Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“BIDANG KESEHATAN LANSIA”

Disusun oleh :

Aliza Nathasya Putri Aridian

(1084181064)

UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN

2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................3
I.I Latar Belakang.................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................5
BAB III.............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Lansia (lanjutusia) merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hamper
pasti dialami setiap orang. Kenyataan saat ini, setiap kali menyebut kata “lansia”
yang terbesit di benak kita adalah seseorang yang tidak berdaya, dan memiliki
banyak keluhan kesehatan. Padahal, lansia sebenarnya dapat berdaya sebagai
subjek dalam pembangunan kesehatan. Pengalaman hidup, menempat kan lansia
bukan hanya sebagai orang yang dituakan dan dihormati di lingkungannya,
tetapi juga dapat berperan sebagai agen perubahan (agent of change) di
lingkungan keluarga dan masyarakatsekitarnya dalam mewujudkan keluarga
sehat, dengan memanfaatkan pengalaman yang sudah dimiliki dan diperkaya
dengan pemberian pengetahuan kesehatan yang sesuai.

Tingginya angka harapan hidup menunjukkan semakin baiknya kualitas


Kesehatan masyarakat dan menjadi salah satu indicator keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan. Sejalan dengan itu, tingginya angka harapan
hidup juga menyebabkan semakin tinggi pula jumlah populasi penduduk lansia
yang pada sisi lain menjadi tantangan pembangunan, dan jika tidak ditangani
dengan baik akan menjadi masalah baru.

BPS memprediksi bahwa persentase penduduk lansia pada tahun 2010


mencapai 9,77% dari total penduduk, dan pada tahun 2020 di perkirakan akan
mencapai 11,34% atau berjumlah 28,8 juta jiwa. Pada tahun 2011, di perkirakan
jumlahnya sudah sekitar 20 juta lebih, ini berarti diantara 11 orang penduduk
Indonesia terdapat 1 orang lansia (BPS, 2011).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki catatan tentang kondisi


kebutaan di masyarakat di negara-negara berkembang. Data tahun 2010 terdapat
45 juta penderita kebutaan di dunia, sebanyak 60% berada di negara miskin atau

3
berkembang seperti Indonesia. Indonesia berada di urutan ketiga di dunia dengan
terdapat angka kebutaan sebesar 1,47% menurut catatan WHO (Depkes RI,
2011)

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia yang


sebenarnya dapat dicegah. 1 Penyakit katarak merupakan penyakit mata yang di
tandai dengan kekeruhan lensa mata sehingga mengganggu proses masuknya
cahaya kemata. Katarak dapat disebabkan karena terganggunya mekanisme
control keseimbangan air danelektrolit, karena denaturasi protein lensa atau
gabungan keduanya. Sekitar 90% kasus katarak berkaitan dengan usia; penyebab
lain adalah kongenital dan trauma.

Pada tahun 2010, prevalensi katarak di Amerika Serikat adalah 17,1%.


Katarak paling banyak mengenairas putih (80%) dan perempuan (61%).Menurut
hasil survei Riskesdas 2013, prevalensi katarak di Indonesia adalah 1,4%,
dengan respon dan tanpa Batasan umur.Data Departemen Kesahatan RI tahun
2011 menyebutkan jumlah penderita katarak di Indonesia mencapai 2,4juta
orang. Pertambahan penderita katarak setiap tahun sekitar 240 ribu.
Pertumbuhan penderitanya sudah melebihi angka 1% dari jumlah penduduk.
Sebanyak 2,4 juta penderita katarak paling banyak berada di daerah pesisir
pantai, baik di Jawa maupun luar Jawa. Salah satu penyebab tingginya penderita
katarak di Indonesia di pengaruhi oleh keadaan alam dimana Indonesia adalah
negara yang tropis. Sehingga jumlah sinar matahari yang cukup banyak menjadi
salah satu factor penyebabnya.

Angka kebutaan di Indonesia tertinggi di Wilayah Asia Tenggara. Hal ini


disebabkan oleh ketidak seimbangan antara insiden (kejadian baru) katarak yang
besarnya 210.000 orang per tahun dengan jumlah operasi katarak yang hanya
80.000 orang per tahun. Kondisi ini mengakibatkan jumlah katarak yang cukup
tinggi (Depkes, 2011).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Katarak merupakan suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih
dan bening menjadi keruh, kelainan ini bukan suatu tumor atau pertumbuhan
jaringan di dalam mata, akan tetapi merupakan keadaan lensa menjadi berkabut.
Jika kondisi kekeruhan katarak ini bertambah tebal, maka penglihatan seperti
kaca jendela yang berkabut (Ilyas, 2004).

WHO memperkira kan sekitar 18 juta orang mengalami kebutaan kedua


mata akibat katarak. 6 Jumlah ini hamper setengah (47,8%) dari semua penyebab
kebutaan karena penyakit mata di dunia. Penyebab kebutaan lainnya adalah
kelainan refraksi tidak terkoreksi, glaukoma, Age-Related Macular
Degeneration, retinopati DM, kebutaan pada anak, trakoma, onchocerciasis, dan
lain-lain. Indonesia menduduki peringkat tertinggi prevalensi kebutaan di Asia
Tenggara sebesar 1,5% dan 50% di antaranya di sebabkan katarak. Jumlah ini
diperkirakan akan meningkat karena pertambahan penduduk yang pesat dan
meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia

Sebagian besar katarak muncul karena penuaan lensa kristalin. Karena


serat lensa baru terus di letakkan di lensakristal, dan yang sudah ada tidak di
ganti, lensa tidak biasa menjadi salah satu dari sedikit struktur tubuh yang terus
tumbuh selama hidup. Transparansi lensa di pertahankan oleh banyak faktor
yang saling bergantung yang bertanggung jawab atas homogenitas optiknya,
termasuk struktur mikroskopis dan konstituen kimianya. Dengan penuaan, ada
akumulasi bertahap pigmen kuning-coklat di dalam lensa, yang mengurangi
transmisi cahaya. Ada juga perubahan structural pada serat lensa, yang
mengakibatkan terganggunya arsitektur regular dan susunan serat yang
diperlukan untuk menjaga kejernihan optik.

5
Faktor ekstrinsik yang terkait dengan pembentukan katarak bervariasi
dengan perbedaan sosial ekonomi dan geografis. Di negara berkembang banyak
faktor, seperti mal nutrisi, penyakit dehidrasi akut pada usia muda, dan paparan
sinar ultraviolet yang berlebihan. Di banyak negara berkembang katarak sering
terjadi pada orang dewasa muda, sering di kaitkan dengan gangguana topik dan
pengobatan nya serta dengan diabetes. Penyebab lain katarak termasuk trauma
dalam berbagai bentuk, seperti penetrasi langsung, memar, radiasi, listrik, atau
metabolism dan kelainan bawaan.

Operasi katarak adalah prosedur bedah tunggal yang paling umum


dilakukan di negara maju. Di negara berkembang, katarak tetap menjadi
penyebab kebutaan yang paling umum. Pada tahun 1990 di perkirakan 37 juta
orang buta di seluruh dunia—40% di antaranya karena katarak. Setiap tahun,
tambahan 1-2 juta orang menjadi buta. Setiap lima detik satu orang di dunia kita
menjadi buta, dan seorang anak menjadi buta setiap menit. Dalam 75% kasus ini,
kebutaan dapat diobati atau dicegah. Namun, 90% orang buta tinggal di bagian
termiskin di negara berkembang dan tanpa intervensi yang tepat jumlah orang
buta akan meningkat menjadi 75 juta pada tahun 2020.

Berbagai aspek operasi untuk katarak terkait usia telah berubah secara
substansial dalam lima tahun terakhir, dan kualitas hasil, ditambah peningkatan
keamanan prosedur modern, Sebagian telah mendorong peningkatan jumlah
prosedur yang dilakukan.

Terjadinya kesenjangan antara penderita katarak dengan jumlah penderita


yang dioperasi dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan secarabaik pada
penderita katarak. Kekurang pahaman tersebut bisa disebabkan kurangnya akses
informasi mengenai penyebab dan pengobatan katarak, dan bila informasi
tersebut telah tersedia pun, pasien katarak tidak tahu kemana mencari tempat
layanan pembedahan katarak. Hal tersebut, menyebabkan penderita katarak
terlambat berobat, yang akhirnya membuat gangguan penglihatan yang
sebenarnya reversible menjadi kadarluwarsa, sehingga sampai saat ini masih
banyak ditemukan kasus kebutaan karena katarak yang tidak di operasi.

6
Kurang nya pengetahuan secara baik pada penderita katarak khususnya
lanjut usia juga berdampak pada sikap yang kurang baik, artinya lanjut usia akan
merasa takut mengenai proses operasi katarak apabila dilakukan. Lansia merasa
bahwa operasi katarak tidak selalu dapat mengembalikan kondisi mata secara
normal. Sikap yang ada pada pendertita katarak lansia ini juga dapat
mempengaruhi dalam hal screening, diagnosis, serta pengelolaan katarak.

7
BAB III
PEMBAHASAN

Katarak dapat terdeteksi di awal dengan menggunakan teknologi alat


canggih, yaitu USG mata. Hal ini dapat membantu pencegahan sebelum katarak
bertambah parah. Katarak yang terlambat ditangani dapat menyebabkan buta
permanen.

Gambar 1. Pemeriksaandengan USG mata

Gambar 2. HasilUSG mata

8
USG mata menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran
struktur dalam mata. Tes ini dapat mengevaluasi katarak di retina. USG mata
memiliki banyak manfaat, salah satunya ialah untuk mengetahui segmen
posterior bola mata bila penglihatan keruh atau tidak jelas. Jika terjadi kerusakan
pada alat USG mata dapat mengakibatkan kesalahan interpretasi pada pasien,
oleh karena itu perawatan secara berkala diperlukan untuk memastikan keadaan
alat.

Gambar 3. AlatUSG mata

Gambar 4. AlatUSG mata

9
DAFTAR PUSTAKA

1. KasridaDahlan, A. (2018). KesehatanLansia.


2. Astari, P. (2018). Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana,
danKomplikasiOperasi. CerminDuniaKedokteran, 45(10), 748-753.
3. Amindyta, O. (2013). KatarakSenilisImaturpadaWanitaUmur 84
Tahun. JurnalMedula, 1(05), 58-64.
4. Allen, D., &Vasavada, A. (2006). Cataract and surgery for
cataract. Bmj, 333(7559), 128-132.
5. Tabin, G., Chen, M., &Espandar, L. (2008). Cataract surgery for the
developing world. Current opinion in ophthalmology, 19(1), 55-59.

10

Anda mungkin juga menyukai