Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Saat ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak
dijumpai di pusat- pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO
telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi dekade tulang dan persendian.
Masalah pada tulang yang mengakibatkan keparahan disabilitas adalah fraktur.
Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Dengan makin
pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah
pemakai kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan, bertambahnya jaringan jalan
dan kecepatan kendaraan maka mayoritas terjadinya fraktur adalah kecelakaan
lalu lintas. Sementara trauma – trauma lain yang dapat menyebabkan fraktur
adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan cedera olah raga.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7
juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang
mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi
yakni insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan
yang terjadi.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan.
Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan
trauma tidak langsung.
Sedangkan fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi
hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi
bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan
penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah
2

infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota
gerak. beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur
terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman
yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang
dini serta pemberian antibiotik yang adekuat.
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, fisiologi, epidemiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosa
fraktur terbuka.
1.3  Tujuan Penulisan
Penulisan referat ini bertujuan untuk:
1. Memahami definisi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan dan prognosis fraktur terbuka.
2. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
3. Memenuhi salah satu persayaratan Untuk keperawatan Medikal Bedah
Profesi Ners Stikes Nani Hasanuddin Makassar
1.4   Sistematika penulisan
Pembahasan ini dibagi dalam lima bab, dengan sistimatika sebagai berikut
BAB I : Pendahuluan.
Di dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistimatika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini diuraikan konsep-konsep atau teori yang mendasari
judul penulisan karya tulis ini penulis akan menguraikan dalam
urutan-urutan sebagai berikut :
A. Konsep Dasar Medis, meliputi :
1. Pengertian
2. Etiologi.
3. Anatomi fisiologi
3

4. Patogenesis.
5. Gambaran klinik.
6. Komplikasi.
7. Diagnosis.
8. Penatalaksanaan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan, meliputi :
1. Pengkajian data.
a. Pengumpulan data
b. Klasifikasi data/pengelompokan data
c. Analisa data
d. Diagnosa keperawatan
2. Perencanaan tindakan keperawatan.
3. Pelaksanaan tindakan keperawatan.
4. Evaluasi.
BAB III : Tinjauan kasus.
Dalam bab ini diuraikan mengenai hasil dan analisa kasus
berdasarkan pendekatan proses keperawatan.
BAB IV : Pembahasan
Dalam bab ini diuraikan mengenai pambahasan dan pemecahan
masalah yang ditemukan dengan penerapan asuhan keperawatan
BAB V : Kesimpulan dan saran.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian Fraktur
a. Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Sjamsuhidajat R.,
1997)
b. Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik.(Price and Wilson, 2006).
c. Fraktur adalah Terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan
(Mansjoer,dkk, 2000)
2. Penyebab patah tulang (Barbara, 1999)
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada
daya tahan tulang, seperti benturan dan cedera.
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur patologi
yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis.
3. Jenis-jenis fraktur (Smeltzer and Bare, 2003)
a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya megalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
b. Fraktur Tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi pada
sebagian dari garis tengah tulang.
c. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit
d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur dengan
luka pada kulit atau mebran mukosa sampai ke patahan kaki. 1) Fraktur
terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu :
Derajat I :
 Luka < 1 cm
5

 Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka


remuk
 Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif ringan
 Kontaminasi minimal
Derajat II :
 laserasi > 1 cm
 Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse
 Fraktur kominutif sedang
 Kontaminasi sedang
Derajat III :
 Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi
struktur kulit, otot. dan neurovascular serta kontaminasi
derajat tinggi. Fraktur derajat tiga terbagi atas :
 Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,
meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulse atau fraktur
segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma
berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
 Kehilangann jaringan lunak dengan fraktur tulang yang
terpapar atau kontaminasi massif.Luka pada pembuluh
arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat
kerusakan jaringan lunak.
e. Sesuai pergerseran anatomisnya fraktur dibedakan menjadi tulang
bergeser/tidak bergeser.
Jenis khusus fraktur dibagi menjadi:
1) Greensick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang
sisi lainnya membengkok.
2) Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
6

3) Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang


(lebih tidak stabil dibanding transversal).
4) Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
5) Kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
fragmen.
6) Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorng ke dalam
(sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah).
7) Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi
(terjadi pada tulang belakang).
8) Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang
berpenyakit (kista tulang, penyakit Paget, metastasi tulang,
tumor).
9) Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo
pada perlengkatannya.
10) Epfiseal, fraktur melalui epifisis
11) Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke
fragmen tulang lainnya.
A. Definisi Fraktur Femur
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian),
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.
Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul
dan kapsula.
a. Melalui kepala femur (capital fraktur)
b. Hanya di bawah kepala femur
c. Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
7

besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.


b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di
bawah trokhanter kecil.
B. Etiologi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Cedera traumatic
a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang
patah secara spontan
b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari
benturan, misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan
fraktur klavikula.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada keadaan :
a) Tumor tulang (jinak atau ganas)
b) Infeksi seperti osteomielitis
c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi vitamin
D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.
3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.
C. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah
trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
8

membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan


terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. ini merupakan dasar
penyembuhan tulang (Black, J.M, et al, 1993).
D. Manifestasi Klinik (Mansjoer,dkk, 2000)
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda
functio laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke
lateral atau angulasi ke anterior. Ditemukan adanya perpendekan tungkai bawah.
Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat pemeriksaan harus diperhatikan pula
kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamentum didaerah
lutut. Selain itu periksa juga nervus siatika dan arteri dorsalis pedis
E. Komplikasi (Mansjoer,dkk, 2000)
Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli
lemak. Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-
union, malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer akibat
traksi yang berlebihan.

F. Penatalaksanaan
 Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis
 Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.
 Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi.
9

 Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang


direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup,
plat, paku atau batangan logam yang dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi.
 imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi penyembuhan.
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai trejadi
penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai,
traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau fiksator eksterna. Sedangkan
fiksasi interna dapat digunakan implant logam yang dapat berperan
sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
 Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah
dilakukan reduksi dan imobilisasi.
G. Pemeriksaan penunjang
1. X.Ray
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Biografi
Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama, penaggung jawab,
status perkawinan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat medis dan kejadian yang lalu
b. Riwayat kejadian cedera kepala, seperti kapan terjadi dan penyebab terjadinya
10

c. Penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang lainnya.


3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/istirahat
Tanda: Keterbatasab/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin
segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari
pembengkakan jaringan, nyeri).
b. Sikulasi
Tanda: Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah).
Takikardia (respon stres, hipovolemia).
Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian
kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena.
Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
c. Neurosensori
Gejala: hilang gerakan/sensasi, spasme otot, kebas/kesemutan (parestesis).
Tanda: deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi
(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma
lain).
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi),
tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)
e. Keamanan
Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Ronsen : menentukan lokasi/luasnya fraktur femur/trauma.
11

b. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat


digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multipel). Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma.
e. Kreatinin : trauma otot mungkin meningkatkan beban kreatininuntuk klirens
ginjal.
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multipel, atau cedera hati.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status
metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat
luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat
jaringan nekrotik.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,
kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan
kekuatan/tahanan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi
tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi
pembedahan.
5. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi informasi.
12

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan
post op frakture meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang atau hilang, Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi:
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.
d. Observasi tanda-tanda vital.
R/ untuk mengetahui perkembangan klien
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi
untuk memblok stimulasi nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status
metabolik, kerusakan sirkulasi dan penurunan sensasi dibuktikan oleh terdapat
luka / ulserasi, kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat
jaringan nekrotik.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus., luka bersih tidak
lembab dan tidak kotor, Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat
ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi
a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
13

R/ mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam


melakukan tindakan yang tepat.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
R/ mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
c. Pantau peningkatan suhu tubuh.
R/ suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses
peradangan.
d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
R/ tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah
terjadinya infeksi.
e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.
R/ agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada
area kulit normal lainnya.
f. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
R/ balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/
tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
g. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
R / antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada
daerah yang berisiko terjadi infeksi.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,
kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan
kekuatan/tahanan.
Tujuan : Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil : penampilan yang seimbang, melakukan pergerakkan dan
perpindahan., mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi,
dengan karakteristik :
0 : mandiri penuh
14

1 : memerlukan alat bantu


2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan,
dan pengajaran
3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu
4 : ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi dan Implementasi :
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
R/ mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
R/ mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena
ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R/ menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R/ mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
R/ sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi
tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi
pembedahan.
Tujuan : infeksi tidak terjadi / terkontrol.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus. Luka bersih tidak
lembab dan tidak kotor. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat
ditoleransi.
Intervensi dan Implementasi :
a. Pantau tanda-tanda vital.
R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh
meningkat.
15

b. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik


R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase
luka, dll.
R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
d. Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb
dan leukosit.
R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi
akibat terjadinya proses infeksi.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
f. R/ antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
5. Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi informasi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan.
Kriteria Hasil :
 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu
tindakan.
 memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
regimen perawatan.
Intervensi dan Implementasi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
R/ mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
b. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
R/ dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
16

c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.


R/ diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan.
e. R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
17

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
PADA Tn’’’’ DIRUANGAN PERAWATAN BEDAH

Tanggal Masuk :29-05-2012


Tanggal Pengkajian :29-05-2012
No.RM :136079
Ruangan : Bedah
Diagnosa : Fraktur femur
A. Data Biografi
1. Identitas pasien
a. Nama klien : Tn.’’I’’
b. Alamat : Jln.Abd Hamid
c. Kawin/belum : Belum
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Umur : 43 Tahun
h. Kelamin : Laki-laki
i. Suku/bangsa : Bugis/Indonesia
2. Identitas penanggung
Pasien ditanggung JKM
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Klien mengeluh nyeri pada daerah fraktur (luka post
operasi).
2. Riwayat keluhan utama :
Nyeri dirasakan setelah operasi.
a. Faktor pencetus akibat operasi fraktur.
18

b. Sifat keluhan tidak terus menerus.


c. Lokasi dan penyebarannya pada daerah femur dan tungkai bawah.
d. Hal-hal yang memperberat bila banyak bergerak.
3. Riwayat penyakit masuk rumah sakit
Klien mengalami kecelakaan kendaraan lalu lintas (tabrakan). Pasien di
bawa ke rumah sakit dengan tungkai kanan tidak dapat digerakkan, klien
mengalami patah tulang femur 1/3 tengah dextra segmental terbuka grade III A
kemudian mendapat pertolongan dengan tindakan operasi debridement dan
pasang skeletal traksi.
4. Pertolongan obat-obatan yang pernah diperoleh.
Sebelum masuk RS klien dirawat di klinik semen Bosowa dengan
tindakan balut luka dan infus NaCl 0,9 %.
5. Riwayat kesehatan masa lalu
 Klien pernah dirawat di RS sebelumnya.
 Klien tidak pernah kecelakaan.
 Klien tidak pernah dioperasi sebelumnya.
 Klien tidak pernah menderita penyakit akut/kronik.
 Klien tidak pengobatan dan transfusi sebelumnya.
 Klien tidak ada riwayat alergi.
 Riwayat Merokok sejak 20 tahun yang lalu
 Riwayat DM Tipe II Non abses
6. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi
19

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki yang meninggal
: Perempuan yang meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
I :Nenek pasien meninggal dunia karena factor usia
II :orang tua pasien
III :klien
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status kesehatan : Klien Tampak sakit sedang
2. BB : 60 kg TB : 160 cm sebelum MRS
3. Kesadaran : Composmentis.
4. Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah: 110/90 mmHg
- Nadi : 80 x/menit
- Suhu : 36,1 0C
- Pernafasan : 20 x/menit
5. Keadaan kulit
Inspeksi :
 Kondisi kulit :
- Turgor kulit : baik.
- Warna kulit : sawo matang.
- Kulit lembab.
 Nampak luka terbuka dengan ukuran 8 x 6 cm daerah fraktur.
 Kulit nampak kurang bersih.
 Nampak luka lecet di sekitar fraktur.
20

Palpasi :
 Nyeri tekan daerah fraktur.
 Tidak teraba adanya pengerasan kulit.
6. Kepala
 Rambut
Inspeksi :
- Warna rambut hitam.
- Tidak terdapat rambut pecah-pecah.
- Tidak ada alopesia.
- Penyebaran rambut merata.
- Tidak ada benjolan.
- Keadaan kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
- Bentuk kepala mesosephal.
 Klien tidak ada keluhan di daerah kepala
7. Muka
Inspeksi :
- Muka simetris kiri dan kanan.
- Ekspresi wajah meringis bila timbul nyeri.
- Tidak ada hiperpigmentasi.
- Nampak bekas jerawat.
- Tidak ada benjolan pada muka.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan di daerah muka.
- Tidak ada benjolan.
8. Hidung
Inspeksi :
-
Tidak ada oedema pada palpebra.
-
Tidak nampak peradangan.
21

-
Sclera tidak terjadi icterus.
-
Conjungtiva tidak pucat.
-
Pergerakan mata normal ke 8 arah.
-
Lapang pandang dapat melihat sampai sudut 180 0
-
Refleks pupil myosis pada saat kena cahaya.
-
Keadaan pupil isokor.
-
Klien mampu melihat benda dengan jarak 6 M.
Palpasi :
- Tidak ada peningkatan TIO.
- Tidak ada nyeri tekan.
9. Hidung
Inspeksi :
- Hidung simetris kiri dan kanan.
- Tidak nampak ada peradangan pada mukosa hidung.
- Tidak nampak adanya polip.
- Tidak nampak adanya sekret/cairan.
- Tidak nampak adanya perdarahan.
- Tidak nampak adanya deviasi septum.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada sinus-sinus paranasalis.
10. Telinga
Inspeksi :
- Tidak nampak adanya serumen pada canalis.
- Telinga nampak simetris kiri dan kanan.
- Klien tidak memakai alat bantu pendengaran.
- Tidak nampak adanya tanda-tanda peradangan.
- Peradangan normal : klien dapat mendengar detakan arloji.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada tragus.
22

11. Rongga mulut


Inspeksi :
- Gigi
- Keadaan gigi bersih
- Karies 
- Tidak memakai gigi palsu.
- Gusi
- Tidak ada kemerahan/tidak ada tanda peradangan.
- Lidah
- Tidak kotor.
- Tidak ada deviasi lidah
- Mulut/bibir
- Bibir tidak cyanosis.
- Bibir tidak pucat
- Bibir tidak pecah dan kering.
- Posisi ovula nampak simetris kiri dan kanan.
- Mucosa mulut tidak terjadi perdarahan
12. Leher
Inspeksi :
- Tidak nampak pembesaran kelenjar lympha.
- Tidak nampak pembesaran kelenjar thyroid.
- Tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar lymphe.
- Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar thyroid.
- Tidak teraba peningkatan tekanan vena jugularis.
13. Ketiak
Inspeksi :
23

- Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar getah bening.


Palpasi :
- Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening.
- Tidak ada nyeri tekan.
14. Thorax dan paru-paru
Inspeksi :
- Bentuk dada normal chest.
- Pergerakan dada ikut gerak nafas.
- Jenis pernapasan eupnea.
- Frekuensi 24 x /menit.
- Irama teratur/reguler.
- Tidak nampak adanya benjolan.
Palpasi :
- Vokal fremitus seimbang kiri dan kanan normal bergetar.
- Tidak teraba adanya massa/nyeri.
- Pengembangan dada simetris kiri dan kanan.
Auskultasi :
- Suara pernafasan vesikuler di seluruh lapang paru.
- Suara tambahan tidak ada wheezing, ronchi.
Perkusi :
- Suara perkusi sonor pada semua lapang paru.
- Batas paru dengan hepar pekak pada ICS 2 – 6.
- Batas paru dengan jantung pekak pada ICS 3 – 5.
15. Jantung
Inspeksi :
- Ictus cordis nampak berdenyut pada ICS 5.
Palpasi :
- Ictus cordis teraba pada ICS 5 dengan ukuran 1 cm.
24

Perkusi :
- Batas jantung pada ICS 3, 4, 5. normal tidak ada pembesaran jantung.
Auskultasi :
- BJ I : Penutupan katup mitral dan trikuspidalis pada ICS 4 dan 5 bunyi
lub, irama reguler.
- BJ II : Penutupan katup aorta dan pulmo pada ICS kanan dan kiri (ICS 2)
bunyi dub, irama reguler.
- Tidak ada bunyi tambahan murmur dan gallop.
16. Abdomen
Inspeksi :
- Perut nampak datar (tidak membuncit).
- Tidak adanya luka pada abdomen.
- Tidak nampak adanya distensi kandung kemih.
Auskultasi :
- Peristaltik usus 17 x /menit.
- Arteri abdominalis, arteri renalis, arteri iliaca tidak terdengar.
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
- Tidak teraba pembesaran hepar.
- Tidak teraba adanya pembesaran ginjal.
- Tidak teraba adanya distensi kandung kemih.
Perkusi :
- Suara perkusi thympani.
17. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
Inspeksi :
- Pergerakan kanan/kiri : dapat bergerak dengan mengikuti 9 gerakan.
- Fleksi
25

- Ekstensi
- Endorotasi
- Eksorotasi
- Supinasi
- Pronasi
- Abduksi
- Adduksi
- Sirkumduksi
- Kekuatan otot kanan/kiri : 5/5
- Tidak terdapat pergerakan abnormal.
- Koordinasi gerak : baik.
b. Refleks : Biceps ka/ki : +/+
Triceps ka/ki : +/+
c. Sensori
- Dapat merasakan nyeri bila dicubit.
- Dapat merasakan rangsang raba.
Ekstremitas bawah
a. Motorik
- Klien tidak dapat berjalan karena terpasang skeletal traksi.
- Kekuatan kakan/kiri : -/5
- Tonus otot kanan/kiri : -/5
b. Refleks
- KPR kanan/kiri : -/+
- APR kanan/kiri : - /+
- Babinski kanan/kiri : -
c. Sensori
- Nyeri : dapat merasakan nyeri.
- Rangsang raba dapat merasakan perabaan.
26

Data lain :
- Nampak luka terbuka dan ukuran 8 x 6 cm di bagian femur.
- Nampak oedema pada daerah fraktur bagian femur.
- Nampak meringis bila daerah fraktur digerakkan.
- Nampak luka lecet daerah sekitar fraktur.
- Nyeri tekan pada daerah fraktur.
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium :
- HB : 14,3 g/dl
- GDS :215MG/DL
- SGOP : 21
- SGPT :18
- UREUN DARA : 26
- KREATININ DARAH 0,8
- GDP :210 MG/DL
2. Pemeriksaan radiologis
- Foto Rongen
-x-Ray
E. Pola Kegiatan Sehari-Hari
1. Nutrisi
a. Kebiasaan
- Pola makan : Nasi, sayur, + lauk-pauk
- Frekuensi makan/hari : 3 x sehari
- Nafsu makan : Baik
- Makanan pantang : Tidak ada
- Makanan yang disukai : Tidak ada yang menonjol
- Banyaknya minum :  8 gelas sehari
- Jenis minuman yang disukai : Kopi
- Jenis minuman yang tidak disukai : -
b. Perubahan selama sakit
- Tidak ada perubahan.
27

2. Eliminasi
a. Buang air kecil
 Kebiasaan
- Frekuensi/hari : 3 x sehari
- Warna : Warna kuning
- Bau : Pesing
- Jumlah :  1500 cc/hari
 Perubahan selama sakit
- Klien BAK di tempat tidur dengan menggunakan urinal.
b. Buang air besar
 Kebiasaan
- Frekuensi/hari : 1 x sehari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Konsentrasi : Lunak
 Perubahan selama sakit
- Klien BAB di tempat tidur dengan menggunakan pispot.
3. Olahraga dan aktivitas
a. Klien kadang berolahraga dengan main sepak bola.
b. Aktivitas : klien mengatakan seluruh aktivitasnya dibantu di atas tempat tidur.
4. Istirahat dan tidur
 Kebiasaan
- Tidur malam jam 23.00 – 07.00
- Siang : jarang tidur siang.
 Perubahan selama sakit
- Tidak ada perubahan.
5. Personal hygiene
 Kebiasaan
- Mandi : 3 – 2 x sehari
- Menyikat gigi bila mandi.
- Kebersihan rambut : Cuci rambut 2 x seminggu
28

 Perubahan selama sakit


- Klien mengatakan selama sakit mandi dengan waslap di tempat tidur.
F. Pola Interaksi Sosial
- Orang yang terpenting adalah kedua orang tua.
- Klien mudah mendapat teman.
- Jika ada masalah dibicarakan dengan orang tua.
- Hubungan dengan keluarga.

G. Keadaan Psikologis Selama Sakit


- Klien ingin cepat sembuh.
- Penyakitnya bisa disembuhkan.
H. Perawatan/Pengobatan
1. Perawatan
- Ganti verband pagi
- Bedrest
- Diet
2. Pengobatan
- Ranitidine 1 amp/ IV /8Jam
- Metronidazol 1gr/IV/12Jam
- Ketorolac 1 amp/IV/8Jam

KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif
1. Klien mengatakan nyeri pada daerah fraktur.
2. Klien mengatakan seluruh aktivtasnya dibantu di atas tempat tidur.
3. Keluarga klien mengatakan selama sakit dimandi dengan menggunakan waslap.
4. Klien mengatakan mandi di tempat tidur.
Data Obyektif
1. Nampak luka terbuka pada daerah fraktur dengan ukuran 8 x 6 cm.
2. Nampak terpasang skeletal traksi pada femur kanan.
29

3. Nampak oedema pada daerah fraktur bagian femur.


4. Nampak meringis bila daerah fraktur digerakkan.
5. Nampak luka lecet di daerah sekitar fraktur.
6. Nyeri tekan pada daerah fraktur.
7. BAB dan BAK di atas tempat tidur.
8. Keadaan kulit nampak kurang bersih.
30

ANALISA DATA

No. Data Penyebab Masalah

1. DS : Terputusnya kontinuitas jaringan Nyeri.


- Klien mengeluh nyeri tulang
pada daerah fraktur. 
DO : Kerusakan pembuluh darah di cortex
- Nampak luka terbuka sum-sum tulang dan jaringan
pada daerah fraktur sekitarnya
dengan ukuran 8 x 6 cm. 
- Nampak terpasang ske- Merangsang pengeluaran zat
letal traksi pada femur bradikinin dan histamin
kanan. 
- Nampak oedema pada Rangsangan diterima oleh nociceptor
daerah fraktur bagian 
femur. Sphinotalamik lateral
- Nampak meringis bila

daerah fraktur digerak-
Pons, medula, mesencephalon
kan.

- Nampak luka lecet di
Cortex cerebri
daerah sekitar fraktur.

- Nyeri tekan pada daerah
Nyeri dipersepsikan
fraktur

2. DS : - Resiko infeksi.
Luka terbuka
DO :

- Nampak luka terbuka
Resiko invasi kuman
pada daerah fraktur

dengan ukuran 8 x 6 cm
Mikroorganisme berkembang biak
- Nampak oedema pada
31

No. Data Penyebab Masalah

daerah fraktur bagian 


femur. Infeksi
- Nampak meringis bila
daerah femur digerakkan
- Nampak luka lecet pada
daerah fraktur.
- Nyeri tekan pada daerah
fraktur.

3. DS :
- Klien mengatakan selu- Gangguan
ruh aktivitasnya dibantu Terpasang traksi mobilitas fisik.
di tempat tidur. 
DO : Immobilisasi
- Nampak terpasang ske- 
letal traksi pada femur Keterbatasan gerak
dextra. 
- Nampak meringis bila Gangguan mobilitas fisik
daerah fraktur digerak-
kan.
- Nyeri tekan pada daerah
fraktur.
32

No. Data Penyebab Masalah

4. DS :
- Keluarga klien mengata- Gangguan peme-
kan selama sakit di Fraktur nuhan kebutuhan
mandi dengan meng-  ADL tidak ter-
gunakan waslap di Terpasang skeletal traksi penuhi ; personal
tempat tidur.  hygiene.
DO : Immobilisasi
- Nampak terpasang ske- 
letal traksi pada femur. Keterbatasan gerak
- Keadaan kulit nampak 
kurang bersih. Gangguan ADL
(personal hygiene)
33

RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Nyeri berhubungan dengan terputus- Nyeri menghilang de- 1. Kaji tingkat nyeri Untuk mengetahui dan menen-
nya kontinuitas jaringan otot dan ngan kriteria : klien tukan langkah selanjutnya
tulang ditandai dengan : - Klien dalam memberikan intervensi.
DS : mengatakan nyerinya Agar dalam darah dari ekstre-
- Klien mengatakan nyeri pada berkurang. 2. Tinggikan dan mitas lancara sehingga dapat
paha kiri bila digerakkan. - Ekspresi wajah sokong ekstremitas yang menurunkan bengkak dan
- Klien mengeluh nyeri pada te-nang. me-ngalami luka sirkulasi lancar.
bekas pemasangan infus. - Klien dapat (fraktur). Agar sirkulasi lancar dan dapat
- Klien mengatakan nyeri melaku-kan memberikan rasa nyaman bagi
hilang timbul. perubahan posisi 3. Atur posisi tidur klien dan mempercepat
DO : dengan tidak merasa klien. penyembuhan luka.
- Wajah meringis disertai nyeri. Dapat mengurangi ketegangan
rintihan saat kaki kiri digerakkan. - Klien mampu otot-otot sehingga menurun-
- Nyeri tekan pada tangan men-demonstrasikan kan nyeri.
sekitar bekas pemasangan infus. kem-bali tehnik 4. Ajarkan tehnik Analgetik sebagai anti nyeri
- Nyeri tekan pada paha kiri. distraksi atau relak-sasi dengan yang bekerja langsung pada
- Nampak luka post op dengan relaksasi. menarik nafas dalam. saraf pusat.
hecting 24 x. 5. Penatalaksanaan
- Luka tampak kering. pem-berian analgetik.
- Tanda-tanda vital :
34

RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
T : 100/70 mmHg
P : 20 x/menit
N : 80x/menit
S : 36, 60 C
- Rontgen : Kesan Fraktur
Femur 1/3 medial
2. Resiko infeksi berhubungan dengan Mengetahui adanya tanda-
tindakan invasif yang ditandai tanda infeksi.
dengan :
DS : Tidak terjadi infeksi de- 1. Observasi keadaan Peningkatan tanda-tanda vital
- Klien mengatakan kateter ngan kriteria : klien. merupakan salah satu gejala
baru dilepas kemarin dan - Luka tetap infeksi dan peninggian leuko-
terpasang selama 7 hari. kering. 2. Monitor tanda-tanda sit merupakan tanda infeksi.
DO : - Tidak ada tanda- vital dan hasil laborato-
- Nyeri tekan pada tangan tanda pada luka. rium (leukosit). Mencegah pertumbuhan ku-
sekitar pemasangan infus. - Tanda vital man sehingga infeksi tidak
- Tampak luka post op dengan dalam batas normal. terjadi.
hecting 24 x. - Luka sembuh 3. Gunakan tehnik aseptic
- Infus terpasang di lengan sesuai dengan proses dan antiseptic dalam
kiri. pe-nyembuhannya. melakukan tiap hari Agar luka tetap bersih dan
- Rontgen : fraktur femor Tidak ada infeksi lain tindakan. mencegah terjadinya konta-
sinistra 1/3 medial. yang didapatkan klien minasi.
35

RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
selama dalam perawatan. 4. Ganti verband dengan
alat steril. Antibiotik mencegah infeksi
dengan cara membunuh
kuman.
5. Berikan antibiotik se-
suai dengan program Mencegah terjadinya kontami-
pengobatan. nasi kuman dengan luka bekas
pemasangan infus.
6. Aff infus dan rawat luka
bekas pemasangan infus
3. dengan gaas steril yang Mengetahui persepsi klien ten-
Keterbatasan mobilitas fisik berhu- diberi bethadine. tang keadaannya sehingga
bungan dengan immobilisasi akibat dapat diberikan informasi dan
fraktur pada femur ditandai dengan : 1. Kaji tingkat immobili- intervensi dengan tepat.
DS : Mempertahankan ke- sasi sehubungan de-ngan Mobilisasi demi mengurangi
- Klien mengatakan tidak mampuan pergerakan fraktur. komplikasi, dan meningkatnya
dapat beraktifitas tanpa bantuan fisik dengan kriteria : penyembuhan dan normalisasi
orang lain. - Terpeliharanya 2. Bantu dalam mobilisasi fungsi organ.
DO : posisi fungsional. fisik yang efektif Meningkatkan aliran darah ke
- Tampak luka pada paha kiri - Mobilitas (bergeser, duduk) jaringan untuk mempercepat
dengan hecting 24 x. terpelihara. penyembuhan luka/fraktur.
- Klien beraktivitas terbatas di - Dapat 3. Anjurkan klien dalam
36

RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
atas tempat tidur dengan bantu- mendemons-trasikan bergerak aktif sesuai Belajar menggunakan alat
an orang lain. cara melaku-kan kemampuannya. mobilisasi optimal dan keama-
- Klien hanya dapat duduk gerakan. nan pasien.
dengan sandaran di tempat tidur. 4. Kolaborasi dokter ten-
- Rontgen : Kesan Fraktur tang pemakaian tongkat
4. Femur sinistra 1/3 medial Mengetahui sejauhmana klien
tertutup. mengetahui tentang penting-
Gangguan pemenuhan ADL : per- nya perawatan diri.
sonal hygiene berhubungan dengan 1. Kaji tingkat pengetahu-
kurangnya kemampuan klien dalam an klien tentang pen-
merawat diri ditandai dengan : tingnya perawatan diri Dapat menambah wawasan
DS : Klien dapat melakukan dalam keadaan fraktur. pengetahuan klien tentang cara
- Keluarga klien mengatakan personal hygiene secara perawatan diri yang benar.
selama sakit klien dimandikan mandiri dengan kriteria : 2. Beri informasi tentang
dengan menggunakan washlap di - Klien mengerti pentingnya perawatan Mendorong kemandirian da-
tempat tidur. ten-tang pentingnya diri. lam melakukan aktivitas.
- Klien mengatakan tidak perawatan diri.
dapat beraktivitas tanpa bantuan - Klien mau 3. Bantu dan fasilitasi klien
orang lain. melaku-kan aktifitas dalam melakukan
DO : sendiri personal hygiene.
- Nampak terpasang skeletal - Klien tampak
traksi pada femur. rapi dan bersih.
37

RENCANA KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
- Keadaan kulit tampak kurang - Rambut, kuku,
bersih pendek dan bersih.
- Keadaan kulit
klien tampak bersih.
38

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
O DX

1. 1. 08.15 S : - Klien masih me-


1. Mengkaji tingkat nyeri ngeluh nyeri.
dengan tingkat nyeri sedang, O : - Nampak masih ada
skala 0 – 3. luka.
08.40 - Skletal traksi masih
2. Mengukur tanda-tanda ada
vital, dengan hasil : - Oedema sekitar
T : 100/60 mmHg fraktur
N : 80 x/menit - Masih nampak me-
S : 36,1 0 C ringis bila nyeri.
P : 24 x/menit - Nyeri tekan (+)
11.00 A : Gangguan rasa nya-
3. Mengajarkan tekhnik re- man nyeri belum teratasi.
laksasi dan distraksi. P : Lanjutkan intervensi
11.15 1. Kaji tingkat nyeri
4. Mengatur posisi klien 2. Ukur TTV
dengan posisi duduk. 3. Ajarkan tehnik relak-
sasi dan distraksi
4. Atur posisi klien de-
ngan nyaman
5. Penatalaksanaan
pem-berian obat
analgetik
S : -
2. 2. 08. 15 O : - Nampak luka ter-
1. Mengkaji keadaan luka, buka.
dengan hasil tidak ditemu-kan - Nampak oedema
adanya tanda-tanda infeksi. - Ekspresi wajah
meringis
39

N NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
O DX

08.40 - Nampak luka lecet


2. Mengukur TTV dengan - Nyeri tekan (+)
hasil : A : Infeksi tidak terjadi
T : 100/60 mmHg P : Pertahankanintervensi
N : 80 x/menit 1. Kaji keadaan luka
S : 36,1 C0
2. Ukur TTV
P : 24 x/menit 3. Gunakan tehnik asep-
Jam 10. 45 tik dan antiseptik da-
3. Menggunakan tekhnik lam melakukan tin-
asep-tik pada waktu ganti dakan
verban 4. Ganti verband daerah
Jam 10. 50 fraktur.
4. Mengganti verband pada 5. Penatalaksanaan
daerah fraktur/luka dengan pem-berian antibiotik.
hasil pertumbuhan jaringan/
granulasi baik.
3. 3. S : - Klien mengatakan
seluruh aktivitasnya
Jam 08.20 dilakukan di atas
1. Mengkaji derajat tempat tidur.
imobilitas yang dihasilkan oleh O : - Nampak terpasang
fraktur dan memperhatikan traksi.
persepsi pasien terhadap - Nampak meringis
imobilisasi. bila daerah fraktur
Jam 10.00 digerakkan.
2. Membantu dalam rentang - Nyeri tekan pada
gerak pasif/aktif dengan daerah fraktur
menggunakan ekstremitas atas A : Masih terjadi ganggu-
kanan dan kiri ekstrimi-tas an mobilitas fisik
bawah kiri dan ekstremi-tas P : Intervensi dilanjutkan
bawah kanan dilakukan 1. Kaji derajat
40

N NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
O DX

mobilisasi pada jari-jari kaki mobilitas fisik yang


Jam 10.00 dihasilkan oleh fraktur
3. Memberi HE tentang pen- dan perhatikan persepsi
tingnya mobilisasi secara dini pasien terhadap imo-
untuk mencegah terjadi-nya bilisasi.
atrofi otot, kontraktur, 2. Bantu dalam
deformitas pada sendi dan rentang gerak
tulang. pasif/aktif.
4. 4.
S : - Klien mengatakan
selama sakit diman-
Jam 08.15 dikan dengan meng
1. Mengkaji tingkat gunakan waslap di
pengeta-huan klien tentang tempat tidur.
penting-nya perawatan diri O : - Nampak terpasang
dalam keadaan luka dan skletal traksi.
fraktur dengan hasil klien - Keadaan kulit nam-
menga-takan perawatan diri pak kurang bersih.
penting dalam keadaan luka A : Gangguan ADL: per-
dan fraktur. sonal hygiene belum
teratasi.
Jam 09.00 P : Intervensi dilanjutkan
2. Memberi HE 1. Kaji tingkat pengeta-
tentang pen-tingnya personal huan klien tentang
hygiene dengan hasil klien dan perawatan diri.
kelu-arga mengerti dan 2. Libatkan keluarga
bersedia membantu dalam dalam pelaksanaan
pelaksana-an pemberian tindakan personal
tindakan per-sonal hygiene.
hygiene(memandikan) 3. Bantu dan fasilitasi
klien dalam melaku-kan
41

N NO
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) PARAF
O DX

tindakan personal
hygiene (mandikan
klien).
4. HE tentang penting-
nya personal hygiene
(penyuluhan).
42

BAB IV
PEMBAHASAN

Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya tentang tinjauan pustaka dari studi kasus serta
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.I dengan gangguan sistem muskuloskeletal akibat
fraktur femur 1/3 tengah dexta segmental terbuka grade III A dengan dipasang skeletal traksi di
ruangan bedah Rumah sakit salewangan Maros.
Sejak tanggal 29 Mei 2012 sampai dengan 30 Mei 2012 penulis menemukan beberapa
kesenjangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus yang selanjutnya akan dibahas dalam bab
ini. Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan yang terjadi seperi yang dimaksudkan di
atas, maka penulis membahas dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu :
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Adapun kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan antara lain :
A. Pengkajian
Pada tinjauan teoritis ditemukan gambaran klinis seperti nyeri, deformitas, echimosis,
berkurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf, pergerakan
abnormal, hilangnya/berkurangnya fungsi normal seperti nyeri dan spasme otot, krepitasi,
shock, foto X – ray menunjukkan abnormal.
Pada kasus yang diderita Tn. I ditemukan beberapa gejala antara lain : nyeri,
deformitas, berkurangnya sensasi yang dapat terjadi, pergerakan abnormal belum bisa dinilai
karena klien masih mengeluh nyeri pada daerah fraktur dan shock tidak ditemukan pada
tinjauan kasus dan hal ini disebabkan karena klien tidak mengalami kehilangan banyak darah
(perdarahan) dan dapat mengekspresikan nyeri sedang yang dirasakan.
Dari hasil pengkajian dan analisa data baik berdasarkan teori maupun kasus maka
dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan.
Secara umum yang termuat dalam teori keperawatan dengan fraktur mempunyai II
karakteristik diagnosa keperawatan sebagaimana yang telah diuraikan dalam konsep dasar
teori.
Dari pada kaus yang penulis rawat ditemukan diagnosa keperawatan sebanyak 4
diagnosa keperawatan, di antaranya :
43

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.


2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan terpasangnya traksi.
4. Gangguan pemenuhan kebutuah ADL ; personal hygiene berhubungan dengan fraktur.
Adapun diagnosa yang terdapat pada tinjauan teoritis sebanyal 11 diagnosa
sedangkan pada kasus 4 diagnosa keperawatan maka kesenjangan yang terjadi adalah :
1. Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan kehilangan integritas
tulang (fraktur), ditemukan pada teori sedangkan pada kasus tidak ada, hal ini disebabkan
karena klien tidak mengalami imobilisasi total hanya terbatas pada ekstremitas bawah
kanan.
2. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan
penurunan/interupsi aliran darah, ditemukan pada teori sedangkan pada kasus tidak ada,
hal ini disebabkan karena mengingat bahwa yang dilakukan imobilisasi di sini adalah
daerah fraktur yaitu ekstremitas bawah kanan sedangkan daerah fraktur ekstremitas kanan
bawah masih bisa dilakukan mobilisasi ringan.
3. Resiko tinggi terhadap kesukaran pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolar/kapiler, ditemukan pada teori sedangkan pada kasus tidak, hal ini
disebabkan karena klien tidak mengalami imobilisasi total hanya terbatas pada
ekstremitas bawah kanan.
4. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka ditemukan pada
teori sedangkan pada kasus tidak ada, klien masih bisa menggerakkan badan seperti
miring kiri, kanan, duduk.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi, ditemukan pada teori sedangkan pada kasus
tidak ada, hal ini disebabkan karena klien sudah lama dirawat sebelum penulis merawat
klien tersebut sehingga kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan klien dan keluarga
sudah mengerti.
6. Gangguan konsep diri (body image)berhubungan dengan fraktur ; tindakan traksi
ditemukan pada teori sedangkan pada kasus tidak ada, disebabkan karena klien sudah
bisa beradaptasi dengan situasi/keadaannya sehingga klien merasa bahwa ini merupakan
bagian tindakan dari proses penyembuhannya.
44

7. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Ditemukan pada teori


sedangkan pada kasus tidak ada, disebabkan karena klien sudah mengerti tentang
penyakitnya sehingga klien sudah bisa beradaptasi dengan situasi yang di alaminya
sekarang.
B. Perencanaan
Dari keempat diagnosa keperawatan selanjutnya dibuat rencana keperawatan
sebagai tindakan pemecahan masalah keperawatan di mana penulis membuat rencana
keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan kemudian menetapkan tujuan, selanjutnya
menetapkan tindakan yang tepat, pada perencanaan ini tidak jauh beda antara tinjauan teori
dan tinjauan kasus yang dilaksanakan atas dasar teori yang dimuat pada bab II.
C. Pelaksanaan
Semua tindakan yang dilaksanakan selalu berorientasi pada rencana yang telah dibuat
terdahulu dengan mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang timbul sehingga tindakan
keperawatan dapat tercapai pada asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan menerapkan
komunikasi therapeutik dengan prinsip etis. Pada kasus ini tidak jauh beda dengan teori-teori
yang ada di dalam rencana keperawatan.
Pelaksanaan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Nyeri
Perencanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana keperawatan berdasarkan
teori yaitu : kaji tingkat nyeri, ajarkan tehnik relaksasi, atur posisi klien dengan nyaman,
penatalaksanaan pemberian obat analgesik.
2. Resiko infeksi
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada rencana keperawatan berdasarkan
pada kebutuhan/keadaan klien : kaji luka, ukur TTV, gunakan tehnik aseptik dan anti
septik, ganti verband setiap hari, penatalaksanaan pemberian antibiotik.
3. Gangguan mobilitas fisik
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan pada pelaksanaan keperawatan
berdasarkan teori yaitu kaji derajat mobilitas, bantu klien dalam rentang gerak pasif/aktif,
He tentang pentingnya mobilisasi secara dini.
4. Gangguan ADL ; personal hygiene
45

Pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan/disesuaikan pada rencana keperawatan


berdasarkan pada kebutuhan klien yaitu : kaji tingkat pengetahuan klien tentang
pentingnya perawatan diri, libatkan keluarga dalam perawatan diri, bantu klien dalam
melaksanakan tindakan perawatan diri, HE tentang pentingnya perawatan diri.
Adapun hal-hal yang mendukung, menghambat, dan pemecahan masalah dalam tahap
tindakan/pelaksanaan.
1. Hal-hal yang mendukung
a. Klien dan keluarga cukup kooperatif sehingga dapat diajak kerjasama dalam
melaksanakan tindakan keperawatan yang dilakukan.
b. Partisipasi petugas ruangan dalam memberi bimbingan serta pengawasan selama penulis
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien.
c. Penulis mendapat kepercayaan dalam melaksanakan tindakan-tindakan sesuai dengan
masalah yang dihadapi.
2. Hal-hal yang menghambat.
Kurangnya waktu yang diberikan untuk selalu bersama klien terutama dalam melakukan
aktivitas, serta penjelasan yang berhubungan dengan masalahnya.
3. Pemecahan masalah
Bekerja sama dengan perawat ruangan serta keluarga dalam melaksanakan tindakan
keperawatan klien.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi meliputi hasil dan
proses pada kasus ini menunjang adanya kemajuan atau keberhasilan dari masalah yang
dihadapi oleh klien/keluarga.
Pada kasus yang ditangani dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
sebagai metode pemecahan masalah sehingga dalam evaluasi setelah dirawat selama dua
hari yaitu sejak tanggal 29-30 Mei 2012 menunjukkan satu (1) diagnosa keperawatan yang
teratasi yaitu gangguan ADL ; personal hygiene berhubungan dengan fraktur.
Untuk diagnosa keperawatan yang belum teratasi 2 yaitu nyeri dan gangguan
mobilitas fisik, sedangkan untuk diagnosa keperawatan yang kemungkinan masih bisa terjadi
resiko infeksi. Hal ini karena klien dirawat, dengan kasus ini memerlukan perawatan yang
lebih lama di rumah sakit, di samping itu waktu yang diberikan pada penulis sangat terbatas
46

untuk diagnosa perawatan yang tidak teratasi dan kemungkinan masalah akan terjadi. Penulis
menyampaikan rencana keperawatan pada ruangan bedah RS Maros salewangan , sehingga
tindakan yang akan diberikan selanjutnya dan disesuaikan dengan keadaan klien.
47

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan
lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul
komplikasi berupa infeksi. luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar
menembus kulit atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma
langsung.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan
yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain mencegah infeksi juga
diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal
yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang
dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang, stabilisasi
fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang
adekuat.
Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena penyebab rudapaksa merusak
kulit, jaringan lunak dan tulang atau Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan
menembus kulit. Klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan
Templeman (1990)
Semua patah  tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Karena itu penanganan
patah tulang terbuka harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran
akhir penanganan patah tulang terbuka tercapai
B. SARAN
1. Diharapkan kepada semua perawat agar tetap menggunakan asuhan keperawatan
sebagai metode pemecahan masalah, terutama dalam penanganan masalah fraktur
mengingat begitu banyak diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul
dalam proses keperawatannya.
2. Diharapkan pasien-pasien fraktur khususnya pada daerah luka pemasangan traksi
kiranya dirawat dan diperhatikan.
48

3. Diharapkan setiap pasien untuk dibuatkan proses keperawatan supaya kegiatannya


lebih sistematis dan terarah.
4. Penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya
pemeliharaan keberrsihan dan mobilisasi aktif/pasif pada klien fraktur perlu lebih
ditingkatkan agar berpartisipasi aktif.
49

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. B., (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, Volume I, EGC:


Jakarta.

Doenges, dkk, (2005). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta

Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta

Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi 6.
EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat R., (2000). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta

Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai