PENDAHULUAN
Masa dewasa merupakan suatu masa dimana seseorang telah berusia 18 tahun sampai
dengan 60 tahun dan setelah melewati masa dewasa biasanya orang akan mulai
memasuki masa lansia yang dimulai pada usia 60 tahun keatas. Masa dewasa dibagi
menjadi dua tahapan yaitu tahap dewasa awal dan dewasa akhir. Masa dewasa awal
dimulai pada umur 18 - 40 tahun. Pada masa dewasa awal merupakan peralihan dari
masa remaja dan biasanya perkembangan fisiologis selama ini masih berlangsung secara
cepat. Setelah memasuki dewasa awal, manusia akan memasuki dewasa akhir dimana
masa ini dimulai pada usia 40 - 60 tahun. Pada masa ini manusia mulai mengalami
proses degeneratif dari segi fisiologis mengingat dimana pada masa ini manusia mulai
akan memasuki masa lansia. Masa degeneratif paling besar yaitu terjadi pada saat
memasuki masa lansia (Jannah et al., 2021).
Seiring dengan bertambahnya usia, banyak dari aspek fisiologis yang berubah dan masa
perubahan yang paling drastis biasanya terjadi pada usia lansia. Perubahan fisiologis
merupakan suatu perubahan fisik yang terjadi pada manusia dan perubahan fisiologis ini
dapat terjadi pada tahap dewasa maupun lansia. Perubahan fisiologis yang biasanya
terjadi pada masa dewasa menuju ke lansia berupa perubahan dari segi penglihatan,
penciuman, perasa, pendengaran, pengecap, dsb. Tidak hanya itu, fungsi dari berbagai
organ dalam tubuh juga mengalami penurunan seperti kerja jantung, ginjal, pencernaan,
dsb. Pada makalah ini akan dibahas mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada
peralihan dari dewasa ke lansia (Soesanto, 2022).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGLIHATAN
Perubahan fisiologis yang paling terlihat saat memasuki masa lansia yaitu dari segi
penglihatan. Saat memasuki masa lansia, penglihatan akan semakin menurun dan
penyakit penglihatan yang sering terjadi pada masa lansia yaitu rabun dekat. Masalah
rabun dekat ini sangat umum terjadi pada masa lansia dan biasanya ditandai dengan
susah untuk membaca pada jarak dekat sehingga objek harus dijaukan terlebih dahulu
sehingga dapat terlihat dengan jelas. Rabun dekat ini juga dapat dikaitkan dengan
elastisitas dari otot-otot mata pada masa lansia, semakin bertambah usia kemampuan
dari otot-otot mata akan semakin menurun sehingga dapat mempengaruhi dari kinerja
mata itu sendiri. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Rahayu & Ardia (2019)
bahwa seiring dengan bertambahnya usia, kekenyalan dari lensa mata serta
kelengkungannya semakin berkurang sehingga kemampuan untuk melihat akan semakin
menurun (Jager, 2019).
2.2. PENDENGARAN
Telinga adalah organ penting bagi manusia. Seiring bertambahnya usia, fungsi dari
sistem pendengaran akan terganggu dan menurun. Gangguan pendengaran dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu gangguan sensori neural, gangguan konduktif, dan gangguan
campuran keduanya. Gangguan sensori neural berasal dari kelainan koklearis, saraf
kedelapan atau saluran auditori sentral. Sementara gangguan konduktif diakibatkan
kelainan telinga luar maupun tengah (Nayoan et al., 2022). Gangguan pendengaran juga
diakibatkan oleh kondisi kesehatan seperti penyakit jantung, gagal ginjal, diabetes
melitus, perubahan densitas tulang, dan disfungsi sistem imun. Penurunan pendengaran
lansia akan mengakibatkan kehilangan pendengaran secara bertahap (Putri et al., 2023).
Perubahan dari telinga dapat dimulai dari telinga bagian luar. Rambut telinga akan
menjadi panjang dan tebal. Kulit akan mengering dan menjadi tipis. Pada bagian tengah
telinga terjadi pengapuran tulang pendengaran, daya tangkap dari membran timpani
menurun, serta otot dan ligamen akan menjadi kaku (Soesanto, 2022).
2.3. PENCIUMAN
Penurunan fungsi penciuman adalah tanda penyakit. Salah satunya adalah kelompok
lanjut usia yang rentan sakit karena keterbatasan fisik. Masih banyak orang yang kurang
memperhatikan dan menyepelekan peran penciuman (Palandeng, 2018). Penyakit
hidung yang umum termasuk rinitis alergi, polip hidung, sinusitis, dan mimisan.
Berdasarkan data epidemiologi RA (rinitis alergi), Indonesia berada di antara 1,14-
23,34 persen. Sinusitis banyak terjadi di Indonesia. Bahkan menurut Departemen
Kesehatan RI, penyakit ini menduduki peringkat ke-25 dari 50 penyakit di Indonesia
pada tahun 2003. Diperkirakan 60% orang di seluruh dunia menderita mimisan. Polip
hidung tetap menjadi masalah kesehatan global dan dapat mempengaruhi kualitas hidup
mereka yang terkena dampaknya. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin minimal enam
bulan sekali diperlukan untuk memeriksa kesehatan hidung dan mencegah penyakit
semakin parah.
2.5. KULIT
Penuaan kulit adalah salah satu fase menurunnya ukuran, jumlah sel kulit, serta fungsi
organik kulit yang dikarenakan berbagai faktor. Perubahan pada kulit yang bersifat
fisiologis dapat berupa terganggunya fungsi barrier, penurunan regenerasi sel epidermal,
berkurangnya pembuluh darah yang terdapat pada pangkal rambut dan kelenjar,
menurunnya respon sensori, kurangnya produksi keringat, dan banyak lagi. Berubahnya
struktur, fisiologik, serta menurunnya fungsi kulit pada lansia merupakan dasar dari
kelainan kulit geriatrik. Perawatan pada kelainan kulit geriatrik diperlukan penanganan
yang berbeda. Kulit kering merupakan satu dari banyak kelainan yang paling banyak
dijumpai pada lansia. Pengetahuan tentang patogenesis terlebih pada berubahnya
struktur serta fungsi pada kulit geriatrik dapat membantu dalam metode terapi yang
sesuai dan tepat.
Proses penuaan pada kulit muncul dengan alami yang dikarenakan bertambahnya usia
secara internal maupun eksternal, yang kerap kali dipengaruhi lingkungan sekitar.
Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan menurunnya fungsi serta struktur pada
kulit. teori nutritional component mengatakan bahwa asupan makanan dapat berdampak
pada proses penuaan kulit dimana kurangnya asupan makanan dapat menjadi penyebab
rusak serta berkurangnya regenerasi sel. teori sintesa protein mengatakan bahwa terjadi
pembentukan protein yang tidak normal dikarenakan adanya gangguan mekanisme pada
sintesis protein dikarenakan berubahnya aktivitas enzim serta proses glikolisis. teori
molekul radikal bebas mengatakan bahwa fragmen radikal bebas yang telah bereaksi
dengan asam lemak yang terdapat di membran sel akan membentuk peroksidasi yang
dapat menghambat sirkulasi makanan melewati membran sel yang menyebabkan sel
mudah mati. Teori imunologi mengatakan proses penuaan kulit dikarenakan rusaknya
proses imunologis yang terjadi karena menurunnya sintesa antibodi. Teori stochastic
mengatakan menimbunnya produk dari lingkungan seperti radiasi serta bahan radioaktif
dapat menyebabkan proses penuaan kulit.
Perubahan sel menjadi salah satu faktor perubahan fisiologi kulit lansia. Jika
dibandingkan dengan kulit orang dewasa, kulit lansia mengalami penurunan pada
jumlah sel disertai juga ukuran sel yang menjadi lebih besar serta penurunan jumlah
cairan intraseluler pada sel kulit lansia dan adanya gangguan serta menurunnya
mekanisme regenerasi pada sel kulit. Perubahan struktur lipid pada kulit lansia memiliki
peran dalam berubahnya kondisi fisiologi pada kulit dimana saat memasuki usia lansia
terdapat degradasi komponen total lipid. Meningkatnya enzim metalloproteinase dan
juga menurunnya enzim inhibitornya menyebabkan menurunnya matrik pada kulit
lansia sehingga ketebalan kulit menjadi berkurang. Pada kulit lansia terdapat penurunan
produksi kolagen kulit yang menyebabkan kulit lansia terlihat kendor. Menurunya
kondisi fisiologi kulit lansia mencakup keratinisasi, imunitas, regenerasi luka, reaktivasi
vaskular, kemampuan membentuk keringat, produksi vitamin D, serta menurunnya
kemampuan sensori.
Kulit kering yang kerap muncul pada lansia muncul karena menurunnya aktivitas
kelenjar keringat sehingga berkurangnya jumlah keringat yang dapat diproduksi. Faktor
dari lingkungan seperti rendahnya kelembaban udara, banyak terpapar sinar matahari,
serta penggunaan sabun mandi tanpa menggunakan pelembab dapat menjadi faktor
munculnya xerosis atau kulit kering pada lansia (Anggowarsito, 2016).
Usia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kinerja jantung atau kardiovaskuler
pada manusia. Dimana perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler untuk usia
lansia berapa pada kemampuan kerja serta elastisitas dari katup jantung. Dimana
kemampuan katup jantung untuk memompa darah akan mengalami penurunan sebanyak
1% setiap tahun setelah manusia memasuki umur 20 tahun. Terjadinya penurunan
elastisitas pada katup jantung serta meningkatnya tekanan darah pada lansia merupakan
akibat dari munculnya resistensi yang terjadi pada pembuluh darah perifer yang terjadi
pada tubuh lansia (Damayanti et al, 2020).
Menurunnya densitas tulang pada lansia dapat berpengaruh pada kekuatan serta
kestabilan tulang, hiperkifosis, terganggunya pola berjalan, tendon mengalami
pengerutan dan menyebabkan skoliosis, atrofi serabut otot dapat menyebabkan
lambatnya kemampuan bergerak, kram otot serta muncul tremor, aliran darah yang
masuk ke tulang mengalami penurunan karena proses penuaan. dalam berubahnya
sistem neurologis yang terdapat pada otak akan mempengaruhi tingkat keseimbangan
tubuh yang terdapat pada komponen saraf motorik yaitu terdapat pada sistem motorik.
Terdapat gangguan pengolahan gerak tubuh pada lansia dikarenakan penurunan sistem
muskuloskeletal serta terjadi penurunan degeneratif pada neuromuskuler yang
menyebabkan penurunan kecepatan gerak, langkah kaki yang memendek, terjadinya
penurunan kekuatan pada otot khususnya pada ekstremitas bagian bawah. telapak kaki
pada lansia tidak mampu menapak dengan sempurna serta cenderung lebih mudah untuk
goyah, selain itu akan melambatnya respon lansia untuk mengantisipasi jika tiba-tiba
terpeleset atau tersandung yang akhirnya meningkatkan resiko terjatuh pada lansia
(Ivanali et al, 2021).
2.9. GASTROINTESTINAL
Proses penuaan diikuti oleh berbagai perubahan dalam tubuh, salah satunya adalah
sistem pencernaan. Pada lansia, fungsi sistem pencernaan akan menurun. Proses sekresi
mukus akan menurun, tingkat keelastisan dari dinding rektum menurun, peristaltik
kolon melemah, dan kelokan dari pembuluh darah rektum akan meningkat. Waktu
transit dari feses pada kolon sigmoid dan rektum terjadi lebih lama. Motilitas kolon
berkurang sehingga menyebabkan absorpsi air dan elektrolit meningkat. Oleh karena
perubahan-perubahan tersebut, muncul keluhan berupa konstipasi. Konstipasi adalah
kesulitan untuk mengeluarkan feses sehingga feses menjadi keras dan membutuhkan
tenaga kuat untuk mengeluarkannya (Setyani & Theresia, 2020; Dumic et al., 2019;
Sitorus & Malinti, 2019).
1. Aerobik
Aktifitas ini setidaknya dapat dijalankan 30 menit setiap hari dalam seminggu.
Aktivitasnya dapat berupa berjalan , berkebun, melakukan pekerjaan rumah, naik
turun tangga (harus diawasi oleh orang dewasa). Untuk lansia yang memiliki umur
lebih dari 65 tahun dapat melakukan olahraga yang lebih ringan yaitu berjalan,
latihan dalam air dan sepeda statis.
2. Penguatan Otot
Latihan ini dapat berupa menggerakan atau mengangkat beban atau berdiri-duduk
dari kursi lalu ditahan beberapa detik dan dilakukan berulang. contoh lainnya
dengan menggunakan tali elastik. Setidaknya latihan ini dilakukan dua hari dalam
seminggu.
3. Fleksibilitas dan Keseimbangan
Latihan ini dirancang melibatkan banyak sendi terutama sendi panggul, punggung,
paha, lutut dan leher. Contoh latihan adalah Yoga yang dapat dilakukan 2-3 hari
dalam seminggu. Kemudian latihan keseimbangan seperti senam dan harus
melakukan 8 gerakan utama yaitu pemanasan, memutar bahu, berjalan
menyamping, berjalan menyilang, berjalan dengan tumit dan jari, berdiri dengan
satu kaki, bangun dari duduk, dan pendinginan (Sahar et al, 2018).
BAB III
KESIMPULAN
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan fisiologis seseorang antara lain genetik,
penyakit genetik, polusi udara, merokok secara aktif maupun pasif, penggunaan obat-
obatan terlarang dan alkohol, pola makan, aktivitas fisik, kondisi keuangan, dan akses
kesehatan. Perubahan fisiologis pada lansia yang sering terjadi penurunan pada
penglihatan, oral dental, sistem saraf, penciuman, kulit, pendengaran, jantung,
muskuloskeletal, ginjal, gastrointestinal dan body composition. Untuk menghambat
terjadinya penurunan fungsi fisiologi diperlukan pola hidup yang sehat salah satunya
latihan fisik. Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan oleh lansia yaitu latihan
keseimbangan, fleksibilitas, penguatan otot dan latihan aerobik.