BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat- pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO
telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan persendian.
Masalah pada tulang yang mengakibatkan keparahan disabilitas adalah fraktur.
Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Dengan makin
pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah
pemakai kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan, bertambahnya jaringan jalan
dan kecepatan kendaraan maka mayoritas terjadinya fraktur adalah kecelakaan
lalu lintas. Sementara trauma – trauma lain yang dapat menyebabkan fraktur
adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan cedera olah raga.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7
juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang
mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi
yakni insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan
yang terjadi.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan
trauma tidak langsung.
Sedangkan fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi
hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi
bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan
penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah
2
infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota
gerak. beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur
terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman
yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang
dini serta pemberian antibiotik yang adekuat.
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, fisiologi, epidemiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosa
fraktur terbuka.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk:
1. Memahami definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan dan prognosis fraktur terbuka.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
3. Memenuhi salah satu persayaratan Untuk keperawatan Medikal Bedah
Profesi Ners Stikes Nani Hasanuddin Makassar
1.4 Sistematika penulisan
Pembahasan ini dibagi dalam lima bab, dengan sistimatika sebagai berikut
BAB I : Pendahuluan.
Di dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistimatika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan konsep-konsep atau teori yang mendasari
judul penulisan karya tulis ini penulis akan menguraikan dalam
urutan-urutan sebagai berikut :
A. Konsep Dasar Medis, meliputi :
1. Pengertian
2. Etiologi.
3. Anatomi fisiologi
3
4. Patogenesis.
5. Gambaran klinik.
6. Komplikasi.
7. Diagnosis.
8. Penatalaksanaan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan, meliputi :
1. Pengkajian data.
a. Pengumpulan data
b. Klasifikasi data/pengelompokan data
c. Analisa data
d. Diagnosa keperawatan
2. Perencanaan tindakan keperawatan.
3. Pelaksanaan tindakan keperawatan.
4. Evaluasi.
BAB III : Tinjauan kasus.
Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dan analisa kasus
berdasarkan pendekatan proses keperawatan.
BAB IV : Pembahasan
Dalam bab ini diuraikan mengenai pambahasan dan pemecahan
masalah yang ditemukan dengan penerapan asuhan keperawatan
BAB V : Kesimpulan dan saran.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian Fraktur
a. Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Sjamsuhidajat R.,
1997)
b. Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik.(Price and Wilson, 2006).
c. Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan
(Mansjoer,dkk, 2000)
2. Penyebab patah tulang (Barbara, 1999)
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada
daya tahan tulang, seperti benturan dan cedera.
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur patologi
yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis.
3. Jenis-jenis fraktur (Smeltzer and Bare, 2003)
a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya megalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
b. Fraktur Tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi pada
sebagian dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur dengan
luka pada kulit atau mebran mukosa sampai ke patahan kaki. 1) Fraktur
terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu :
Derajat I :
Luka < 1 cm
5
F. Penatalaksanaan
Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.
Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi.
9
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan
post op frakture meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang atau hilang, Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi:
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.
d. Observasi tanda-tanda vital.
R/ untuk mengetahui perkembangan klien
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi
untuk memblok stimulasi nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status
metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat
luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat
jaringan nekrotik.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus., luka bersih tidak
lembab dan tidak kotor, Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat
ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi
a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
PADA Tn’’’’ DIRUANGAN PERAWATAN BEDAH
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki yang meninggal
: Perempuan yang meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
I :Nenek pasien meninggal dunia karena factor usia
II :orang tua pasien
III :klien
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan : Klien Tampak sakit sedang
2. BB : 60 kg TB : 160 cm sebelum MRS
3. Kesadaran : Composmentis.
4. Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah: 110/90 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Suhu : 36,1 0C
- Pernafasan : 20 x/menit
5. Keadaan kulit
Inspeksi :
Kondisi kulit :
- Turgor kulit : baik.
- Warna kulit : sawo matang.
- Kulit lembab.
Nampak luka terbuka dengan ukuran 8 x 6 cm daerah fraktur.
Kulit nampak kurang bersih.
Nampak luka lecet di sekitar fraktur.
20
Palpasi :
Nyeri tekan daerah fraktur.
Tidak teraba adanya pengerasan kulit.
6. Kepala
Rambut
Inspeksi :
- Warna rambut hitam.
- Tidak terdapat rambut pecah-pecah.
- Tidak ada alopesia.
- Penyebaran rambut merata.
- Tidak ada benjolan.
- Keadaan kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
- Bentuk kepala mesosephal.
Klien tidak ada keluhan di daerah kepala
7. Muka
Inspeksi :
- Muka simetris kiri dan kanan.
- Ekspresi wajah meringis bila timbul nyeri.
- Tidak ada hiperpigmentasi.
- Nampak bekas jerawat.
- Tidak ada benjolan pada muka.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan di daerah muka.
- Tidak ada benjolan.
8. Hidung
Inspeksi :
-
Tidak ada oedema pada palpebra.
-
Tidak nampak peradangan.
21
-
Sclera tidak terjadi icterus.
-
Conjungtiva tidak pucat.
-
Pergerakan mata normal ke 8 arah.
-
Lapang pandang dapat melihat sampai sudut 180 0
-
Refleks pupil myosis pada saat kena cahaya.
-
Keadaan pupil isokor.
-
Klien mampu melihat benda dengan jarak 6 M.
Palpasi :
- Tidak ada peningkatan TIO.
- Tidak ada nyeri tekan.
9. Hidung
Inspeksi :
- Hidung simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak ada peradangan pada mukosa hidung.
- Tidak nampak adanya polip.
- Tidak nampak adanya sekret/cairan.
- Tidak nampak adanya perdarahan.
- Tidak nampak adanya deviasi septum.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada sinus-sinus paranasalis.
10. Telinga
Inspeksi :
- Tidak nampak adanya serumen pada canalis.
- Telinga nampak simetris kiri dan kanan.
- Klien tidak memakai alat bantu pendengaran.
- Tidak nampak adanya tanda-tanda peradangan.
- Peradangan normal : klien dapat mendengar detakan arloji.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada tragus.
22
Perkusi :
- Batas jantung pada ICS 3, 4, 5. normal tidak ada pembesaran jantung.
Auskultasi :
- BJ I : Penutupan katup mitral dan trikuspidalis pada ICS 4 dan 5 bunyi
lub, irama reguler.
- BJ II : Penutupan katup aorta dan pulmo pada ICS kanan dan kiri (ICS 2)
bunyi dub, irama reguler.
- Tidak ada bunyi tambahan murmur dan gallop.
16. Abdomen
Inspeksi :
- Perut nampak datar (tidak membuncit).
- Tidak adanya luka pada abdomen.
- Tidak nampak adanya distensi kandung kemih.
Auskultasi :
- Peristaltik usus 17 x /menit.
- Arteri abdominalis, arteri renalis, arteri iliaca tidak terdengar.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
- Tidak teraba pembesaran hepar.
- Tidak teraba adanya pembesaran ginjal.
- Tidak teraba adanya distensi kandung kemih.
Perkusi :
- Suara perkusi thympani.
17. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
Inspeksi :
- Pergerakan kanan/kiri : dapat bergerak dengan mengikuti 9 gerakan.
- Fleksi
25
- Ekstensi
- Endorotasi
- Eksorotasi
- Supinasi
- Pronasi
- Abduksi
- Adduksi
- Sirkumduksi
- Kekuatan otot kanan/kiri : 5/5
- Tidak terdapat pergerakan abnormal.
- Koordinasi gerak : baik.
b. Refleks : Biceps ka/ki : +/+
Triceps ka/ki : +/+
c. Sensori
- Dapat merasakan nyeri bila dicubit.
- Dapat merasakan rangsang raba.
Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Klien tidak dapat berjalan karena terpasang skeletal traksi.
- Kekuatan kakan/kiri : -/5
- Tonus otot kanan/kiri : -/5
b. Refleks
- KPR kanan/kiri : -/+
- APR kanan/kiri : - /+
- Babinski kanan/kiri : -
c. Sensori
- Nyeri : dapat merasakan nyeri.
- Rangsang raba dapat merasakan perabaan.
26
Data lain :
- Nampak luka terbuka dan ukuran 8 x 6 cm di bagian femur.
- Nampak oedema pada daerah fraktur bagian femur.
- Nampak meringis bila daerah fraktur digerakkan.
- Nampak luka lecet daerah sekitar fraktur.
- Nyeri tekan pada daerah fraktur.
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium :
- HB : 14,3 g/dl
- GDS :215MG/DL
- SGOP : 21
- SGPT :18
- UREUN DARA : 26
- KREATININ DARAH 0,8
- GDP :210 MG/DL
2. Pemeriksaan radiologis
- Foto Rongen
-x-Ray
E. Pola Kegiatan Sehari-Hari
1. Nutrisi
a. Kebiasaan
- Pola makan : Nasi, sayur, + lauk-pauk
- Frekuensi makan/hari : 3 x sehari
- Nafsu makan : Baik
- Makanan pantang : Tidak ada
- Makanan yang disukai : Tidak ada yang menonjol
- Banyaknya minum : 8 gelas sehari
- Jenis minuman yang disukai : Kopi
- Jenis minuman yang tidak disukai : -
b. Perubahan selama sakit
- Tidak ada perubahan.
27
2. Eliminasi
a. Buang air kecil
Kebiasaan
- Frekuensi/hari : 3 x sehari
- Warna : Warna kuning
- Bau : Pesing
- Jumlah : 1500 cc/hari
Perubahan selama sakit
- Klien BAK di tempat tidur dengan menggunakan urinal.
b. Buang air besar
Kebiasaan
- Frekuensi/hari : 1 x sehari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Konsentrasi : Lunak
Perubahan selama sakit
- Klien BAB di tempat tidur dengan menggunakan pispot.
3. Olahraga dan aktivitas
a. Klien kadang berolahraga dengan main sepak bola.
b. Aktivitas : klien mengatakan seluruh aktivitasnya dibantu di atas tempat tidur.
4. Istirahat dan tidur
Kebiasaan
- Tidur malam jam 23.00 – 07.00
- Siang : jarang tidur siang.
Perubahan selama sakit
- Tidak ada perubahan.
5. Personal hygiene
Kebiasaan
- Mandi : 3 – 2 x sehari
- Menyikat gigi bila mandi.
- Kebersihan rambut : Cuci rambut 2 x seminggu
28
KLASIFIKASI DATA
Data Subyektif
1. Klien mengatakan nyeri pada daerah fraktur.
2. Klien mengatakan seluruh aktivtasnya dibantu di atas tempat tidur.
3. Keluarga klien mengatakan selama sakit dimandi dengan menggunakan waslap.
4. Klien mengatakan mandi di tempat tidur.
Data Obyektif
1. Nampak luka terbuka pada daerah fraktur dengan ukuran 8 x 6 cm.
2. Nampak terpasang skeletal traksi pada femur kanan.
29
ANALISA DATA
2. DS : - Resiko infeksi.
Luka terbuka
DO :
- Nampak luka terbuka
Resiko invasi kuman
pada daerah fraktur
dengan ukuran 8 x 6 cm
Mikroorganisme berkembang biak
- Nampak oedema pada
31
3. DS :
- Klien mengatakan selu- Gangguan
ruh aktivitasnya dibantu Terpasang traksi mobilitas fisik.
di tempat tidur.
DO : Immobilisasi
- Nampak terpasang ske-
letal traksi pada femur Keterbatasan gerak
dextra.
- Nampak meringis bila Gangguan mobilitas fisik
daerah fraktur digerak-
kan.
- Nyeri tekan pada daerah
fraktur.
32
4. DS :
- Keluarga klien mengata- Gangguan peme-
kan selama sakit di Fraktur nuhan kebutuhan
mandi dengan meng- ADL tidak ter-
gunakan waslap di Terpasang skeletal traksi penuhi ; personal
tempat tidur. hygiene.
DO : Immobilisasi
- Nampak terpasang ske-
letal traksi pada femur. Keterbatasan gerak
- Keadaan kulit nampak
kurang bersih. Gangguan ADL
(personal hygiene)
33
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri berhubungan dengan terputus- Nyeri menghilang de- 1. Kaji tingkat nyeri Untuk mengetahui dan menen-
nya kontinuitas jaringan otot dan ngan kriteria : klien tukan langkah selanjutnya
tulang ditandai dengan : - Klien dalam memberikan intervensi.
DS : mengatakan nyerinya Agar dalam darah dari ekstre-
- Klien mengatakan nyeri pada berkurang. 2. Tinggikan dan mitas lancara sehingga dapat
paha kiri bila digerakkan. - Ekspresi wajah sokong ekstremitas yang menurunkan bengkak dan
- Klien mengeluh nyeri pada te-nang. me-ngalami luka sirkulasi lancar.
bekas pemasangan infus. - Klien dapat (fraktur). Agar sirkulasi lancar dan dapat
- Klien mengatakan nyeri melaku-kan memberikan rasa nyaman bagi
hilang timbul. perubahan posisi 3. Atur posisi tidur klien dan mempercepat
DO : dengan tidak merasa klien. penyembuhan luka.
- Wajah meringis disertai nyeri. Dapat mengurangi ketegangan
rintihan saat kaki kiri digerakkan. - Klien mampu otot-otot sehingga menurun-
- Nyeri tekan pada tangan men-demonstrasikan kan nyeri.
sekitar bekas pemasangan infus. kem-bali tehnik 4. Ajarkan tehnik Analgetik sebagai anti nyeri
- Nyeri tekan pada paha kiri. distraksi atau relak-sasi dengan yang bekerja langsung pada
- Nampak luka post op dengan relaksasi. menarik nafas dalam. saraf pusat.
hecting 24 x. 5. Penatalaksanaan
- Luka tampak kering. pem-berian analgetik.
- Tanda-tanda vital :
34
RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
T : 100/70 mmHg
P : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36, 60 C
- Rontgen : Kesan Fraktur
Femur 1/3 medial
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Mengetahui adanya tanda-
tindakan invasif yang ditandai tanda infeksi.
dengan :
DS : Tidak terjadi infeksi de- 1. Observasi keadaan Peningkatan tanda-tanda vital
- Klien mengatakan kateter ngan kriteria : klien. merupakan salah satu gejala
baru dilepas kemarin dan - Luka tetap infeksi dan peninggian leuko-
terpasang selama 7 hari. kering. 2. Monitor tanda-tanda sit merupakan tanda infeksi.
DO : - Tidak ada tanda- vital dan hasil laborato-
- Nyeri tekan pada tangan tanda pada luka. rium (leukosit). Mencegah pertumbuhan ku-
sekitar pemasangan infus. - Tanda vital man sehingga infeksi tidak
- Tampak luka post op dengan dalam batas normal. terjadi.
hecting 24 x. - Luka sembuh 3. Gunakan tehnik aseptic
- Infus terpasang di lengan sesuai dengan proses dan antiseptic dalam
kiri. pe-nyembuhannya. melakukan tiap hari Agar luka tetap bersih dan
- Rontgen : fraktur femor Tidak ada infeksi lain tindakan. mencegah terjadinya konta-
sinistra 1/3 medial. yang didapatkan klien minasi.
35
RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
selama dalam perawatan. 4. Ganti verband dengan
alat steril. Antibiotik mencegah infeksi
dengan cara membunuh
kuman.
5. Berikan antibiotik se-
suai dengan program Mencegah terjadinya kontami-
pengobatan. nasi kuman dengan luka bekas
pemasangan infus.
6. Aff infus dan rawat luka
bekas pemasangan infus
3. dengan gaas steril yang Mengetahui persepsi klien ten-
Keterbatasan mobilitas fisik berhu- diberi bethadine. tang keadaannya sehingga
bungan dengan immobilisasi akibat dapat diberikan informasi dan
fraktur pada femur ditandai dengan : 1. Kaji tingkat immobili- intervensi dengan tepat.
DS : Mempertahankan ke- sasi sehubungan de-ngan Mobilisasi demi mengurangi
- Klien mengatakan tidak mampuan pergerakan fraktur. komplikasi, dan meningkatnya
dapat beraktifitas tanpa bantuan fisik dengan kriteria : penyembuhan dan normalisasi
orang lain. - Terpeliharanya 2. Bantu dalam mobilisasi fungsi organ.
DO : posisi fungsional. fisik yang efektif Meningkatkan aliran darah ke
- Tampak luka pada paha kiri - Mobilitas (bergeser, duduk) jaringan untuk mempercepat
dengan hecting 24 x. terpelihara. penyembuhan luka/fraktur.
- Klien beraktivitas terbatas di - Dapat 3. Anjurkan klien dalam
36
RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
atas tempat tidur dengan bantu- mendemons-trasikan bergerak aktif sesuai Belajar menggunakan alat
an orang lain. cara melaku-kan kemampuannya. mobilisasi optimal dan keama-
- Klien hanya dapat duduk gerakan. nan pasien.
dengan sandaran di tempat tidur. 4. Kolaborasi dokter ten-
- Rontgen : Kesan Fraktur tang pemakaian tongkat
4. Femur sinistra 1/3 medial Mengetahui sejauhmana klien
tertutup. mengetahui tentang penting-
Gangguan pemenuhan ADL : per- nya perawatan diri.
sonal hygiene berhubungan dengan 1. Kaji tingkat pengetahu-
kurangnya kemampuan klien dalam an klien tentang pen-
merawat diri ditandai dengan : tingnya perawatan diri Dapat menambah wawasan
DS : Klien dapat melakukan dalam keadaan fraktur. pengetahuan klien tentang cara
- Keluarga klien mengatakan personal hygiene secara perawatan diri yang benar.
selama sakit klien dimandikan mandiri dengan kriteria : 2. Beri informasi tentang
dengan menggunakan washlap di - Klien mengerti pentingnya perawatan Mendorong kemandirian da-
tempat tidur. ten-tang pentingnya diri. lam melakukan aktivitas.
- Klien mengatakan tidak perawatan diri.
dapat beraktivitas tanpa bantuan - Klien mau 3. Bantu dan fasilitasi klien
orang lain. melaku-kan aktifitas dalam melakukan
DO : sendiri personal hygiene.
- Nampak terpasang skeletal - Klien tampak
traksi pada femur. rapi dan bersih.
37
RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Keadaan kulit tampak kurang - Rambut, kuku,
bersih pendek dan bersih.
- Keadaan kulit
klien tampak bersih.
38
N NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
O DX
N NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
O DX
N NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
O DX
N NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
O DX
tindakan personal
hygiene (mandikan
klien).
4. HE tentang penting-
nya personal hygiene
(penyuluhan).
42
BAB IV
PEMBAHASAN
Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya tentang tinjauan pustaka dari studi kasus serta
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.I dengan gangguan sistem muskuloskeletal akibat
fraktur femur 1/3 tengah dexta segmental terbuka grade III A dengan dipasang skeletal traksi di
ruangan bedah Rumah sakit salewangan Maros.
Sejak tanggal 29 Mei 2012 sampai dengan 30 Mei 2012 penulis menemukan beberapa
kesenjangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus yang selanjutnya akan dibahas dalam bab
ini. Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan yang terjadi seperi yang dimaksudkan di
atas, maka penulis membahas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu :
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Adapun kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan antara lain :
A. Pengkajian
Pada tinjauan teoritis ditemukan gambaran klinis seperti nyeri, deformitas, echimosis,
berkurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf, pergerakan
abnormal, hilangnya/berkurangnya fungsi normal seperti nyeri dan spasme otot, krepitasi,
shock, foto X – ray menunjukkan abnormal.
Pada kasus yang diderita Tn. I ditemukan beberapa gejala antara lain : nyeri,
deformitas, berkurangnya sensasi yang dapat terjadi, pergerakan abnormal belum bisa dinilai
karena klien masih mengeluh nyeri pada daerah fraktur dan shock tidak ditemukan pada
tinjauan kasus dan hal ini disebabkan karena klien tidak mengalami kehilangan banyak darah
(perdarahan) dan dapat mengekspresikan nyeri sedang yang dirasakan.
Dari hasil pengkajian dan analisa data baik berdasarkan teori maupun kasus maka
dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan.
Secara umum yang termuat dalam teori keperawatan dengan fraktur mempunyai II
karakteristik diagnosa keperawatan sebagaimana yang telah diuraikan dalam konsep dasar
teori.
Dari pada kaus yang penulis rawat ditemukan diagnosa keperawatan sebanyak 4
diagnosa keperawatan, di antaranya :
43
untuk diagnosa perawatan yang tidak teratasi dan kemungkinan masalah akan terjadi. Penulis
menyampaikan rencana keperawatan pada ruangan bedah RS Maros salewangan , sehingga
tindakan yang akan diberikan selanjutnya dan disesuaikan dengan keadaan klien.
47
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan
lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul
komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar
menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma
langsung.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan
yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah infeksi juga
diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal
yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang
dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang, stabilisasi
fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang
adekuat.
Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena penyebab rudapaksa merusak
kulit, jaringan lunak dan tulang atau Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan
menembus kulit. Klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan
Templeman (1990)
Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Karena itu penanganan
patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran
akhir penanganan patah tulang terbuka tercapai
B. SARAN
1. Diharapkan kepada semua perawat agar tetap menggunakan asuhan keperawatan
sebagai metode pemecahan masalah, terutama dalam penanganan masalah fraktur
mengingat begitu banyak diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul
dalam proses keperawatannya.
2. Diharapkan pasien-pasien fraktur khususnya pada daerah luka pemasangan traksi
kiranya dirawat dan diperhatikan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, dkk, (2005). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi 6.
EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (2000). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC:
Jakarta