PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
Nama : LUSI FITRIAH SARI
NIM : BMR 0200072
PENDAHULUAN
penglihatan yaitu mata. Mata merupakan salah satu organ yang paling sempurna
karena merupakan alat optik alami yang menjadikan manusia dapat melihat obyek
dan keindahan. Mata terdiri dari beberapa bagian yang kompleks, apabila salah
satu bagian rusak atau mengalami kelainan maka dapat mengganggu sistem
dunia.
dengan penuaan atau bisa juga karena trauma dan induksi dari obat-obatan
seperti diabetes atau penyakit mata seperti glaukoma dengan uveitis juga dapat
2016b).
Halaman 1
Sekitar 253 juta orang hidup dengan gangguan penglihatan di seluruh
kebutaan terbanyak adalah katarak yaitu sebesar 51% (WHO, 2012, WHO, 2017).
kebutaan pada orang dewasa yang berusia lebih dari 50 tahun paling tinggi di
Sub-Sahara Afrika bagian barat sebesar 6,0%. Penurunan terbesar kebutaan yang
diakibatkan oleh katarak pada orang dewasa yang berusia ≥ 50 tahun sejak tahun
1990-2010 berada di wilayah Asia Timur, Amerika Latin dan Eropa Barat. Hasil
studi juga menunjukkan bahwa angka kejadian katarak lebih tinggi pada
penurunan jika dibandingkan pada tahun 2007 yaitu dari 0,9% pada tahun 2007
Halaman 2
menjadi 0,4% pada tahun 2013. Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di
tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).
Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta sebesar 0,9% dan 1,1% di
menjalani operasi katarak. Tiga alasan utama penderita katarak belum menjalani
angka operasi katarak yaitu jumlah operasi per juta penduduk per tahun
teknik dan inisiatif operasi aktif. Namun, katarak masih tetap menjadi penyebab
2011).
budaya terkait tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang.
alkohol, diabetes, dan trauma pada mata (Raju et al., 2017). Demikan halnya
Halaman 3
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan,
lensa sebagai salah satu organ tubuh juga akan ikut berubah. Perubahan yang
menghamburkan cahaya matahari. Lensa menjadi keras dan keruh karena terjadi
seseorang maka risiko terjadinya penyakit katarak akan semakin besar pula. Umur
juga memiliki korelasi positif terhadap kualitas hidup pasien katarak. Penelitian
cohort oleh Fraser et al. (2013) menunjukkan hasil bahwa umur berpengaruh
katarak, dimana perempuan memiliki prevalensi dan risiko yang lebih tinggi
jenis kelamin perempuan karena efek dari berkurangnya hormon estrogen saat
kualitas hidup pasien katarak. Pasien dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki
kesehatan mental yang lebih baik daripada mereka yang memiliki tingkat
pendidikan lebih rendah. Pasien dengan tingkat pendidikan tinggi tahu lebih
banyak tentang kondisi mata, dan mencari pengobatan yang sesuai sebelum
Halaman 4
gangguan penglihatan menjadi terlalu serius (Zhu et al., 2015).
trauma mata dapat berujung pada terjadinya katarak. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Chua et al. (2017) menunjukkan ada hubungan antara melitus
Hal ini dapat berdampak pada menurunnya kualitas hidup penderita katarak.
pada tahun 2021 yaitu katarak (37 %), kelainan refraksi (20%), glaucoma(4%)
dan Retinopati Diabetikum (2%), Low Vision (3%), konjungtivis (29 %),
sebanyak 6936 orang. Sedangkan menurut kelompok umur, usia yang paling
sebanyak 8945 orang dan yang paling sedikit kelompok umur <15 tahun
tahun terakhir (2019- 2022) selalu berada pada 10 penyakit terbesar gangguan
penglihatan dan posisi pertama dengan jumlah kasus terbanyak. Jumlah kasus
katarak tahun 2019 sebanyak 4.358 kasus, tahun 2020 sebanyak 2.959 kasus
(sedikit turun dikarenakan covid-19) dan pada tahun 2021 sebanyak 3456 kasus.
Halaman 5
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan
yang buruk. Beberapa hasil penelitian menjukkan bahwa kualitas hidup pasien
untuk melihat hubungan beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, pendidikan
Indramayu.
Halaman 6
katarak di kabupaten Indramayu Tahun 2022?”
2022?”
Halaman 7
katarak di Kabupaten Indramayu Tahun 2022.
selanjutnya.
Halaman 8
kualitas hidup pasien katarak yang telah menjalani operasi.
adalah asli dan dilakukan oleh peneliti sendiri berdasarkan buku-buku, jurnal,
Halaman 9
Nagorno Karabagh penglihatan
(p=0.000)
Nejad et al The Impact of Visual Sebanyak Wawancara Cross Ada hubungan
(2016) Impairment on 121 menggunakan sectional antara jenis
Quality of Life responden Vision Impairment kelamin dengan
questionnaire dan kualitas hidup
kuesioner demografi penderita
gangguan
penglihatan
Fardna Factors Influencing Sebanyak Wawancara Cross Ada hubungan
(2018) Quality of Life 502 menggunakan sectional antara jenis
in Patients Followed responden WHOQoL- BREF kelamin dengan
in the Neurosonology kualitas hidup
Laboratory for
Carotid Stenosis
Danquah The Long Term Sebanyak Wawancara Cohort Ada hubungan
et al Impact of Cataract 455 kasus menggunakan antara pendidikan
(2014) Surgery on Quality of menderita WHO/PBD VF20 dengan kualitas
Life, Activities and gangguan hidup penderita
Poverty: Results from penglihatan katarak (p=0,005)
a Six Year katarak dan
Longitudinal Study in 443 kontrol
Bangladesh and the yang tidak
Philippines. mengalami
gangguan
Paudel et Papua New Guinea Sebanyak Wawancara Cross Ada hubungan
al (2015) vision-specific quality 614 menggunakan Papua sectional antara pendidikan
of life questionnaire:a Responden New Guinea dengan kualitas
new patient- reported vision-specific hidup penderita
outcome instrument to quality of life (PNG- gangguan
assess the impact of VS Qol) penglihatan
impaired vision
Essue et al A Multicenter Sebanyak Wawancara Cohort Ada hubungan
(2014) Prospective Cohort 381 menggunakan antara lama sakit
Study of Quality of Responden kuisioner, data dengan kualitas
Life and Economic rekam medik hidup penderita
Outcomes after katarak (0,004)
Cataract Surgery in
Vietnam
Essue et al A Multicenter Sebanyak Wawancara Cohort Ada hubungan
(2014) Prospective Cohort 381 menggunakan antara lama sakit
Study of Quality of Responden kuesioner, data dengan kualitas
Life and Economic rekam medik hidup penderita
Outcomes after katarak (0,004)
Cataract Surgery in
Vietnam
Halaman 10
1. Metode Penelitian terdahulu menggunakan desain Cohort, sedangkan
sectional
Sampling
3. Subjek sampel penelitian terdahulu umur < 40 thn, sedangkan penelitian ini
ini meneliti empat variable yang sangat berkaitan erat dengan kualitas hidup
riwayat penyakit .
Halaman 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mata. Kekeruhan lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke
kecil tidak menganggu penglihatan dan gumpalan ini bertambah besar sehingga
menjadi terganggu dan bahkan bisa menjadi buta bila semakin parah dan tidak
dalam mata, akan tetapi merupakan keadaan lensa menjadi berkabut. Bila
melihat melalui kaca jendela yang berkabut. Berat ringannya gangguan tajam
mata yang disebabkan karena mata yang terlalu lama dipakai dan mata yang tidak
Halaman 12
penglihatan yang menurun secara progresif. Gangguan penglihatan pada katarak
tergantung pada letak kekeruhan lensa apakah di bagian tepi, tengah atau sudah
adalah:
1. Pandangan mata menjadi buram pada saat melihat suatu objek atau
membaca tulisan.
3. Pada saat melihat objek benda dan cahaya dengan menggunakan satu
katarak pada berbeda. Tanda yang jelas terlihat pada katarak yang
telah lanjut adalah adanya kekeruhan lensa atau warna putih pada
1. Katarak kongenital
Katarak yang terjadi setelah lahir pada satu atau kedua mata. Katarak
kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan
Halaman 13
bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering ditemukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella, galaktosemia,
2. Katarak juvenil
Kekeruhan lensa terjadi pada saat serat-serat lensa masih berkembang. Katarak
mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
a. Katarak metabolik
homosistinuria)
5) Penyakit Wilson
c. Katarak traumatik
Halaman 14
d. Katarak komplikata
heterokromia iridis).
dan neoplasma).
3) Katarak anoksik
6) Katarak radiasi
3. Katarak senil
Katarak senil adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Pada
umumnya terjadi pada usia lanjut, gejala yang biasa dirasakan adalah penglihatan
yang semakin menurun atau kabur. Perubahan lensa yang terjadi pada usia lanjut
yaitu:
a. Kapsul
Halaman 15
2) Mulai presbiopia
berat.
c. Serat lensa
1) Lebih irregular
normal.
kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
Halaman 16
terbentuk bercak-bercak. Kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan
matanya. Pada stadium ini proses degenerasi belum menyerap cairan mata
ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman
yang normal. Iris dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada
Stadium intumesen (imatur) yaitu pada stadium ini lensa yang degeneratif
terjadi pembengkakan. Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa
kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa mata yang bengkak, iris
terdorong ke depan bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit
atau tertutup. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan
Stadium matur merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini
terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam
sinar positif. Stadium ini tepat untuk melakukan operasi karena kekaburan
lensa sudah lebih padat dan lebih mudah dipisahkan dari kapsulnya.
Stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut dan korteks lensa dapat
morgagni). Pada stadium ini terjadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga
bahan lensa ataupun korteks lensa yang cair keluar dan masuk kedalam bilik
Halaman 17
mata depan. Lensa terlihat lebih kecil dari pada normal, yang akan
mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata terbuka. Pada uji bayangan iris
terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga pada stadium ini
disebut uji bayangan iris pseudopositif. Akibat bahan lensa keluar dari
kapsul, maka akan timbul reaksi pada jaringan uvea berupa uveitis. Bahan
lensa juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul
glaucoma facolitic.
galaktosemia, dll.
Trauma akibat cedera mata seperti pukulan keras, trauma tumpul atau
trauma tajam dan lain-lain yang dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa.
obatan dalam waktu lama atau bahan kimia yang bersifat racun pada mata
Halaman 18
terutama pada nukleus inti yang terletak dibagian sentral lensa.
Katarak kortikal yaitu katarak atau kekeruhan lensa yang terbentuk pada
1. Penuaan
kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa
dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada
orang tua nukleus ini menjadi keras. Dengan menjadi tuanya seseorang, maka
lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi
katarak.
juga. Keistimewaan lensa adalah terus menerus tumbuh dan membentuk serat
lensa dengan arah pertumbuhannya yang konsentris. Tidak ada sel yang mati
ataupun terbuang karena lensa tertutupi oleh serat lensa. Akibatnya, serat lensa
paling tua berada di pusat lensa (nukleus) dan serat lensa yang paling muda berada
tepat di bawah kapsul lensa (korteks). Dengan pertambahan usia, lensa pun
bertambah berat, tebal, dan keras terutama bagian nukleus. Pengerasan nukleus
lensa disebut dengan nuklear sklerosis. Selain itu, seiring dengan pertambahan
Halaman 19
usia, protein lensa pun mengalami menjadi tidak larut air dan beragregasi
membentuk protein dengan berat molekul yang besar. Hal ini menyebabkan
transparansi lensa berkurang sehingga lensa tidak lagi meneruskan cahaya tetapi
2. Sinar Ultraviolet
sumber radikal bebas penyebab katarak adalah sinar ultraviolet yang terdapat
dalam jumlah besar di dalam sinar matahari. Memang sudah diketahui bahwa
permukaan mata yang transparan sangat peka terhadap sinar ultraviolet. Pada
mereka yang mempunyai riwayat terpajan sinar matahari untuk waktu lama dapat
3. Radikal Bebas
diperdebatkan, tetapi telah semakin nyata bahwa oksidasi dari protein lensa adalah
salah satu faktor penting. Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa
2005).
Halaman 20
mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak
yang banyak terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebabkan katarak
mungkin disebabkan oleh kerusakan radikal bebas memang tidak langsung, tetapi
sangat kuat dan terutama didasarkan pada perbedaan antara kadar antioksidan di
dalam tubuh penderita katarak dibandingkan dengan mereka yang memiliki lensa
bening.
salah satunya adalah katarak. Dengan meningkatnya kadar gula darah, maka
meningkat pula kadar glukosa dalam akuos humor. Glukosa dari akuos masuk ke
dalam lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga meningkat.
Sebagian glukosa tersebut dirubah oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol,
yang tidak di metabolisme tetapi tetap berada dalam lensa (American Academy
mereduksi gula menjadi sorbitol, hal ini lama-kelamaan akan menjadi keruh
5. Myopia
6. Merokok
Halaman 21
protein lensa. Rokok kaya akan radikal bebas dan substansi oksidatif lain seperti
aldehid. Kita tahu bahwa radikal bebas dari asap rokok dapat merusak protein.
Dilihat dari semua ini, tidaklah mengherankan bahwa perokok lebih rentan
7. Trauma
sehingga timbul katarak. Kerusakan lensa akibat trauma pada kapsul lensa yang
dapat menyebabkan katarak. Trauma katarak dapat meliputi sebagian atau seluruh
lensa. Trauma mata yang paling sering dijumpai adalah cedera tumpul pada bola
mata akibat terkena peluru senapan angin, anak panah, batu, benturan, dan
penggurindaan (grinding), atau terkena bahan kimia, dll memiliki peran terhadap
8. Infeksi
lensa.
terjadinya katarak. Jenis katarak yang sering pada pengguna kortikosteroid adalah
katarak subkapsular.
2.2.4 Patogenesis
Halaman 22
lensa akan meningkat sesuai pertambahan umur dengan kekuatan akomodasi lensa
yang semakin menurun. Lapisan korteks baru akan terus bertambah dan terbentuk
(sklerosis). Protein lensa akan berubah dan terjadi agregasi menjadi protein
Keratometri
Oftalmoskop
pembesar.
1. Pencegahan Primer
Halaman 23
menghilangkan (melindungi) tubuh dari faktor-faktor yang dapat menimbulkan
katarak. Sampai saat ini belum ditemukan obatyang dapat mencegah timbulnya
bertambah keruhnya lensa untuk menjadi katarak. Beberapa faktor yang perlu
dihindari sinar ultra violet B dari matahari, efek racun dari rokok, alkohol, gizi
tertentu juga dapat berkontribusi untuk timbulnya katarak, yaitu : beta metason,
lain. Selain itu, makan makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada
mata dan anti oksidan seperti vitamin C, zink dan selenium serta tumbuh-
tumbuhan yang kaya akan bioflavonoid (buah jeruk, stroberry, cery, anggur,
2. Pencegahan Sekunder
tinggi. Pada usia 40 tahun, sebaiknya mata diperiksa setiap tahun untuk
dapat dilihat oleh pengamatan awam sampai kekeruhannya cukup padat (matur
stadium dini dapat dipantau degan oftalmoskop, loop (kaca pembesar) atau
Halaman 24
lampu celah (slit lamp).
2010). Katarak harus dicurigai bila refleks merah tidak mudah terlihat dengan
oftalmoskop langsung. Ruang pupil setelah muncul gelap akan terlihat abu-abu
atau putih, tergantung pada jenis dan tahap kegelapan lensa. Katarak dapat
inflamasi, membran pupil dan tumor segmen posterior juga dapat mengaburkan
refleks merah.
maka tidak ada alasan untuk tidak meklakukan operasi katarak. Khusus untuk
katarak yang belum perlu dibedah maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan
Halaman 25
manik kecil.
3. Pencegahan Tersier
obat tetes mata selama beberapa minggu. Mata selama 2-4 minggu perlu
diilindungi sewaktu tidur untuk mencegah kecelakaan pada mata tanpa disadari.
Perbaikan yang nyata akan dirasakan nyata pada hari berikutnya setelah
Pemeriksaan ulang perlu dilakukan secara teratur. Bila mata telah sembuh
pengganti lensa mata untuk melihat jauh. Lensa kontak sebagai lensa penggganti
setelah katarak dikeluarkan akan lebih bermanfaat untuk penglihatan. Akan tetapi,
Halaman 26
pemasangannya pada mata orang usia lanjut akan mendapatkan kesukaran. Pada
keadaan tertentu lensa kontak tidak dapat dipergunakan seperti pada mata sakit,
dalam mata. Lensa ini dinamakan lensa tanam intraokular. Pemasangan lensa
dalam mata ini akan memberikan keuntungan berupa segera dapat menyesuaikan
hidup dan berkaitan dengan tujuan, harapan, standar, dan kepentingan masing-
masing. Quality of life merupakan suatu konsep luas yang terpengaruh secara
untuk menjalankan hidup yang bahagia. Kualitas hidup mencakup dimensi kemampuan
fisik, kesehatan mental, persepsi kesehatan secara umum, fungsi sosial, dan kemandirian.
Masing- masing individu mempunyai komponen kualitas hidup yang berbeda- beda
Halaman 27
Menurut gagasan ilmiah secara umum, kualitas hidup adalah multidimensi
yang tidak bisa langsung diukur tetapi hanya dapat ditampilkan dalam komponen tunggal
kebaikan dari beberapa aspek kehidupan mereka. Kualitas hidup dalam mempertahankan
individu yang lebih luas merupakan faktor yang penting dalam memastikan bahwa orang
tersebut dapat hidup dengan baik dengan perawatan dan dukungan hingga datangnya
diuji khusus. Instrument ini mengukur kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam
tugas-tugas biasanya dengan normal dalam kehidupan. Mengukur kualitas hidup terkait
kesehatan dapat membantu menentukan beban penyakit yang dapat dicegah, luka dan
cacat serta dapat memberikan wawasan baru yang berharga ke dalam hubungan antara
kualitas hidup terkait kesehatan dan faktor risiko. Analisis data surveilans kualitas hidup
relatif buruk dan membantu memandu intervensi untuk meningkatkan situasi mereka dan
mencegah konsekuensi yang lebih serius. Interpretasi dan publikasi data ini dapat
masyarakat luas.
hidup mengandung dua komponen yaitu ungkapan subjektif atau persepsi seseorang dan
Halaman 28
komponen objektif. Data objektif yang diukur adalah status kesehatan seseorang.
sebuah kuesioner. Jawaban dari orang tersebut kemudian dikonversi menjadi suatu
1. Kesehatan Fisik
kapasitas dalam bekerja, dan ketergantungan pada obat dan perawatan medis.
2. Kesehatan Psikologis
konsentrasi, harga diri, penampilan dan citra tubuh, perasaan negatif, perasaan
kemampuannya, baik tuntutan dari dalam diri maupun dari luar dirinya.
3. Hubungan Sosial
dukungan sosial. Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau
Halaman 29
lebih dimana tingkah laku individu tersebut akan saling mempengaruhi.
Mengingat manusia adalah mahluk sosial maka dalam hubungan sosial ini,
manusia seutuhnya.
4. Lingkungan
VFQ25) adalah salah satu kuesioner fungsi visual yang paling banyak digunakan.
Berkurang dari format asli versi 51 item, reliabilitas dan validitas NEI VFQ-25
dapat dibandingkan dengan versi yang lebih panjang. Kuesioner ini telah
digunakan dalam survey mata berbasis populasi yang besar dan telah divalidasi
seperti kesejahteraan secara emosional dan fungsi social. Namun, beberapa umpan
balik dari pengguna menyatakan bahwa versi yang lebih singkat sangat diperlukan
Halaman 30
untuk riset dan klinis. NEI VFQ memiliki kandungan yang multidimensi,
reliabilitas, dan validitas yang baik dan dapat diselesaikan dalam waktu yang
sesingkat mungkin.
pengembang NEI-VFQ dan dapat berkisar dari 0 sampai 100, dimana 0 adalah
dengan penglihatan.
yang reproducible dan sahih, terutama jika digunakan pada berbagai kondisi
pengaruh katarak senilis, degenerasi macula, kehilangan lapang pandang dan low
vision dengan berbagai sebab. Kuesioner ini juga banyak dipilih karena spesifik.
Kuesioner ini memiliki validitas isi yang didapat dari berbagai penelitian dan dari
hasil konsultasi terhadap pasien dan ahli low vision. Kuesioner ini memiliki hal-
hal (item) yang berkaitan dengan aktivitas harian, fungsi social, dan cara
Halaman 31
2.3.1 Umur
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Secara umum, umur
lensa sebagai salah satu organ tubuh juga akan ikut berubah. Perubahan yang
menghamburkan cahaya matahari. Lensa menjadi keras dan keruh karena terjadi
seseorang maka risiko terjadinya penyakit katarak akan semakin besar pula. Umur
katarak. Penelitian cohort oleh Fraser et al. (2013) menunjukkan hasil bahwa
perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak lahir. Perbedaan biologis dan
keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras
yang ada di muka bumi. Prevalensi penderita katarak lebih banyak ditemukan
pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini dikaitkan dengan usia harapan
hidup perempuan yang lebih lama dimana jumlah perempuan usia lanjut yang
Halaman 32
lebih banyak. Peningkatan risiko katarak pada jenis kelamin perempuan karena
hidup yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Namun hal berbeda ditunjukkan oleh
(Campos et al., 2014) yang menyatakan bahwa wanita dengan kesehatan fisik dan
psikososial yang baik cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
antara jenis kelamin dengan kualitas hidup. Kesehatan mental pada perempuan lebih
rendah daripada laki-laki. Perempuan berisiko mengalami depresi lebih besar daripada
laki-laki. Perbedaan yang terjadi dapat terjadi dikarenakan coping strategies laki-laki dan
perempuan yang berbeda. Pria cenderung berfokus pada masalah yang terjadi sedangkan
wanita lebih fokus pada emosi saat menghadapi masalah sehingga wanita lebih cenderung
mempunyai emosi negatif yang dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan stress dan
2.3.3 Pendidikan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif. Penelitian
Halaman 33
pendidikan maka akan semakin baik kualitas hidupnya. Semakin tinggi
yang dideritanya.
pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup.
cepat dan pada umumnya memiliki basis pengetahuan yang lebih luas yang dapat
membantu memperkuat informasi baru. Hasil penelitian serupa oleh Sharma et al.
seseorang untuk menerima pengaruh luar yang positif terkait dengan informasi
kemampuan fisik, sosial dan mental lansia sehingga semakin tua mereka, semakin
Halaman 34
cenderung tidak dapat melakukan berbagai macam hal yang berperan dalam
trauma mata dapat berujung pada terjadinya katarak. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Chua et al. (2017) menunjukkan ada hubungan antara diabetes
penglihatan. Hal ini dapat berdampak pada menurunnya kualitas hidup penderita
katarak.
Halaman 35
Diadaptasi dan dimodifikasi dari Ilyas (2008), Pujiyanto (2004), dan Stelmack et al.
(2003)
Halaman 36
U
p
tH
y
w
R
k
d
P
la
K
is
3.1
n
e
J
r
u
m Kerangka Konsep
BAB III
HIPOTESIS
Keterangan:
Variabel
Terikat
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Variabel
Bebas
Halaman 37
Kriteria Objektif :
No Penelitian
1. Judul Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit
katarak di pola mata RSUP Prof.Dr. R.D Kandaun Manado
Peneliti Astria Mo'otapu, Sefti Rompas, Jeavery Bawotong
Subjek Semua pasien yang menderita penyakit katarak khususnya di
poli mata RSUP Prof.Dr.R.D Kandou Manado
Metode Restrospektif
Hasil Hasil Penelitian uji statistik menggunakan uji Chi Square
pada tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05),menunjukkan bahwa
ada ada hubungan antara jenis kelamin dengan katarak dengan
nilai p value = 0,003, usia dengan katarak dengan nilai p value
= 0,033 , dan kebiasaan merokok dengan katarak dengan nilai
p value = 0,010.
2. Judul Prevalence, Risk Factors, and Impact of Undiagnosed
Visually Significant Cataract: The Singapore Epidemiology
Of Eyes Disease Study
Peneliti Jacqueline Chua, Blanche Lim, Eva K. Fenwick, Alfred Tau
Liang Gan, Ava Berkah Tan, Ecosse Lamoureux, Paul
Mitchell, Jie Jin Wang, Tien Yin Wong, Ching-Yu Cheng
Subjek 8.697 orang dewasa dari Melayu, Indian, dan etnis Tionghoa
berumur > 40 bertahun-tahun
Metode Analitik Observasional
Hasil Antara itu 925 peserta dengan secara visual penting katarak,
636 (68,8%) adalah tidak sadar dari milik mereka katarak
status. Standar usia prevalensi bervariasi menurut ke etnis,
dengan Melayu memiliki lebih tinggi tarif dibandingkan Cina
dan orang India. Faktor mandiri terkait dengan memiliki tidak
terdiagnosis secara visual penting katarak adalah: Melayu
etnis, lebih rendah mendidik- nasional pencapaian, di
pekerjaan, dan tanpa sebuah sejarah dari diabetes (semua
P<0,05). Di itu dengan tidak terdiagnosis secara visual
penting katarak, setengah telah bilateral visual gangguan,
yang dulu secara signifikan terkait dengan 24,8% lebih miskin
visual berfungsi dibandingkan ke itu dengan sepihak visual
gangguan (P<0,001).
Halaman 38
3. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi Katarak Senilis di Wilayah
Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur
Peneliti Volta R. Lukas, Sofietje B. Pangkerego, Rooije R.H Rumende
Subjek Semua pasien katarak senilis di Wilayah Kerja Puskesmas
Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur tahun 2017
Metode Komparatif (kohort)
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor usia, jenis
kelamin dan pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian katarak
senilis dengan nilai signifikan 0,00 artinya 0,00 < dari α =
0,01 (1%).
4. Judul Analisis Faktor-Faktor Risiko Kejadian Katarak di Daerah
Pesisir Kendari
Peneliti Alfi Laila, Ilyas Raupong, Juminten Saimin
Subjek Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien katarak dewasa
dan pasien non katarak yang berkunjung di puskesmas Abeli,
Nambo dan Mata yang tercatatat dalam buku registrasi rekam
medik dalam kurun waktu tahun 2015 hingga oktober 2016
Metode Analitik Observasional
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan, pendapatan,
dan pendidikan merupakan faktor risiko terjadinya katarak
yang bermakna secara statistik. Kebiasaan merokok dan
minum alkohol merupakan faktor risiko terjadinya katarak
yang belum bermakna secara statistik. Hasil uji bivariat untuk
pekerjaan adalah OR:2.908 (CI95%:1.031-8.204), pendapatan
OR:3.067 (CI95%:1.053-8.934), pendidikan OR:3.431
(OR95%:1.100-10.704), merokok OR:1.816 (IC95%: 0.616-
5.355) dan alkohol ATAU: 2.467 (IC95%:0.733-8.369)
5. Judul Pengaruh Faktor Risiko Terjadinya Katarak Terhadap Katarak
Senil Pada Petani di Wilayah Kerja Puskesmas Tempurejo
Kabupaten Jember
Peneliti Agung Sudrajat, Al-Munawir, Supangat
Subjek Populasi dalam penelitian adalah kasus katarak berdasarkan
file record kesehatan indra di puskesmas Tempurejo dan
petani yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Tempurejo
Metode Analitik Observasional
Hasil Hasil penelitian pada petani menunjukan bahwa petani
perempuan 2,8 kali (95%C1 1.221-6.423), petani
berpendidikan dan berpengetahuan rendah 2.7 kali (95%C1
1.163-6.552) dan 2.7 kali (95%C1 1.217-6.366), petani
berstatus sosial ekonomi kurang 3.2 kali (95%C1 1.309-
7.898). Petani memiliki riwayat hipertensi 1.9 kali (95%C1
0.764-5.081), petani dengan status mantan/perokok 1.6 kali
(95%C1 0.740-3.805) petani bekerja di luar gedung >4 jam
perhari 2.8 kali (95%C1 1.189-6.866).
Halaman 39
3.3 Hipotesis
Halaman 40
BAB IV
METODE PENELITIAN
data variabel independen dan variabel dependen secara sekaligus dalam satu waktu.
Penelitian ini akan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup
penderita katarak.
Penyakit
4.3.1 Populasi
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
Halaman 41
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).
menjadi pusat perhatian seorang peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang
memberikan suatu data, maka ukuran atau banyaknya populasi akan sama
banyaknya manusia.
kualitas dan karakter yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Ciri, karakteristik, dan
kualitas itu yang dinamakan sebagai variabel. Ia membagi populasi menjadi dua
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita katarak yang telah
menjalani operasi katarak pada Januari s.d. Maret tahun 2022 di Klinik “Eye
Center”, RS Sentot, dan RS.MM Indramayu dan Puskesmas Sukra sebanyak 500
orang.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi atau sampel merupakan bagian dari populasi yang ada (Sugiyono, 2014).
populasi yang akan diteliti. Jika penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi
Halaman 42
maka bisa dikatakan bahwa penelitian tersebut adalah penelitian sampel.
consecutive sampling yaitu setiap pasien yang datang dan memenuhi kriteria
terpenuhi.
rumus mencari sampel berdasarkan teori (Kothari, 1990) oleh Bhisma, 2006 :
sebagai berikut:
N.Z2.p.q
n=
d2(N-1) + Z2.p.q
Keterangan :
n = Besar sampel
q=1-p
Maka :
Halaman 43
500 ∙ (1,96)2 ∙ 0,65 ∙ (1 - 0,65)
n=
(0,1)2 ∙ (500 - 1) + (1,96)2 ∙ 0,65 ∙ (1 - 0,65)
436,98
n=
4,99 + 0,87
n = 74,52
1. Kriteria Inkusi
Puskesmas Sukra
2. Kriteria Ekslusi
Halaman 44
Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan panduan
wawancara. Tidak dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas karena lembar observasi dan
wawancara ini sudah baku dari Kuesioner terkait kualitas hidup menggunakan National
hambatan.
1. Data Primer
rumah responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah tersedia yang
mengenai variabel-variabel yang akan dianalisis pada penelitian ini yang mana
VFQ25). Data variabel independen yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, lama
Halaman 45
penelitian.
2. Data Sekunder
puskesmas, dan desa, baik berupa Laporan Tahunan, Profil Kesehatan ataupun
catatan lainnya.
4.5.1 Screening
4.5.2 Editing
Pada tahap ini semua kesalahan yang telah didapatkan pada tahap
screening divalidasi dengan cara membuka kembali kuesioner yang datanya tidak
sesuai. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh merupakan informasi yang
4.5.3 Coding
bentuk angka.
Halaman 46
Pada tahap ini, data atau jawaban dari responden yang sebelumnya
telah diubah dalam bentuk kode (angka) dimasukkan ke dalam program atau
software kompoter.
4.5.5 Cleaning
variabel penelitian, sebelum melihat kaitannya dengan variabel yang lain. Analisis
univariabel disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan disertai narasi.
dengan rumus:
(O – E)2
X2 =
Ʃ E
Halaman 47
Keterangan:
E = Nilai harapan
X2 = Nilai uji X2
O = Nilai observasional
dependen pada waktu yang bersamaan. Tujuan analisis multivariat adalah untuk
variabel dependen dipengaruhi oleh variabel lain atau tidak. Uji statistik yang
variabel kategorik.
masing variabel bebas dengan hasil menunjukkan nilai p < 0,25 maka variabel
Halaman 48
4.7 Etika Penelitian
data sekunder. Prinsip etik penelitian terdiri dari tiga bagian, yaitu prinsip
dengan memberikan penjelasan bahwa data dan informasi yang peneliti peroleh
sendiri oleh peneliti tanpa diketahui orang lain. Peneliti meminta kepada
responden untuk mengisi nama dengan inisial saja. Informasi yang telah diberikan
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan dalam bentuk
Halaman 49
mengindikasikan ciri lokasi, ciri, individu, dan ciri karakter yang sama.
Halaman 50