FRAKTUR
A. Definisi
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu
tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering
kali terganggu. ( Black dan Hawks, 2014). Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi
jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya.
Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Brunner dan
Suddarth, 2014). Sedangkan menurut Smeltzer (2011) fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang
diabsorpsinya.
B. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstremitas, organ
tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur
atau akibat fragmen tulang. (Brunner & Suddarth, 2010).
Sedangkan penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari
(2010) dapat dibedakan menjadi:
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1. Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan
2. Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh
dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur
sehingga menyebabkan fraktur klavikula
3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
b. Fraktur patologik
Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma minor
mengakibatkan :
1. Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali
2. Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat
infeksi akut atau dapat timbul salah satu proses yang
progresif
3. Rakhitis
Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus
menerus
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut Brunner & Suddarth (2013) adalah
nyeri, hilangnya fungsi , deformitas, pemendekan ekstremitas,
krepitus,edema lokal, serta perubahan warna. Namun, tidak semua gejala
ini ada pada setiap fraktur dan kebanyakan justru tidak terdapat pada
fraktur linear (fisur) atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling
terdesak satu sama lain). Berikut adalah gejala fraktur
yaitu :
a. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang
dimobilisasi. Spasme otot yang mnyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
b. Bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa) setelah terjadinya fraktur.
Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui
dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.
c. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat
melekatnya otot. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang
yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas daan
bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama
lainnya sampai 2,5 – 5cm (1- 2 inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang yang dinamakan krepitus yang teraba karena adanya
gesekan antar fragmen satu dengan yang lainnya. Uji krepitus
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
e. Edema dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang menyertai fraktur. Edema dan perubahan
warna biasanya terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah
cedera terjadi.
D. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Rasjad, Chairuddin. 2012), pemeriksaan penunjang fraktur
berupa:
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai
fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
a. Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan
lateral.
b. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan
distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak)
baik yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk
membandingkan dengan yang normal)
c. Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah
tindakan.
2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
a. Darah rutin,
b. Faktor pembekuan darah,
c. Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan
operasi),
d. Urinalisa,
e. Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin
untuk kliren ginjal).
3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi
kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebu
ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTUR
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Tn. S
2) Tempat tanggal lahir : Surakarta, 3 Februari 2000
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : SD
6) Pekerjaan : Petani
7) Status Perkawinan : Nikah
8) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
9) Alamat : Mojosongo, Surakarta
10) Diagnosa Medis : Fraktur di os femur ⅓ tengah kiri
11) No RM : 2021
12) Tanggal Masuk : 2 Februari 2021
Pemeriksaan Penunjang
Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b.d injury fisik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
3. Gangguan mobilitas fisik bd nyeri
4. Resiko infeksi bd kerusakan fragmen tulang
B. Intervensi
Diagnosa Intervensi
Nyeri akut b.d injury fisik 1. Observasi TTV dan tingkat nyeri pada pasien
2. Berikan teknik non farmakologis relaksasi
nafas dalam
3. Beri informasi tentang nyeri kepada pasien
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian
analgesic
Ganguan mobilitas fisik b.d kerusakan 1. Kaji kemampuan pasien dalam monilisasi
integritas struktur tulang 2. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap cedera
3. Ajarkan pasien tentang teknik mobilisasi
Kerusakan integritas kulit b.d 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
pembedahan 2. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi
3. Pasang balutan sesuai jenis luka
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
C. Implementasi
Dx Implementasi
Nyeri akut b.d injury fisik Observasi
• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik
• Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgesik
Gangguan mobilitas fisik bd nyeri Observasi
• Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya
Terapeutik
• Fasilitasi aktivitas ambulasi dgn alat bantu
• Libatkan keluarga untuk membantu pasien dlm
meningkatkan ambulasi
Resiko infeksi bd kerusakan fragmen Observasi
tulang • Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
Terapeutik
• Cuci tangan sblm dan ssdh kontak dgn pasien
dan lingkungan pasien
• Pertahankan teknik aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
• Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Ajarkan cara mencuci tangan dgn benar
• Ajarkan cara memeriksa kondisi luka/ luka
operasi
D. Evaluasi
1. Nyeri berkurang dengan rasa nyaman meningkat
2. Gangguan mobilitas fisik dapat teratasi
3. Resiko infeksi sudah berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmanto, Eko. 2018. “ Asuhan Keperawatan Tn. S Dengan Open Fraktur Manus
Iv Distal Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Tk. Ii Dr. Soedjono Magelang”
Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Andani, Widiyawati. 2018. “Penerapan Mobilisasi Dini Pada Asuhan Keperawatan
Pasien Post Operasi Fraktur Femur Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Aktivitas Di Rsud Sleman” Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria
Irawati I., Priyanti R. P., dan H. Maryati. 2016. Asuhan keperawatan pada pasien post
operasi fraktur ekstermitas atas dengan nyeri akut di Paviliun Asoka RSUD
Jombang. J. Ilmiah Keperawatan, 2( 2 ) : 72 - 77.