Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIC”

Dosen Pengajar :
Ns. Dewi Nur Puspita Sari, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Agmarisa Mawardi (19216003)


2. Alvina Damayanti (19216008)
3. Ananda Nadilah Suhanda (19216013)
4. Clara Aulia Rachmah (19216027)
5. Deby Aulia Arvianti (19216031)
6. Elfiana Yusronah (19216052)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS YATSI MADANI
Jl. Aria Santika No. 40A, Margasari, Kec. Karawaci, Kota. Tangerang. Banten
Tahun 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi dibidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap
masalah yang mengancam hidup. Keperawatan kritis juga dapat dipahami
sebagai upaya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat
profesional untuk mempertahankan hidup (maintaining life). Pasien kritis
memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, sehingga dengan
mengenali ciri-cirinya dengan cepat dengan penatalaksanaan dini yang
sesuai pada pasien yang berada dalam keadaan kritis dapat membantu
mencegah perburukan lebih lanjut dan memaksimalkan peluang untuk
sembuh(Romli & Indrawati, 2018).
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat
modern. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi
hampir di seluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang
mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik
pada usia produktif maupun usia lanjut (Cahyono et al., 2019).
Stroke non hemoragik adalah suatu keadaan karena gangguan
peredaran darah di otak yang mengakibatkan kematian jaringan otak
sehingga menyebabkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian
(Purwanto, 2016). Stroke juga dapat diartikan sebagai penyakit
cerebrovaskuler yang berdampak pada fungsi syaraf yang terjadi secara
tiba- tiba yang menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis
dapat disebabkan karena adanya sumbatan pembuluh darah sehingga
mengakibatkan aliran darah terhambat yang menyebabkan kerusakan
jaringan otak karena kurangnya pasokan oksigen dan nutrisi. Hambatan
aliran darah ke otak dapat terjadi akibat pecahnya pembuluh darah atau
sering disebut dengan stroke hemoragik dan tersumbatnya pembuluh darah
disebut juga sebagai stroke non hemoragik (Ikawati & Anurogo, 2018).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran
manajemen asuhan keperawatan kritis pada Ny.H dengan diagnosa
non hemoragik stroke di Ruang ICU.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk menjelaskan gambaran nyata dalam pengkajian
keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa non hemoragik
stroke di Ruang ICU.
2) Untuk menjelaskan gambaran nyata dalam menyusun
diagnosa keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa non
hemoragik stroke di Ruang ICU.
3) Untuk menjelaskan gambaran nyata dalam menyusun
rencana keperawatan pada Ny. H dengan diagnosa non
hemoragik stroke di Ruang ICU.
4) Untuk menjelaskan gambaran nyata dalam tindakan
keperawatan dan evaluasi pada Ny. H dengan diagnosa non
hemoragik stroke di Ruang ICU.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Memberikan manfaat melalui pengalaman bagi kami untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan
khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa non hemoragik stroke.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam
upaya pengembangan pengetahuan khususnya tentang pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa non hemoragik
stroke.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
American Association of Critical-Care Nurses (AACN) mendefinisikan
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang di
hadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa seperti Non Hemoragik Stroke.
Strokenon hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti ( wijaya
& putri 2013 )
Dan tanda klinis atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya
aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di
jaringan otak. ( wilson & price, 2016 )
Berdasarkan definisi di atas dapat di simpulkan stroke non hemoragik
merupakan terhentinya aliran darah ke otak baik kanan maupun kiri karena
penyumbatan oleh bekuan darah ataupun aterosklerosis yang terjadi kurang
lebih dua minggu.

2. Etiologi
Penyebab stroke non hemoragik yaitu :
1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak)
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain)
3. Iskemia (suplai darah ke jaringan berkurang).
Stroke non hemoragik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. akibat
penutupan aliran darah ke sebagian otak maka terjadi proses patologik pada
daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan
fungsi dan bentuk sel yang di ikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas
susunan sel yang selanjutnya terjadi kematian neuron.
3. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah
(makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada
area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang
disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan, edema dan kongesti disekitar
area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan, CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika
tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi
septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi
abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah.
Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur. Perdarahan pada otak lebih di sebabkan oleh ruptur arteri osklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.
(Purwanto, 2016).
4. Manifestasi Klinis
Pada stroke iskemik terjadi akibat sumbatan atau penurunan aliran darah
otak. Berdasarkan perjalanan klinis, dikelompokkan menjadi :
a. TIA (Transient IschemicAttack)
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24
jam. Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokalserebral, emboli
maupun trombosis.
b. RIND (Reversible IschemicNeurologic Deficit)
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun
kurang dari 21 hari.
c. Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke
waktu.
d. Completed Stroke
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak berkembang
lagi.

5. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan perawatan yang paling tepat untuk stoke, tim medis
perlu mengevaluasi jenis stroke yang dialami pasien dan area otak mana yang
tekena stroke. Ada beberapa test yang perlu dilakukan untuk menunjukkan
bahwa seserang terkena stroke, antara lain (Haryono & Utami, 2019):
a. Tes darah
Pasien harus menjalani serangkaian tes darah agar tim
perawatan mengetahui seberapa cepat gumpalan darah
berkembang, apakah gula darah tinggi atau rendah secara
abnormal, apakah zat kimia darah tidak seimbang, atau apakah
pasien mengalami infeksi. Mengelola waktu pembekuan darah dan
kadar gula serta bahan kimia utama lainnya akan menjadi bagian
dari perawatan stroke.
b. Pemeriksaan CT scan
CT scan menggunakan serangkaian sinar x untuk membuat
gambar detail dari otak. CT scan dapat menunjukkan perdarahan,
tumor, stroke dan kondisi lain. Dokter mungkin menyuntikkan
pewarna ke pembuluh darah pasien untuk melihat pembuluh darah
di leher dan otak secara lebih detail.
c. Pencitraan resonansi magnetik (MRI)
MRI menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat
untuk menciptakan tampilan rinci otak. MRI dapat mendeteksi
jaringan otak yang rusak oleh perdarahan otak. Dokter akan
menyuntikkan pewarna ke pembuluh darah untuk melihat arteri
dan vena dan menyoroti aliran darah.
d. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk
membuat gambar detail dari jantung. Ekokardiogram dapat
menemukan sumber gumpalan dijantung yang mungkin telah
berpondah dari jantung ke otak dan menyebabkan stroke.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan
pengisapan lendir.
2) Pemberian oksigen
3) Mengendalikan tekanan darah klien dalam batas normal
4) Memperbaiki aritmia jantung
5) Perawatan kandung kemih
6) Memberikan kenyamanan pada klien dengan pemberian posisi yang
tepat dan lakukan perubahan posisi tiap 2 jam
7) Lakukan latihan gerak aktif maupun pasif
Penatalaksanaan Medis :
1) Pemenuhan cairan dan elektrolit
2) Mencegah peningkatan Tekanan Intra Cranial (TIK):
3) Pemberian antihipertensi
4) Pemberian diuretika untuk menurunkan edema
7. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
No RM : 225201
Tanggal Masuk : 28 November 2022
Tanggal Pengkajian : 29 November 2022
a. Identitas
Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Hasanudin No. 5
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama saat masuk rumah sakit: Keluarga Pasien
mengatakan sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala
hebat di pagi hari dan mengalami kelemahan anggota
gerak, dan tidak lama kemudian pasien terjadi penurunan
kesadaran kemudian keluarga membawa pasien ke Rumah
Sakit.
b) Riwayat Penyakit Saat Ini
Pasien mengalami kelemahan anggota gerak semua
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat tampak pasien
bedrest total akral teraba dingin, CRT<2detik,terpasang O2
nasal kanul 4 l,terpasang infus NacL 28 tpm. dan
penurunan kesadaran dengan GCS 9 samnolen
( E3,M3,V3). TTV : TD : 90/70 MmHg, N : 102 x/menit,
RR : 28 x/menit, S : 36C, SpO2 : 98%.

c. Riwayat Penyakit Terdahulu


a) Riwayat Allergi: keluarga klien mengatakan pasien tidak ada
riwayat alergi
b) Riwayat pengobatan: keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mengkonsumsi obat sebelum masuk Rumah sakit.
c) Riwayat penyakit sebelumnya: keluarga pasien mengatakan
pasien memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Bentuk kepala lonjong, rambut beruban tampak sedikit kotor,
tidak ada luka atau jejas
2) Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, sklera tidak
ikterus
3) Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid dan limfe, tidak ada
pembesaran vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
4) Hidung
terpasang NGT dan O2 Nasal canule
5) Telinga
Simetris, tidak ada nyeri tekan dan benjolan, tidak ada serumen
6) Mulut
Mukosa bibir kering, mulut tampak simetris, tidak ada
stomatitis, gigi tampak kotor
7) Dada
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi dinding
dada, terdapat penggunaan otot bantu napas, RR: 28 x/menit.
Palpasi : Ekspansi dinding dada seimbang.

Jantung
Inspeksi : tidak dikaji Palpasi : tidak dikaji Auskultasi : tidak
dikaji Perkusi : Pekak
8) Abdomen dan Pinggang:
Inspeksi : bentuk abdomen datar, tidak ada lesi dan tidak ada
bekas operasi. Palpasi : tidak ada distensi abdomen.
Auskultasi : bising usus 7x/menit. Perkusi : timpani
9) Genitalia
Terpasang kateter urine bag
10) Ekstremitas
Ekstremitas atas terpasang infus NaCl di tangan kiri, dengan
pemberian obat catapres melalui syring pump.
Ekstremitas bawah terdapat oedema.
e. Pola Oksigenasi
Sebelum sakit : pasien dapat bernafas secara normal tanpa alat
bantu pernafasan
Saat dikaji : pasien tampak menggunakan nasal canul 4l RR:
28x/menit
f. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pasien sehari makan
bisa makan 3x menggunakan lauk pauk dan sayur, minum air putih
6-8 gelas per hari.
Saat dikaji : pasien terpasang NGT, mendapatkan diet dari RS
dengan jenis makanan bubur lunak.
g. Pola Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : pasien dapat beristirahat dengan nyenyak, tidur ±
5-6 jam
Saat dikaji : pasien berbaring lemas diatas tempat tidur (kesadaran
apatis)

h. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAB dan
BAK masih bisa dikontrol dan BAK BAB di kamar mandi/WC
Saat dikaji : pasien BAB 1x sehari, terpasang kateter Urin, buang 3
jam 400cc
i. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien masih dapat
berbicara dengan suara jelas
Saat dikaji : pasien dapat berbicara tapi sudah tidak jelas,
mengalami penurunan kesadaran
j. Pola Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman berada di diantara
keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya sekitar
Saat dikaji : pasien tampak berbaring lemah
k. Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit : pasien mandi 1-2x sehari dan menggosok gigi 2x
sehari secara mandiri
Saat dikaji : pasien hanya dimandikan 1x/hari pada pagi hari
menggunakan washlap.
l. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat berpakaian secara mandiri tanpa
bantuan orang lain.
Saat dikaji : pasien dalam berpakaian dibantu olehperawat.
m. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien
senang berkumpul dengan keluarganya untuk berekreasi, dan
berjalan jalan ketika pagi hari di sekitar rumah.
Saat dikaji : pasien hanya terbaring lemas ditempat tidur ,dan di
temani oleh keluarganya ketika jam besuk secara bergantian.

2) Analisa Data
Data Etiologi Problem
Ds : -
Hambatan Upaya Pola Nafas Tidak
Do : Nafas Efektif
- Tampak terpasang oksigen D.0005
canul 41 Kategori : Fisiologis
- Tampak pernafasan abnormal Subkategori : Respirasi
- Penggunaan otot bantu
pernafasan
- RR : 28 x/menit
- Spo2 : 98%

Data Etiologi Problem


Ds : -
Embolisme Risiko Perfusi Serebral
Do : Tidak Efektif
- Pengisian kapiler <2 detik D.0017
- Frekuensi nadi : 102 x/menit
Kategori : Fisiologis
- Frekuensi nafas : 28 x/menit
Subkategori : Sirkulasi
- Tekanan darah : 90/70
MmHg
- Akral teraba dingin
- Warna kulit pucat
- Kesadaran somnolenn GCS 9
(E3, V3, M3)
- Bicara pelo
Data Etiologi Problem
Ds : -
Penurunan Gangguan Mobilitas
Do : Kekuatan Otot Fisik
- Pasien tampak lemah D.0054
- Tampak kekuatan otot menurun
Kategori : Fisiologis
- Tampak anggota tubuh sulit
digerakkan Subkategori : Aktivitas
- Tampak pasien dibantu oleh
dan Istirahat
perawat dalam pemenuhan ADL
nya
- Pasien terdapat gangguan pada
anggota badan sebelah kiri,
tangan kiri hanya bisa
melakukan fleksi ekstensi.
Sedangkan kaki kanan hanya
abduksi dan adduksi pada
pergelangan kaki.

3) Diagnosa Keperawatan
I. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
II. Risiko perfusi serebral tidak efektid berhubungan dengan
embolisme
III. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot
4) Intervensi Keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
Efektif Berhubungan keperawatan 2x24 jam
Dengan Hambatan diharapkan pola nafas Observasi
Upaya Nafas membaik dengan kriteria - Monitor pola nafas
hasil : (Mis. Frekuensi,
- Frekuensi nafas kedalaman, usaha
membaik nafas)
- Kedalaman nafas - Monitor bunyi nafas
membaik tambahan (Mis.
- Ekskursi dada Wheezing)
membaik Terapeutik :
- Posisikan semi
fowler
- Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Risiko Perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan
Serebral Berhubungan keperawatan 2x24 jam Tekanan Intrakranial
Dengan Embolisme diharapkan perfusi jaringan
serebral efekktif dengan Observasi
kriteria hasil : - Identifikasi
- Tingkat kesadaran penyebab
meningkat peningkatan TIK
- Gelisah menurun - Monitor tanda dan
- Tekanan intrakranial gejala peningkatan
menurun TIK
- Kesadaran membaik - Monitor status
pernafasan
Terapeutik
- Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
menyenangkan
- Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian sedasi
dan antikonvulsan,
jika perlu

Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
Fisik Berhubungan keperawatan 1x24 jam
Dengan Penurunan diharapkan perfusi jaringan Observasi
Kekuatan Otot serebral efekktif dengan - Identifikasi adanya
kriteria hasil : nyeri atau keluhan
- Pergerakan fisik lainnya
ekstremitas - Identifikasi toleransi
meningkat fisik melakukan
- Kekuatan otot pergerakan
meningkat - Monitor kesadaran
- Rentang gerak umum selama
meningkat melakukan
- Kelemahan fisik mobilisasi
menurun Terapeutik
- Gerakan terbatas - Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
menurun alat bantu
- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
- Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan

5) Implementasi dan Evaluasi


No Hari/Tanggal Impelementasi Evaluasi Paraf
.
1. Senin, 28 - Memonitor pola S : -
November nafas (Mis.
2022 Frekuensi, O:
Jam 09.00 kedalaman, usaha - Frekuensi nafas
WIB nafas) 23x/menit
- Memonitor bunyi - Spo2 : 99%
nafas tambahan - Masih tampak
(Mis. Wheezing) terpasang oksigen
- Memposisikan semi nasal kanul 41
fowler
- Memberikan A : Masalah belum teratasi

oksigen
- Menganjurkan P : Lanjutkan intervensi

asupan cairan 2000 - Memonitor pila nafas

ml/hari jika tidak - Monitor bunyi nafas

kontraindikasi tamnbahan
- Memposisikan semi
fowler
No Hari/Tanggal Impelementasi Evaluasi Paraf
.
2. Senin, 28 - Memonitor tingkat S:-
November kesadaran
2022 - Memonitor tanda O:
Jam 13.00 tanda vital - Pasien tampak lemah
WIB - Memonitor - Tingkat kesadaran
kesimetrisan wajah somlen dengan GCS 9

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

No Hari/Tanggal Impelementasi Evaluasi Paraf


.
3. Senin, 28 - Mengidentifikasi S:-
November adanya nyeri
2022 atau O:
Jam 15.00 keluhan fisik - Klien masih tampak
WIB lainnya lemah
- Hasil : klien - aktivitas klien masih
susah tampak dibantu
menggerakan keluarga
sebagian
anggota A : Masalah belum teratasi
badannya
- Mengidentifikasi P : Lanjutkan intervensi

toleransi fisik
melakukan
pergerakan
- Hasil : klien
tampak dibantu
oleh perawat dan
keluarga
dalam
pemenuhan
ADL nya
- Memonitor
frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelummemulai
mobilisasi
BAB V
PENUTUP

8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, penulis menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Setelah melakukan pengkajian terhadap Ny. H, penulis
memperoleh hasil atau data yang mengarah pada masalah klien
nampak gelisah, kesadaran samnolen dengan nilai GCS 9,
sesak, terpasang O2 nasal canule 4 liter, pengisian kapiler <2
detik, TTV: frekunsi, nadi: 102 x/mnt, frekuensi, napas: 28
x/m, tekanan darah: 90/470 mmHg, suhu tubuh: 36°C, SPO2:
98%, akral teraba dingin, warna kulit tampak pucat, nampak
lemah,kekuatan otot menurun, ektremitas bawah tidak bisa
digerakkan dan turgor kulit pasien tampak menurun. Pasien
terdapat gangguan pada anggota badan sebelah kiri tangan kiri
hanya bisa melakukan fleksi esktensi .Sedangkan kaki kanan
hanya abduksi dan adduksi pada pergelangan kaki.
2. Diangnosa keperawatan yang muncul pada Ny. H adalah pola
napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, perfusi perifer tidak efektif berhubungan
dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
dan reisko defisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan
menelan.
3. Intervensi yang dilakukan pada Ny. Hadalah manajemen jalan
napas, perawatan sirkulasi, dukungan mobilisasi dan
manajemen nutrisi.
4. Implementasi atau tindakan keperawatan pada Ny. Hdijalankan
selalu berorientasi pada rencana yang telah dibuat, dengan
mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang ada sehingga tujuan
dapat dicapai.
5. Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. Hdengan
diagnosa non hemoragik stroke, mengevaluasi diagnosa yang
didapatkan belum dapat tercapai sesuai dengan hasil yang
diharapkan.

9. Saran
1. Perlu adanya pengetahuan yang lebih baik lagi dalam mengatasi
diagnosa non hemoragik strokeini agar ini dapat tuntas
sehinggadapat teratasi.
2. Dalam penulisan perumusan diagnosa ini tidak bisa hanya
berpedoman pada teori, tetapi harus mempertimbangkan dan
mengkaji langsung pada pasien dengan non hemoragik stroke.
3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan hendaknya dibuat
secara sistematis serta didokumentasi agar pelaksanaan tepat dan
efesien. Juga perlu mengembangkan komunikasi yang akrab dan
terbuka sehingga tercipta hubungan saling percaya antara perawat,
dan pasien.
4. Hendaknya pasien dilengkapi dengan pendidikan kesehatan dan
pemulihan kondisi pasien. Alangkah baiknya bila rumah sakit lebih
meningkatkan sarana dan prasarana dalam peningkatan mutu
pelayanan dan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, S. D., Maghfirah, S., & Verawati, M. (2019). Gambaran kepatuhan


kontrol pada pasien stroke. Health Sciences Journal, 3(2), 14–22.
https://doi.org/10.24269/hsj.v3i2.261
Dinkes Prov. Sulawesi Selatan. (2020). Profil kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
tahun 2019. Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. http://dinkes.sulselprov.go.id
Hammad, Rizani, K., & Agisti, R. (2018). Tingkat kelelahan perawat di ruang
ICU.
Dunia Keperawatan, 6(1), 27–33. https://doi.org/10.20527/dk.v6i1.4957
Haryono, R., & Utami, M. P. S. (2019). Keperawatan medikal bedah 2.
Pustaka Baru Press.
Ikawati, Z., & Anurogo, D. (2018). Tata laksana terapi penyakit sistem syaraf
pusat.
Bursa Ilmu.
Indrawati, L., Sari, W., & Dewi, C. S. (2016). Stroke: cegah dan obati sendiri.
Penebar Plus.
Kemenkes RI. (2018). Hasil utama RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.
https://www.kemkes.go.id
Khotimah, N., Handayani, R. N., & Susanto, A. (2021). Asuhan keperawatan
hambatan mobilitas fisik pada Ny. S dengan stroke non hemoragik di ruang
anggrek RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Seminar Nasional
Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 1462–1467.
https://prosiding.uhb.ac.id/index.php/SNPPKM/article/view/850
LeMone, P. (2016). Buku ajar keperawatan medikal bedah. EGC.
Maghfuri, A. (2015). Buku pintar keperawatan: konsep dan aplikasi. Trans Info
Media.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015).Aplikasi asuhan
keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic-noc. Mediaction.
Okwari, R., Utomo, W., & Woferst, R. (2017). Gambaran dukungan keluarga
pasien pasca stroke dalam menjalani rehabilitasi. Jurnal Online Keperawatan
Universitas Riau, 5, 372-377.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/download/19101/
Purwanto, H. (2016). Keperawatan medikal bedah II. Kementerian Kesehatan RI.
Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan kekuatan otot pasien stroke
non hemoragik dengan hemiparese melalui latihan range of motion (ROM)
pasif. Journal of Telenursing, 1(2), 354–363.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.985
Romli, L. Y., & Indrawati, U. (2018). Modul praktikum keperawatan kritis. Icme
Press.
SDKI. (2017). Standar diagnosis keperawatan Indonesia. Persatuan Perawat
Nasioanal Indonesia.
Setiadi. (2016). Dasar-dasar anatomi dan fisiologi manusia. Indomedia Pustaka.
SIKI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia. Persatuan Perawat
Nasioanal Indonesia.
WHO. (2021).Cardiovascular diseases. World Health
Organization.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-
diseases- (cvds

Anda mungkin juga menyukai