Anda di halaman 1dari 50

bBaAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakaangg

Salah satau upaya untuk mewujudkan visi Indonesia ditempuh melalui

strategi penurunan angka kebutaan secara bertahap, yakni dari 1,5 % pada

tahun 2000 menjadi 1,0% pada tahun 2010, dan ditargetkan turun menjadi 0,5

% pada tahun 2020. Dibandingkan dengan angka kebutaan di negara-negara

Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,7 persen dari jumlah

kebutaan yang mencapai 3 persen dari penduduk dunia. Penyebab utamanya

tak lain adalah katarak, glaukoma, kelainan refraksi dan penyakit lain yang

berhubungan dengan degeneratif. (Kompas, 2002)

Katarak tidak dapat dicegah kecuali pada kebutaannya yaitu dengan

tindakan  operasi. Katarak merupakan penyakit degenaratif namun saat ini

katarak juga telah ditemukan pada usia muda (35-40 tahun). Selama ini

katarak dijumpai pada orang yang berusia diatas 55 tahun sehingga sering

diremehkan kaum muda. Hal ini disebabkan kurangnya asupan Gizi dan

nutrisi yang dibutuhkan tubuh (Irawan, 2008).

WHO memperkirakan jumlah penderita kebutaan akibat katarak di

dunia saat ini mencapai 17 juta orang. Kondisi ini mendapat perhatian besar

lembaga-lembaga internasional sejak awal tahun 2000. Badan Kesehatan

Dunia (WHO) bekerja sama dengan International Agency for Prevention of

Blindness (IAPB) telah mencanangkan satu inisiatif global untuk

1
penanggulangan masalah kesehatan mata dan kebutaan di seluruh dunia, yaitu

program ”Vision 2020, The Right To Sight” (hak untuk melihat). Visi ini

kemudian diimplementasikan sesuai dengan kondisi masing-masing negara.

(Kompas. 2010)

Di Amerika Serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut dilaporkan

mencapai 42% dari orang-orang antara usia 52 sampai 64, 60% dari orang-

orang antara usia 65 dan 74, dan 91% dari mereka antara usia 75 dan 85.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Katarak)

Katarak merupakan penyakit mata yang dicirikan dengan kabut pada

lensa mata. Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air,

sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel-sel baru

pada lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang menyebabkan daerah di

dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal. Lensa yang tidak bening tersebut

tidak bisa meneruskan cahaya ke retina untuk diproses dan dikirim melalui

saraf optik ke otak. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif

atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia

lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas

65 tahun menderita katarak. Sekitar 55% orang berusia 75— 85 tahun daya

penglihatannya berkurang akibat katarak. Walaupun sebenarnya dapat diobati,

katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. (Depkes. 2010)

Kebutaan yang terjadi akibat katarak akan terus meningkat karena

penderita katarak tidak menyadarinya, daya penglihatan baru terpengaruh

setalah katarak berkembang sekitar 3-5 tahun dan menyadari penyakitnya

2
setelah memasuki stadium kritis. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan

mengenai gejala katarak. Salah satu penyebab tingginya kasus kebutaan yang

diakibatkan oleh katarak karena kurangnya perhatian masyarakat terhadap

kesehatan mata. (FKUI, 2005)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan angka kebutaan di Indonesia

masih tinggi, antara lain yaitu, peningkatan jumlah penduduk, penambahan

usia harapan hidup, kondisi geografis yang tidak menguntungkan terkait

dengan paparan sinar UV yang tinggi, serta kurang meratanya pelayanan dan

tenaga kesehatan mata (Azrul Azwar, 2004).

Pada umumnya gangguan katarak dialami oleh mereka yang berusia di

atas 60 tahun. Namun pada kasus-kasus tertentu, katarak dapat pula terjadi

pada bayi yang disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia

kehamilan masih dini. Untuk mereka yang mengidap diabetes dari segala usia,

katarak dapat mengganggu penglihatan relatif lebih cepat. Selain itu kasus

katarak juga banyak terjadi di ekuator, daerah yang panas dengan intensitas

paparan sinar ultra violet matahari yang tinggi. (Gizi.net. 2010)

Berbagai faktor yang dideteksi sebagai penyebab katarak, di antaranya

faktor keturunan, cacat bawaan lahir, masalah kesehatan seperti diabetes,

penggunaan obat tertentu (khususnya steroid), eksposur matahari terhadap

mata dalam waktu yang cukup lama, operasi mata sebelumnya, dan trauma

pada mata (misalnya terjadi karena kecelakaan). (Depkes. 2010)

Katarak bukan merupakan penyakit menular namun hingga saat ini

belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat

3
menghindari atau menyembuhkan gangguan katarak. Salah satu upaya yang

efektif untuk memperlambat terjadinya gangguan katarak adalah dengan

melindungi mata dari sinar matahari yang berlebihan. (FKUI, 2005)

Di Indonesia saat ini terdapat sekitar 1,7 orang menderita katarak dan

setiap tahun terdapat sekitar 200.000 penderita baru katarak, sedang jumlah

dokter spesialis mata berjumlah 400 orang yang setiap tahun hanya

mengoperasi sekitar 50.000 penderita katarak. Oleh karena itu, untuk dapat

menaggulangi jumlah penderita katarak yang sekitar 1,7 juta orang di

Indonesia, setiap dokter mata harus mampu melakukan operasi mata terhadap

3.420 penderita per tahun. (Depkes, 2010)

Penyakit katarak di Indonesia terjadi pada usia lebih muda, yaitu pada

usia 45 tahun. Sedangkan di negara maju seperti AS, Inggris, dan Jepang,

kasus katarak terjadi pada usia 60 tahun. Ini berarti, orang Indonesia lebih

awal 10-15 tahun mengidap katarak. (http://bs-ba.facebook.com/topic. php?

uid=63460826642&topic=8458&post=4 9 495)

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di kebutaan di

Indonesia (0,78%), kemudian diikuti glukoma (0,20%), kelainan refraksi

(0,14%), sedangkan sisanya akibat penyakit kornea, retina, dan kekurangan

vitamin A (xeroftalmia). Diperkirakan setiap satu menit terdapat satu orang

menjadi buta dan setiap tahun bertambah 500.000 orang buta, terutama bagi

penduduk yang berada di daerah miskin dengan sosial ekonomi lemah. Hal ini

menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan kebutaan akibat katarak dari

tahun ke tahun (Gloria Cyber Minister, 2010).

4
Kendala yang terjadi dalam penanganan kesehatan mata antara lain

belum memadainya jumlah tenaga kesehatan terkait dibanding jumlah

penduduk, belum meratanya distribusi tenaga kesehatan terkait (70 persen

dokter mata berada di kota besar, terutama di Jawa), terbatasnya puskesmas

(hanya 28 persen) yang memiliki fasilitas pemeriksaan kesehatan mata dasar,

serta lemahnya manajemen penanggulangan gangguan penglihatan dan

kebutaan dari pusat maupun daerah. (Gizi.net, 2010)

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat pada

tahun 2008 jumlah penderita buta di Sumbar kini mencapai 67.500 orang,

dominan di antaranya warga miskin. Sementara itu, yang menderita katarak

sebanyak 31.500 orang, dengan pertambahan sekitar 0,1 persen tiap tahun atau

4.500 orang. "Jumlah tersebut terus bertambah tiap tahun. (Kompas, 2010).

Sementara laporan rekam medik dari Poliklinik Mata RSUD Pariaman

pada tahun 2010, kasus katarak merupakan salah satu kasus yang angka

kunjungannya cukup tinggi, dimana rata-rata lebih dari 72 orang dengan

diagnosa katarak mengunjungi polklinik mata setiap bulannya. Jumlah pasien

penderita katarak yang datang berkunjung ke Poliklinik Mata RSUD Pariaman

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.
Jumlah Kunjungan Pasien dengan Kasus Katarak di Poliklinik Mata
RSUD Pariaman pada bulan Januari s/d September 2010

No Bulan Jumlah Kasus


kunjungan
1 Januari 66 52
2 Februari 47 40
3 Maret 88 30
4 April 93 32

5
5 Mei 84 29
6 Juni 58 25
7 Juli 85 31
8 Agustus 69 27
9 September 62 26
Jumlah 652 292
Rata-rata kunjungan 72
Sumber : Rekam Medik Poliklinik Mata RSUD Pariaman 2010

Hasil survey awal yang penulis lakukan di Poliklinik Mata RSUD

Pariaman terhadap 7 orang pasien dengan kasus katarak, didapatkan hasil

wawancara awal penulis bahwa 5 orang pasien tidak mengetahui gejala-gejala

awal dari penyakit katarak dan baru memeriksakannya ke pelayanan kesehatan

setelah cukup lama mengalami gejala-gejala penyakit katarak, 1 orang lagi

mengatakan bahwa keadaan ini merupakan hal yang biasa dialami apabila

sudah berusia lanjut dan hanya 1 orang yang mengetahui gejala dan tanda-

tanda dari penyakit katarak. Keadaan ini jika dibiarkan tentu saja akan tidak

baik bagi kesehatan mata, karena gejala-gejala katarak yang muncul tidak

ditangani secepat mungkin.

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis tertarik untuk

membahasnya lebih lanjut dalam sebuah karya tulis ilmiah yang membahas

tentang Hubungan pengetahuan dengan sikap pasien tentang penyakit

katarak di Poli Mata RSUD Pariaman.

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaiamana "Hubungan

pengetahuan dengan sikap pasien tentang penyakit katarak di Poli Mata

RSUD Pariaman ". mengingat banyaknya faktor yang menentukan tindakan

6
perawatan terhadap katarak, maka peneliti akan membatasi masalah hanya

pada pengetahuan dan sikap pasien.

C. Perumusun Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

perumusan masalah penelitan adalah apakah ada hubungan pengetahuan dan

sikap pasien tentang penyakit katarak di Poli Mata RSUD Pariaman ".

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap pasien

tentang perawatan katarak di Poli Mata RSUD Pariaman

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan pasien tentang penyakit katarak di Poli

Mata RSUD Pariaman

b. Untuk mengetahui sikap pasien tentang penyakit katarak di Poli Mata

RSUD Pariaman

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap pasien tentang

penyakit katarak di Poli Mata RSUD Pariaman

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk instansi pendidikan

Bagi instansi pendidikan, Akademi Keperawatan Pemerintah

Kabupaten Padang Pariaman hasil penelitian ini dapat berguna untuk

penelitian selanjutnya.

7
2. Untuk penulis

Menambah dan memperluas wawasan penulis dalam melakukan

penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku

perkuliahan dalam metodelogi riset.

3. Untuk responden

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan tentang katarak dan

perawatan terhadap penyakit katarak.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Katarak

1. Pengertian

Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,

sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan.

Seseorang yang mengalami katarak penglihatannya menjadi

berkabut/buram. Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang

berfungsi untuk menangkap cahaya dan gambar. Retina merupakan

jaringan yang berada di bagian belakang mata, bersifat sensitif terhadap

cahaya. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan

diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya

rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls

yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan

diterjemahkan sehingga dapat dipahami. (Ilyas, 2005)

2. Penyebab dan proses terjadinya katarak

Sebagian besar katarak terjadi akibat proses penuaan, tetapi

katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada

mata.

9
b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:

penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau

diabetes melitus.

c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.

d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka

panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.

e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik.

Katarak pada usia lanjut terjadi melalui dua proses, yaitu :

a. Penumpukan protein di lensa mata

Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein.

Penumpukan protein pada lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan

pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke retina.

Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga

pada tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan/gangguan

penglihatan. Pada proses selanjutnya penumpukan protein ini akan

semakin meluas sehingga gangguan penglihatan akan semakin meluas

dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab

tersering yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.

b. Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan seiring

dengan pertambahan usia.

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring

dengan pertambahan usia, lensa mata dapat mengalami perubahan

warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat

10
menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada

seseorang, tetapi tidak menghambat penghantaran cahaya ke retina.

3. Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan katarak:

a. Penderita diabetes melitus / kencing manis.

b. Penggunaan beberapa jenis obat dalam jangka panjang.

c. Kebiasaan buruk, seperti merokok dan mengonsumsi alkohol.

d. Kurang asupan antioksidan, seperti vitamin A, C, dan E.

e. Paparan / radiasi sinar ultraviolet.

Penggunaan jangka panjang obat penurun kolesterol, seperti obat-

obat golongan statin dan squalene synthase inhibitor dapat meningkatkan

risiko terjadinya kekeruhan lensa mata (katarak). Squalene merupakan

enzim yang terdapat dalam tubuh dan berperan dalam metabolisme

kolesterol. Inhibisi atau penghambatan enzim squalene synthase akibat

penggunaan obat penurun kolesterol dapat memicu terjadinya katarak.

Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan penambahan asupan squalene

untuk mencegah terjadinya katarak pada penggunaan jangka panjang obat

penurun kolesterol.

Squalene dapat ditemukan pada makanan yang bersumber dari

hewani dan nabati, seperti: ekstrak hati ikan ”hiu botol” (Centrophorus

atromarginatus), minyak zaitun, minyak kelapa sawit, minyak biji gandum,

minyak amaranth dan minyak beras. Kadar squalene yang terbanyak

terdapat di dalam ekstrak hati ikan ”hiu botol”.

11
4. Gejala katarak

Keluhan atau gejala katarak disebabkan oleh proses kekeruhan

yang terjadi pada lensa mata. Proses ini tidak terjadi dalam waktu singkat,

sehingga gejalanya tidak muncul secara mendadak. Katarak terdiri dari 4

stadium, yaitu : stadium awal (insipien), stadium imatur, stadium matur,

dan stadium hipermatur. Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan

lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa

menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak

merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga

cenderung diabaikan. Pada stadium selanjutnya proses kekeruhan lensa

terus berlangsung dan bertambah, sehingga keluhan yang sering

disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat

membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas

sehari-hari. Selain keluhan tesebut ada beberapa gejala yang dialami oleh

penderita katarak, seperti :

a. Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.

b. Warna terlihat pudar.

c. Sulit melihat saat malam hari.

d. Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini

terjadi saat katarak bertambah luas. (Wijayana, 2003)

12
5. Perawatan terhadap penderita katarak

Penderita katarak lebih banyak ditemukan. Mereka yang

sepanjang hari bekerja dan terpapar langsung oleh sinar matahari seperti

nelayan, memiliki kemungkinan lebih besar terkena katarak.

Karena itu untuk sebaiknya mata selalu dilindungi dari sinar

matahari yang berlebihan agar memperlambat terjadinya gangguan

katarak. Hal ini dapat dilakukan dengan memakai kacamata gelap atau

kacamata reguler. Ketika mata mulai mengalami gangguan, sebaiknya

segera memeriksakan diri. Dulu, dalam tata laksana, katarak yang

dioperasi adalah katarak yang sudah matang. Sebelum itu biasanya

diabaikan atau justru menunggu sampai penglihatan benar-benar terganggu

untuk mendapat perawatan medis. Tetapi sekarang tidak lagi. Justru ketika

masih muncul gejala, sebisa-bisanya segera diatasi.

Indikasi adanya gangguan pada setiap orang berbeda. Secara

medis, jika terjadi komplikasi, kerusakan sudah matang, atau terjadi

penggelembungan di iris mata, tak bisa ditawar lagi untuk segera periksa.

Biasanya gangguan yang dialami pasien adalah kabur, pandangan

berkabut, ukuran kacamata berubah dengan cepat, mudah silau, pandangan

kabur di tempat terang dan justru tampak jelas di tempat remang.

Prosedur yang sederhana dan layanan ramah bisa membuat

penderita tak takut lagi berhubungan dengan rumah sakit mata. Ada tiga

macam operasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan pasien. Yang

paling umum adalah dengan metode ECCE (Extra Capsular Cataract

13
Extraction), dengan sayatan kecil tanpa jahitan (Small Incision Suturless

Cataract Surgery, SISCS) atau metode phacoemulsifikasi yang lebih

dikenal dengan istilah laser. Supaya pasien bisa mengerti dengan jelas,

Erry biasanya memakai bolpoin sebagai ukuran.

Jika memakai ECCE, sayatan yang dilakukan selebar bolpoin,

jika menggunakan SISCS seujung bolpoin,” Cara ini dilakukan supaya

pasien tahu apa yang akan terjadi ketika operasi berlangsung. Apalagi

hampir seluruh pasiennya adalah orang tua. Karena operasi ini memakai

anestesi lokal, tidak diperlukan keadaan umum yang terlalu berat.

 Tetapi yang harus diperhatikan adalah pasien harus bebas dari

diabetes. Kalau angkanya masih tinggi harus diturunkan dulu atau justru

memulihkan kondisi hingga diabetesnya jauh berkurang baru menjalani

operasi katarak. Pasien juga tak diperkenankan memiliki tekanan darah

tinggi.

“Lama operasi sekitar 15 menit untuk SISCS dan laser. Tetapi

untuk ECCE hampir setengah jam,” yang paling penting adalah menjaga

kesehatan mata. Asupan vitamin dan antioksidan dipercaya memperlambat

proses aus pada mata. (Erry Dewanto / http://www1.surya. co.id/v2/?

p=3006)

Perawatan Penderita Katarak Sesudah Operasi Laser

a. Lima hari pertama:

1) Air. Bila mandi Tidak boleh kena, wajah dibersihkan dengan

waslap

14
2) Tidak boleh kena atau kemasukan kotoran (kelilipan).

3) Tidak boleh dikucek, digosok, kena pukulan atau benturan.

b. Dua minggu pertama:

1) Tidak boleh menundukkan kepala, rukuk, sujud, telungkup.

2) Tidak mengangkat benda berat lebih dari 10 kg.

3) Tidak boleh batuk atau bersin terlalu keras.

4) Tidak boleh mengejan terlalu keras.

c. Obat harus diminum teratur sampai habis.

d. Tak ada pantangan makanan kecuali untuk penderita diabetes dan

hipertensi.

e. Penderita sesudah operasi laser harus kontrol pada hari pertama,

ketiga, kesepuluh, dan setelah itu sesuai petunjuk dokter.

f. Penderita sesudah operasi laser bebas total setelah dua minggu.

Perawatan Penderita Katarak Sesudah Operasi SISCS

a. Tidak boleh kena air. Bila mandi, wajah cukup dibersihkan dengan

waslap.

b. Tidak boleh kemasukan kotoran (kelilipan).

c. Tidak boleh dikucek, digosok, terkena benturan atau pukulan.

d. Tidak boleh menundukkan kepala, rukuk, sujud, telungkup.

e. Tidak mengangkat benda berat lebih dari 10 kg.

f. Tidak boleh mengejan terlalu keras.

g. Obat harus diminum teratur sampai habis.

15
h. Tak ada pantangan makanan kecuali untuk penderita diabetes dan

hipertensi.

i. Penderita sesudah operasi harus kontrol pada hari pertama, ketiga, dan

ketujuh setelah operasi, setelah itu sesuai petunjuk dokter.

j. Penderita sesudah operasi tidur telentang atau miring ke arah mata

yang sehat. Mata yang sakit selalu di atas.

k. Penderita sesudah operasi SISCS bebas total setelah satu bulan.

B. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu

pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003)

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan

bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang

yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini

mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari

16
pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan

non formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan

sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui,

maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut

teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan

yang diperoleh dari pengalaman sendiri.

1. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat yaitu: (Notoadmodjo, 2003)

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

17
apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana

dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu

objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil

(sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan

untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

18
suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor Internal

4) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan

diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2003), pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan

serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin

tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

19
5) Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak

tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang

menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga.

6) Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia

adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang

belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari

pengalaman dan kematangan jiwa.

7) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut

dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun

20
dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

pada masa lalu.(Notoadmojo 1997 : 13)

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (3

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. Sosial

budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya

dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami

suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

C. Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulasi atau objek (Notoadmodjo, 2003).

21
Newcomb salah satu psikologi social, menyatakan bahwa sikap itu

suatu kesepian atau kesetiaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan

motif tertentu. Menurut allpot (keyakinan) atau ide dan konsep terhadap

satu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap satu objek,

kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

untuh (local attitude), dalam menentukan sikap yan utuh ini pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosional pemegang peran penting

(Notoadmodjo,2003).

2. Cirri-ciri sikap

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibebtuk, dpealajari

sepanjang perembangan orang dalam berhubungan dengan objek.

b. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan dengan objek .

c. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu.

d. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan.

(Notoadmodjo,2003).

3. Pembentukan sikap

Sikap dapat di bentuk atau dirubah melalui 4 macam :

a. Adopsi : kejadian-kejadian dan peristiwa yang tejadi berulang dan

terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri

dan individu mempengaruhi tebentuk suatu sikap.

b. Diferensiasi : dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya

pengalaman, sejalan dengan berambahnya usia, maka ada hal-hal yang

22
tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dai

jenisnya.

c. Intergrasi pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai

dengan berbagai pengalaman yang behubungan dngan suatu hal

tertentu.

d. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejut, yan

meninggalkan kesan yang dalam pada jiwa orang yang bersangkutan.

(Notoadmodjo,2003).

Sikap ini dapat bersifat :

a. Bersifat positif, kecendrungan tingkatan adalah mendekati menyenangi

dan mengharapkan objek tertentu.

b. Sikap negative, kecendrungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tetentu.

Sikap merupakan suatu pandangan,tetapi dalam hal itu masih

berbeda dengan suatu objek tidak sama dengan sikp terhadap objek itu.

Pengetahuan saja belum menjadi pengerak, seperti halnya pada sikap.

Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap pengetahuan itu

disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap

objek tersebut (Heri purwanto,2002).

4. Tindakan sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkat antara lain :

a. Menerima

23
Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek)mau dan

memperhaikan stimulus yang ada (objek).

b. Respon (responding)

Memberikan jawaban apabila dtanya, mengajarkan dan

menyelaraskan tugas yang telah diberikan.

c. Menghargai (volving)

Mengajak orang lain untuk mengajarkan atau

mendiskusiakan suatu masalah adalah indikasi sikap.

d. Bertanggung jawab (responsible)\

Bertanggung jawab atas segala suatu yang telah dipilih

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. (Heri

purwanto,2002).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara

komoponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang

dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi

setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita

kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan

mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu.

24
Contoh : Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri,

suami dan lain-lain.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif

bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti

individu.

f. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan

dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk

sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi

yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. (Aswar, 2000 : 30-38)

25
D. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pendekatan sistem variabel independen dan variabel dependen. Yaitu ingin

melihat hubungan variabel independen (pengetahuan dan sikap) dengan

variabel dependen (penularan penyakit). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

kerangka konsep dibawah ini:

Variable Independen Variable Dependen

Pengetahuan
Sikap
Tentang katarak

Keterangan diteliti
E. Defenisi Operasional

Skala
Variabel Pengertian Alat Ukur Hasil Ukur
ukur
Pengetahuan Sesuatu yang diketahui Quisioner Ordinal Tinggi > 50%
oleh pasien tentang Rendah < 50%
- Pengertian katarak
- Penyebab katarak
- Gejala katarak
katarak
- Pengobatan katarak

Sikap Tanggapan dan Quisioner Ordinal Positif >


penerimaan pasien median
tentang penyakit Negatif <
katarak median

F. Hipotesis Penelitian

26
H0 ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel

independent dengan dependen.

H0 diterima, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel

independent dengan dependen

BAB III

27
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang dipakai adalah survey analitik. Survey ini

adalah suatu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Didalam penelitian survey analitk ini

pendekatan yang dipakai adalah cross sectional. Cross sectional adalah suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dengan efek. (Notoadmodjo,2005 : 145).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat melakukan penelitian dilakukan di Poli Mata RSUD Pariaman

dan waktu penelitian direncanakan pada bulan Maret s/d Mei 2011

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek dari penelitian (Arikunto,

1993:102) sesuai dengan judul penelitian. Maka yang menjadi populasi

adalah pasien katarak yang berkunjung di Poli Mata di RSUD Pariaman

pada tahun 2010 yang berjumlah 292 orang (Rekam Medik Poliklinik

Mata RSUD

2. Sampel

28
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Arikunto,1993:102). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah secara accidental sampling. Sesuai dengan teori dari Notoatmodjo

(2003),

Dengan kriteria sampel sebagai berikut:

a. Pasien katarak yang datang berobat ke Poli Mata RSUD Pariaman

b. Bisa tulis baca

c. Bersedia menjadi responden

D. Teknik Pengumpulan Data.

1. Data primer

Data primer adalah adata yang diperoleh dengan cara menanyakan

langsung kepada objek yang diteliti (responden). Dalam penelitian ini

penyebaran kuisioner dilakukan dengan cara menunggu pasien yang

datang berkunjung ke Poli Mata RSUD Pariaman, penyebaran kuisioner

langsung dilakukan pada saat penelitian, dan pada waktu pengambilan

hasil kuisioner yang telah disebarkan, penulis juga mewawancarai

beberapa orang dari responden sebagai tambahan data dalam penelitian ini.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara tidak

meminta secara langsung kepada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini

data sekunder diperoleh dari Poli Mata RSUD Pariaman.

E. Teknik Pengolahan data.

29
Teknik pengolahan data dilakukan scecara manual dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Editing, (Pemeriksaan data).

Setelah quisioner diisi dan dikembalikan oleh responden pada peneliti,

maka semua perlanyaan diperiksa kembali apakah semua pertanyaan

sudah di jawab.

2. Coding,

Setelah dipastikan kelengkapan data lalu dilakukan pemberian kode untuk

masing-masing data yang termasuk kategori yang sama.

3. Tabulasi,

Setelah semua data terkumpul dengan baik, data tersebut di Fres dan

diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok menurut subvariasi

penelitian. Menghitung alternatif jawaban responden (skor) setiap jawaban

yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang dianggap salah diberi nilai

0. Kemudian dimasukan kedalam label distribusi frekwensi dan

dipersentasekan.

F. Teknik Analisa Data.

a. Univariat

1. Pengetahuan

Hasil yang telah dikategorikan atau disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekwensi sesuai dengan subvariabel penelitian dan

dipersentasekan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P= 100%

30
P : Persentase data yang dicari

F : Jumlah frekuensi nilai jawaban yang benar

N : Jumlah seluruh item (nilai)

(Sumbcr A.Mury Yusuf 1995 : 65).

Dari setiap kelompok jawaban gambaran pengetahuan

dijumlahkan lalu dipersentasekan, hasil pcrhitungan persentase yang

diolah. Dari setiap kelompok jawaban yang dapat dibagi dalam 2

kategori dengan batas nilai standar kualitatif.

1) Tinggi: Bila didapat hasil > 50%

2) Rendah : Bila didapat hasil < 50%.

2. Sikap

Sikap dinalai dengan menggunakan skala likert untuk setiap

pernyataan positif dan negative.

Pernyataan positif :

o Sangat setuju/SS (4)

o Setuju/S (3)

o Tidak setuju/TS (2)

o Sangat tidak setuju/STS (1)

Pernyataan negative :

o Sangat setuju/SS (1)

o Setuju/S (2)

o Tidaksetuju/TS (3)

31
o Sangat tidak setuju/STS (4)

Min + maks
Median =
2

Keterangan :

Min : jumlah item kali 1

Maks : jumlah item kali 4

Hasil ukur adalah = 1. Positif bila skor > median

2. negative bila skor < median

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah untuk mencari ada atau tidaknya hubungan

variable independen dengan variable dependent. Pada analisis inin

digunakan uji chi Square (x²) dengan derajat kepercayaan.α 0,05,dk 1 =

3,841. Hubungan dikatakan bermakna apabila x² hitung > x² tabel,

digunakan rumus :

Σ (0 – E)²
x² =
E
Keterangan :

keterangan rumus :

x² = chi square yang dicari

Σ = jumlah total

0 = frekuensi observasi

32
E = frekuensi harapan

(Sumber Arikunto s, 2002)

Untuk mendapatkan hasil kemaknaan perhitungan sebagai berikut :

a. P value < 0,05, maka Ha diterima dan terdapat Hubungan Pengetahuan

dengan Sikap Pasien tentang Penyakit Katarak di Poli Mata RSUD

Pariaman.

b. P value > 0,05, maka Ho diterima dan tidak terdapat Hubungan

Pengetahuan dengan Sikap Pasien tentang Penyakit Katarak di Poli

Mata RSUD Pariaman

KUESIONER PENELITIAN

33
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasien Tentang Penyakit Katarak
di Poli Mata RSUD Pariaman

Data Umum
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Nomor Responden
Petunjuk Pengisian Kuesioner:
1. Bacalah setiap item pertanyaan dan alternatif jawaban secara seksama
2. Silangi option yang ada anggap benar sesuai petunjuk soal masing-masing.
3. Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur karena semua jawaban tidak ada
hubungan dengan kegiatan belajar mengajar dan dijamin kerahasiaanya
4. Kuesioner setelah diisi dengan lengkap mohon dikembalikan kepada
peneliti
5. Terima kasih banyak dan selamat mengerjakan.

A. PENGETAHUAN
Pengertian
1. Menurut saudara, apa yang dimaksud dengan katarak ?
a. Kekeruhan yang terjadi pada lensa mata (1)
b. Kurangnya daya penglihatan (0)
c. Infeksi yang terjadi pada mata (0)

Penyebab
2. Menurut saudara, katarak traumatik adalah ?
a. Katarak yang disebabkan oleh faktor usia (0)
b. Katarak yang disebabkan oleh infeksi asap (0)
c. katarak yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata (1)

34
3. Menurut saudara, katarak sekunder disebabkan oleh ?
a. Cahaya matahari (0)
b. Polusi udara (0)
c. Penyakit, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan
pada mata, atau diabetes melitus (1)
4. Berikut adalah salah satu penyebab terjadinya katarak, kecuali ?
a. Paparan sinar radiasi (0)
b. Obat yang dikonsumsi dalam jangka panjang (0)
c. Obat tetes mata (1)
5. Menurut saudara merokok bisa menyebabkan katarak ?
a. Tidak, karena merokok tidak ada hubungannya dengan matara (1)
b. Ya, karena asap rokok bisa memicu terjadinya katarak (0)
c. Tidak tahu (0)
6. Penyakit yang bisa memicu terjadinya katarak adalah ?
a. Diabetes melitus (1)
b. Sakit kepala sebelah (migrain) (0)
c Rematik (0)
7. Proses terjadinya katarak terbagi dalam..........Stadium ?
a. 2 (0)
b. 1 (0)
c. 4 (1)
8. Pada stadium kedua gejala yang ditimbulkan adalah ?
a. Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya (1)
b. Penghilatan masih normal tapi kepala sering merasa pusing (0)
c. Tidak tahan terhadap asap (0)
9. Berikut merupakan jenis pekerjaan yang lebih beresiko terkena katarak ?
a. Nelayan (1)
b. Guru (0)
c. Peternak (0)
Gejala
10. Menurut saudara gejala dari katarak adalah?

35
a. Mata terasa perih (0)
b. Mata tidak bisa melihat di malam hari (0)
c. Penglihatan mulai kabur (1)

Pengobatan
11. Menurut Saudara salah satu cara untuk mengurangi resiko terjadinya
katarak adalah?
a. Mengkonsumsi vitamin C dengan teratur (0)
b. Menggunakan kacamata gelap apabila bekerja di bawah paparan sinar
matahari (1)
c. Mengenakan topi pada siang hari (0)
12. Penyakit katarak pada umumnya terjadi pada usia berapa?
a. Usia dewasa (0)
b. Pada masa tua (1)
c. Pada saat masa menopause (0)
13. Tindakan yang dilakukan pada saat mandi adalah?
a. Bila mandi Tidak boleh kena, wajah dibersihkan dengan waslap (1)
b. Mandi seperti biasa saja (0)
c. Bersihkan mata dulu baru mandi (0)
14. Pada saat mata terasa gatal yang dilakukan adalah?
a. Membersihkan mata dengan air (0)
b. Tidak boleh dikucek, digosok, kena pukulan atau benturan (1
)
c. Membersihkan mata dengan tisu (0)
15. Pada saat bekerja berat beban yang benda yang diangkat sebaiknya tidak
lebih dari ?
a. 30 kg (0)
b. 10 kg (1)
c. 45 kg (0)

16. Posisi tubuh yang tidak boleh dilakukan adalah ?

36
a. Menundukkan kepala, berlari, sujud, telungkup (0)
b. Menundukkan kepala, rukuk, sujud, telungkup (1)
c. Menggelengkan kepala, rukuk, sujud, terlentang (0)
17. Minum obat setelah operasi sebaiknya dilakukan ?
a. Apabila ada keluhan saja (0)
b. Apabila terasa sudah sembuh obat sebaiknya dihentikan (0)
c. Obat harus diminum teratur sampai habis (1)
18. Pada saat terasa ingin batuk, tindakan yang dilakukan adalah ?
a. Mengejan dengan kuat sehingga batuk tidak lagi mengganggu (0)
b. Batuk dengan keras (0)
c. Boleh batuk atau bersin terlalu keras, tapi tidak dengan keras (1)
19. Perawatan yang dilakukan setelah operasi laser adalah ?
a. Penderita sesudah operasi laser harus kontrol pada hari pertama,
ketiga, kesepuluh, dan setelah itu sesuai petunjuk dokter (1)
b. Penderita sesudah operasi laser harus kontrol pada hari ketiga, dan
setelah itu sesuai petunjuk dokter (0)
c. Penderita sesudah operasi laser harus kontrol pada hari pertama,
ketiga, kesepuluh, dan setelah itu selesai (0)
20. Setelah operasi, bebas total dilakukan selama ?
a. 2 minggu (1)
b. 1 minggu (0)
c. Beberapa hari (0)

B. PERNYATAAN (SIKAP)

37
Petunjuk : Buatlah Tanda Check list pada salah satu pernyataan yang menurut
saudara benar
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Pernyataan
No PERNYATAAN SS S TS STS

1. Saya akan tetap merokok karena rokok tidak


ada hubungannya dengan penyakit mata
ataupun katarak

2 Apabila bekerja di bawah paparan sinar


matahari saya tidak akan menggunakan
kacamata gelap

3 Bagi saya, katarak merupakan penyakit yang


biasa terjadi pada usia lanjut

4 Bagi saya tindakan operasi tidak akan banyak


membantu penderita katarak, karena usia lanjut
merupakan pemicu terjadinya fungsi
penglihatan

5 Apabila merasa ada keluhan penglihatan pada


mata saya langsung melakukan pemeriksaan
pada dokter mata

6 Saya selalu berusaha menghindari paparan


langsung sinar matahari

7 Saya akan berusaha berhenti untuk merokok


karena asap rokok memiliki efek buruk
terhadap kesehatan mata saya

8 Saya akan memeriksakan mata secara rutin ke


tempat pelayanan kesehatan

38
No PERNYATAAN SS S TS STS

9. Penglihatan kabur adalah hal yang biasa karena


saya sudah tidak muda lagi

10 Saya akan memakai obat-obatan tetes pada


mata untuk menjernihkan penglihatan saya

KISI-KISI KUISIONER

39
Aspek yang
Variabel Item Jumlah item
diukur
Pertanyaan Pengertian katarak 1 1
pengetahuan
Penyebab katarak 2,3,4,5,6,7,8,9 8

Gejala katarak 10 1

Pengobatan 11,12 10
katarak 3,14,15,16,17,18
19,20

Pertanyaan Sikap Tanggapan dan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 10


penerimaan pasien
tentang penyakit
katarak

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PASIEN TENTANG


PENYAKIT KATARAK DI POLI MATA

40
RSUD PARIAMAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

OLEH:

RESKI HADIA
NIM : 2008518

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH


KABUPATEN PADANG PARIAMAN
2011
LEMBAR KONSULTASI

41
Nama : Reski Hadia
NIM : 2008518
Judul : Hubungan pengetahuan dengan sikap pasien tentang
perawatan katarak di Poli Mata RSUD Pariaman tahun
2010

Nama Pembimbing : Sandra Dewi, AMK, S.Pd, M.Kes

Paraf
No Hari/tanggal Bagian yang direvisi
pembimbing

Konsul bab I dan bab II


1

DAFTAR PUSTAKA

42
Aswar, 2000. Validitas dan reliabilitas. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Azrul Azwar, 2004. Katarak pada Usia Lanjut. Jakarta. Bina Persada Pers.

Depkes RI. 2010. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Erry Dewanto / http://www1.surya. co.id/v2/?p=3006

Heri purwanto,2002. Pengantar Perilaku Manusia, Cetakan 1, Surabaya. Penerbit


Pustaka Setia

http//pencegahan_katarak_sedinimungkin/Gizi.net. 2010

http://bs-ba.facebook.com/topic. php? uid=63460826642&topic=8458&post=4 9


495

http://id.wikipedia.org/wiki/Katarak

ilyas Sidarta. 2005. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI

Irawan 2008 dalam http://addy1571.wordpress.com/2009/08/23/gambaran-


pengetahuaan-kepala-keluarga-tentang-katarak/

Kompas, 2002

Nana Wijayana. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Abadi Tegal

Notoatmodjo, Soekidjo, 2002, Metedologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,


Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Metedologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,


Jakarta

Nursalam, 2003. Tantangan Keperawatan Indonesia Jakarta: Penerbit PT


Gramedia Pustaka. Utama. 2008

Rosyhda Azmir. Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2005 Jakarta :FKUI

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

43
Kepada Yth.

Calon Responden

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tanda tangan dibawah ini:

Nama : Reski Hadia

Nim : 2008518

Pendidikan : Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Daerah

Kabupaten Padang Pariaman

Akan mengadakan penelitian dengan judul “HUBUNGAN

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PASIEN TENTANG PENYAKIT

KATARAK DI POLI MATA RSUD PARIAMAN”. Penelitian ini tidak akan

menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara sebagai responden, kerahasian

imformasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk penelitian.

Apabila saudara menyetujui menjadi responden dan menjawab pertanyaan

dan pernyataan yang peneliti ajukan saya ucapkan terima kasih.

Pariaman, Februari 2011

Penulis

FORMAT PERSETUJUAN
(Informed Consent)

44
Setelah membaca penjelasan yang dijelaskan oleh peneliti, saya bersedia

ikut berpatisipasi sebagai responden penelitian yang berjudul “HUBUNGAN

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PASIEN TENTANG PENYAKIT

KATARAK DI POLI MATA RSUD PARIAMAN”

Yang dilakukan oleh:

Nama : Reski Hadia


Nim : 2008518
Pendidikan : Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten
Padang Pariaman

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap

saya dan keluarga. Penelitian ini akan menjadi masukan bagi peningkatan

pelayanan keperawatan dan akan dirahasiakan keberadaannya sehingga jawaban

yang saya berikan adalah yang sebenarnya.

Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya dan setiap pertanyaan

yang saya ajukan berkaitan dengan penelitian ini dan mendapat jawaban yang

memuaskan, dengan ini saya sukarela berperan serta dalam penelitian ini.

Pariaman, …………….2011

(Responden)

DAFTAR ISI

45
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..........................................................................1

B. Batasan Masalah ..........................................................................6

C. Perumusan Masalah ..........................................................................7

D. Tujuan Penelitian ..........................................................................7

E. Manfaat Penelitian ..........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 9

A. Katarak.................................................................................................... 9

B. Pengetahuan............................................................................................ 16

C. Sikap ....................................................................................................... 21

D. Kerangka Konseptual.............................................................................. 26

E. Hipotesis Penelitian................................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 28

A. Desain Penelitian.................................................................................. 28

B. Tempat dan waktu penelitian................................................................ 28

C. Populasi dan Sampel............................................................................. 28

D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 29

E. Teknik dan Pengolahan Data................................................................ 30


v
F. Analisa data........................................................................................... 30

46
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

PERNYATAAN PERSETUJUAN

47
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “HUBUNGAN

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PASIEN TENTANG PENYAKIT

KATARAK DI POLI MATA RSUD PARIAMAN”, akan diujikan di depan

Dewan Penguji pada tanggal … .. Februari 2011.

Pembimbing :

SANDRA DEWI, AMK, S.Pd, M.Kes


NIP. 19670115 198812 2 001

Mengetahui Direktur Akper


Pememerintah Kabupaten Padang Pariaman

Drs. H. Hasrinal, BSc, MM


NIP. 195204061973121004

KATA PENGANTAR
i

48
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pasien

Tentang Penyakit Katarak Di Poli Mata Rsud Pariaman”

Proposal Karya tulis ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman. Dalam proses penyusunan karya

tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Drs.Hasrinal. B.Sc.MM selaku Direktur Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman

2. Ibu Sandra Dewi, AMK, S.Pd, M.Kes selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan

petunjuk yang amat berharga selama penyusunan proposal karya tulis

ilmiah ini.

3. Ns. Lili Fajria, S.Kep, M. Biomed sebagai penguji I dan Ibu Dewi Murni,

AMK, S.Pd sebagai penguji II yang telah memberikan masukan kepada

penulis

4. Dosen-dosen yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan dalam

penyempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini.

5. Teristimewa kepada Ibu dan Ayah serta keluarga yang telah memberikan

perhatian, kasih sayang, dukunganivdan doa. Tiada kata yang dapat ananda

49
rangkaikan, semoga Allah SWT memberikan Rahmat, hidayah, dan

lindunganNya.

6. Rekan-rekan angkatan yang ke-VIII tahun 2007 Akademi Keperawatan

Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman yang telah ikut berpartisipasi

dalam penyelesaian proposal karya tulis ilmiah ini.

Semoga semua bimbingan, bantuan dan amal kebaikan yang telah diberikan

mendapat imbalan rahmat dan karunia dari Allah SWT.

Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

kesmpurnaan baik dari penulisan maupun isi karena dari keterbatasan ilmu,

kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis dengan

senang hati menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penulis berharap karya tulis ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri.

Pariaman, Februari 2011

Penulis

50

Anda mungkin juga menyukai