Anda di halaman 1dari 14

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang
rawan umumnya dikarenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Fraktur dapatmenyebabkan
nyeri terus menerus, rasa nyeri bisa timbul hampir pada setiap areafraktur. Bila tidak
diatasi maka dapat menimbulkan efek yang akan mengganggu proses penyembuhan dan
dapat meningkatkan angka mordibitas dan mortalitas, untuk itu perlu penanganan yang
lebih efektif untuk meminimalkan nyeri yangdialami pasien (Potter & Perry, 2005)
World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012
terdapat5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur
akibatkecelakaan lalu lintas. Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik
itukecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Di Indonesia angkakejadian
patah tulang atau insiden fraktur cukup tinggi, berdasarkan data dariDepartemen
Kesehatan RI tahun 2013 didapatkan sekitar 8 juta orang mengalamikejadian fraktur
dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda.Dari hasil survey tim
Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yangmengalami kematian, 45% mengalami
catat fisik, 15% mengalami stress psikologis seperti cemas atau bahkan depresi, dan 10%
mengalami kesembuhandengan baik (Depkes RI, 2013).
Dampak yang timbul pada pasien dengan fraktur yaitu dapat mengalami
perubahan pada bagian tubuh yang terkena cedera, merasakan cemas akibat rasasakit dan
rasa nyeri yang dirasakan, resiko terjadinya infeksi, resiko perdarahan,gangguan
integritas kulit, serta berbagai masalah yang mengganggu kebutuhandasar lainnya. Selain
itu fraktur juga dapat menyebabkan kematian (Septiani,2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat memahami dan mempelajari secara mendalam tentang asuhankeperawatan
pada klien dengan fraktur.
2. Tujuan Khusus
a. Menggali secara rinci tentang pengkajian keperawatan pada pada kliendengan
fraktur.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada klien denganfraktur.
c. Membuat perencanaan keperawatan pada klien dengan fraktur.
d. Melaksanakan atau mengimplementasikan tindakan keperawatan yangtelah
direncanakan pada klien dengan fraktur.
e. Melakukan evaluasi keperawatan secara menyeluruh pada klien denganfraktur.
BAB II
Tinjauan Teori

A. Definisi Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau
tulangrawan umumnya dikarenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Fraktur
adalahrupturnya kontinuitas struktur dari tulang atau kartilago dengan tanpa
disertaisubluksasi fragmen yang terjadi karena trauma atau aktivitas fisik dengan
tekananyang berlebihan (Ningsih, 2011).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tualng, retak atau patahnya tulangyang
utuh, yang biasanya disebabkan rudakpaksa/tenaga fisik yang ditentukan jenis dan
luasnya (Lukman & Ningsih, 2009). Fraktur tulang adalah patah padatulang. Istilah yang
digunakan untuk menjelaskan berbagai jenis fraktur tulangantara lain fraktur inkomplit,
fraktur simple dan fraktur compound ( Elizabet J.Crowin, Phd, MSN, CNP, 2008).

Fraktur dibedakan menjadi :


1. Fraktur Tertutup adalah fraktur dengan kulit yang tidak tembus oleh fragmentulang,
sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
2. Fraktur Terbuka adalah fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telahtembus,
dan terdapat hubungan antara fragmen tulang dan dunia luar. Karenaadanya
perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat, yaitu :
a. Grade I : sakit jelas dan sedikit kerusakan kulit, luka <1 cm, kerusakan jaringan,
tidak ada tanda luka remuk, fraktur sederhana, komunikatif ringan, kontaminasi
minimal.
b. Grade II : Fraktur terbuka dan sedikit kerusakan kulit, laserasi <1 cm,kerusakan
jaringan lunak tidak luas, flap, komunikatif sedang,kontaminasi sedang.
c. Garde III : Banyak sekali jenis kerusakan kulit, otot jaringan saraf dan pembuluh
darah serta luka sebesar 6-8 cm. (Sjamsuhidayat, 2010 dalam wijaya & putri,
2013).
B. Etiologi
Etilogi fraktur berdasarkan klasifikasinya antara lain :
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehinggatulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedara tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebakan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengantrauma minor
dapat menyebabkan fraktur, seperti :
a. Tumor tulang (jinak dan ganas), yaitu pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat dari infeksiakut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambatdan sakit nyeri.
c. Rakhitis merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D.
d. Stress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
(Sachdeva, 2002 dalam Kristiyansari, 2012),
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala fraktur dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan jenis
fraktur yang terjadi. Berikut adalah beberapa tanda dan gejala umum yang mungkin
muncul pada fraktur :
1. Nyeri: Nyeri hebat atau nyeri yang terus menerus pada area patah tulang adalah gejala
utama fraktur.
2. Pembengkakan : Terjadi pembengkakan di sekitar area patah tulang karena adanya
peradangan.
3. Perubahan bentuk atau deformitas: Tulang yang patah dapat menyebabkan perubahan
bentuk atau deformitas yang terlihat pada bagian tubuh yang terkena.
4. Kesulitan atau ketidakmampuan bergerak: Fraktur dapat menyebabkan
ketidakmampuan atau kesulitan untuk menggunakan atau menggerakkan bagian
tubuh yang terkena patah tulang.
5. Kesemutan atau mati rasa: Fraktur pada tulang yang mempengaruhi saraf dapat
menyebabkan sensasi kesemutan, mati rasa, atau kelemahan pada area terkait.
6. Memar: Adanya memar atau perubahan warna kulit di sekitar area patah tulang.
7. Suara atau sensasi patah: Kadang-kadang, ketika tulang patah, dapat terdengar suara
patah atau sensasi yang terasa seperti "retak" atau "rebetan" di dalam tubuh.
D. Patofisiologi
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguanadanya gaya tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, dan
patologik. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar makaterjadi trauma
yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur periosteum
dan pembuluh darah serta saraf korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang akan rusak. Sewaktu patah tulang biasanya terjadi perdarahan disekitar tempat
patah kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya
mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Infusiensi
pmbuluhdarah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan
yangtidak dapat ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas
danmengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan
akanmengakibatkan peningkatan tekanan jaringan. faktor yang mempengaruhi fraktur

yaitu tekanan dari luar tergantung besar kecilnya tekanan dan daya tahan tulang seperti
kepadatan atau kekerasan tulang.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray: untuk menentukan luas/lokasi fraktur.
2. Scan tulang: untuk memperlihatkan fraktur dengan jelas, mengidentifikasikerusakan
jaringan lunak.
3. Arteriogram: untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vasekuler.
4. Hitung darah lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan.
5. Kreatinin: trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk klirensginjal.
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusidarah atau
cedera hati.(Dongoes, 2002 dalam Wijaya Putri, 2013 : 2014
F. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Komplikasi awal
a. Syok
Syok hipovolemik akibat dari perdarahan karena tulang merupakanorgan yang
sangat vaskuler maka dapat terjadi perdarahan yang sangat besar sebagai akibat
dari trauma khususnya pada fraktur femur dan fraktur pelvis.
b. Emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam darahkarena
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler dankatekolamin yang
dilepaskan memobilisasi asam lemak kedalam alirandarah. Globula lemak ini
bergabung dengan trombosit membentuk emboliyang dapat menyumbat
pembuluh darah kecil yang memasok darah keotak, paru- paru, ginjal dan organ
lainnya.
c. Compartment Syndrome
Compartment syndrome merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan olehkarena
penurunan ukuran fasia yang membungkus otot terlalu ketat, balutan yang terlalu
ketat dan peningkatan isi kompartemen karena perdarahan atau edema.
d. Komplikasi awal lainnya seperti infeksi, tromboemboli dan koagulopati
intravaskular.
2. Komplikasi lambat
a. Delayed union, malunion, nonunion
Penyatuan terlambat (delayed union) terjadi bila penyembuhan tidak terjadi
dengan kecepatan normal berhubungan dengan infeksi dandistraksi (tarikan) dari
fragmen tulang. Tarikan fragmen tulang juga dapatmenyebabkan kesalahan
bentuk dari penyatuan tulang (malunion). Tidak adanya penyatuan (nonunion)
terjadi karena kegagalan penyatuan ujung-ujung dari patahan tulang.
b. Nekrosis avaskular tulang
Nekrosis avaskular terjadi bila tulang kekurangan asupan darah danmati. Tulang
yang mati mengalami kolaps atau diabsorpsi dan digantidengan tulang yang baru.
Sinar-X menunjukkan kehilangan kalsium dankolaps struktural.
c. Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Alat fiksasi interna diangkat setelah terjadi penyatuan tulang namun pada
kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat sampai menimbulkangejala. Nyeri
dan penurunan fungsi merupakan indikator terjadinyamasalah. Masalah tersebut
meliputi kegagalan mekanis dari pemasangandan stabilisasi yang tidak memadai,
kegagalan material, berkaratnya alat,respon alergi terhadap logam yang digunakan
dan remodelingosteoporotik disekitar alat.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalakasanaan Konservatif
a. Proteksi adalah proteksi fraktur yang mencegah trauma lebih lanjutdengan cara
memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atautongkat apada anggota
gerak bawah.
b. Imobilisasi dengan bidang eksterna. Imobilisasi pada fraktur dengan bidai
eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakangips atau macam-
macam bidai dari plastik atau metal.
c. Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan imobilisasiekterna dengan
menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikanmanipulasi dilakukan dengan
pembiusan umum dan lokal.
d. Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi, tindakan inimempunyai
tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang bertahapimobilisasi
2. Penatalaksanaan Pembedahana.
a. Reduksi tertutup dengan fiksasi perkuatan atau K-Wire.
b. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal dan fiksasi eksternal tulang yaitu:
1) Open Reduction and Internal Fixation atau reduksi terbuka dengan fiksasi
internal. Orif akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan
dengan memasukkan paku, skrup atau pen kedalam tempatfraktur untuk
mengfiksasi bagian tulang pada fraktur secara bersamaan.Fiksasi internal
sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering
terjadi pada orang tua.
2) Open Reduction Terbuka dengan Fiksasi Eksternal. Tindakan ini merupakan
pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi eksternal dapat menggunakan
konselosascrew atau dengan metilmetaklirat (aklirik gigi)atau fiksasi eksterna
dengan jenis-jenis lain seperti gips.(Muttaqin, 2008)
H. Pengkajian Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proseskeperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakankeperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantuang padatahap ini. Tahap ini terbagi atas :
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yangdipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongandarah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut
bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri kliendigunakan :
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadifaktor
presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan ataudigambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, ataumenusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasasakit menjalar
atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakanklien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab darifraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakanterhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebutsehingga nantinya bisa ditentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuhmana yang terkena. Selain itu, dengan
mengetahui mekanisme terjadinyakecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang
lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu
seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis
yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di
kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga
diabetesmenghambat proses penyembuhan tulang.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulangmerupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya fraktur, sepertidiabetes, osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan, dankanker tulang yang cenderung diturunkan
secara genetik.
f. Riwayat Psikososia
g. Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanyadan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluargaataupun dalam masyarakat.
h. Riwayat Penyakit LingkunaganPada pengkajian ini membahas kondisi tempat
tinggal, dan lokasi,meliputi: apakah lokasi dekat dengan pabrik, jalan raya, atau
pedesaan,dan keadaan rumah redup atau terang, suasana rumah ramai atau tenang.
i. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, ada/tidaknya sumbatan pada jalan nafas,distress
pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring.
2) Breathing
Kaji: frekuensi nafas, usaha, dan pergerakan dinding dada, suara pernafasan
melalui hidung dan mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji: denyut nadi karotis, tekanan darah, warna dan kelembabankulit, tanda-
tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji: tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, GCS, ukuran pupil dan responnya
terhadap cahaya
5) Exposure
Kaji: tanda-tanda trauma yang ada
j. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu : pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi
hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam. Gambaran
umum perlu menyebutkan : Keadaan umum : baik atau buruknya yang dicatat
adalah tanda-tanda,seperti : Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien. Kesakitan, keadaan penyakit : akut,
kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut. Tanda-tanda
vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk. Secara
sistemik dari kepala sampai kelamin.
1) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema,
nyeri tekan.
a) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normocephalik, simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada nyeri dan tidak ada lesi.
b) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,reflek menelan ada.
c) Wajah
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahanfungsi maupun
bentuk. Tak ada lesi, simetris, tidak edema.
d) Mata
Konjungtiva anemis jika terjadi perdarahan hebat dan tidak adasekret.
e) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak adalesi atau nyeri
tekan.
f) Hidung
Tidak ada deformitas, simetris, tidak ada pernafasan cupinghidung dan tidak
ada sekret.g)Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan,mukosa mulut tidak pucat.
g) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
h) Paru-paru
Inspeksi : Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknyatergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungandengan paru.Palpasi: Pergerakan
sama atau simetris, fermitus rabasama.
Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suaratambahan lainnya.
Auskultasi: Suara nafas normal, tak ada wheezing, atausuara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
i) Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Perkusi : tidak ada pembesaran jantung.
Auskultasi: Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
j) Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi : Tugor baik, tidak ada benjolan, tidak ada defands muskuler, hepar
tidak teraba.
Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombangcairan.
Auskultasi: Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
k) Genetalia
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lymphe, tidak ada kesulitan BAB
I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen pencedara fisik (G.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri (G.0054)
J. Rencana Keperawatan

Hari/Tanggal/Jam Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
Senin, 12 Juli 2023 Nyeri Akut b/d Tinggkat Nyeri Manajemen Nyeri
11:30 Agen (I,08066) (I.0823)
Pencedara Setelah dilakukan Obsevasi
Fisik (G.0077) tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi,
selama 1x2 jam karakteristik,
diharapkan tingkat nyeri durasi, frekuensi,
menurun dengan kriteria kualitas, intensitas
hasil : nyeri.
- Kemampuan - Identifikasi skala
menuntaskan nyeri
aktivitas meningkat - Identifikasi
(5) pengaruh nyeri pada
- Keluhan nyeri kualitas hidup
menurun (5) Terapeutik
- Gelisa Menurun (5) - Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
Kompres air
hangat/dingin.)
- Kontrol lingkunyan
yang memperberat
rasa nyeri (mis,
Suhu ruangan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC

Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi Keenam.
Missouri: Mosby Elsevier.

Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima .Missouri: Mosby
Elsevier.

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan GangguanSistem
Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi10. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai