Anda di halaman 1dari 19

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5:
ASKEP DENGAN GANGGUAN SISTEM 1.DAYANG SUBARSIH
MUSKULOSKELETAL: FRAKTUR DAN DISLOKASI 2.DEPIANA SITORUS
PADA PASIEN DEWASA, DENGAN 3.NOFI ILMAYANTI
MEMPERHATIKAN ASPEK LEGAL DAN ETIS 4.SRI DAYANTI
5.SYAHWANDI
6.YANI EKASARI
• LATAR BELAKANG
Fraktur merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah penyakit
Tuberculosis dan jantung coroner. Fraktur disebabkan oleh trauma fisik dan
kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu lintas ( Noorisa dkk, 2017 )
Fraktur merupakan ancaman potensial maupun actual terhadap integritas
seseorang, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis
yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri, kekakuan otot bengkak, rasa
cemas, stress, gangguan istirahat tidur, intoleransi aktifitas dll.
Menurut WHO pada 2019 insiden fraktur meningkat kurang lebih 15 juta orang
dengan prevalensi 3,2%. Tahun 2018 kurang lebih 20 juta orang dengan prevalensi
4,2%. Tahun 2019 menjadi 21 juta orang dgn prevalensi 3,8% akibat kecelakaan
lalu lintas.
DEFINISI FRAKTUR

• Suatu kondisi yang terjadi Ketika keutuhan dan kekuatan dari tulang
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh penyakit invasive atau suatu
proses biologis yang merusak (Kenneth, 2015)
• Fraktur disebabkan karena trauma atau tenaga fisik , kekuatan dan sudut
pandang dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak di sekitar
tulang merupakan penentu apakah fraktur terjadi lengkap atau tidak
lengkap ( Astati,2017 )
KLASIFIKASI
• Menurut Sulistyaningsih (2016)
1. Fraktur Terbuka : Patah tulang yang menembus kulit dan
memungkinkan adanya hubungan dengan dunia luar serta
memungkinkan untuk masuknya kuman atau bakteri kedalam luka.
Fraktur Terbuka dibagi menjadi 3 derajat
 Derajat 1
Kulit terbuka <1 cm, biasanya dari dalam keluar, adanya memar otot
ringan, luka menyerok pendek.
 Derajat 2
Kulit terbuka > 2 cm, tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas, luka
terbuka melintang sederhana.
 Derajat 3
Kerusakan jaringan lunak yang lebih luas, termasuk otot, kulit dan struktur
neurovaskuler, disebabkan oleh energi yang tinggi, kehancuran komponen
tulang yang parah.
2. Fraktur Tertutup : Patah tulang yang tidak mengakibatkan robeknya kulit sehingga tidak
ada kontak dengan dunia luar.
Fraktur Tertutup dibagi menjadi 4
Derajat 0
Cedera akibat kekuatan yang tidak langsung , kerusakan jaringan lunak tidak begitu berarti
Derajat 1
Disebabkan oleh mekanisme energi rendah sampai sedang, memar pada jaringan lunak di
permukaan fraktur.
 Derajat 2
Memar yang signifikan pada otot yang mungkin dalam, adanya mekanisme
energi sedang hingga berat , sangat beresiko terkena sindrom kompartemen.
 Derajat 3
Kerusakan jaringan lunak yang luas, adanya gangguan arteri, terbentuk
sindrom kompartemen.
FRAKTUR BERDASARKAN GARIS
1. Fraktur Komplet
2. Fraktur Inkomplet
(purwanto,2016)
3. Fraktur Transversal
4. Fraktur Oblig
5. Fraktur Spiral
6. Fraktur Kompresi
7. Frkatur Kominutif
8. Fraktur Impaksi
Fraktur berdasarkan garis
ETIOLOGI

• Menurut Purwanto 2016


a) Trauma langsung
b) Trauma Tidak langsung
c) Kondisi Patologis
Askep pasien fraktur

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Nyeri akut b/d terputusnya kontinuitas jaringan atau cidera jaringan lunak.
2) Hambatan mobilitas fisik b/d nyeri, pembengkakan, prosedur bedah, imobilisasi.
3) Deficit perawatan diri b/d kelemahan dan gangguan musculoskeletal
4) Risiko infeksi d.d prosedur invasif (pemasangan pen)
• DX 1 : Nyeri akut b.d. terputusnya kontinuitas
jaringan atau cidera jaringan lunak
• Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x5 jam di harapkan tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil :

a)Keluhan nyeri menurun


b)Merigis menurun
c)Mampu mengontrol nyeri (mampu menggunakan tehnik non farmakologi)
• Perencanaan : Manajemen Nyeri
• Observasi
1)Identifikasi lokasi , karakteristik,durasi , frekuensi ,kualitas dan intesitas nyeri
2)Identifikasi skala nyeri
3)Identifikasi respon nyeri non verbal
4)Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

DX 2 : Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskeletal, nyeri, pembengkakan, prosedur bedah,
imobilisasi.

•Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 5 jam di harapkan tingkat mobilisasi fisik
meningkat dengan kriteria hasil :

1)
Pergerakan ekstremitas meningkat

2)
Kekuatan otot meningkat

3)
Rentang gerak (ROM) meningkat

4)
Kecemasan menurun

5)
Kelemahan fisik menurun

6)
Nyeri menurun

• Perencanaan : Dukungan mobilisasi


• Observasi
1)
Identifikasi kemampuan klien dalam mobilisasi

2)
Monitor ttv

• Terapeutik
1) Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatan pergerakan
• Edukasi

1) Anjurkan Melakukan mobilisasi dini


2) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan(mis.duduk tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
• DX 3 : Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan gangguan
musculoskeleta l

• Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan di selama 1x5 jam harapkan
tingkat perawatan diri meningkat dengan kriteria hasil :

1) Kemampuan mandi meningkat

2) Minat melakukan perawatan diri meningkat


3) Mempertahakan kebersihan diri meningkat
4) Mempertahakan kebersihan mulut meningkat
• Perencanaan : Dukungan perawatan Diri

• Observasi

1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan dirisesuai usia


2) Monitor tingkat kemandirian
3) Identifikasi kebutuhanalat bantu kebersihan diri, berpakaian, dan berhias.
• Terapeutik

1) Sediakan lingkungan yang teraupetik (mis. Privasi klien)


2) Dampingi dalam melakukan perawatandiri sampai mandiri.
3) Bantu jika tidak mampumelakukan perawatan Diri
4) Jadwalkan rutinitasperawatan diri
• Edukasi

1) Anjurkan melakukan perawatan diri secarakonsisten sesuai kemampuan


• DX 4 : Risiko infeksi d.d prosedur invasif (pemasangan pen)

• Kriteria Hasil : setelah dilakukan tindakan selama 1x 5 jam keperawatan di


harapkan maka tingkat infeksi menurun Dengan kriteria hasil :

1) kebersihan tangan meningkat


2) kebersihan badan meningkat
3) nyeri menurun
• Perencanaan : Pencegahan infeksi

• Observasi

1) Monitor tanda dan gejala infeksi


• Terapeutik

1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
• Edukasi :

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi


2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan
•  
•TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai