Dosen Pengajar :
Ns. Dewi Nur Puspita Sari, S.Kep., M.Kep
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Memberikan manfaat melalui pengalaman bagi kami untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan
khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa non hemoragik stroke.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam
upaya pengembangan pengetahuan khususnya tentang pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa non hemoragik
stroke.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
American Association of Critical-Care Nurses (AACN) mendefinisikan
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang di
hadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa seperti Non Hemoragik Stroke.
Strokenon hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti ( wijaya
& putri 2013 )
Dan tanda klinis atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya
aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di
jaringan otak. ( wilson & price, 2016 )
Berdasarkan definisi di atas dapat di simpulkan stroke non hemoragik
merupakan terhentinya aliran darah ke otak baik kanan maupun kiri karena
penyumbatan oleh bekuan darah ataupun aterosklerosis yang terjadi kurang
lebih dua minggu.
2. Etiologi
Penyebab stroke non hemoragik yaitu :
1. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak)
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain)
3. Iskemia (suplai darah ke jaringan berkurang).
Stroke non hemoragik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. akibat
penutupan aliran darah ke sebagian otak maka terjadi proses patologik pada
daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan
fungsi dan bentuk sel yang di ikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas
susunan sel yang selanjutnya terjadi kematian neuron.
3. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah
(makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada
area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang
disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan, edema dan kongesti disekitar
area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area
infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan, CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika
tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi
septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi
abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah.
Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur. Perdarahan pada otak lebih di sebabkan oleh ruptur arteri osklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit.
(Purwanto, 2016).
4. Manifestasi Klinis
Pada stroke iskemik terjadi akibat sumbatan atau penurunan aliran darah
otak. Berdasarkan perjalanan klinis, dikelompokkan menjadi :
a. TIA (Transient IschemicAttack)
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24
jam. Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokalserebral, emboli
maupun trombosis.
b. RIND (Reversible IschemicNeurologic Deficit)
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun
kurang dari 21 hari.
c. Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke
waktu.
d. Completed Stroke
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak berkembang
lagi.
5. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan perawatan yang paling tepat untuk stoke, tim medis
perlu mengevaluasi jenis stroke yang dialami pasien dan area otak mana yang
tekena stroke. Ada beberapa test yang perlu dilakukan untuk menunjukkan
bahwa seserang terkena stroke, antara lain (Haryono & Utami, 2019):
a. Tes darah
Pasien harus menjalani serangkaian tes darah agar tim
perawatan mengetahui seberapa cepat gumpalan darah
berkembang, apakah gula darah tinggi atau rendah secara
abnormal, apakah zat kimia darah tidak seimbang, atau apakah
pasien mengalami infeksi. Mengelola waktu pembekuan darah dan
kadar gula serta bahan kimia utama lainnya akan menjadi bagian
dari perawatan stroke.
b. Pemeriksaan CT scan
CT scan menggunakan serangkaian sinar x untuk membuat
gambar detail dari otak. CT scan dapat menunjukkan perdarahan,
tumor, stroke dan kondisi lain. Dokter mungkin menyuntikkan
pewarna ke pembuluh darah pasien untuk melihat pembuluh darah
di leher dan otak secara lebih detail.
c. Pencitraan resonansi magnetik (MRI)
MRI menggunakan gelombang radio dan magnet yang kuat
untuk menciptakan tampilan rinci otak. MRI dapat mendeteksi
jaringan otak yang rusak oleh perdarahan otak. Dokter akan
menyuntikkan pewarna ke pembuluh darah untuk melihat arteri
dan vena dan menyoroti aliran darah.
d. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk
membuat gambar detail dari jantung. Ekokardiogram dapat
menemukan sumber gumpalan dijantung yang mungkin telah
berpondah dari jantung ke otak dan menyebabkan stroke.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan
pengisapan lendir.
2) Pemberian oksigen
3) Mengendalikan tekanan darah klien dalam batas normal
4) Memperbaiki aritmia jantung
5) Perawatan kandung kemih
6) Memberikan kenyamanan pada klien dengan pemberian posisi yang
tepat dan lakukan perubahan posisi tiap 2 jam
7) Lakukan latihan gerak aktif maupun pasif
Penatalaksanaan Medis :
1) Pemenuhan cairan dan elektrolit
2) Mencegah peningkatan Tekanan Intra Cranial (TIK):
3) Pemberian antihipertensi
4) Pemberian diuretika untuk menurunkan edema
7. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
No RM : 225201
Tanggal Masuk : 28 November 2022
Tanggal Pengkajian : 29 November 2022
a. Identitas
Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Hasanudin No. 5
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama saat masuk rumah sakit: Keluarga Pasien
mengatakan sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala
hebat di pagi hari dan mengalami kelemahan anggota
gerak, dan tidak lama kemudian pasien terjadi penurunan
kesadaran kemudian keluarga membawa pasien ke Rumah
Sakit.
b) Riwayat Penyakit Saat Ini
Pasien mengalami kelemahan anggota gerak semua
kebutuhan pasien dibantu oleh perawat tampak pasien
bedrest total akral teraba dingin, CRT<2detik,terpasang O2
nasal kanul 4 l,terpasang infus NacL 28 tpm. dan
penurunan kesadaran dengan GCS 9 samnolen
( E3,M3,V3). TTV : TD : 90/70 MmHg, N : 102 x/menit,
RR : 28 x/menit, S : 36C, SpO2 : 98%.
Jantung
Inspeksi : tidak dikaji Palpasi : tidak dikaji Auskultasi : tidak
dikaji Perkusi : Pekak
8) Abdomen dan Pinggang:
Inspeksi : bentuk abdomen datar, tidak ada lesi dan tidak ada
bekas operasi. Palpasi : tidak ada distensi abdomen.
Auskultasi : bising usus 7x/menit. Perkusi : timpani
9) Genitalia
Terpasang kateter urine bag
10) Ekstremitas
Ekstremitas atas terpasang infus NaCl di tangan kiri, dengan
pemberian obat catapres melalui syring pump.
Ekstremitas bawah terdapat oedema.
e. Pola Oksigenasi
Sebelum sakit : pasien dapat bernafas secara normal tanpa alat
bantu pernafasan
Saat dikaji : pasien tampak menggunakan nasal canul 4l RR:
28x/menit
f. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pasien sehari makan
bisa makan 3x menggunakan lauk pauk dan sayur, minum air putih
6-8 gelas per hari.
Saat dikaji : pasien terpasang NGT, mendapatkan diet dari RS
dengan jenis makanan bubur lunak.
g. Pola Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : pasien dapat beristirahat dengan nyenyak, tidur ±
5-6 jam
Saat dikaji : pasien berbaring lemas diatas tempat tidur (kesadaran
apatis)
h. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien BAB dan
BAK masih bisa dikontrol dan BAK BAB di kamar mandi/WC
Saat dikaji : pasien BAB 1x sehari, terpasang kateter Urin, buang 3
jam 400cc
i. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien masih dapat
berbicara dengan suara jelas
Saat dikaji : pasien dapat berbicara tapi sudah tidak jelas,
mengalami penurunan kesadaran
j. Pola Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : pasien merasa aman dan nyaman berada di diantara
keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya sekitar
Saat dikaji : pasien tampak berbaring lemah
k. Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit : pasien mandi 1-2x sehari dan menggosok gigi 2x
sehari secara mandiri
Saat dikaji : pasien hanya dimandikan 1x/hari pada pagi hari
menggunakan washlap.
l. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : pasien dapat berpakaian secara mandiri tanpa
bantuan orang lain.
Saat dikaji : pasien dalam berpakaian dibantu olehperawat.
m. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien
senang berkumpul dengan keluarganya untuk berekreasi, dan
berjalan jalan ketika pagi hari di sekitar rumah.
Saat dikaji : pasien hanya terbaring lemas ditempat tidur ,dan di
temani oleh keluarganya ketika jam besuk secara bergantian.
2) Analisa Data
Data Etiologi Problem
Ds : -
Hambatan Upaya Pola Nafas Tidak
Do : Nafas Efektif
- Tampak terpasang oksigen D.0005
canul 41 Kategori : Fisiologis
- Tampak pernafasan abnormal Subkategori : Respirasi
- Penggunaan otot bantu
pernafasan
- RR : 28 x/menit
- Spo2 : 98%
3) Diagnosa Keperawatan
I. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas
II. Risiko perfusi serebral tidak efektid berhubungan dengan
embolisme
III. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot
4) Intervensi Keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
Efektif Berhubungan keperawatan 2x24 jam
Dengan Hambatan diharapkan pola nafas Observasi
Upaya Nafas membaik dengan kriteria - Monitor pola nafas
hasil : (Mis. Frekuensi,
- Frekuensi nafas kedalaman, usaha
membaik nafas)
- Kedalaman nafas - Monitor bunyi nafas
membaik tambahan (Mis.
- Ekskursi dada Wheezing)
membaik Terapeutik :
- Posisikan semi
fowler
- Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
Risiko Perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan
Serebral Berhubungan keperawatan 2x24 jam Tekanan Intrakranial
Dengan Embolisme diharapkan perfusi jaringan
serebral efekktif dengan Observasi
kriteria hasil : - Identifikasi
- Tingkat kesadaran penyebab
meningkat peningkatan TIK
- Gelisah menurun - Monitor tanda dan
- Tekanan intrakranial gejala peningkatan
menurun TIK
- Kesadaran membaik - Monitor status
pernafasan
Terapeutik
- Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
menyenangkan
- Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian sedasi
dan antikonvulsan,
jika perlu
oksigen
- Menganjurkan P : Lanjutkan intervensi
kontraindikasi tamnbahan
- Memposisikan semi
fowler
No Hari/Tanggal Impelementasi Evaluasi Paraf
.
2. Senin, 28 - Memonitor tingkat S:-
November kesadaran
2022 - Memonitor tanda O:
Jam 13.00 tanda vital - Pasien tampak lemah
WIB - Memonitor - Tingkat kesadaran
kesimetrisan wajah somlen dengan GCS 9
P : Lanjutkan intervensi
toleransi fisik
melakukan
pergerakan
- Hasil : klien
tampak dibantu
oleh perawat dan
keluarga
dalam
pemenuhan
ADL nya
- Memonitor
frekuensi
jantung dan
tekanan darah
sebelummemulai
mobilisasi
BAB V
PENUTUP
8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, penulis menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Setelah melakukan pengkajian terhadap Ny. H, penulis
memperoleh hasil atau data yang mengarah pada masalah klien
nampak gelisah, kesadaran samnolen dengan nilai GCS 9,
sesak, terpasang O2 nasal canule 4 liter, pengisian kapiler <2
detik, TTV: frekunsi, nadi: 102 x/mnt, frekuensi, napas: 28
x/m, tekanan darah: 90/470 mmHg, suhu tubuh: 36°C, SPO2:
98%, akral teraba dingin, warna kulit tampak pucat, nampak
lemah,kekuatan otot menurun, ektremitas bawah tidak bisa
digerakkan dan turgor kulit pasien tampak menurun. Pasien
terdapat gangguan pada anggota badan sebelah kiri tangan kiri
hanya bisa melakukan fleksi esktensi .Sedangkan kaki kanan
hanya abduksi dan adduksi pada pergelangan kaki.
2. Diangnosa keperawatan yang muncul pada Ny. H adalah pola
napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, perfusi perifer tidak efektif berhubungan
dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dan gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
dan reisko defisit nutrisi berhubungan dengan kesulitan
menelan.
3. Intervensi yang dilakukan pada Ny. Hadalah manajemen jalan
napas, perawatan sirkulasi, dukungan mobilisasi dan
manajemen nutrisi.
4. Implementasi atau tindakan keperawatan pada Ny. Hdijalankan
selalu berorientasi pada rencana yang telah dibuat, dengan
mengantisipasi seluruh tanda-tanda yang ada sehingga tujuan
dapat dicapai.
5. Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. Hdengan
diagnosa non hemoragik stroke, mengevaluasi diagnosa yang
didapatkan belum dapat tercapai sesuai dengan hasil yang
diharapkan.
9. Saran
1. Perlu adanya pengetahuan yang lebih baik lagi dalam mengatasi
diagnosa non hemoragik strokeini agar ini dapat tuntas
sehinggadapat teratasi.
2. Dalam penulisan perumusan diagnosa ini tidak bisa hanya
berpedoman pada teori, tetapi harus mempertimbangkan dan
mengkaji langsung pada pasien dengan non hemoragik stroke.
3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan hendaknya dibuat
secara sistematis serta didokumentasi agar pelaksanaan tepat dan
efesien. Juga perlu mengembangkan komunikasi yang akrab dan
terbuka sehingga tercipta hubungan saling percaya antara perawat,
dan pasien.
4. Hendaknya pasien dilengkapi dengan pendidikan kesehatan dan
pemulihan kondisi pasien. Alangkah baiknya bila rumah sakit lebih
meningkatkan sarana dan prasarana dalam peningkatan mutu
pelayanan dan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA