Anda di halaman 1dari 18

Health Reference

Informasi Mengenai bisnis dan Kesehatan

Untuk saran dan kritik kirimkan via email ilhamsyah050@gmail.com atau sms ke
08561836482

Mesin pencari

Kamis, 10 Juli 2008


KONDAS FRAKTUR COLLUM FEMUR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh, pelindung
organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan garam
mineral, namun fungsi tersebut biasa saja hilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan.

Pengertian dari fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000). Sedangkan fraktur colum
femur adalah fraktur yang terjadi pada colum femur.

Kecelakaan merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan biasanya terjadi


mendadak dan bisa mengenai semua umur. Fraktur collum femur merupakan jenis fraktur
yang sering ditemukan.. tetapi dalam penanganannya masih banyak masyarakat yang berobat
ke alternatif, akan tetapi kenyataannya tidak semua orang berhasil dengan pengobatn
alternatif tersebut sehingga mengakibatkan keadaan yang yang lebih buruk atau terjadinya
komplikasi seperti mual unioun, non union ataupun delayed union, pada akhirnya keadaan
tersebut mendorong orang untuk berobat ke RS.

Data yang diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
bahwa angka kejadian fraktur khususnya fraktur femur pada tahun 2007 dari bulan januari
sampai bulan Oktober mencapai orang.Tampak adanya peningkatan angka kejadian fraktur
femur, maka profesi sebagai seorang perawat dituntut untuk dapat melakukan asuhan
keperawatan dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sehingga masalah dapat
teratasi dan klien dapat terhindar dari komplikasi yang lebih buruk.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil judul laporan inti ”
Asuhan keperawatan pada Tn. U dengan pre dan post operasi pemasangan orif Fraktur colum
Femur sinistra Tertutup” di ruang 1 Orthopedi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapat pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan pada Tn. U dengan
kasus fraktur colum femur sinistra tertutup.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian

b. Mampu merumuskan data yang menunjang

c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan

d. Mampu memprioritaskan diagnosa keperawatan

e. Mampu menyusun rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa


keperawatan

f. Mampu melaksanakan intervensi dan evaluasi keperawatan pada klien

g. Mampu mengindentifikasai faktor penghambat dan faktor penunjang dalam


melaksanakan asuhan keperawatan

h. Mampu mengidentifikasi dalam pemberian penyelesaian masalah (solusi).

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dan dalam
mengumpulkan data penulis menggunakan metode studi kasus dengan teknik pengumpulan
data sebagai berikut: teknik wawancara, teknik observasi, pemeriksaan fisik, studi
kepustakaan dengan mengambil literatur yang berhubungan dengan kasus fraktur femur.

D. Sistematika Penulisan

bab 1 : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. bab ii: Tujuan teoritis, yang terdiri dari pengertian, etiologi, lokasi
terjadinya fraktur femur, manifestasi klinis, jenis-jenis fraktur, klasifikasi fraktur femur,
proses penyembuhan tulang, patofisiologi, komplikasi, faktor yang mempercepat
penyembuhan luka, faktor yang memperlambat penyembuhan luka, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksaan medik dan konsep dasar asuhan keperawatan fraktur femur. bab iii: Tinjauan
kasus, yang terdiri dari gambaran kasus dan laporan asuhan keperawatan dari pengkajian
hingga evaluasi keperawatan. bab iv: Pembahasan. bab v: Penutup, yang terdiri dari
kesimpulan dan saran. daftar pustaka. Lampiran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Brunner & Suddarth. 2001 : 2357).

Fraktur colum femur adalah fraktur yang terjadi pada colum tulang femur.

2. Etiologi

a. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.

b. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari
area benturan.

c. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma.
Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan
tumor tulang.

3. Lokasi Terjadinya Fraktur Femur

Fraktur femur dapat terjadi pada beberapa tempat diantaranya:

a. Kolum femoris

b. Trokhanter

c. Batang femur

d. Suprakondiler
e. Kondiler

f. Kaput

4. Manifestasi Klinis

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai tulang dimobilisasi.

b. Deformitas disebabkan karena pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau


tungkai.

c. Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah
tempat fraktur.

d. Krepus, teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

e. Pembengkakan lokal dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur.

5. Klasifikasi Fraktur

a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran. (bergeser dari posisi normal).

b. Fraktur tidak komplit adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang.

c. Fraktur tertutup tidak menyebabkan robeknya kulit.

d. Fraktur terbuka merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa
sampai kepatahan tulang, fraktur terbuka digradasi menjadi:

1) Grade 1 dengan luka bersih panjangnya kurang dari 1 cm

2) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif

3) Grade III luka yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan


jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat

e. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang:

1) Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok
2) Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

3) Obllik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak
stabil dibanding transversal)

4) Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang

5) Komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

6) Depresi: fraktur dengan pragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi


pada tulang tengkorak dan tulang wajah)

7) Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang


belakang)

8) Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,
penyakit paget, metastasis tulang, tumor)

9) Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada


perlakatannya

10) Epifiseal: fraktur melalui epifisis

11) Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang yang
lainnya.

6. Proses Penyembuhan tulang

a. Fase hematoma: Proses terjadinya hematoma dalam 24 jam. Apabila terjadi fraktur
pada tulang panunjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati kanalikuli
dalam sistem haversian mengalami robekan pada daerah luka dan akan
membentuk hematoma diantar kedua sisi fraktur.

b. Fase proliferasi/ fibrosa: terjadi dalam waktu sekitar 5 hari. Pada saat ini terjadi
reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan, karena
adanya sel-sel osteogenik yang berpoliferasi dari periosteum untuk membentuk
kalus eksternal serta pada daerah endosteum membentuk kalus internal sebagai
aktifitas seluler dalam kanalis medularis.

c. Fase Pembentukkan Kalus: Waktu pembentukan kalus 3-4 minggu. Setelah


pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang
berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan.
d. Fase Osifikasi: Pembentukan halus mulai mengalami perulangan dalam 2-3
minggu, patah tulang melalui proses penulangan endokondrol, mineral terus-
menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.

e. Fase Remodeling: Waktu pembentukan 4-6 bulan. Pada fase ini perlahan-lahan
terjadi reabsorbsi secara eosteoklastik dan tetap terjadi prosesosteoblastik pada
tulang dan kalus eksternal secara perlahan-lahan menghilang (Rasjad, 1998 : 400
).
7.

Patofisiologi

(Sumber : Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah)

8. Komplikasi

Komplikasi awal
a. Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan
yang rusak.

b. Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk
kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan
kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan
memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran
darah.

c. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam
otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan
karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot
terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi
kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai
masalah (misal : iskemi, cidera remuk).

Komplikasi lambat

a. Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih
lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan)

b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.

c. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

9. Faktor yang mempercepat penyembuhan tulang

a. Immobilisasi fragmen tulang

b. Kontak fragmen tulang maksimal

c. Asupan darah yang memadai

d. Nutrisi yang baik

e. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang

f. Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D,

g. Potensial listrik pada patahan tulang


10. Faktor yang menghambat penyembuhan tulang

a. Trauma berulang

b. Kehilangan massa tulang

c. Immobilisasi yang tak memadai

d. Rongga atau jaringan diantar fragmen tulang

e. Infeksi

f. Radiasi tulang (nekrosis tulang)

g. Usia

h. Kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan)

11. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

a. Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur

b. Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan


mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak

c. Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau


menurun (pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma
multipel), Peningkatan Sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.

d. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

12. Penatalaksanaan medik

Empat prinsip penanganan fraktur menurut Chaeruddin Rasjad tahun 1988,adalah:

a. Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,


pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:
lokasi, bentuk fraktur, menentukan teknnik yang sesuai untuk pengobatan,
komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.

b. Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur sehingga didapat
posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis
dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi
seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoartritis dikemudian hari. Posisi
yang baik adalah: alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur
yang tidak memerlukan reduksi seperti fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi dari
humerus, angulasi <5>

c. Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi dan memfasilitasi


union sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksterna meliputi pembalut gips, bidai, traksi, dan fiksasi interna meliputi inplan
logam seperti screw.

d. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

B KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

1 Pengkajian

a. Anamnesa

1) Data biografi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,


alamat, suku bangsa, status perkawinan, sumber biaya, sumber informasi.

2) Riwayat kesehatan masa lalu: Riwayat kecelakaan, Dirawat dirumah sakit,


Obat-obatan yang pernah diminum

3) Riwayat kesehatan sekarang: Alasan masuk rumah sakit, Keluhan utama,


Kronologis keluhan

4) Riwayat kesehatan keluarga: penyakit keturunan

5) Riwayat psikososial: Orang terdekat dengan klien, Interaksi dalam keluarga,


Dampak penyakit terhadap keluarga, Masalah yang mempengaruhi klien,
Mekanisme koping terhadap penyakitnya, Persepsi klien terhadap
penyakitnya, Sistem nilai kepercayaan :

6) Pola kebersihan sehari- hari sebelum sakit dan selama sakit: Pola nutrisi,
Pola eliminasi, Pola Personal Hygiene, Pola Istirahat dan Tidur, Pola
aktifitas dan latihan, Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan,

b. Dasar Data Pengkajian Pasien

1) Aktifitas
Keterbatasan/ kehilangan pada fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera, fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan
jaringan, nyeri).

2) Sirkulasi

a) Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri


atau ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)

b) Takikardia (respon stress, hipovolemia)

c) Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera; pengisian
kapiler lambat, pusat pada bagian yang terkena.

d) Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.

3) Neurosensori

a) Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot

b) Kebas/ kesemutan (parestesia)

c) Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi


(bunyi berderit ) Spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi.

d) Agitasi (mungkin badan nyeri/ ansietas atau trauma lain)

4) Nyeri/ kenyamanan

a) Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada


area jaringan / kerusakan tulang pada imobilisasi), tak ada nyeri
akibat kerusakan saraf

b) Spasme/ kram otot

5) Keamanan

a) Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna

b) Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-


tiba).

6) Penyuluh/ pembelajaran
Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

a) Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis


fraktur

b) Scan tulang, tomogram, CT-scan / MRI: Memperlihatkan fraktur


dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak

c) Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat


(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh pada trauma multipel). Peningkatan sel
darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.

d) Kreatinin: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens


ginjal.

2 Diagnosa keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang


(fraktur)

b. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema dan
cedera pada jaringan lunak, alat traksi/ immobilisasi

c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak ada kuatnya pertahanan
primer: kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkugan, prosedur
invasif, traksi tulang

3. Intervensi dan evaluasi keperawatan

Dx. 1 Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang
(fraktur)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam trauma dapat


berkurang atau tidak terjadi

Kriteria hasil : mempertahankan stabilitas dan posisi fraktur

Intervensi:

Mandiri

a. Pertahankan tirah baring/ ekstremitas sesuai indikasi


R/ meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gangguan posisi/
penyembuhan

b. Sokong fraktur dengan bantal/ gulungan selimut

R/ mencegah gerakan yang tak perlu dan perubahan posisi

c. Pertahankan posisi/ integritas traksi

R/ traksi memungkinkan tarikan pada aksis panjang fraktur tulang

Kolaborasi

Kaji ulang foto/ evaluasi

R/ memberikan bukti visual mulainya pembentukan kalus/ proses


penyembuhan untuk menentukan tingkat aktivitas

Evaluasi : Trauma tidak terjadi

Dx 2 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema
dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/ immobilisasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri dapat


berkurang atau terkontrol.

Kriteria hasil :

a. Nyeri berkurang atau hilang

b. Skala nyeri 1

c. Klien menunjukkan sikap santai

d. Klien dapat mendemonstrasikan tehnik relaksasi napas dalam

e. TD : 120 /90 mmHg

f. N : 60-80 x/mnt

g. S : 36-37 oC

h. P : 16-20 x/mnt

Intervensi :
Mandiri

a. Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam

R/ Peningkatan nadi menunjukan adanya nyeri

b. Evaluasi skala nyeri, karakteristik dan lokasi

R/ Mempengaruhi pilihan keefektifan intervensi

c. Atur posisi kaki yang sakit (abduksi) dengan bantal

R/ Meningkatkan sirkulasi yang umum, menurunkan area tekanan lokal dan


kelelahan otot

d. Ajarkan dan dorong tehnik relaksasi napas dalam

R/ Dengan tehnik relaksasi dapat mengurangi nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi berikan obat sesuai program

R/ Diberikan untuk menurunkan nyeri dan / spasme otot

Evaluasi : Klien menunjukkan nyerinya hilang/ berkurang

Dx. 3 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak ada kuatnya pertahanan
primer: kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan pada lingkugan, prosedur
invasif, traksi tulang

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam resiko infeksi


tidak terjadi

Kriteria hasil :

a. Balutan luka bersih

b. Tidak ada rembesan

c. Tidak ada pembengkakan pada pemasangan infus

d. Warna urine kuning jernih

e. Leukosit dalam batas normal (5000-10.000 ul)


f. TD : 110/70- 130/90 mmhg

g. N : 60-80 x/mnt

h. S : 36-37 oC

i. RR : 16-20 x/mnt

Intervensi :

Mandiri

a. Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam.

R/ Dapat mengetahui peningkatan suhu secara dini merupakan indikasi adanya


infeksi.

b. Observasi sekitar luka terhadap tanda-tanda infeksi

R/ Mengidentifikasi timbulnya infeksi

c. Lakukan perawatan luka setiap 1 hari sekali

R/ Dapat mencegah kontaminasi silang dan menghindari dampak infeksi yang


lebih dalam

d. Lakukan perawatan kateter setiap hari

R/ Mencegah mikroorganisme masuk kea alat invasife

e. Ganti kateter setiap 1 minggu sekali

R/ Mencegah terjadinya infeksi

Kolaborasi

Kolaborasi terhadap pemeriksaan laboratorium (leukosit, led)

R/ Lekositosis menandakan proses terjadinya infeksi

Evaluasi : Infeksi tidak terjadi

DAFTAR PUSTAKA
Apley. A. Graham. 1995. Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi 1. Jakarta : EGC.

Brunner and Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Edisi 3. Volume 8. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta : EGC .
Donges, Marilyn B, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Lukman and Sorensen’s. 1993. Medical Surgical Nursing. 4th Edition buku 11. USA :

WB Sunder Company.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. FKUI. Media

Aesculapius.

Price, Slyvia A Dan Laraine M. Wilson.1995. Patofisiologi. Buku I . Edisi 4. Jakarta :

EGC.

Rasjad, Chairudin. 1998. Ilmu Bedah Orthopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamupate.

Smetzer, Suzanna. C. dkk. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and

Suddarth. Edisi 8, vol 3. Jakarta : EGC.

Diposting oleh ilham di Kamis, Juli 10, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

ilham
Lihat profil lengkapku

Anda pengunjung ke-


by OGGIX.com

Map Location

Kunjungi juga . . .
 http://www.bisnis5milyar.com/?id=ilham86
 http://www.formulabisnis.com?id=ilham86
 http://www.healthreference-id.blogspot.com

Arsip Blog
 ► 2009 (7)

 ▼ 2008 (71)
o ► Desember (8)
o ► November (6)
o ► Oktober (6)
o ► September (6)
o ► Agustus (7)
o ▼ Juli (38)
 KONDAS Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
 KONDAS KONDAS Disfungsi Kelenjar Adrenal,INSUFISIE...
 KONDAS DISFUNGSI KELENJAR ADRENAL
 KONDAS GANGGUAN ESOFAGUS
 KONDAS BAYI PREMATUR
 KONDAS OBSTRUKSI JALAN NAFAS ATAS
 KONDAS DISENTRI
 KONDAS GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)
 KONDAS FRAKTUR TIBIA FIBULA
 KONDAS COMPRESI TORAKAL
 KONDAS CIDERA MEDULLA SPINALIS
 KONDAS ASFIKSIA NEONATUS
 KONDAS SINDROM NEFROTIK
 KONDAS DBD
 KONDAS ATRESIA ANI
 KONDAS POST PARTUM
 KONDAS SEKSIO CAESARIA DENGAN INDIKASI
CEFALOPELVI...
 KONDAS MORBUS HIRSPRUNG
 KONDAS CIDERA KEPALA
 KONDAS PNEMONIA
 KONDAS HERNIA
 KONDAS KANKER MAAME
 KONDAS ASMA BRONKHIAL
 KONDAS LEUKIMIA
 KONDAS OSTEOARTRITIS
 KONDAS HEPATITIS
 KONDAS STROKE HEMORAGIK
 KONDAS FRAKTUR COLLUM FEMUR
 KONDAS OSTEOSARKOMA
 KONDAS HALUSINASI (JIWA)
 KONDAS GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)
 KONDAS KANKER PARU
 KONDAS KISTA OVARIUM
 KONDAS KARDIOMIOPATI
 KONDAS MIOMA UTERI
 KONDAS GASTRITIS
 KONDAS ANEMIA APLASTIK
 KONDAS BBLR

Galeri foto
www.flickr.com
What is this?

Anda mungkin juga menyukai