TUJUAN UMUM
Menambah wawasan tentang keadaan gawat mata dan penatalaksanaannya sehingga
kebutaan dapat dicegah.
TUJUAN KHUSUS
Mampu mengenal tanda-tanda klinis penderita gawat mata
Mampu memberikan pengobatan awal pada penderita gawat mata dan merujuk ke bagian
mata untuk penanganan selanjutnya.
POKOK BAHASAN
Definisi dan klasifikasi gawat mats
Mengenal gejala dan tanda klinis penderita gawat mata Pengobatan awal kasus gawat mata
KEGAWATAN MATA
Dr. Ira Sudarmadji SpM, Dr. Darmayanti SpM, Dr. Istiantoro SpM
Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUI - RSUPN Cipto Mangunkusumo
Persatuan Dokter Ahli Mata ( Perdami ) - Jakarta
Definisi
Dalam Ilmu Penyakit Mata, kegawatan mata adalah keadaan mata yang terancam akan
kehilangan fungsi penglihatannya atau akan terjadi kebutaan bila tidak dilakukan
tindakan atau pengobatan yang secepatnya. Berbagai kelainan mata atau struktur di
sekitarnya, baik kelainan yang ringan sampai yang berat dapat mempengaruhi fungsi
penglihatan.
Umumnya penderita gawat mata adalah yang datang ke unit gawat darurat setelah
mengalami trauma atau kesakitan mata yang non traumatis. Hilangnya penglihatan,
penglihatan ganda, mata merah dan sakit mendadak adalah sebagian dari keluhan yang
akan membawa penderita mencari pertolongan pada dokter. Tugas kita adalah mengenal
berat ringannya kesakitan/kerusakan mata terhadap kemungkinan terjadinya kebutaan,
sehingga kita dapat memilah-milah kasus mana yang memerlukan pertolongan segera dan
mana yang dapat menunggu sementara setelah mendapat pertolongan awal minimal.
Perlu ditekankan di sini bahwa fungsi penglihatan yang optimal tidak hanya ditentukan
oleh bolamata yang utuh, tetapi juga tergantung pada struktur penunjang dan pelindung di
sekitarnya, yaitu kelopak mata , jaringan periorbita dan tulang orbita. Untuk hal ini tugas
dokter mata khususnya tidak hanya memperbaiki bolamatanya saja tetapi juga kelainan lain
di sekitar mata, seperti robeknya kelopak mata, saluran lakrimal dan fraktur orbita.
DIAGNOSIS KEGAWATAN MATA
Untuk mengetahui gawat tidaknya keadaan mata, perlu dilakukan anamnesa yang teliti,
pemeriksaan secara umum, pemeriksaan mata dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Pencatatan semua data penderita tidak hanya dilakukan untuk penatalaksanaan yang tepat
fraktur orbita, perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti pengaruh fraktur tersebut
pada kedudukan clan pergerakan bolamata, apakah ada penjepitan pada otot penggerak
mata, apakah ada fragmen fraktur yang menekan pada saraf mata, bagaimana keadaan
saluran lakrimal dan struktur penunjang mata lainnya. Keadaan ini dapat kita cermati
lebih mendetail setelah hematoma/edema berkurang (1 minggu) untuk selanjutnya di
koreksi dalam waktu 2- 3 minggu setelah trauma. Penundaan operasi akan lebih
menyulitkan perbaikan yang diinginkan.
Perdarahan konjungtiva
Trauma tumpul dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva berupa kemerahan difus di
bawah konjungtiva yang dapat meluas dalam satu hari. Perdarahan ini biasanya diserap
dalam 3 minggu tanpa pengobatan. Bila perdarahan luas clan tajam penglihatan menurun,
perlu dilakukan eksplorasi terhadap kemungkinan adanya robekan sklera dibawahnya;
biasanya juga disertai gejala menurunnya tekanan bola mata dan irregularitas bentuk
pupil. Penanganan keadaan ini sama dengan trauma tembus bolamata.
Hifema
Merupakan perdarahan pada bilik mata depan. Dapat sebagian atau mengisi seluruh bilik
mata depan sehingga penglihatan terhalang oleh darah. Tekanan bola mata dapat sangat
tinggi atau malah menurun. Penderita hifema perlu dirawat clan istirahat/ tidur terlentang
dengan kedudukan kepala lebih tinggi agar darah dapat turun ke bawah sehingga pupil
terbuka. Istirahat ini juga diperlukan untuk menghindari perdarahan sekunder yang
akibatnya sangat membahayakan mata. Pemberian obat antifibrinolitik ( as.tranexamat)
dan obat anti glaukoma diberikan untuk mencegah perdarahan sekunder dan meningginya
tekanan bolamata. Parasentesa (pengeluaran darah dari bilik mata) dilakukan bila tekanan
mata tidak menurun dengan obat-obatan atau bila mulai tampak imbibisi kornea.
Komplikasi jangka panjang hifema adalah glaukoma sekunder yang dapat muncul setelah
beberapa bulan kemudian; oleh karena itu penderita harus tetap diperiksa tekanan bola
matanya sampai dinyatakan aman.
Uveitis traumatika
Adalah radang jaringan uvea (iris, korpus siliaris dan koroid) karena suatu benturan.
Secara klinis tampak kekeruhan pada bilik mata depan, adanya sinekial perlekatan iris ke
kornea atau ke lensa, penglihatan buram karena kejernihan media refraksi yang terganggu
oleh sel-sel radang atau kornea yang edema. Biasanya juga disertai rasa sakit sedang,
mata merah disekitar kornea dan tekanan mata bervariasi. Pengobatan umumnya diberikan
midriatikum dan steroid tetes mata.
Luksasi/subluksasi lensa
Lepasnya lensa mata ke bilik m4a depan (luksasi anterior) dapat menyebabkan turunnya
penglihatan mendadak, kekeruhan kornea dan glaukoma sekunder (TIO sangat tinggi).
Penanganan kasus seperti ini harus dilakukan sesegera mungkin dengan mengeluarkan
lensa tersebut. Luksasi lensa ke posterior dapat menyebabkan uveitis posterior yang dapat
ditangani dengan pemberian steroid.
Katarak traumatika
Dapat terjadi segera atau beberapa bulan/tahun setelah trauma. Penglihatan akan turun
perlahan; pada anak-anak perlu dilakukan operasi katarak begitu penglihatannya
berkurang untuk menghindari ambliopia.
Perdarahan badan kaca/vitreus
Bila luas akan mengakibatkan penglihatan yang turun tiba-tiba Bola mata dari depan
dapat tampak tenang atau sedikit merah, namun penglihatan sangat buruk. Perdarahan ini
akan diserap perlahan dan lama ( 6 bulan), namun pengawasan perlu dilakukan untuk
kemungkinan terjadinya tarikan pada retina.
Ablasio retina
Merupakan lepasnya neurosensoris retina yang mengakibatkan penglihatan turun tiba-tiba
dan seperti melihat di dalam air bila disertai robekan pada retina. Sering terjadi pada
penderita miopia. Pengobatan ablasi retina perlu dilakukan segera mungkin untuk
menghindari kebutaan permanen.
Edema makula
Membengkaknya makula lutea akan menurunkan penglihatan secara mendadak namun
penampakan luar mata terlihat normal. Kasus seperti ini biasanya diobati dengan
pemberian steroid peroral dan memerlukan pemeriksaan khusus mata lebih lanjut.
TRAUMA TAJAM / TEMBUS
Trauma tembus bolamata dapat mengakibatkan robekan pada kelopak mata, saluran
lakrimal, robekan kornea, sklera, otot-otot penggerak mata bahkan sampai ke saraf optik.
Trauma tembus bolamata akan memudahkan masuknya kuman ke dalam mata (endoftal mitis) sehingga penutupan luka harus dilakukan secepatnya ditambah pemberian obat
pencegah infeksi maksimal. Pemberian anti tetanus juga diberikan pada saat awal
terutama bila benda yang menembus mata sangat kotor.
Robekan kelopak mata perlu dijahit lapis demi lapis karena setiap lapisan pada kelopak mata
mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Penutupan luka kelopak ini diperlukan untuk
mencegah terpaparnya bola mata.
Pada robekan kornea dan sklera seringkali disertai keluarnya sebagian isi bola mata,
perdarahan badan kacalvitreus clan lepasnya retina. Penglihatan akan sangat menurun
akibat perubahan struktur mata clan kekeruhan media yang terjadi. Trauma ini juga dapat
disertai masuknya benda asing kedalam mata seperti serpihan besi, benda metal lainnya
atau kaca. Ada tidaknya benda asing di dalam mata perlu ditentukan dengan pemeriksaan
radiologi atau USG, karena benda asing dapat memberikan akibat yang buruk pada mata
seperti siderosis clan simpatis oftalmia. Benda asing yang bersifat metal perlu segera
dikeluarkan dengan operasi vitrektomi. Penderita trauma perforasi perlu dipersiapkan
untuk operasi penjahitan luka, diberikan anti tetanus clan pemberian antibiotika oral
/parentral untuk mencegah endoftalmitis.
Irigasi atau bilas mata dengan mengguyur cairan non toksik ( NaCI 0.9% atau Ringer
Laktat) atau air biasa, sampai terjadi netralisasi bahan kimia ( nilai dengan kertas
lakmus). Apabila tidak ada kertas lakmus, lakukan saja pembilasan dengan 2
liter cairan selama 30 menit
Benda asing atau jaringan mata yang nekrosis harus di buang
Memberikan obat anti infeksi, anti peradangan, midriatikum, antiglaukoma , anti
kolagenase, anti oksidan dan air mata buatan
Berikan bebat pada mata atau lensa kontak lunak
Pasien dirujuk untuk dirawat lebih lanjut oleh bagian mata Pembedahan dilakukan
untuk rehabilitasi penglihatan (keratoplasti dsb)
Trauma termis
Kerusakan tergantung sumber panas,lama dan luas daerah kontak dengan bahan panas.
Kelainan yang sering terjadi adalah melepuhnya kelopak mata atau terkelupasnya kornea.
Secara darurat dapat diberikan salep mata antibiotika dan dirujuk ke unit mata atau luka
bakar.
Trauma radiasi
Dapat disebabkan oleh sinar infra merah, ultraviolet , sinar laser atau sinar X. Sinar-sinar
ini biasanya memberikan keluhan silau/fotofobia, spasme kelopak, mata berair. Akibat
jangka panjang dapat berupa katarak, kelainan makula clan retina. Pengobatan awal
adalah dengan memberikan antibiotika dan sikloplegia serta bebat mata.
MATA MERAH MENDADAK
Dapat disebabkan oleh perdarahan, inflamasi dan dilatasi pembuluh darah (lihat diagram)
Perlu ditentukan apakah kemerahan pada mata ini disertai rasa sakit, disertai sekret yang
purulen atau mukoid, apakah terjadinya mendadak atau ada keluhan sistemis seperti
demam, nyeri sendi, mual dan lainnya. Berikut ini adalah beberapa penyakit mata merah
yang sering kita jumpai dan mempunyai tingkat kegawatan tertentu.
Glaukoma akut
Glaukoma ditandai oleh tekanan intra okular yang tinggi, penggaungan pada papil saraf optik
dan defek lapang pandangan. Serangan akut dapat terjadi pada glaukoma primer atau
karena penyakit lain di mata (glaukoma sekunder). Pada glaukoma akut terjadi
peninggian tekanan dalam mata yang tiba-tiba, penglihatan yang sangat menurun karena
edema kornea, penderita dapat melihat halo (bayangan disekitar sinar lampu), merasa
sangat sakit disekitar mata, mual sampai muntah-muntah. Pada pemeriksaan didapatkan
tajam penglihatan yang buruk ( 1/60 sampai hanya melihat sinar), konjungtiva kemotik
dengan pembuluh darah yang melebar (kongesti), edema kornea, bilik mata depan yang
dangkal, pupil melebar dan refleks pada cahaya yang lambat dan peninggian tekanan bola
mata. Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan bola mata, secara topikal dan
sistemis. Penderita diberi miotikum (pilokarpin 2%) setiap 10 menit, obat-obat yang
menurunkan produksi akuos humor seperti asetazolamid 4 x 500mg, infus manitol 20%
(1,5 - 2 mg/kgBB) atau gliserol. Obat penekan rasa sakit clan penenang dapat juga diberikan.
Bila dalam 24 jam tekanan mata tidak menurun, rujuklah penderita ke rumah sakit dengan
fasilitas perawatan dan dokter mata.
Keratitis, Ulkus kornea
Adanya peradangan atau luka pada kornea akan memperlihatkan keadaan mata yang
merah disertai infiltrasi atau defek pada kornea. Penglihatan dapat menurun bila kelaian
berada di tengah kornea, rasa sakit tidak seberat glaukoma dan biasanya penderita merasa
silau(fotofobia). Ulkus kornea yang disebabkan oleh kuman gram negatif (pseudomonas)
sangat berbahaya karena cepat meluas dan dapat menyebabkan perforasi kornea.
Pengobatan awal adalah dengan memberikan antibiotika tetes / salep mata dan sikloplegia.
Selanjutnya dapat dirujuk ke dokter mata.
Iridosiklitis / Uveitis anterior
Merupakan peradangan pada iris dan korpus siliaris yang dapat disebabkan oleh suatu
reaksi imunologi dari kondisi sistemis seperti spondilitis, infeksi Streptokokus, herpes,
AIDS dan sebagainya. Mata tampak merah (injeksi siliar), visus menurun karena adanya
sel-sel radang pada bilik mata depan, pupil dapat mengecil dan tidak bulat bentuknya
karena ada perlengketan dengan lensa (sinekia). Kornea dapat jernih atau tampak
endapan pada bagian endotelnya (presipitat keratik) dan dapat tampak hipopion pada
bilik mata depan. Penderita biasanya merasa silau, buram dan sakit pada bola matanya
Pengobatan adalah dengan pemberian steroid topikal, dan sikloplegik. Rujukan
diperlukan bila uveitis sudah berulang, adanya hipopion dan kekeruhan vitreus untuk
evaluasi pencarian penyebabnya.
Konjungtivitis gonore
Merupakan peradangan akut dan hebat disertai sekret purulen. Banyak ditemui pada bayi
baru lahir yang terinfeksi melalui kuman yang berada pada jalan lahir(ibu) , beberapa
juga ditemui pada orang dewasa. Pada stadium infiltratif didapatkan kelopak mata yang
membengkak, sulit dibuka; konjungtiva sangat merah dan kemotik, kadang dengan
pseudomembran pada konjungtiva tarsalis superior. Bila mata dibuka tampak sekret
kuning kental (stadium supuratif). Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan sekret
dengan pewarnaan biru metilen, dimana ditemukan diplokok intraselular pada lekosit.
Tidak didapatkannya Neiseria gonorhoeae pada sedian apus belum menyingkirkan adanya
oftalmia neonatorum ini; untuk ini diperlukan pemeriksaan bakteriologis lebih lanjut
dimana pada peragian didapatkan glukosa positif sedang maltosa dan sukrosa negatif
Perlu dibedakan dengan oftalmia neonatorum yang disebabkan oleh infeksi klamidia,
virus,bakteri lain atau jamur.Penderita perlu dirawat, sekret mata dibersihkan setiap 15
menit dengan kapas basah dan diberikan salep mata Penisilin setiap 15 menit- 1 jam.
Antibiotika sistemik diberikan sesuai pengobatan gonore. Pengobatan diberikan sampai
pemeriksaan sekret tiga hari berturut-turut bebas dari diplokok dan tidak ditemukan lagi
lekosit.
Penyulit yang sering dijumpai adalah terjadinya keratitis dan ulkus kornea yang berlanjut
dengan perforasi kornea. Pencegahan infeksi gonore pada bayi baru lahir adalah dengan
membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan salep
mata kloramfenikol. Nitras argenti (AgN03) sudah tidak dianjurkan lagi karena bahaya
luka bakar kimia pada kornea bila pemakaiannya tidak dalam konsentrasi yang
dianjurkan(1%)
Dakriosistitis akut
Peradangan akut pada sakus lakrimal yang ditandai rasa sakit, demam,pembengkakan di
antara pangkal hidung dan kantus medius mata. Bila ditekan, pus dapat keluar melalui
pungtum lakrimal atau keluar melalui fistel pada kulit. Bila tidak ditangani dengan baik
infeksi dapat menjalar ke mata dan sekitarnya, menimbulkan tukak kornea, endoftalmitis,
sellulitis orbita atau panoftalmitis. Pengobatan berupa kompres hangat , antibiotika sistemik
dan analgetika. Insisi dilakukan untuk mengeluarkan pus yang tampak di bawah kulit.
Penderita biasanya memerlukan tindakan dakriosistorinostomi bila epifora tidak mereda.
Gabungan rasa sakit pada mata, hilangnya penglihatan dan mata merah merupakan
keadaan serius yang memerlukan rujukan ke bagian mata.
HILANGNYA PENGLIHATAN DENGAN/TANPA RASA SAKIT
Hilangnya penglihatan merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan oleh pasien. Perlu
ditentukan apakah menurunnya penglihatan ini terjadi secara mendadak atau perlahanlahan, juga ada tidaknya rasa sakit yang menyertai penurunan penglihatan .
Dari diagram dapat dilihat diagnostik banding yang mungkin dari suatu penurunan
penglihatan. Pengobatannya pun tergantung kelainan yang terjadi.
Oklusi arteri retina sentral
Penglihatan tiba-tiba hilang tanpa disertai rasa sakit. Biasanya berhubungan dengan
adanya hipertensi, penyakit jantung, arteritis , atheroma, diabetes mellitus, pasca bedah
retina/leherltoraks, glaukoma atau neuritis optika. Biasanya hanya mengenai satu mata,
dapat didahului oleh serangan amaurosis fugaks (spasme arteri yang tidak terus menerus),
kadang-kadang masih ada penglihatan bila makula belum terkena. Pada funduskopi
tampak retina yang pucat, edema makula dengan bintik merah (cherry red spot),
pengisian pembuluh darah retina tidak merata ( ada daerah yang kosong). Pupil dapat
melebar karena penglihatan sangat turun; pada stadium lanjut dapat terjadi atrofi papil
saraf optik. Pengobatan dilakukan segera dengan pemijatan bola mata untuk merendahkan
tekanan bola mata atau dengan parasentesa; memberikan obat antikoagulan, vasodilator,
asetazolamid 4x500mg atau infus manitol; oksigen hiperbarik dan aspirin oral selama 2
minggu.
Keracunan metil alkohol
Penglihatan kedua mata hilang tiba-tiba, pupil dilatasi, pembengkakan papil saraf optik,
pembengkakan lokal retina dan melebarnya vena retina; juga terdapat asidosis dan
dehidrasi. Pengobatan dilakukan oleh bagian penyakit dalam dengan mengatasi asidosis dan
dehidrasi, kemudian diberikan diuretika dan etil alkohol.
Beberapa penyakit mata dengan hilangnya / turunnya penglihatan dapat berhubungan
dengan penyakit / keadaan sistemis yang lain seperti kehamilan ( eklamsialpreeklamsia),
retinopati diabetika / hipertensi, penyakit-penyakit intrakranial atau metastasis keganasan
bagian tubuh lainnya. Untuk itu pencatatan riwayat penyakit dan pemeriksaan menyeluruh
menjadi penting untuk memilah-milah penanganan yang perlu didahulukan untuk penderita
serta menilai apakah suatu rujukan diperlukan untuk pengobatan selanjutnya.