Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN KEDARURATAN

MANAJEMEN KECELAKAAN PATAH TULANG

DISUSUN OLEH
GANIS RISKI YULIANTI
P1337420717017

S1 TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang
semakin meningkat selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern manusia tidak akan lepas dari fungsi normal system
musculoskeletal. Salah satunya tulang yang merupakan alat gerak utama
pada manusia, namun dari kelainan ataupun ketidaksiplinan dari manusia
itu sendiri (patah tulang) fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan
tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total
maupun partial . fraktur biasanya terjadi pada cruris, karena cruris sangat
kurang di lindungi oleh jaringan lunak, sehingga mudah sekali mengalami
kerusakan (Rasjad, 1998).
Berbagai penelitian di Eropa, Amerika Serikat, dan Australia
menunjukkan bahwa resiko terjadinya patah tulang tidak hanya ditentukan
oleh densitas massa tulang melainkan juga oleh faktor-faktor lain yang
berkaitan dengan kerapuhan fisik (frailty) dan meningkatkannya resiko
untuk jatuh. (Sudoyo: 2010)
Kematian dan kesakitan yang terjadi akibat patah tulang umumnya
disebabkan oleh komplikasi akibat patah tulang dan imobilisasi yang
ditimbulkannya. Beberapa diantara komplikasi tersebut adalah timbulnya
dikubitus akibat tirah baring berkepanjangan, perdarahan, trombosis vena
dalam dan emboli paru; infeksi pneumonia atau infeksi saluran kemih
akibat tirah baring lama; gangguan nutrisi dan sebagainya. (Sudoyo: 2010)
Walaupun dalam kasus yang jarang terjadi kematian, namun bila tidak
ditangani secara tepat atau cepat dapat menimbulkan komplikasi yang
akan memperburuk keadaan penderita. Sehingga perawat perlu
memperhatikan langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
menangani pasien dengan kasus kegawat daruratan fraktur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kecelakaan fraktur?
2. Siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai korban kecelakaan
fraktur?
3. Mengapa orang yang mengalami kecelakaan fraktur dapat berbahaya
apabila tidak segera ditangani?
4. Dimana penanganan yang dilakukan pada saat ada korban kecelakaan
fraktur?
5. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan pertolongan pada orang
yang kecelakaan fraktur?
6. Bagaimana manajemen pasien kecelakaan fraktur?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari fraktur
2. Untuk mengetahui Siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai korban
kecelakaan fraktur
3. Untuk mengetahui Mengapa orang yang kecelakaan fraktur dapat
berbahaya apabila tidak segera ditangani
4. Untuk mengetahui penanganan yang dilakukan pada saat ada korban
kecelakaan fraktur
5. Untuk menegetahui Kapan waktu yang tepat untuk melakukan
pertolongan pada orang yang kecelakaan fraktur
6. Untuk mengetahui Manajemen pasien tenggelam baik sadar ataupun
tidak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Apa yang dimaksud dengan kecelakaan fraktur?


1. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang di tandai oleh rasa
nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan , dan
krepitasi (Doenges, 2002).
2. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
(Rasjad, Chairuddin.2007).
3. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, 2000 : 347).
4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer and Bare, 2001).

B. Siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai korban kecelakaan fraktur?


Klien yang dapat dikategorikan korban kecelakaan fraktur apabila terjadi
hal-hal seperti :
1. Trauma

a) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat


tersebut.
b) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan.

2. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker
tulang dan lain-lain.
3. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
4. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

C. Mengapa orang yang mengalami kecelakaan fraktur dapat berbahaya


apabila tidak segera ditangani?
Karena apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan
komplikasi lainnya. Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi :
1. Komplikasi Dini
a) Nekrosis kulit
b) Osteomielitis
c) Kompartement sindrom
d) Emboli lemak
e) Tetanus
2. Komplikasi Lanjut
a) Kelakuan sendi
b) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union
dan non union.
c) Osteomielitis kronis
d) Osteoporosis pasca trauma
e) Ruptur tendon

D. Bagaimana cara menangani masing-masing lokasi fraktur?


Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada masing-
masing tulang yang mengalami patah tulang sebagai berikut:
1. Patah tulang kepala
Bahaya terbesar dari tulang kepala yang pecah ialah akibat-
akibatnya terhadap otak. Patah tulang kepala dapat bersifat tertutup,
yaitu tanpa disertai luka dikulit dan dapat pula bersifat terbuka, yaitu
disertai luka robek dikulit kepala (Mohamad, 2008).
Tindakan pertolongan Pertama:
a) Korban tidak boleh sembarangan dipindahkan dan tidak boleh sering-
sering digerakan bagian kepalanya.
b) Usahakan melancarkan jalan napas korban dan mengusahakan korban
tidur agak miring.
c) Jangan meletakkan bantal dibawah kepala korban, tetapi letakkanlah
dikiri kanan kepala korban untuk menjaga leher tidak bergerak.
d) Tidak boleh membersihkan luka ataupun mengambil benda/ kotoran
yang ada pada luka dengan bantuan cairan ataupun alat bantu apapun.
e) Tutup luka dengan kain bersih.
f) Segera bawa korban kerumah sakit.

2. Patah tulang rahang


Tulang rahang yang patah biasanya mudah diketahui. Yaitu
bentuknya tidak lurus lagi, dan penderita akan kesakitan kalau
berusaha mengerakannya. Selanjutnya akan diikuti dengan
pembengkakan (Mohamad, 2008).
Tindakan pertolongan pertama:
a) Kompres dengan es
b) Balut rahang dengan balutan segitiga untuk menyangga rahang dan
mencegah gerakan yang merugikan.
c) Cepat bawa korban kerumah sakit.

3. Patah tulang lengan atas


Tulang lengan atas hanya ada sebuah, dan berbentuk tulang panjang
(tulang pipa). Tanda-tanda patah tulang pipa adalah nyeri tekan pada
tempat yang patah, dan juga terdapat nyeri sumbu. Yang dimaksud
dengan nyeri sumbu adalah rasa nyeri akan timbul apabila tulang itu
ditekan dari ujung ke ujung (Mohamad, 2008).
Tindakan pertolongan pertama:
a) Pasang bidai sepanjang lengan atas, kemudian ikat dengan
pembalut.
b) Tekuk siku dan lipat tangan kedada.
c) Lengan kemudian digantungkan keleher.
d) Segera bawa korban kerumah sakit.

4. Patah tulang lengan bawah.


Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang, satu disisi
yang searah dengan ibu jari dan sebatang lainya disisi yang searah
dengan kelingking (Mohamad, 2008).
Tindakan pertolongan pertama:
a) Pasang sepasang bidai dibagian dalam dan luar lengan.
b) Balut dengan menggunakan pembalut/ perban.
c) Gantungkan tangan ke leher.
d) Cepat bawa korban kerumah sakit.

5. Patah tulang paha


Seperti juga lengan atas, paha hanya memeiliki sebatang tulang
pipa. Demikian pula tanda-tanda patah tulang paha tidak berbeda
dengan tanda-tanda patah tulang lengan atas (Mohamad, 2008).
Tindakan pertolongan pertama:
a) Pasang bidai sepanjang kaki. Ikat bidai dengan pembalut, pastikan
ikatan erat dan paha tidak dapat bergerak.
b) Bidai harus terpasang sebelum korban dipindahkan.
c) Segera bawa korban kerumah sakit.

6. Patah tulang tungkai bawah


Tindakan pertolongan pertama:
a) Pasang bidai 2 buah mulai dari mata kaki sampai atas lutut.
b) Ikat bidai dengan pembalut.
c) Cepat bawa korban kerumah
E. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan pertolongan pada orang yang
mengalami kecelakaan patah tulang?
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan
(breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila
sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisis secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat
golden period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin
besar. Maka sebaiknya sesegera mungkin untuk melakukan pertolongan
pada korban fraktur.

F. Bagaimana manajemen Pasien Fraktur?


Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak
menyadari adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang
patah, maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk mengimobilisasi
bagain tubuh segara sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien yang
mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat
dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah
tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan
fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan
lunak dan perdarahan lebih lanjut.
Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi
dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur.
Pembidaian yang memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan
jaringan lunak oleh fragmen tulang.
Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai
sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan
kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat juga
dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas
yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada
cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan
bawah yang cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus
dikaji untuk menntukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril)
untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-
kali melakukan reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang
keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan diatas.
Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap.
Pakaian dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan
kemudian dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada
sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut.
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah pembidaian.
Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk menghindari
pergerakan, untuk melindungi serta menstabilkan bagian tubuh yang
cedera. Hal ini penting dilakukan sebelum tenaga ahli (dokter atau
paramedis) dapat membantu Anda.
Pembidaian bertujuan untuk:
1. Mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi terjadinya cedera baru di sekitar bagian tulang yang patah
3. Mengistirahatkan anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mengurangi perdarahan
6. Mempercepat penyembuhan

Macam-macam bidai
Berikut ini adalah beberapa bidai yang dapat digunakan dalam keadaan
darurat untuk patah tulang terbuka:
1. Bidai keras
Dibuat dari bahan yang keras, kaku, kuat, dan ringan untuk mencegah
pergerakan bagian yang cedera. Pada dasarnya ini adalah bidai yang
paling baik dan sempurna pada keadaan darurat. Bahan yang sering
dipakai adalah kayu, alumunium, karton, plastik, dan lain-lain.
2. Bidai yang dapat dibentuk
Jenis bidai ini dapat diubah menjadi berbagai bentuk dan kombinasi
untuk disesuaikan dengan bentuk cedera. Contohnya selimut, bantal,
bidai kawat, dan lain-lain.
3. Gendongan/belat dan bebat
Pembidaian ini dilakukan dengan menggunakan kain pembalut,
biasanya menggunakan mitella (kain segitiga) dan gendongan lengan.
Prinsipnya adalah dengan memanfaatkan tubuh penderita sebagai
sarana untuk menghentikan pergerakan bagian yang cedera.
4. Bidai improvisasi
Bila tidak tersedia bidai apaun, maka penolong dituntut untuk mampu
berimprovisasi membuat bidai yang cukup kuat dan ringan untuk
menopang bagian tubuh yang cedera. Misalnya majalah, koran,
karton, dan lain-lain.

Panduan pembidaian
Meskipun bidai yang dipakai seadanya, tetap saja ada beberapa pedoman
yang harus diikuti untuk meminimalisir kecelakaan saat pembidaian.
1. Sebisa mungkin beri tahu rencana yang akan Anda lakukan pada
penderita.
2. Pastikan bagian yang cedera dapat dilihat, dan hentikan perdarahan
(bila ada) sebelum melakukan pembidaian.
3. Siapkan alat seperlunya seperti bidai dan kain segitiga (mitella).
4. Jangan mengubah posisi yang cedera.
5. Jangan memasukkan bagian tulang yang patah.
6. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah (sebelum
dipasang, bidai harus diukur terlebih dahulu pada anggoda badan
penderita yang tidak mengalami patah tulang).
7. Jika ada tulang yang keluar, Anda dapat menggunakan mitella dan
membentuknya seperti donat atau menggunakan benda apapun yang
lunak dan memiliki lubang, lalu masukkan tulang di dalam lingkaran
donat tersebut agar tulang tidak tersenggol (sesuaikan lingkaran
dengan diameter tulang yang keluar).
8. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak bila memungkinkan.
9. Gunakan beberapa mitella untuk mengikat bidai (jika di bagian kaki,
masukkan mitella melalui celah di bawah lutut dan di bawah
pergelangan kaki).
10. Ikat juga “donat” yang telah Anda pakai pada tulang yang keluar
dengan mitella.
11. Ikatan jangan terlalu keras dan terlalu longgar.
12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak
melakukan gerakan, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
13. Jangan membidai berlebihan, jika anggota tubuh penderita yang
mengalami patah tulang sudah tidak dapat melakukan gerakan itu
berarti Anda sudah melakukan pembidaian dengan baik.
14. Bawa penderita ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan
trauma atau tenaga fisik dan menimbulkan nyeri serta gangguan fungsi.
Fraktur disebabkan oleh cidera, fraktur patologi, dan fraktur beban.
Secara umum fraktur dibedakan menjadi 2 yaitu terbuka dan tertutup.
Manifestasi klinis dari fraktur itu sendiri yaitu nyeri, hilangnya fungsi
dan deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, Pembengkakan lokal
dan Perubahan warna.
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah pembidaian.
Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk menghindari
pergerakan, untuk melindungi serta menstabilkan bagian tubuh yang
cedera..
B.     Saran
Walaupun dalam kasus fraktur jarang terjadi kematian, namun bila
tidak ditangani secara tepat atau cepat dapat menimbulkan komplikasi
yang akan memperburuk keadaan penderita. Sehingga perawat perlu
memperhatikan langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
menangani pasien dengan kasus kegawat daruratan fraktur. Pasien harus
mendapatkan pertolongan sesegera mungkin. Untuk itu dibutuhkan
perawat yang tanggap dalam menangani pasien gawat darurat, terutama
dalam hal ini adalah pasien dengan kegawat daruratan sistem
muskuloskeletal, fraktur.
DAFTAR PUSTAKA

1. Budiman C. 2010. Patah Tulang dan Pembidaian. Bandung: KORPS


Sukarela PMI UNPAD.
xa.yimg.com/kq/groups/.../Patah+Tulang+dan+Pembidaian.pptx (10
Desember 2012)
2. Moira Davenport. Spine serviks Fraktur di Pengobatan Darurat.2008.
http://emedicine.medscape.com/article/824380-overview#showall
Diakses tanggal 14 februari 2020.
3. Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif
Watampone. Makassar: 2007. pp. 352-489

4. Schwartz.SI; Shires.GT; Spencer.FC. 2000. Intisari Prinsip Prinsip


Ilmu Bedah. EGC: Jakarta.

5. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah.


Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC
6. Editor, R. Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2. Jakarta:
EGC
7. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai