Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

A. Definisi
Fraktur atau yang seringkali disebut dengan patah tulang, adalah sebuah patah
tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut
dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price &
Wilson, 2006 dalam Wijaya & Putri, 2013: 235).
B. Klasifikasi
Klasifikasi Fraktur dapat dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya :
1. Klasifikasi Etiologis
a. Fraktur traumatic
b. Fraktur Patologis, yaitu fraktur yang terjadi pada daerah-daerah tulang yang
telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya (infeksi
dan kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma
ringan.
c. Fraktur Beban (Kelelahan), yaitu fraktur yang terjadi pada orangorang yang
baru saja menambah tingkat aktivitas merka atau karena adanya stress yang
kecil dan berulang-ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan.
2. Klasifikasi Klinis
a. Fraktur Tertutup (simple Fraktur), adalah fraktur dengan kulit yang tidak
tembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan.
b. Fraktur Terbuka (compound Fraktur), adalah frktur dengan kulit ekstremitas
yang terlibat telah ditembus, dan terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar. Karena adanya perlukaan kulit.

Fraktur terbuka dibagi atas 3 derajat, yaitu:

1) Grade 1: sakit jelas dan sedikit kerusakan kulit.


a) Luka < 1 cm
b) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
c) Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
d) Kontaminasi minimal
2) Grade II: Fraktur terbuka dan sedikit kerusakan kulit.
a) Laserasi < 1cm
b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse.
c) Fraktur kominutif sedang
d) Kontaminasi sedang
3) Grade III: Banyak sekali jejas kerusakan kulit, otot jaringan saraf dan
pembuluh darah serta luka sebesar 6-8 cm (Sjamsuhidayat, 2010 dalam wijaya
& putri, 2013: 237).
C. Etiologi
Jenis fraktur dibedakan menjadi:
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatic pada tulang dapat disebabkan oleh:
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang
patah seacara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur
melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur
klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur, seperti:
a. Tumor tulang (jinak atau ganas), yaitu pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali atau progresif.
b. Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D.
d. Stress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang bertugas di
kemiliteran (Sachdeva, 2000 dalam Kristiyanasari,2012 :16).
D. Patofisiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik dan
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun
tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume
darah menurun. COP menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma
akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di
dalam tubuh.
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan
dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau
tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa
nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler
yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping
itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan
immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan
tetap pada tempatnya sampai sembuh.
E. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala terjadinya fraktur (Brunner & Suddarth, 2002: 2359)
adalah sebagai berikut:
1. Nyeri
2. Deformitas akibat kehilangan kelurusan (alignment) yang dialami.
3. Pembengkakan akibat vasodilatasi dalam infiltrasi leukosit serta selsel mast.
4. Saat ekstremitas diperiksa di tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. tanda ini terjadi setelah beberapa
jam atau beberapa hari.
6. Krepitasi.
7. Spasme otot
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
1. X-ray: untuk menentukan luas/lokasi fraktur.
2. Scan tulang untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
3. Arteriogram, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler.
4. Hitung darah lengkap, homokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada
perdarahan: peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan.
5. Kretinin: trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau
cedera hati (Doengoes, 2000 dalam Wijaya & Putri,2013: 241).
G. Penatalaksanaan Medis
1. Diagnosis dan penilaian fraktur
Anamnesis pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan dilakukan untuk
mengetahui dan menilai keadaan fraktur. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk
pengobatan komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.
2. Reduksi
Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis tulang
yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka. Reduksi tertutup
dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk menarik fraktur
kemudian, kemudian memanipulasi untuk mengembalikan kesejajaran
garisnormal. Jika reduksi tertutup gagal atau kurang memuaskan, maka bisa
dilakukan reduksi terbuka. Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan
alat fiksasi internal untuk mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang
menjadi solid. Alat fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan
plat. Alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan
ORIF (Open Reduction Internal Fixation). Pembedahan terbuka ini akan
mengimobilisasi fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat tersambung
kembali.
3. Retensi
Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat
atautraksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami
fraktur.
4. Rehabilitasi Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin. Setelah
pembedahan, pasien memerlukan bantuan untuk melakukan latihan. Menurut
Kneale dan Davis (2011) latihan rehabilitasi dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Gerakan pasif bertujuan untuk membantu pasien mempertahankan rentang
gerak sendi dan mencegah timbulnya pelekatan atau kontraktur jaringan
lunakserta mencegah strain berlebihan pada otot yang diperbaiki post bedah
b. Gerakan aktif terbantu dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
pergerakan, sering kali dibantu dengan tangan yang sehat, katrol atau tongkat
c. Latihan penguatan adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot.
Latihan biasanya dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6
minggu setelah pembedahan atau dilakukan pada pasien yang mengalami
gangguan ekstremitas atas
H. Pathway

Etiologi

Trauma (langsung atau tidak langsung), patologi

Fraktur (terbuka atau tertutup)

Perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung tulang


Kehilangan integritas tulang kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
pembuluh darah

Luka
Ketidakstabilan posisi Perdarahan lokal
fraktur, apabila organ fraktur
digerakkan Gangguan
integritas kulit
Hematoma pada daerah fraktur
Fragmen tulang yang patah
menusuk organ sekitar Kuman mudah masuk
Aliran darah ke daerah distal
Gangguan rasa berkurang atau terhambat
nyaman nyeri Resiko tinggi
(warna jaringan pucat, nadi infeksi
lemas, cianosis, kesemutan)
Sindroma kompartemen
keterbatasan aktifitas
Kerusakan neuromuskuler

Defisit perawatan diri


Gangguan fungsi organ distal

Gangguan mobilitas fisik


I. Pengkajian
Nn. N usia 25 tahun, 1 hari yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas jatuh
kesisi kiri dan tertimpa oleh sepeda motor yang dikendarainya. Pada kaki kiri terdapat
nyeri (+) dengan skala 5-6, tidak dapat digerakan (+), luka (-). Dikirim ke IGD dan
dilakukan ro femur didapatkan fraktur tertutup shaft femur. Telah dilakukan
pemasangan plate dan screw, terapi yang diberikan: ketorolac 2 x 30 mg, cefotaksim 2
x 1 gr IV ; gentamicin 2 x 80 mg IV ; transamin 3 x 1, vit K 3 x 1.
Ds :
- Pasien mengeluh nyeri dan tidak dapat menggerakan kaki nya
- Pasien mengeluh tidak dapat bergerak bebas

Do :

- Pasien tampak kesakitan


P: Fraktur femur tertutup
Q: Nyeri ditusuk-tusuk
R: Kaki sebelah kiri
S: 5-6
T: Tidak menentu
- Pasien tampak tidak bebas bergerak karena terpasang screw dan plate
- Tampak luka pada kaki pasien akibat tindakan invasif pemasangan screw dan
plate

No Analisa Data SDKI


1 Ds: Pasien mengeluh nyeri Kode: D. 0077
Do: Pasien tampak kesakitan Kategori: Psikologis
P: fraktur femur tertutup Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan
Q: Nyeri ditusuk-tusuk Nyeri Akut
R: Kaki sebelah kiri
S: 5-6
T: tidak menentu
2 Ds: pasien mengeluh tidak dapat Kode: D. 0054
bergerak bebas Kategori: Fisiologis
Do: pasien tampak tidak bebas Subkategori: Aktivitas/Istirahat
bergerak karena terpasang screw Gangguan Mobilitas Fisik
dan plate
3 Ds: tidak terkaji Kode: D. 0129
Do: tampak luka pada kaki pasien Kategori: Lingkungan
akibat tindakan invasif Subkategori: Keamanan dan Proteksi
pemasangan screw dan plate Gangguan Integritas Kulit

Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


1 Kode: D. 0077 Kode: L.08066 Kode: I. 08238
Kategori: Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Psikologis setelah dilakukan tindakan Observasi
Subkategori: keperawatan selama 10-15 -identifikasi skala nyeri
Nyeri dan menit diharapkan nyeri akut -identifikasi respon non
Kenyamanan dapat berkurang, dengan verbal
Nyeri Akut kriteria hasil: Terapeutik
-keluhan nyeri (menurun) -berikan teknik non
-meringis (menurun) farmakologis untuk
mengurangi nyeri
(teknik imajinasi
terbimbing)
Edukasi
-jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
analgetik
2 Kode: D. 0054 Kode: L.05042 Kode: I. 05180
Kategori: Mobilitas Fisik Pembidaian
Fisiologis Setelah dilakukan tindakan Observasi
Subkategori: keperawatan selama 20-30 -identifikasi kebutuhan
Aktivitas/Istirahat menit diharapkan gangguan dilakukan pembidaian
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang (fraktur)
Mobilitas Fisik dengan kriteria hasil: -monitor bagian distal
-nyeri (menurun) area cedera
-kaku sendi (menurun) (CTR,nadi,gerakan
-gerakan terbatas (menurun) motorik dan sensasi)
pada bagian yang cedera
Terapeutik
-minimalkan pergerakan
pada bagian yang cedera
-imobilisasi sendi diatas
dan dibawah bagian
cedera
Edukasi
-anjurkan membatasi
gerak pada area cedera
3 Kode: D. 0129 Kode: L.14125 Kode: I. 11352
Kategori: Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Area Insisi
Lingkungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
Subkategori: keperawatan selama 10-20 -periksa lokasi insisi
Keamanan dan menit, diharapkan gangguan adanya kemerahan atau
Proteksi integritas kulit dapat teratasi bengkak
Gangguan dengan kriteria hasil: -monitor proses
Integritas Kulit -nyeri (menurun) penyembuhan area insisi
-pendarahan (menurun) -monitor tanda gejala
-kemerahan (menurun) infeksi
-elastisitas (meningkat) Terapeutik
-bersihkan area insisi
dengan pembersihan
yang tepat
-berikan salep antiseptic
bila perlu
-ganti balitan luka sesuai
jadwal
Edukasi
-ajarkan meminimalkan
tekanan pada area insisi
-ajarkan cara merawat
area insisi

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi


1 Kamis. 05 Agustus Kode: D. 0077 Observasi
2021 Kategori: Psikologis -mengidentifikasi skala
Subkategori: Nyeri dan nyeri
Kenyamanan -mengidentifikasi respon
Nyeri Akut non verbal
Terapeutik
-memberikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
(teknik imajinasi
terbimbing)
Edukasi
-menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
-berkolaborasi
pemberian analgetik
2 Kamis, 05 Agustus Kode: D. 0054 Observasi
2021 Kategori: Fisiologis -mengidentifikasi
Subkategori: kebutuhan dilakukan
Aktivitas/Istirahat pembidaian (fraktur)
Gangguan Mobilitas Fisik -memonitor bagian distal
area cedera
(CTR,nadi,gerakan
motorik dan sensasi)
pada bagian yang cedera
Terapeutik
-meminimalkan
pergerakan pada bagian
yang cedera
-memobilisasi sendi
diatas dan dibawah
bagian cedera
Edukasi
-menganjurkan
membatasi gerak pada
area cedera
3 Kamis, 05 Agustus Kode: D. 0129 Observasi
2021 Kategori: Lingkungan -meperiksa lokasi insisi
Subkategori: Keamanan adanya kemerahan atau
dan Proteksi bengkak
Gangguan Integritas Kulit -memonitor proses
penyembuhan area insisi
-memonitor tanda gejala
infeksi
Terapeutik
-membersihkan area
insisi dengan
pembersihan yang tepat
-memberikan salep
antiseptic bila perlu
-mengganti balitan luka
sesuai jadwal
Edukasi
-mengajarkan
meminimalkan tekanan
pada area insisi
-mengajarkan cara
merawat area insisi

No Hari/Tanggal Evaluasi Paraf


1 Kamis, 05 Agustus S: pasien mengatakan Siti Min Mudattiiles
2021 nyeri sudah berkurang
O: pasien tampak tidak
meringis kesakitan
A: masalah keperawatan
teratasi
P: intervensi dihentikan
2 Kamis, 05 Agustus S: Pasien mengatakan Siti Min Mudattiiles
2021 sudah bisa bergerak
dengan bebas
O: Pasien tampak dapat
bergerak dengan bebas
A: Masalah keperawatan
teratasi
P: Intervensi dihentikan
3 Kamis. 05 Agustus S: pasien mengatakan Siti Min Mudattiiles
2021 sudah merasa lebih baik
O: Luka pasien tampak
sudah lebih baik
A: Masalah Keperawatan
teratasi
P: Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai