DI SUSUN OLEH:
ANDI FATIMAH AZZAHRA
202101045
Fraktur dapat terjadi di bagian ekstremitas atau anggota gerak tubuh yang
disebut dengan fraktur ekstremitas. Fraktur ekstremitas merupakan fraktur
yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ekstremitas atas (tangan,
lengan, siku, bahu, pergelangan tangan, dan bawah (pinggul, paha, kaki
bagian bawah, pergelangan kaki). Fraktur dapat meimbulkan
pembengkakan, hilangnya fungsi normal, deformitas, kemerahan, krepitasi,
dan rasa nyeri (Ghassani, 2016).
2. Etiologi
Menurut Muttaqin (2008) penyebab fraktur antara lain yaitu:
a. Trauma langsung
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons (2019) menyatakan bahwa
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu:
fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan sel darah putih
adalah respon stress normal setelah trauma.
6. Komplikasi
American Academy of Orthopaedic Surgeons (2019) menyatakan bahwa
komplikasi yang dapat terjadi terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Pre Operatif
1) Sindrom Kompartemen
Kondisi menyakitkan ini berkembang ketika lengan atau tungkai
yang terluka membengkak dan tekanan terbentuk di dalam
otot.Ketika ini terjadi, operasi segera untuk menghilangkan
tekanan diperlukan.Jika tidak diobati, sindrom kompartemen
dapat menyebabkan kerusakan jaringan permanen dan kehilangan
fungsi.
2) Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi,
CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar dan dingin
pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting,
perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.
4) Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk
kedalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalan pembedahan seperti pin dan plat.
5) Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya vikman’s ischemia.
6) shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi.ini biasanya terjadi pada fraktur.
b. Post Operatif
1) Infeksi
Infeksi merupakan komplikasi paling umum dari fraktur
terbuka.Infeksi adalah hasil dari bakteri memasuki luka pada saat
cedera.Infeksi dapat terjadi sejak awal selama penyembuhan atau
jauh setelah luka dan patah telah sembuh.Infeksi tulang dapat
menjadi kronis (osteomielitis) dan menyebabkan operasi lebih
lanjut.
2) Nonunion
Beberapa fraktur terbuka mungkin mengalami kesulitan
penyembuhan karena kerusakan suplai darah di sekitar tulang
pada saat cedera.Jika tulang tidak sembuh, operasi lebih lanjut,
termasuk pencangkokan tulang ke lokasi fraktur dan ulangi fiksasi
internal, mungkin diperlukan.
3) Arthritis Pascatrauma
Artritis posttraumatic adalah jenis artritis yang berkembang
setelah cedera.Bahkan ketika tulang Anda sembuh secara normal,
tulang rawan artikular yang menutupi tulang bisa rusak,
menyebabkan rasa sakit dan kekakuan dari waktu ke
waktu.Artritis parah terjadi pada sebagian kecil pasien dengan
fraktur patela.Artritis ringan hingga sedang suatu kondisi yang
disebut chondromalacia patella jauh lebih umum.
4) Kelemahan otot
Beberapa pasien mungkin memiliki kelemahan permanen pada
otot paha depan di bagian depan paha setelah fraktur. Beberapa
kehilangan gerak pada lutut, termasuk meluruskan (ekstensi) dan
menekuk (fleksi), juga sering terjadi.Kehilangan gerak ini
biasanya tidak melumpuhkan.
5) Sakit kronis
Nyeri jangka panjang didepan lutut sering terjadi pada fraktur
ptela.Meskipun penyebab nyeri ini tidak sepenuhnya dipahami, ada
kemungkinan bahwa hal itu terkait dengan artritis posttraumatic,
kekakuan dan kelemahan otot. Beberapa pasien menemukan bahwa
mereka lebih nyaman mengenakan penyangga atau penyangga lutut.
7.Penatalaksanaan
a.Non operatif
1.Reaposisi
2) Imobilisasi
Pada imobilisasi dengan fiksasi dilakukan imobilisasi luar tanpa
reposisi, tetapi tetap memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi
dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan fraktur
tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting. Imobilisasi yang
lama akan menyebabkan mengecilnya otot dan kakunya sendi.
3) Rehabilitasi
Rehabilitasi berupaya mengembalikan kemampuan anggota yang
cedera atau alat gerak yang sakit agar dapat berfungsi kembali
seperti sebelum mengalami gangguan atau cedera.Pasien
dianjurkan untuk keluar dari tempat tidur dengan dibantu ahli
fisioterapi.
4) Traksi
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain
untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Tujuan traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasi atau
spasme otot dalam usaha dan untuk memperbaiki deformitas dan
mempercepat penyembuhan.
1) Fiksasi Internal
Fiksasi internal dapat digunakan untuk mengobati fraktur terbuka
di mana: lukanya bersih; ada kerusakan kulit atau jaringan
minimal; potongan-potongan tulang yang patah bisa disejajarkan
dengan baik.
Hal ini dapat dilakukan sebagai operasi awal atau ditunda jika
jaringan lunak perlu sembuh. Setelah fiksasi internal, anggota
tubuh yang terluka akan diimobilisasi dalam sling cast atau belat
hingga fraktur sembuh. Selanjytnya dapat diberikan antibiotik
untuk jangka waktu tertentu untuk membantu mencegah infeksi.
Selama proses penyembuhan, luka harus selalu diperiksa untuk
2) Fiksasi Eksternal
Fraktur terbuka yang parah pertama kali distabilkan dengan
fiksasi eksternal. Dalam operasi ini, akan dimasukkan sekrup atau
pin logam ke tulang di atas dan di bawah lokasi fraktur. Pin dan
sekrup diproyeksikan keluar dari kulit yang menempel pada
logam atau batang serat karbon. Fiksasi eksternal memiliki
keuntungan menstabilkan tulang yang patah.Dalam beberapa
kasus, luka mungkin memerlukan debridemen lebih lanjut atau
pencangkokan kulit dan jaringan untuk menutupi tulang yang
terluka. Fiksasi eksternal di tempat, pasien sering dapat bangun
dari tempat tidur dan bergerak meskipun luka terbuka. Dalam
kebanyakan kasus, fixator eksternal tetap di tempatnya hanya
sampai aman untuk melakukan fiksasi internal.Namun, kadang-
kadang, fixator eksternal digunakan untuk menstabilkan tulang
sampai penyembuhan selesai.Ini kemudian dihapus selama
prosedur kedua ketika fraktur sembuh.
c. Penatalaksanaan Pembedahan
ASUHAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IdentifikasiUmum
Nama : An “B”
Umur : 3 tahun
Tempat/tanggallahir : Pangkajene, 12 Februari 2020
JenisKelamin : Laki-laki
Pendidikan Terakhir : belum sekolah
Suku : Bugis
Alamat : Pangkajene
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. “H”
Umur : 35 tahun
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : ibu kandung
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaanumum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Kelemahan : Ku klien lemah
c. Vital sign :
Tekanan Darah : 120/ 80 mmhg
Suhu : 36,5°C
Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 20x/menit
2. Head to Toe
a. Kepala
Kepala simetris, tidak ada luka/lesi. Kulit kepala bersih, terdapat luka
lecet pada bagian belakang leher
b. Mata
Simetris, ridak ada konjingtifitis, tidak ada perdarahan subkongjutiva,
tidak ada icterus, kongjutiva tampak pucat.
c. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada lendir.
d. Mulut
Bibir simetris. Tidak micrognatia, micrognatia.
e. Telinga
Memilki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk
sempurna.
f. Dada
Bentuk dada simetris, tidakada pigeon chest, tiidak funnel chest,
pernapasan normal.
g. Abdomen
Inspeksi: Perut klien tampak kembung dan membuncit, produksi
fesespositif.
Auskultasi: bising usus positif, normal.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.
Perkusi: timpani
h. Ektrimitas bawah
tampak kaki kiri pasien disanggah selimut.tampak kaki kiri pasien
terbungkus elastis perban
Pemeriksaan hasil
Ureum 33 mg/dl
PLT 334x10’3/ul
KLASIFIKASI DATA
Nama : Tn J
Umur : 40 tahun
N SUBJEKTIF OBJEKTIF
Nama : Tn J
Umur : 40 tahun
Klien tampak ↓
Merangsang
meringis
Klien tampak
↓
helisah
Hipotalamus
Klien tampak
↓
terus memegang
Reseptor nyeri
belakang lehernya
Tampak ada
memar di bagian
belakang leher
Tekanan Darah :
: 36,5°C
: 90x/menit
: 20x/menit
lemas ↓
Peningkatan tekanan
Klien tampak
memegangi
↓
kepalanya
Pelepasan histmin
Klien tampak
↓
lemah
Protein plasma hilang
↓
Penekanan pembuluh
↓
Perfusi jaringan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn J
Umur : 40 tahun
N DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA JELAS
Nama : Tn J
Umur : 40 tahun
7. Jelaskan
strategi 6. Untuk
meredakan menguran
nyeri gi pasien
memikirk
an rasa
nyeri
7. Untuk
menguran
gu rasa
nyeri
2 gangguan mobilitas fisik Setelahdilakukan tl 1. Identifikasi 1. Untuk
1. Pergerakan adanya mengetah
ekstremitas nyeri dan ui nyeri
meningkat keluhan saat ada
2. Kekuatan otot fisik lainnya pergeraka
meningkat 2. Identifikasi n
3. Rentag gerak ROM toleransi 2. Untuk
meningkat fisisk mengetah
melakukan ui
gerakan kemmpua
n pasien
dalam
3. Monitor melakuka
frekuensi n
jantung dan mobilisas
tekanan i
darah 3. Untuk
sebelum mengetah
memulai ui adanya
mobilisasi perubaha
4. Monitor n umum
kondisi pasien
umum
sebelum
melakukan 4. Untuk
mobilisasi mengetah
5. Fasilitasi ui adanya
mobilisasi perubaha
dengan alat n umum
bantu pasien
6. Fasilitasi 5. Mengura
melakukan ngi resiko
pergerakan cedera
jika perlu
6. Mengura
ngi resiko
cedera
3 Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan asuhail 1. Periksa 1. Hindari
perifer berhubungan dengan 1. Penyembuhan luka perfusi pemasang
sirkulasi perifer tidak efektif meningkat perifer an infus
2. Warna kulit pucat atau
3. Nyeri ekstremitas 2. Identifikasi pengambi
menurun faktor resiko lan darah
4. Kelemahan otot gangguan pada
menurun sirkulasi bagian
3. Monitor keterbatas
panas, an perfusi
kemerahan, 2. Lakukan
nyeri atau pencegah
bengkak an infeksi
pada
estremitas 3. Anjurkan
mengecek
air mandi
untuk
menghind
ari kulit
tebal