan, pengangguran, kesehatan, masalah
ekonomi, dan hubungan sosial.
2) Konsumsi makanan (status gizi)
Sebagian besar jajanan anak usia remaja tidak memenuhi
syarat gizi. Kualitas makanan atau jajanan yang tidak
memenuhi standar gizi termasuk sanitasi, dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker dan
penyakit degenerative lainnya.Masalah mengenai gizi pada
remaja yaitu gizi kurang dan obesitas pada remaja.
3) Kesehatan reproduksi
Dalam kesehatan reproduksi remaja dapat dipengaruhi
akibat dari pengetahuan diri sendiri maupun orang tua, guru
sekolah yang kurang mengenai perkembangan reproduksi
remaja, perubahan psikologis dan emosional remaja,
penyakit menular seksual, dan abortus.
4) Gangguan kesehatan jiwa
Gangguan kesehatan jiwa yang dapat terjadi pada remaja
adalah gagap, neurosis fungsional, gangguan tidur,
gangguan tingkah laku agresif tidak berkelompok,
kecemasan, retradasi mental, dan lainnya yang dapat timbul.
5) Masalah lainnya
Kenakalan pada remaja lainnya antara lain mengendarai
kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi, cedera akibat
jatuh dan kecelakaan transportasi, dan luka akibat benda
tajam maupun tumpul.

C. KONSEP DASAR PENGETAHUAN


1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo,
2012 dalam Faot, 2019).
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,
dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu
ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak
berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu
objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif.
Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak
aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (Word Health
Organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, 2010
dalam Faot 2019)
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai
enam tingkat, yaitu (Notoatmodjo, 2012 dalam Mursit dan Rahmawati,
2018).
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya. Contohnya dapat menyebutkan
tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan
materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap
objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan
makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan
hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek sebagai
komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu dengan yang
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat meggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori ata rumusan-rumusan yang telah
ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi
dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya
diare disuatu tempat, dapat menafsirkan suatu sebab-sebab
mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) dalam Mursit dan Rahmawati (2018) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu.
a. Umur
Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Menurut WHO, tingkat
kedewasaan dibagi menjadi menjadi:
1) 0-14 tahun : bayi dan anak-anak
2) 15-49 : orang muda dan dewasa
3) 50 tahun ke atas : orang tua
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun,
dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40
tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut
>60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang
dihitung sejak dilahirkan. Klasifikasi Remaja menurut WHO
dibagi menjadi tiga, yaitu masa remaja awal usia 10-13 tahun,
masa remaja menengah usia 14-16 tahun, dan masa remaja akhir
usia 17-19 tahun.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses yang berkesinambungan
yang tidak dapat dipisahkan dari sistem organisasi. Adanya
pegawai yang baru dan yang akan menempati posisi baru,
mendorong pihak kepegawaian senantiasa menyelenggarakan
program pendidikan dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi
proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka pengetahuannya semakin luas atau
baik, selain itu semakin tinggi pendidikan seseorang akan
mempermudah orang tersebut menerima informasi.
c. Media massa/sumber informasi
Media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi
berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi, surat kabar,
majalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
opini dan kepercayaan semua orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru terbentuknya pengetahuan
landasan kognitif baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut.
d. Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Sudarno dalam Salim menekankan pengertian sosial pada
strukturnya, yaitu suatu tatanan dari hubunganhubungan sosial
dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu
(individu, keluarga, kelompok, kelas) didalam posisi-posisi sosial
tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku
pada suatu masyarakat pada waktu tertentu. Kebudayaan
merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya yaitu
masyarakat yang menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan
kebendaan yang terabadikan pada keperluan masyarakat. Kondisi
sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi
geografis) berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi
budaya dalam hal ini adat istiadat saat ini memang tidak kondusif
untuk help seeking behavior dalam masalah kesehatan reproduksi
di Indonesia.
e. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan fisik yang dimaksud adalah segala bentuk lingkungan
secara fisik yang dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan
seperti adanya daerah-daerah wabah, lingkungan kotor, dan lain-
lain. Lingkungan biologis merupakan lingkungan yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur biologis atau makhluk hidup.
Lingkungan sosial dan kultural dapat juga mempengaruhi proses
perubahan status kesehatan seseorang karena akan mempengaruhi
pemikiran atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan
perubahan dalam perilaku kesehatan.
f. Pengalaman
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang
merupakan faktor yang sangat berperan dalam
mengintepretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa
lalu atau apa yang telah kita pelajari akan menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretasi. Pengalaman merupakan hal
yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-harinya.
Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan
pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk
dugunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia.
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuikan dengan tingkat-tingkat
tersebut. Menurut Arikunto (2010) dalam Mursit dan Rahmawati (2018)
penentuan tingkat pengetahuan responden dibagi dalam 3 kategori,
yaitu baik, cukup dan kurang, kriterianya seperti berikut.
a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari
seluruh pertanyaan
b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75%
dari seluruh pertanyaan
c. Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-55%
dari seluruh pertanyaan

D. KONSEP DASAR SIKAP


1. Pengertian Sikap
Menurut Berkowitz dalam Azwar, sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek berupa perasaan mendukung atau
memihak (favorable) dan perasan tidak mendukung atau tidak memihak
unfavorable) pada objek tersebut. Menurut Middlebrook dalam Azwar
(2013), menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen, sebagai
berikut:
a. Kognitif (kepercayaan atau beliefs)
b. Afektif (perasaan yang menyangkut aspek emosional)
c. Konatif (kecenderungan untuk bertindak/berperilaku)
Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Komponen kognitif dapat disamakan dengan pandangan
(opini), terutama apabila menyangkut masalah issue atau problem yang
kontraversial. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap
objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional menjadi
akar yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan
mengubah sikap seseorang. Komponen perilaku berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak dan untuk bereaksi terhadap sesuatu
dengan cara-cara tertentu. Model Studi Yale mendefinisikan
komunikasi sebagai suatu proses yang digunakan oleh komunikator
untuk menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk lisan) guna
mengubah perilaku orang lain. Efek suatu komunikasi itu diperhatikan,
dipahami, dan diterima.

Stimulus

Perhatian Respon
Pengalaman (perubahan sikap)
Penerimaan

Gambar 2.1 Langkah-langkah perunahan sikap menurut model Hovlad


Janis&Kelley
2. Tingkatan sikap
Sikap terdiri atas beberapa tingkatan, yaitu :
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi atau
sikap.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat ketiga.
d. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Sikap sosial tersebut dari adanya interaksi sosial yang dialamai
oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling
mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain. Terjadi
hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-
masing individu sebagai anggota masyarakat. Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap sikap antara lain:
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman lebih mendalam
dan lebih lama berbekas. Individu sebagai orang yang menerima
pengalaman, orang yang melakukan tanggapan, biasanya tidak
melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari
pengalaman-pengalaman terdahulu yang relevan.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seorang yang dianggap penting, diharapkan persetujuannya,
yang tidak ingin dikecewakan dan berarti dapat mempengaruhi
sikap terhadap sesuatu. Individu cenderung untuk cenderung
memilih sikap yang konformis atau searah dengan sikap yang
dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain motivasi oleh
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menambahkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
mewarnai sikap kita terhadap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlah yang membentuk corak pengalaman individu-
individu masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang
telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi
kebudayaan dalam pengalaman sikap individual.
d. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau alat
komunikasi lainnya, berita faktual yang seharusnya disampaikan
disampaikan secara objektif seringkali dimasuki unsur
subjektivitas penulis berita, baik secara sengaja maupun tidak.
Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap pembaca, sehingga
dengan hanya menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur
subjektif itu terbentuklah sikap.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu
sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap
dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam diri individu. Pemahaman yang baik dan buruk, garis
pemisah antara sesuatu yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta
ajaran-ajaran. Sehingga, lembaga pendidikan dan agama ikut
berperan dalam pembentukan sikap individu.
4. Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap
manusia adalah masalah pengungkapan (assesment) atau pengukuran
(measurement) sikap. Berbagai teknik dan metode telah dikembangkan
oleh para ahli guna mengungkap sikap manusia dan memberikan
interetasi yang valid. Beberapa metode pengungkapan sikap yag secara
historik telah dilakukan adalah:
a. Observasi perilaku
Sikap dapat ditafsirkan dari betuk perilaku yang tampak.
Sikap seseorang terhadap sesuatu dapat dilihat berdasarkan
perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap
individu. Perilaku yang diamati mungkin saja dapat menjadi
indikator sikap dalam konteks situasional tertentu akan tetapi
interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya didasarkan
dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh
seseorang.
b. Penanyaan langsung
Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna
mengungkap sikap, pertama adalah asumsi bahwa individu
merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan
kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan
mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Cara
pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung mempunyai
keterbatasan dan kelemahan yang mendasar. Metode ini akan
menghasilkan ukuran yang valid hanya apabila situasi dan
kondisinya memungkinkan kebebasan berpendapat tanpa tekanan
psikologis maupun fisik.
c. Pengungkapan langsung
Suatu versi metode penanyaan langsung adalah
pengungkapan langsung (dirrect assesment) secara tertulis yang
dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal maupun
dengan menggunakan item ganda. Salah satu bentuk
pengungkapan langsung menggunakan item ganda adalah teknik
diferensiasi semantik. Teknik diferensiasi semantik dirancang
untuk mengungkapkan efek atau perasaan yang berkaitan dengan
suatu objek sikap.
d. Skala sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang
hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah
dengan menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap. Skala
sikap (attitude scales) berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan
mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada setiap
pertanyaan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan
intensitas sikap seseorang. Menurut Azwar (2013) pengukuran
sikap responden relatif lebih negatf atau positif dapat dilihat nilai
T nya, nilai T adalah nilai standar skala likert Sikap responden
relatif lebih positif jika nilai T>mean T sedangkan pada sikap
relatif negatif jika T≤ mean T. Adapun T dihitung menggunakan
rumus:
x−X
T = 50 + 10
S

Keterangan:
x = Skor responden pada skala sikap yang diubah menjadi skor
X = Mean skor kelompok
S = Deviasi standar skor kelompok
e. Pengukuran terselubung
Metode pengukuran terselubung (covert measures)
sebenarnya berorientasi kembali ke metode observasi perilaku,
akan tetapi objek pengamatan bukan lagi perilaku tampak yang
disadari atau disengaja dilakukan seseorang melainkan reaksi
reaksi fisiologis yang terjadi lebih di luar kendali orang yang
bersangkutan.
Menurut Mursit dan Rahmawati (2018) menyatakan bahwa
cara-cara yang dapat dipakai untuk mengukur sikap antara lain:
1. Metode langsung adalah metode dimana orang secara
langsung diminta pendapat atau tanggapannya mengenai
objek tertentu, biasanya disampaikan secara lisan pada waktu
wawancara.
2. Metode tak langsung, orang dimintai supaya menyatakan
dirinya mengenai objek sikap yang diselidiki, tetapi secar
tidak langsung, misalnya menggunakan tes psikologi.
3. Metode tes tersusun, yaitu metode pengukuran yang
menggunakan skala sikap yan dikonstruksikan terlebih
dahulu menurut prinsip-prinsip tertentu, seperti metode
Likert, Thurtone, atau Guttman.
4. Metode tes tak tersusun, yaitu dengan wawancara, daftar
pertanyaan biasanya untuk penelitian bibilografi atau
karangan.
E. KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI
1. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Menurut International Conference Population and Development
(ICPD) tahun 1994 di Kairo, kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat
secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan
proses, reproduksi. Ruang lingkup pelayanan kesehatan reproduksi
terdiri dari kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan
dan penanganan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS,
kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi
aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas, kesehatan reproduksi
usia lanjut, deteksi dini kanker saluran reproduksi serta kesehatan
reproduksi lainnya seperti kekerasan seksual, sunat perempuan dan
sebagainya.
Menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO), pendidikan kesehatan reproduksi adalah
sebuah pendidikan yang dikembangkan dengan pendekatan yang sesuai
dengan usia, peka budaya dan komprehensif yang mencakup program
yang memuat informasi ilmiah akurat, realistis dan tidak bersifat
menghakimi. Pendidikan kesehatan reproduksi yang komprehensif
memberikan kesempatan bagi remaja untuk megeksplorasi nilai-nilai
dan sikap diri serta melatih kemampuan pengambilan keputusan,
komunikasi dan keterampilan penekanan resiko di semua aspek
seksualitas. Menurut Notoatmodjo pengetahuan kesehatan reproduksi
meliputi:
a. Pertumbuhan dan perkembangan seksual
Pada hakekatnya peran seksual merupakan bagian dari
peran sosial sehingga masalah seksual remaja tidak jarang
mencemaskan orang tua, guru, pejabat pemerintah, atau para ahli
yang terkait. Karena seringnya perilaku seksual remaja
menimbulkan masalah yang pelik dan situasi yang tidak
menguntungkan, karena remaja berada pada periode peralihan
atau masa dalam transisi dalam mempersiapkan diri menuju
kedewasaan. Dengan demikian dibutuhkan sikap bijaksana dari
orang tua serta pihak lain, agar remaja dapat melewati masa
transisi dengan selamat.
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke
dewasa bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik.
Bahkan perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala
primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-
perubahan psikologis muncul akibat perubahan fisik itu. Diantara
perubahan fisik itu, yang paling besar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh, mulai
berfungsinya alat-alat reproduksi dan tanda-tanda seksual
sekunder yang tumbuh. Secara lengkap perubahan fisik tersebut
sebagai berikut:
1) Pada anak perempuan
a) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi,
anggota badan menjadi panjang)
b) Pertumbuhan payudara
c) Tumbuh bulu halus di kemaluan
d) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang
maksimal
e) Bulu kemaluan menjadi keriting
f) Haid
g) Tumbuh bulu ketiak
2) Pada anak laki-laki
a) Pertumbuhan tulang-tulang
b) Testis (buah pelir) membesar
c) Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna
gelaa
d) Awal perubahan suara
e) Ejakulasi
f) Bulu kemaluan menjadi keriting
g) Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal
setiap tahunnya
h) Tumbuh rambut-rambut halus di wajah
i) Tumbuh bulu ketiak
j) Akhir perubahan suara
k) Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap
l) Tumbuh bulu di dada
b. Anatomi Alat Reproduksi Manusia
1) Alat reproduksi pria
a) Penis
Terdiri dari jaringan yang lentur dan pembuluh darah,
struktur anatominya terdapat bagian yang disebut
kapernus yang dapat membesarkan menegangkan penis.
Saat penis membesar maka aliran darah ekstra akan
mengalir ke penis, sehingga penis menjadi tebal, panjang
dan menegang (ereksi). Keadaan ini dapat terjadi bila
terangsang secara seksual. Penis berfungsi sebagai
deposit sperma dalam hubungan seksual sehingga
sperma dapat ditampung dalam liang senggama. Selain
fungsinya sebagai alat dalam hubungan seks juga sebagai
alat untuk mengeluarkan urin.
b) Testis
Disebut juga buah zakar, merupakan dua organ bulat
kanan dan kiri, lunak seperti karet berada dalam skrotum
yang longgar dan menggantung. Fungi testis untuk
membentuk hormon pria dan spermatozoa, kemudian
disimpan pada saluran testis. Sedang fungsi skrotum
yang longgar untuk mengatur suhu lingkungan testis
relatif tetap. Saat anak laik-laki memasuki usia remaja
10-20 juta setiap bulan.
c) Epididimis
Merupakan kumparan saluran panjang sekitar 45-50 cm,
terletak di lubang masing-masing testis, sebagai tempat
tumbuh dan kembangnya spermatozoa sehingga sehingga
siap untuk melakukan pembuahan.
d) Vas everens (duktus sperma)
Yaitu saluran lentur sebagai lanjutan dari epididimis
yang dapat diraba dari luar, otot-otot dalam duktus ini
memilih dinding saluran sehingga menyempit dan dapat
menekan sperma keluar.
e) Kelenjar prostat
Kelenjar berbentuk cincin tempat duktus sperma bertemu
dengan saluran kemih dan membentuk cairan yang akan
bersama-sama keluar saat ejakulasi dalam hubungan
seksual, dan berfungsi membentuk cairan pendukung
sperma.
2) Alat reproduksi wanita
a) Alat kelamin luar: mons veneris menonjol di bagian
depan menutup tulang kemaluan, labia mayora, labia
minora, klitoris, vestibulum, pada vestibulum terdapat
muara vagina, saluran kencing, kelenjar bartholini, dan
skene. Himen (selaput dara), selaput tipis yang menutupi
sebagian lubang vagina.
b) Alat kelamin dalam
1. Vagina adalah saluran yang menghubungakan rahim
dengan lingkungan luar. Ukuran dinding depan 9 cm
dan dinding belakang 11 cm dan tidak menpunyai
kelenjar. Fungsi vagina sebagai sarana hubugan
seksual, jalan lahir, dan mengalirkan lendir atau
darah menstruasi.
2. Rahim adalah suatu organ berbentuk seperti buah pir
dan ruangnya berbentuk segitiga, berat sekitar 30
gram. Otot rahim mempunyai kemampuan untuk
tumbuh kembang dalam memelihara dan
mempertahankan kehamilan serta kemampuan
mendorong janin keluar dengan jalan berkontraksi.
3. Tuba fallopi (saluran sel telur) berfungsi sebagai
saluran sperma dan ovum, tempat terjadinya
pembuahan (fertilitas), saluran dan tempat
pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu
menanamkan diri (implantasi) pada endometrium.
4. Indung telur (ovarium) terletak antara rahim dan
dinding panggul. Ovarium merupakan sumber
hormonal wanita yang utama dalam mengatur proses
menstruasi. Setiap bulan ovarium mengeluarkan sel
telur (ovum)silih berganti kanan dan kiri, sehingga
wanita mengalami masa subur.
c. Proses Terjadinya Kehamilan
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut
konsepsi atau fertilisasidan membentuk zygot. Proses konsepsi
berlangsung sebagai berikut:
1) Ovum (sel telur) yang dilepas saat ovulasi mengandung
persediaan nutrisi. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk
metasfase ditengah sitoplasma yang disebut vitelus.
2) Ovum disapu oleh fimbria tuba dan masuk ke pars
ampularis tuba. Ovumsiap dibuahi jika ada sel sperma yang
masuk melaui kanalis servikalis. Sperma akan membuahi
ovum dan kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu
dengan membentuk zygot.
3) Proses terjadinya nidasi atau implantasi, zygot mampu
membelah dirinya bersamaan dengan pembelahan inti. Hasil
konsepsi terus berjalan menuju terus, kemudian
berimplantasi pada bagian fundus uteri. Terjadinya nidasi
mendorong sel blastula membentuk yolk salk dan plasenta.
Zygot terus berkembang membentuk janin.
d. Penyakit menular seksual
1) Pengertian Penyakit Menular Seksual (PMS)
Penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang
lain melaui hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi
terkena PMS bila melakukan hubungan seksual berganti-
ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal, bila
tidak diobati dapat terjadi kemandulan, kebutaan pada bayi
yang baru lahir bahkan kematian.
2) Tanda dan gejala PMS
a) Pada laki-laki: bintil-bintil berisi cairan, lecet atau
bocor pada penis alat kelamin, luka tidak sakit, keras
dan berwarna merah pada alat kelamin, tumbuh
daging seperti jengger ayam, rasa gatal yang hebat
sepanjang alat kelamin, rasa sakit saat kencing,
kencing darah atau nanah yang berbau busuk,
bengkak dan nyeri pada pangkal paha.
b) Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga
seringkali tidak disadari, jika ada gejalanya antara lain
nyeri saat kencing atau berhubungan seksual, rasa
nyeri pada perut bagian bawah. Pengeluaran lendir
pada vagina, keputihan yang berbusa kehijauan, bau
busuk dan gatal, timbul bercak darah setelah seksual,
lecet pada alat kelamin.
3) Jenis PMS
Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore
(GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia,
tricomoniasis, kandidiasis vagina dan HIV/AIDS.
4) Cara menghindari PMS
Bagi remaja yang belum pernah menikah, cara yang ampuh
adalah tidak melakukan hubungan seksual, saling setia bagi
pasangan yang sudah menikah, hindari seksual yang tidak
aman berisiko, selalu menggunakan kondom untuk
mencegah penularan PMS, selalu menjaga kebersihan alat
kelamin.
e. HIV/AIDS
Aquired Immuno Defficiency Syndrome (AIDS) adalah
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh. Penyebabnya adalah virus HIV (Human
Immunodefficiency Virus). HIV/AISD termasuk dalam PMS
karena salah satu penularannya adalah melalui hubungan seksual.
Selain itu HIV dapat menular melalui pemakaian jarum suntik
bekas orang yang terinfeksi virus HIV, menerima tranfusi darah
yang tercemar HIV atau ibu hamil yang terkena infeksi HIV
kepada bayi yang dikandungnya. Di Indonesia penularan
HIV/AIDS paling banyak melalui hubungan seksual yang tidak
aman serta jarum suntik (bagi pecandu narkoba).
f. Aborsi
Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum
janin mencapai umur 22 minggu atu bila dengan mengambil
batasan berat badan adalah sebelum janin mencapai 500 gram.
Berdasarkan cara terjadinya abortus dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu:
1) Abortus spontan (Spontantaeous abortion) yaitu abortus
yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya intervensi.
Pada dasarnya abortus spontan dapat dibagi menjadi
beberapa type yaitu:
a) Abortus imminens, bila terjadi perdarahan pada hamil
muda. Kejadian ini dapat disertai dengan rasa sakit
atau hanya sekedar sakit pinggang.
b) Abortus insipiens, perdarahan tidak bisa
dipertertahankan bila telah terjadi pembukaan pada
serviks disertai dengan pecahnya ketuban. Abortus ini
disertai rasa sakit dan demam.
c) Abortus inkompletus, hasil kehamilan masih ada yang
tertinggal dalam rahim sehingga dapat terjadi
perdarahan terus menerus
2) Abortus provokatus adalah abortus yang dilakukan karena
dibuat atau disengaja. Cara melakukan praktik abortus
provokatus tergantung siapa yang melakukan. Pada
dasarnya abortus provokatus terdiri dari dua macam yaitu:
a) Abortus provokatus medisinalis adalah yang
dilakukan atas indikasi medis, sebagai upaya utuk
terapi penyakit tertentu baik yang menyangkut ibu
ataupun janin.
b) Abortus provokatus kriminalis adalah yang dilakukan
bukan atas indikasi medis. Pada umumnya alasan
yang melakukan aborsi ini adalah kehamilan yang
tidak diinginkan baik karena kehamilan diluar nikah
maupun kegagalan KB atau sebab lainnya.

F. KONSEP DASAR KEHAMILAN REMAJA


1. Pengertian Kehamilan Remaja
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal berlangsung selama
40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terjadi menjadi 3 trimester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu
(minggu ke13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke-28 hingga ke-40).
Seringkali dalam pembahasan soal remaja digunakan istilah
pubertas dan adolesen. Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan
perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi
dengan pesat dari masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas
reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa.
Sedangkan yang dimaksud istilah adolesen dulu merupakan sinomin
dari pubertas, sekarang lebih ditekankan untuk menyatakan perubahan
psikososial yang menyertai pubertas. Meskipun begitu, akselerasi
pertumbuhan somatik yang merupakan bagian dari perubahan fisik pada
pubertas, disebut sebagai pacu tumbuh adolesen atau adolescent growth
spurt.
Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat
berbagai definisi tentang remaja, Soetjiningsih (2010) dalam Mursit dan
Rahmawati (2018) menyimpulkan pendapat dari beberapa ahli yaitu:
a. Pada buku-buku pediatrik, pada umumnya mendefinisikan remaja
adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk
anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
b. Menurut Undang-Undang No 4 tahun 1979 mengenai
kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai
21 tahun dan belum menikah.
c. Menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja
apapila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan
mempunyai tempat untuk ditinggal.
d. Menurut Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974, anak
dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah,
yaitu 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki.
e. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS), anak
dianggap remaja apabila sudah berumur 18 tahun, yang sesuai
dengan saat lulus sekolah menengah.
f. Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah anak
yang berumur 10-19 tahun. Tahapan ini mengikuti pola yang
konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap
mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang
jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara
berkesinambungan.
2. Penyebab Kehamilan Remaja
Faktor-faktor yang diduga menjadi sebab terjadinya kehamilan remaja
adalah sebagai berikut:
a. Adanya perubahan-perubahan biologik dan psikologik yang akan
memberikan dorongan tertentu, yang sering kali tidak diketahui.
b. Institusi pendidik langsung, yaitu orang tua dan guru sekolah
kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat
waktu. Berbagai kendala diantaranya adalah ketidaktahuan dan
anggapan di sebagian masyarakat bahwa pendidikan seks adalah
tabu.
c. Perbaikan gizi yang menyebabkan umur haid pertama menjadi
lebih dini. Didaerah pedesaan yang masih berpola tradisional
kejadian kawin muda masih banyak. Sebaliknya didaerah kota
dimana kesempatan bersekolah dan bekerja menjadi terbuka bagi
perempuan, maka usia kawin cenderung bertambah. Kesenjangan
antara umur haid pertama dan umur perkawinan dalam suasana
pergaulan yang lebih bebas seringkali menimbulkan aksesakses
dalam masalah seksual.
d. Semakin majunya teknologi dan membaiknya sarana komunikasi
mengakibatkan banyaknya arus informasi dari luar yang sulit
diseleksi.
e. Kemajuan pembangunan, pertumbuhan penduduk dan transisi
kearah industrialisasi memberi dampak pada meningkatnya
urbanisasi, berkurangnya sumberdaya alam dan perubahan tata
nilai. Ketimpangan sosial dan individualisme seringkali memicu
timbulnya konflik perorangan atau kelompok. Depresi dan
frustasi akibat menyempitnya lapangan kerja menyebabkan
remaja mengambil jalan pintas, terjerumus dalam kenakalan,
tindak kriminal, narkotik dan penggunaan obat/bahan berbahaya.
f. Salah satu peluang yang dapat berfungsi untuk menyalurkan
gejolak remaja belum sepenuhnya dimanfanfaatkan, yaitu upaya
yang terarah untuk meningkatkan kebugaran jasmani.
3. Dampak Kehamilan Remaja
Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan oleh remaja yaitu
mempertahankan kehamilannya dan mengakhiri kehamilannya (aborsi).
Semua tindakan tersebut dapat membawa dampak baik fisik, psikis,
sosial dan ekonomi.
a. Bila kehamilan dipertahankan
1) Risiko Fisik.
Kehamilan pada usia remaja dapat menimbulkan kesulitan
dalam persalinan seperti perdarahan, bahkan bisa sampai
pada kematian.
2) Risiko psikis dan psikologis.
Ada kemungkinan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak
mau menikahi atau tidak mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Apabila terjadi pernikahan, hal ini juga dapat
mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh konflik
karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung
jawab sebagai orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama
pihak perempuan akan dibebani oleh berbagai perasan yang
tidak nyaman seperti dihantui rasa malu yang terus menerus,
rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan,
pesimis dan lain-lain. Bila ditangani dengan baik, maka
perasaan-perasaan tersebut dapat menjadi gangguan kejiwaan
yang lebih berat.
3) Risiko sosial.
Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atas
kemauan sendiri karena rasa malu atau cuti melahirkan.
Kemungkinan lain dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini
masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang
hamil. Risiko sosial lain yaitu menjadi objek pembicaraan,
kehilangan masa remaja yang seharusnya dinikmati, dan
terkena cap buruk karena hamil remaja. Kenyataan di
Indonesia, kehamilan remaja masih menjadi beban orang tua.
4) Risiko ekonomi.
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak
membutuhkan biaya besar.
b. Bila kehamilan diakhiri (aborsi)
Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan
(aborsi). Aborsi bisa dilakukan secara aman, apabila dilakukan
oleh dokter. Sebaliknya, aborsi tidak aman, apabila dilakukan
oleh dukun atau cara-cara yang benar atau tidak lazim. Aborsi
dapat mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis dan
sosial terutama bila dilakukan secara tidak aman.
1) Risiko fisik.
Perdarahan dan komplikasi merupkan satu risiko aborsi.
Aborsi yang berulang selain bisa mengakibatkan
kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman dapat
berakibat fatal yaitu kematian.
2) Risiko psikis.
Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut,
panik, tertekan atau stress, trauma mengingat proses aborsi
dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah, atau dosa
akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi
juga sering kehilangan rasa percaya diri.
3) Risiko sosial.
Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar
karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah
mengalami kehamilan dan aborsi. Selanjutnya remaja
perempuan lebih sukar menolak ajakan seksual pasangannya.
Risiko lain adalah pendidikan terputus atau masa depan
terganggu.
4) Risiko ekonomi.
Biaya aborsi yang cukup tinggi dan apabila terjadi
komplikasi akan menambah biaya.
4. Pencegahan Kehamilan
Remaja untuk mencegah kehamilan pada remaja sebetulnya dapat
dimulai dari rumah sendiri. Dari rumah sendiri diajarkan pendidikan
kesehatan seksualitas dan reproduksi sejak dini. Bila sebagai orangtua,
Anda belum mengajarkan pemahaman akan seks sehat, tidak ada kata
terlambat untuk memulainya. Remaja harus diajarkan dan diberi
informasi tentang cara menghindarkan diri dari perilaku seks yang
berisiko dan konsekuensinya. Mereka membutuhkan informasi dasar
tentang cara melindungi diri dan kesehatan reproduksi mereka. Ingat,
semakin dini remaja mampu mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dan memutuskan apa yang tepat adalah cara agar
hubungan seks tidak terjadi dengan mudahnya atau ‘bablas’ begitu saja.
Adapun beberapa cara mencegah kehamilan remaja yaitu sebagai
berikut.
a. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. Kegiatan positif
c. Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya
perilaku sex.
d. Jangan terjebak pada rayuan gombal
e. Hindari pergi dengan orang yang tidak dikenal
f. Mendekatkan diri pada Tuhan
g. Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga
Berencana (alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan
rohani dengan tokoh agama.
h. Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi
yang tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK,
AKDR, dan suntik.

G. KONSEP DASAR SOSIAL MEDIA


1. Pengertian Social Media
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan
menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia
virtual. Blog, jejaring sosial dan Wiki merupakan bentuk media sosial
yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Saat
teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun
ikut tumbuh dengan pesat.
Kini untuk mengakses instagram misalnya, bisa dilakukan
dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile
phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakes media sosial
mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhdap arus informasi tidak
hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena
kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan
media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.
2. Fungsi Social Media
Adapun fungsi social media adalah :
a. Social media adalah media yang didesain untuk memperluas
interaksi sosial manusia menggunakan internet dan teknologi web.
b. Social media berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah
media siaran dari satu institusi media ke banyak audience (“one to
many”) menjadi praktik komunikasi dialogis antar banyak audienc
(“many to many”).
c. Social media mendukung demokratisasi pengetahuan dan
informasi. Mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan
menjadi pembuat pesan itu sendiri.
Selanjutnya McQuail berpendapat bahwa fungsi utama media bagi
masyarakat adalah
a. Informasi
Inovasi, adaptasi, dan kemajuan.
b. Korelasi
 Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa
dan informasi.
 Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan.
 Mengkoordinasi beberapa kegiatan.
 Membentuk kesepakatan.
c. Kesinambungan
 Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan
kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya
baru.
 Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.
d. Hiburan
 Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian, dan sarana
relaksasi.
 Meredakan ketegangan sosial.
e. Mobilisasi
Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik,
perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan, dan kadang kala juga
dalam bidang agama.
3. Pengaruh Social Media
Berikut ini adalah dampak positif dan nergative dalam menggunakan
media sosial:
Dampak positif :
a. Menjaga silahturahmi dengan keluarga ataupun saudara yang jauh
dan sudah lama tidak bertemu, kemudian lewat media sosial hal
itu bisa dilakukan.
b. Sebagai sumber belajar dan mengajar media sosial memiliki
dampak yang sangat besar sekali.lita dapat browsing dan belajar
ilmu pengetahuan yang baru disana. Karena internet banyak topik
dan sumber ilmu terbaru. Dengan mencari topik di internet anda
selangkah lebih majusaat memulai pembelajaran di dalam kelas.
c. Media penyebaran informasi. Hanya dalam tempo beberapa menit
setelah kejadian, kita telah bisa menikmati informasi tersebut.
d. Memperluas jaringan pertemanan. Dengan menggunakan media
sosial kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja, bahkan yang
belum dikenal sekalipun.
e. Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan. Pengguna
media sosial dapat belajar bagaimana beradaptasi, bersosialisasi
dengan publik.
f. Media sosial sebagai media komunikasi. Pengguna media sosial
dapat berkomunikasi dengan pengguna diseluruh dunia.
g. Media sosial sebagai media promosi dalam berbisnis. Hal ini
memungkinkan para pengusaha kecil dapat mempromosikan
produknya tanpa mengeluarkan biaya yang besar
Dampak Negative
a. Susah bersosialisai dengan orang-orang sekitar. Disebabkan
karena mereka malas belajar berkomunikasi secara nyata. Orang
yang aktif dalam media sosial, jika bertemu langsung nyatanya
adalah orang yang pendiam dan tidak banyak bergaul.
b. Media sosial membuat seseorang hanya mementingkan diri
sendiri,. Mereka menjadi tidak sadar dengan lingkungan mereka,
karena mereka banyak menghabiskan waktu di internet.
c. Berkurangnya kinerja, karyaan perusahaan, pelajar, mahasiswa
yang bermain media sosial pada saat mengerjakan pekerjaannya
akan mengurangi waktu kerja dan waktu belajar mereka.
d. Kejahatan dalam dunia maya. Kejahatan ini dikenal dengan nama
cyber crime. Kejahatan dunia sangat banyak macamnya seperti :
hacking, cracking, spaming, dan lainnya.
e. Pornografi. Dengan adanya memampuan penyampaian informasi
yang dimilki internet, pornografi pun merajalela. Terkadang
seseorang memposting foto yang seharusnya menjadi privasi
sendiri di media sosial. Hal ini sangat berbahaya karena bisa jadi
postingan tersebut digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab.
Beberapa efek negatif yang bisa terjadi akibat kecanduan sosmed, yakni:
a. Gangguan Tidur Akut
Mengakses sosmed saat sedang santai merupakan hal lazim. Tapi
buat orang yang sudah kecanduan, setiap waktu tak pernah luput
dari gadget untuk melihat akun-akun sosmednya. Mungkin 24
jam waktunya habis untuk main sosmed, dan akhirnya
mengganggu jam tidur. Kebiasaan tersebut pastinya akan
berdampak buruk bagi kesehatan karena sudah mengalami
gangguan tidur akut. Kalau sudah begini, bisa kurang tidur, dan
imbasnya berpengaruh ke pelajaran, pekerjaan, dan lainnya
b. Rasa Lelah Berlebihan dan Sulit Konsentrasi
Kurangnya jam tidur atau bahkan tidur yang tidak berkualitas
jelas-jelas bisa mengganggu kesehatan. Efek lainnya, tingkat
konsentrasi jadi rendah dan menimbulkan rasa lelah yang
berlebihan, tubuh tidak fit, dan kerap mengantuk saat menjalani
rutinitas harian
c. Tingkat Stres Lebih Tinggi dan Emosi Tidak Stabil
Saat seseorang kurang tidur dan jam tidur jadi tidak teratur, maka
orang tersebut bisa saja dengan mudah mengalami stres.
Berpengaruh ke aktivitas? Tentu saja iya. Produktivitas jadi
terganggu, padahal ada tanggung jawab pekerjaan atau hal lain
yang harus diselesaikan. Kondisi ini bisa saja diperparah oleh
tekanan kerja yang cukup tinggi, bahkan masalah pribadi lainnya
yang cukup berat. Akhirnya menimbulkan tingkat emosi yang
tidak stabil dan cenderung berubah-ubah.
d. Gangguan Mata
Terlalu lama dan sering mengakses sosmed bisa memberikan efek
buruk pada indera penglihatan atau mata. Main sosmed di gadget
sambil tiduran contohnya, maka akan membuat mata cepat lelah,
dan timbul penyakit yang bisa merusak mata
e. Jadi Cuek Terhadap Lingkungan dan Orang Sekitar
Seperti ungkapan “sosmed menjauhkan yang dekat,” memang
demikian kebenarannya. Kadang kita melihat, satu keluarga
sedang makan di meja makan saja, anak malah sibuk main
sosmed, ibu dan bapak juga sama. Akhirnya tidak saling
bercengkrama, karena semua sibuk dengan ponsel dan
sosmednya. Kecanduan sosmed dapat memperburuk sikap
seseorang pada lingkungan sekitarnya, bahkan pada orang-orang
terdekat, seperti keluarga dan teman-teman. Seolah-olah dunia
milik seorang diri, sehingga orang yang sudah nyandu sosmed
sikapnya cenderung cuek dengan sekitar.
f. Depresi dan Cemas yang Berlebihan
Lewat sosmed, seseorang akan menunjukkan sisi kehidupan
mereka. Sedang sedih, senang, atau sedang melakukan apa saat
itu, semua diumbar. Ekspresi seperti ini bisa menjadi hal positif
dan negatif yang berubah menjadi tekanan. Berbagai kondisi yang
dilihat dan ditemukan di sosmed bisa saja menimbulkan depresi,
cemas, gelisah, terutama bagi orang yang sudah kecanduan.
4. Cara Menghindari dampak negatif dari social media dan
internet
a. Punya Tekad Kuat untuk Berubah
Langkah pertama adalah memahami dengan baik masalah
kecanduan yang sedang dialami. Hal ini penting untuk
mengetahui secara tepat berbagai dampak buruk yang telah
dialami akibat kecanduan sosmed ini. Setelah itu, harus punya
tekad kuat untuk berubah dan memperbaiki diri, termasuk tujuan
yang jelas dalam proses perubahan ini. Ini akan menjadi modal
utama dalam mengatasi gangguan kecanduan sosmed, sehingga
proses tersebut menjadi lebih mudah dan tetap terarah.
b. Batasi Waktu Online
Mulailah dengan langkah yang paling simpel, seperti membatasi
waktu untuk online di sosmed. Jika selama ini 24 jam sehari akses
sosmed, maka mulai sekarang buka sosmed saat waktu senggang
setelah pulang kantor saja. Kamu juga bisa menyibukkan diri
dengan melakukan berbagai rutinitas harian, sehingga tangan
‘tidak gatal’ lagi untuk online terus.
c. Lakukan Hobi yang Seru
Sosmed terkadang membuat seseorang lupa diri, bahkan
melupakan hobi sendiri. Cobalah untuk lebih aktif untuk
menekuni hobi yang selama ini sudah ditinggalkan, sehingga
keinginan untuk selalu akses sosmed ini bisa ditekan. Luangkan
waktu untuk melakukan aktivitas lain yang lebih bermanfaat dan
belum sempat direalisasikan, misalnya mengunjungi teman lama
atau kerabat, mendaki gunung, membuat kue kesukaan keluarga,
dan lainnya.
d. Luangkan Waktu dengan Orang Terdekat
Jika selama ini sudah ‘tenggelam’ terlalu dalam di sosmed dan
mengabaikan keluarga, cobalah kini berubah. Luangkan waktu
lebih banyak dengan keluarga, saudara, atau dengan sahabat-
sahabat terkasih pergi ke bioskop, makan di luar, dan lainnya. Hal
ini akan terasa menyenangkan dan mengalihkan perhatian dari
sosmed secara perlahan.
e. Gunakan Sosmed dengan Bijak
Pilihlah sumber berita atau informasi lain yang lebih tepat dan
akurat selain sosmed, sehingga tidak membuang terlalu banyak
waktu untuk mengakses berbagai hal di sosmed. Dengan cara ini
berarti kamu sudah menggunakan sosmed dengan bijak. Jika telah
memiliki kontrol yang baik ketika bersosmed
5. Cara menggunakan Sosmed dengan bijak
a. Jangan Asal Posting Konten
Sadari betul bahwa akun medsos kamu bisa dilihat secara
publik, termasuk semua postingan di dalamnya. Oleh
karena itu, kamu harus lebih bijak dalam memilih konten-
konten sebelum diunggah di media sosial. Meski pun
platform media sosial saat ini punya fitur privasi yang bisa
kamu atur, namun tak ada salahnya menggunakan media
sosial dengan lebih baik dan bermanfaat sehingga tidak
menyinggung pihak lain.
b. Tak Perlu Detail Mencantumkan Informasi
Di era digital yang semakin canggih, semakin canggih pula
kejahatan siber. Dalam akun media sosial, jangan pernah
mencantumkan informasi pribadi yang detailkarena kita
tidak pernah tahu ancaman-ancaman apa yang sedang
mengintai. 
c. Protect your privacy!
d. Jaga Etika
Media sosial memang memberikan kebebasan bagi para
penggunanya, tetapi bukan berarti bebas pula dalam
beretika. Jaga selalu etika, sopan santun, dan selalu
bersikap respect kepada teman atau orang-orang yang
terkoneksi di akun media sosial kita. Hindari penggunaan
kata-kata kasar atau yang mengandung unsur SARA.
Hormatilah orang lain sebagaimana kita ingin dihormati.
e. Selalu Waspada dan Jangan Langsung Percaya
Akan selalu ada limpahan informasi atau orang-orang tak
bertanggung jawab yang wara-wiri di media sosial. Kalau
sudah begini, kamu harus mawas diri dalam menyaring
informasi-informasi yang tersebar. Waspadai pula
pengguna-pengguna tak dikenal yang tiba-tiba mengirim
pesan tanpa maksud dan tujuan yang jelas untuk mencegah
terjadinya penipuan atau hal-hal lain yang tak diinginkan.
f. Filter Akun-akun yang Diikuti
Seiring perkembangannya, media sosial ternyata sangat
berpengaruh terhadap kesehatan mental. Kita acapkali
‘silau’ dengan kehidupan orang lain yang kita lihat di
medsos, dan membandingkannya dengan kehidupan kita.
Padahal, semua yang tampil di medsos hanyalah kulit luar
yang tidak kita ketahui isi sebenarnya. Mengatasi hal itu,
ikutilah akun-akun bermanfaat, menghibur, atau kredibel
yang justru bisa menambah wawasanmu. Jauhi akun-akun
yang sekiranya toxic dan tidak memiliki kegunaan apapun.

H. KONSEP DASAR COVID-19


1. Pengertian Covid 19
Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona
generasi baru yang dapat menyebabkan batuk, bersin, demam bahkan
sesak napas. Covid-19 merupakan penyakit pernapasan akut yang
menjadi pandemik global dan disebabkan oleh novel coronavirus atau
SAR-Cov-2 (Erlich, 2020).
2. Proses Penyebaran Covid
Covid-19 dapat menular dari orang yang terinfeksi kepada orang
lain di sekitarnya melalui percikan batuk atau bersin. Covid-19 juga
dapat menular melalui benda-benda yang terkontaminasi percikan batuk
atau bersin penderita Covid-19. Orang lain yang menyentuh benda-
benda terkontaminasi tersebut lalu menyentuh mata, hidung dan mulut
mereka dapat tertular penyakit ini (WHO, 2020)
Virus penyebab Covid-19 dapat bertahan di udara sekitar satu
jam, sedangkan di permukaan benda-benda dapat bertahan selama
beberapa jam. Di permukaan berbahan plastik dan besi tahan karat virus
dapat bertahan hingga 72 jam, pada cardboard selama 24 jam dan pada
tembaga bertahan selama 4 jam (Van Doremalen. dkk, 2020).
3. Tanda dan Gejala Covid 19
Gejala Covid-19 antara lain demam, batuk kering, dan sesak
napas. Beberapa pasien mengalami gejala mirip pilek dan mengalami
nyeri pada tenggorokan dan diare. Beberapa orang yang terinfeksi tidak
menunjukkan gejala dan merasa sehat. Sebagian dapat pulih dengan
sendirinya, sedangkan sebagian lainnya mengalami perburukan kondisi
sehingga mengalami kesulitan bernapas dan perlu dirawat di rumah
sakit (WHO, 2020)
4. Cara Pencegahan Covid 19.
Beberapa langkah pencegahan Covid-19 yang direkomendasikan
oleh WHO pada tahun 2020 antara lain:
a. Sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau
antiseptik berbahan alkohol. Deterjen pada sabun dan alkohol
pada antiseptik dapat membunuh virus pada tangan.
b. Jaga jarak dengan orang lain minimal satu meter. Hal ini untuk
mencegah tertular virus penyebab Covid-19 dari percikan bersin
atau batuk.
c. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum Anda
memastikan tangan Anda bersih dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir atau antiseptik. Tangan
yang terkontaminasi dapat membawa virus ini ke mata, hidung
dan mulut yang menjadi jalan masuk virus ini ke dalam tubuh dan
menyebabkan penyakit Covid-19.
d. Tetaplah berada di dalam rumah agar tidak tertular oleh orang lain
di luar tempat tinggal.
e. Ketika batuk atu bersin tutup hidung dan mulut anda dengan tisu
atau lengan atas bagian dalam
f. Jika demam, batuk, atau kesulitan bernafas, segera cari bantuan
medis.
5. Cara dan Waktu Menggunakan serta Mencunci Tangan yang
Benar.
a. Cara dan waktu menggunakan masker yang benar
1) Pastikan masker menutupi mulut, hidung, dan dagu
Pastikan bagian masker yang berwarna berada di sebelah
depan
2) Tekan bagian atas masker suapa mengikuti bentuk hidung
anda dan tarik kebelakang dibagian bawah dagu
3) Lepaskan masker yang telah digunakan dengan hanya
memegang tali dan langsung buang ketempat sampah
tertutup
4) Cuci tangan pakai menggunakan sabun setelah membuang
masker yang telah digunakan
5) Biar bersih ganti masker anda secara rutin apabila kotor
atau basah
b. Cara dan waktu mencuci tangan yang benar menurut WHO
1) Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap
dan gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah
memutar
2) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara
bergantian
3) Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4) Bersihkan ujung dari secara bergantian dengan posisi saling
mengunci
5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6) Letakkan ujung jari ket elapak tangan kemudian gosok
perlahan.

Anda mungkin juga menyukai