Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

FRAKTUR

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Alma Nurfitria Faizah P27220019050


2. Amelia Fransiskawati P27220019051
3. Ananda Lutvi Verindia P27220019052
4. Deva Ardelia P27220019061
5. Dyah Ayu Wulansari P27220019067
6. Marlita Kunti Nurmalasari P27220019077
7. Nico Adi Christanto P27220019078
8. Nurul Furqon Novitasari P27220019082
9. Oktavia Putri Cempaka P27220019083
10. Oriza Satifa P27220019084
11. Rena Setiyawati P27220019088
12. Retno Kinasih P27220019089
13. Rheisma Dyah Putri Artaminingsih P27220019090
14. Vinia Putri Ambarwati P27220019093
15. Windy Elvina Dwy Octavia P27220019094

PROGRAM STUDI D - III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali
terganggu. ( Black dan Hawks, 2014). Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan maupun kelainan patologis.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Sedangkan menurut Smeltzer, fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang
dikenai stres yang lebih besar dari yang diabsorpsinya.

B. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstremitas, organ tubuh
dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
akibat fragmen tulang. (Brunner & Suddarth, 2010).
Sedangkan penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari
(2010) dapat dibedakan menjadi:
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1. Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan
2. Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh
dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur
sehingga menyebabkan fraktur klavikula
3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
b. Fraktur patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor
mengakibatkan :
1. Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali
2. Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat
infeksi akut atau dapat timbul salah satu proses yang
progresif
3. Rakhitis
Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus
menerus

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut Brunner & Suddarth (2013) adalah
nyeri, hilangnya fungsi , deformitas, pemendekan ekstremitas,
krepitus,edema lokal, serta perubahan warna. Namun, tidak semua gejala
ini ada pada setiap fraktur dan kebanyakan justru tidak terdapat pada
fraktur linear (fisur) atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling
terdesak satu sama lain). Berikut adalah gejala fraktur
yaitu :
a. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang
dimobilisasi. Spasme otot yang mnyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
b. Bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa) setelah terjadinya fraktur.
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui
dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.
c. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat
melekatnya otot. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang
yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas daan
bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama
lainnya sampai 2,5 – 5cm (1- 2 inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang yang dinamakan krepitus yang teraba karena adanya
gesekan antar fragmen satu dengan yang lainnya. Uji krepitus
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
e. Edema dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang menyertai fraktur. Edema dan perubahan
warna biasanya terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah
cedera terjadi.

D. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Rasjad, Chairuddin. 2012), pemeriksaan penunjang fraktur
berupa:
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai
fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
a. Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan
lateral.
b. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan
distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak)
baik yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk
membandingkan dengan yang normal)
c. Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah
tindakan.
2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
a. Darah rutin,
b. Faktor pembekuan darah,
c. Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan
operasi),
d. Urinalisa,
e. Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin
untuk kliren ginjal).
3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi
kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebu
ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTUR

A. Pengkajian
Klien 1 operasi pada satu lokasi yaitu digiti III manus dekstra. Klien 1 membutuhkan
bantuan keluarga. Pemeriksaan fisik didapatkan perubahan pada pemeriksaan ekstermitas
atas dan tampak antrebrachii hingga digiti manus terbalut elastis bandage. Selain itu, pada
pemeriksaan laboraturium didapat peningkatan leukosit dengan nilai 14.700/cmm

B. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b.d injury fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
3. Resiko infeksi bd kerusakan fragmen tulang

C. Intervensi

Diagnosa Intervensi
Nyeri akut b.d injury fisik 1. Observasi TTV dan tingkat nyeri pada pasien
2. Berikan teknik non farmakologis relaksasi
nafas dalam
3. Beri informasi tentang nyeri kepada pasien
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian
analgesic

Ganguan mobilitas fisik b.d kerusakan 1. Kaji kemampuan pasien dalam monilisasi
integritas struktur tulang 2. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap cedera
3. Ajarkan pasien tentang teknik mobilisasi

Resiko infeksi bd kerusakan fragmen 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
tulang sistemik
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
beresiko tinggi
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
7. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
D. Implementasi

Dx Implementasi
Nyeri akut b.d injury fisik Observasi
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik
• Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgesik
Gangguan mobilitas fisik bd nyeri Observasi
• Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
Terapeutik
• Fasilitasi aktivitas ambulasi dgn alat bantu
• Libatkan keluarga untuk membantu pasien dlm
meningkatkan ambulasi
Resiko infeksi bd kerusakan fragmen Observasi
tulang • Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
Terapeutik
• Cuci tangan sblm dan ssdh kontak dgn pasien
dan lingkungan pasien
• Pertahankan teknik aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
• Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Ajarkan cara mencuci tangan dgn benar
• Ajarkan cara memeriksa kondisi luka/ luka
operasi

E. Evaluasi
1. Nyeri berkurang dengan rasa nyaman meningkat
2. Gangguan mobilitas fisik dapat teratasi
3. Resiko infeksi sudah berkurang
DAFTAR PUSTAKA

Sudarmanto, Eko. 2018. “ Asuhan Keperawatan Tn. S Dengan Open Fraktur Manus Iv Distal
Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Tk. Ii Dr. Soedjono Magelang” Yogyakarta : Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
Andani, Widiyawati. 2018. “Penerapan Mobilisasi Dini Pada Asuhan Keperawatan Pasien Post
Operasi Fraktur Femur Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Di Rsud
Sleman” Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria
Irawati I., Priyanti R. P., dan H. Maryati. 2016. Asuhan keperawatan pada pasien post operasi
fraktur ekstermitas atas dengan nyeri akut di Paviliun Asoka RSUD Jombang. J. Ilmiah
Keperawatan, 2( 2 ) : 72 - 77.

PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2016), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan ,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai