Anda di halaman 1dari 14

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Kontraksi Otot


Jantung yang dibuat oleh:
Nama : Adzhar Arsyad
Nim : 1214041004
Kelas : Pendidikan Biologi
Kelompok :I
telah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten, maka laporan ini dinyatakan
diterima.
Makassar, 19 Juni 2014
KoordinatorAsisten Asisten

Fressy Fitri Arisanni, S.Si Putri Damayanti


Nim : 111 404 00 45

Mengetahui
DosenPenanggungJawab,

Dr. A. Munisa, S.Si, M.Si


NIP. 19720526 199802 2 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum otot penyusun tubuh vertebrata terbagi 3 macam yaitu
otot polos, otot jantung dan otot lurik. Ketiga otot terswebut berperan dalam
setiap sendi kehidupan vertebrata. Secara khusus otot jantung merupakan otot
penyusun jantung yang kerjanya dibawah kendali kesadaran. Otot jantung
memiliki struktur yang menyebabkan jantung bisa memompa dari dan ke
seluruh tubuh.
Jantung berfungsi untuk memompa darah dari paru paru menuju
jantung yang mengandung dan kaya oksigen untuk kemudian dipoma oleh
jantung menuju seluruh tubuh.
Keberadaan otot jantung yang berkontraksi dan berelaksasi yang
menyebabkan darah dapar dipompa dengan baik oleh jantung. Sel otot
jantung bersifat ritimis yaitu otot yang mempunyai daya rangsang untuk
dirinya sendiri. Sehingga menyebabkan aksi potensial yang spontan,
Adanya aksi potensial akan menimbulkan depolarisasi membran serat
otot jantung dan berjalan lebih dalam keadaan serat otot pada tempat dimana
potensial aksi daapt mendepolarisasi sarkolema dan sistem tubulus T,
sehingga ion kalsium dari cairan ekstra sel masuk. Potensial aksi juga
menyebabkan retikulum melepaskan sejumlah besar ion kalsium ke dalam
myofibril
Adanya ion kalsium dalam jumlah besar, efek penghambatan triponin
miosin terhadap filament yang akan dihambat. Dengan menimbulkan ion
kalsium maka akan meningkatkan gabungan kalsium troponin C. Kompleks
troponin akan mengalami perubahan bentuk yang menarik molekul
tropomiosin dan memindahkannya lebih dalam lekukan antara dua dua aktin.
Sehingga sebagian aktin tidak tertutupi, setelah filamen aktin menjadi
teraktivasi oleh ion ion kalsium .
Oleh karena itu berdasarkan asumsi di atas, maka diadakan praktikum
untuk mengetahui sifat otomatis jantung dan ritmisnya.
B. Tujuan Praktikum
1. Melihat sifat otomatis dan ritmis dari tiap-tiap bagian jantung.
2. Memahami peran sinus venosus pada kontraksi otot jantung.
3. Mengamati pengaruh beberpa beberapa faktor ekstrinsik terhadap aktifitas
jantung.
C. Manfaat Praktikum
1. Untuk mengetahui sifat otomatis dan ritmis dari tiap-tiap bagian jantung.
2. Untuk mengetahui peran sinus venosus pada kontraksi otot jantung.
3. Untuk mengetahui spengaruh beberpa beberapa faktor ekstrinsik terhadap
aktifitas jantung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jantung berongga ditemukan pada vertebrata. Jantung ini merupakan organ


berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung
bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah
klep yang melengkapinya. Untuk menjamin kelangsungan sirkulasi, jantung
berkontraksi secara periodik. Apabila cairan tubuh berhenti bersirkulasi maka
hewan mati (Isnaeni, 2006).
Jantung merupakan organ berongga empat dan berotot yang berfungsi
memompa darah lewat sistem pembuluh darah. Letak jantung didalam rongga
dada sebelah depan (cavum mediastinum anterior) sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan angkalnya terdapat di belakang
kiri, pada tempat ini terjadi pukulan yang disebut iktus kordis. Jantung
menggerakkan darah dengan kontraksi yang kuat dan teratur dari serabut otot
yang membentuk dinding rongga-rongganya. Pola kontraksi sedemikian rupa
sehingga kedua bilik berkontraksi serempak dan hampir 1/10 detik kemudian,
kedua serambi berkontraksi bersama sama (Khasan, 2012).
Otot jantung (cardiacmuscle) vertebrata hanya ditemukan pada satu
tempat yakni jantung. Seperti otot rangka, otot jantung berlurik. Perbedaan utama
antara otot rangka dan otot jantung adalah dalam sifat membran dan listriknya.
Sel-sel otot jantung mempunyai daerah khusus yang disebut cakram berinterkalar
(intercalateddisc), dimana persambungan longgar memberikan pengkopelan
listrik langsung di antara sel-sel otot jantung. Dengan demikian suatu potensial
aksi yang dibangkitkan pasa satu bagian jantung akan menyebar keseluruh sel otot
jantung. Dengan demikian, suatu potensial aksi yang dibangkitkan pada satu
bagian jantung akan menyebar ke seluruh sel otot jantung. Dan jantung akan
berkontraksi. Sel-sel otot jantung tidak akan berkontraksi kecuali dipicu oleh inpu
neuron motoris yang mengontrolnya. Akan tetapi, sel-sel otot jantung dapat
membangkitkan potensial aksinya sendiri, tanpa suatu input apapun dari sistem
saraf. Membran plasma otot jantung mempunyai ciri pacu jantung yang
menyebabkan depolarisasi berirama, yang memicu potensial aksi dan
menyebabkan sel otot jantung tunggal untuk berdenyut bahkan ketika diisolasi
daari jantung dan ditempatkan dalam biakan sel. Potensial aksi sel otot jantung
berbeda dari potensial aksi sel otot rangka, yang bertahan sampai dua puluh kali
lebih lama. Potensial aksi sel otot rangka hanya berfungsi sebagai pemicu
kontraksi dan tidak menguntrol durasi kontraksi tersebut. Pada sel jantung durasi
potensial aksi memainkan peranan penting dalam pengontrolan durasi kontraksi
(Campbell, 2004).
Sel-sel otot jantung berbeda tergantung pada jenis sel. Setiap sel otot
jantung yang mengadakan depolarisasi akan memprouksi sebuah potensial aksi
yang monofasik (Kunaryo, 2006)
Katak dan amfibia lainnya mempunyai jantung berbilik tiga, dengan dua
atria dan satu ventrikel. Ventrikel akan memompakan darah ke dalam sebuah
arteri bercabang yang mengarahkan darah melalui dua sirkuit :
pulmokutaneuscircuit mengarah ke jaringan pertukaran gas (dalam paru-paru dan
kulit pada katak), dimana darah akan mengambil oksigen sembari mengalir
melalui kapiler. Darah yang kaya oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan
kemudian sebagian besar di antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistematik.
Sirkuit sistemik (systemiccircuit) membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh
organ tubuh dan kemudian mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium
kanan melalui vena. Skema ini,yang disebut sirkulasi ganda (doublecirculation),
menjamin aliran darah yang keluar ke otak, otot, dan organ-organ lain, karena
darah itu dipompa untuk kedua kalinya setelah kehilangan tekanan dalam
hamparan kapiler pada paru-paru atau kulit (Campbell, 2004).
Suhu dapat mempengaruhi kerja jantung. Sedikit perubahan dari suhu
tubuh dapat berpengaruh besar pada kinerja jantung. Karena, semakin suhu
tubuh menjauh dari kondisi suhu tubuh normal, maka hal tersebut
berpengaruh pada cepat lambatnya kerja jantung memompa darah ke seluruh
tubuh (Ratna, 2011)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/ tanggal : Rabu / 30 April 2014
Waktu : Pukul 14.00 s.d. 16.00 WITA.
Tempat : Laboratorium Lantai III Timur Jurusan Biologi FMIPA
UNM.
B. Alat dan Bahan
1. Alat:
a. Benang
b. Cawan petri
c. Jarum pentul
d. Papan dan alat seksi
e. Pipet tetes
2. Bahan:
a. Atropin 5 %
b. CaCl2 2 %
c. Epinefrin 1 %
d. Katak (Rana cancarivora)
e. KCl 5 %
f. Larutan ringer 5 0C dan 30 0C.
g. NaCl 0,7 %
C. Prosedur Kerja
1. Sifat otomatis dan ritmis jantung
a. Membius katak
b. Membuka rongga dada, lalu menghitung denyut jantung permenit.
c. Memisahkan jantung dari tubuh katak dan meletakkan ke dalam cawan
petri yang berisi larutan ringer, menghitung denyut jantung permenit,
dan mengamati apakah denyutnya berirama atau tidak.
d. Memisahkan sinus venosus dari jantung dan mengamati dan
menghitung denyut jantung permenit.
e. Memisahkan atrium kiri dan kanan dari jantung lalu mengamati dan
menghitung denyut jantung permenit.
2. Pengaruh faktor fisik dan kimia terhadap aktivitas jantung
a. Membius katak
b. Membuka rongga dada dan menghitung denyut jantung permenit.
c. Membuka peniti kecil hingga membentuk sudut 90 0
d. Mengikat salah satu ujung benang dibagian kepala peniti, lalu
menusukkan ujung peniti pada bagian apeks jantung.
e. Menghitung denyut jantung permenit.
3. Pengaruh suhu dan bahan kimia
a. Membius katak.
b. Membuka rongga dada.
c. Membasahi jantung dengan larutan ringer 5 0C.
d. Menghitung dan mengamati denyut jantung permenit.
0
e. Membuang ringer 5 C dengan mengganti ringer normal. Lalu
menunggu beberapa saat sampai denyutan kembali normal.
f. Dengan cara yang sama beri perlakuan jantung dengan larutan ringer 30
0
C, atropin, epinefrin, CaCl2 2 %, NaCl 0,7 % dan KCl 5 %.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan
1. Sifat otomatis dan ritmis jantung
No Sifat otomatis Detakan/menit
1. Denyut jantung normal 121
2. Terpisah dari tubuh 100
3. Sinus venosus (terpisah dari jantung) -
4. Jantung terpisah dari sinus venosus 72
5. Atrium kanan 9
6. Atrium kiri 9

2. Pengaruh faktor fisik, kimia dan suhu


No Perilaku Detakan/menit
1. Ditusuk jarum 90
2. + Atropin 100
3. + epinefrin 88
4. + ringer 5 0C 41
5. + ringer 30 0C 96
6. + KCl 38
7. + CaCl2 15
8. + NaCl -

B. Pembahasan
1. Kegiatan Sifat Otomotis Dan Ritmis Otot Jantung
Pada kegiatan sifat otomotis dan ritmis otot jantung pada katak,
diperoleh data yaitu detak jantung katak dalam keadaan normal adalah
121 detakan/ menit, setelah jantung terpisah dari tubuh dan diletakkan
dalam cawan petri yang beris larutan ringer, maka terjadi penurunan
detakan jantung tiap menit dimana tercatat hanya 100 detakan/menit. Hal
ini disebabkan karena tidak adanya mekanisme pengontrolan detak
jantung dari otak katak, walaupun larutan ringer berguna untuk tetap
mempertahankan kondisi fisiologi jantung katak beberapa saat ketika
telah lepas dari tubuh katak tapi jumlah detakan jantung katak tidak akan
sama ketika masih berada di dalam tubuh, selain itu faktor katak yang
stress akan mempengaruhi detakan jantung katak, serta faktor suhu
dimana suhu tubuh katak dengan suhu larutan ringer yang berbeda akan
menyebabkan penurunan sifat ritmis dan otomatis detak jantung katak.
Menurut Isnaeni (2000), detakan jantung hewan dipengaruhi oleh
saraf simpatik dan saraf vagus. Sehingga ketika jantung hewan telah
lepas dari tubuhnya maka tidak ada lagi control detakan jantung dari
kedua saraf tersebut, hal ini akan menjadi penyebab berubahnya
frekuensi detak jantung hewan.
Ketika jantung terpisah dari sinus venosus, maka detakan otot
jantung katak hanya 72 detakan/ menit. Hal ini disebabkan karena
penurunan fisiologis jantung karena telah lama terpisah dari tubuh katak,
walaupun sifat otomatis dan ritmis dari otot jantung tetap ada namun
tidak sekuat ketika sinus venosus masih ada dikarenakan sinus venosus
berfungsi untuk menyimpan darah dari vena kemudian mengalirkannya
ke atrium dan ventrikel, ketika sinus venosus tidak lagi berkontraksi
untuk memompa darah ke atrium dan ventrikel makan secara otomatis
kontraksi atrium dan ventrikel jantung akan mengalami penurunan
karena tidak lagi menerima darah dari sinus venosus.
Ketika atrium kanan dan atrium kiri dipisahkan, maka frekuensi
detak otot jantung masing masing hanya 9 detakan/menit. Pemisahan
kedua bagian ini tentu akan mempengaruhi sifat ritmis dan otomatis otot
jantung dikarenakan tidak adalagi kegiatan pemompaan darah selain itu
adanya penurunan sifat otomatis dari sel sel miokardium.
2. Pengaruh faktor fisik, kimia, dan suhu
Pada kegiatan pertama pengaruhi fisik, dan kimia terhadap
kontraksi otot jantung katak, jantung katak yang masih berada pada
tubuhnya ditusuk jarum pentul, frekuensi detakan jantung katak adalah
90 detakan/menit. Kegiatan menusukkan jarum pentul pada bagian apeks
jantung katak akan menyebabkan terganggunya aktivitas dari serabut
purkenjie dan serabut his yang berfungsi untuk membuat jantung tetap
berdenyut secara otomatis, sehingga terjadi peningkatan frekuensi
detakan jantung katak.
Kegiatan pengaruh kimia terhadap kontraksi jantung katak.
Jantung katak yang telah dipisahkan dari tubuhnya diletakkan dalam
cawan petri yang berisi larutan ringer normal di basahi dengan epinefrin
1%. Hasil perhitungan menunjukkan frekuensi detak jantung katak sama
dengan 88 detakan/menit, ini menunjukkan adanya peningkatan frekuensi
detak jantung katak dibandingkan dengan detak jantung normal (sekitar
70 80 detakan/menit) dikarenakan epinefrin memiliki konotripik positif
(meningkatkan denyut jantung).
Epinefrin mengaktivasi reseptor 1 di otot jantung, sel pacu
jantung dan jaringan konduksi. Ini merupakan dasar efek inotropik dan
kronotropik positif Epinefrin pada jantung. Epinefrin mempercepat
depolarisasi fase 4, yakni depolarisasi lambat sewaktu diastole, dari
nodus sinoatrial (SA) dan sel otomatik lainnya, dengan demikian
mempercepat firing rata pacu jantung dan merangsang pembentukan
fokus ektopik dalam ventrikel. Dalam nodus SA, Epinefrin juga
menyebabkan perpindahan pacu jantung ke sel yang mempunyai firing
rate lebih cepat. Epinefrin mempercepat konduksi sepanjang jaringan
konduksi, mulai dari atrium ke nodus atrioventrikular (AV), sepanjang
bundle of His dan serat Purkinje sampai ke ventrikel. Epinefrin juga
mengurangi blokade AV yang terjadi akibat penyakit, obat atau aktivitas
vagal. Selain Itu Epinefrin memperpendek periode refrakter nodus AV
dan berbagai bagian jantung lainnya. Epinefrin memperkuat kontraksi
dan mempercepat relaksasi. Dalam mempercepat denyut jantung dalam
kisaran tisiologis, Epinefrin memperpendek waktu sistolik tanpa
mengurangi waktu diastolik. Akibatnya. curah jantung bertambah, tetapi
kerja jantung dan pemakaian oksigen sangat bertambah, sehingga
efisiensi jantung (kerja dibandingkan dengan pemakaian oksigen)
berkurang
Jantung yang dibasahi atropine memiliki frekuensi detakan
sebanyak 100 detakan/menit. Terjadi peningkatan frekuensi denyut
jantung, seharusnya frekuensi denyut jantung menurun dikarenakan
atropin akan menurunkan menurunkan denyut nadi dan kontraksi
jantung.
Jantung yang dibasahi ringer 5o memiliki frekuensi detakan
sebanyak 41 detakan/menit sedangkan jantung yang dibasahi dengan
larutan ringer 30o memiliki frekuensi detakan sebanyak 96
detakan/menit. Peningkatan detak jantung katak dikarenakan adanya
mekanisme feed back untuk mempertahankan suhu jantung pada kisaran
normal sehingga Kenaikan suhu menyebabkan permeabilitas sel otot
terhadap ion meningkat sehingga ion inflow meningkat, terjadilah
depolarisasi. Saat potensial membran mencapai nilai ambang, maka akan
terjadi potensial aksi yang kemudian dikonduksikan ke AV node, lalu
ke bundle of his, kemudian ke saraf purkinje dan akhirnya ke seluruh otot
ventrikel berkontraksi secara cepat. Akibatnya frekuensi denyut jantung
meningkat, tetapi amplitudonya tetap. Namun bila kita melakukan
perhitungan dalam waktu yang lama maka kita akan amati adanya
penurunan detakan jantung dikarenakan penurunan proses metabolik
dalam sel akibat dari kerusakan enzim yang penyusunnya protein
mengalami denaturasi.
Jantung yang dibasahi KCl 5% memiliki frekuensi detakan
sebanyak 38 detakan/menit. Frekuensi detakan jantung yang sangat
rendah dikarenkan KCl dengan kandungan ion K+ menyebabkan
repolarisasi membran sel. Pada kadar K+ lebih tinggi, terjadi paralisis
atrium dan pemanjangan kompleks QRS. Hal repolarisasi cepat abnormal
setelah lepas muatan listrik serat otot yang infark sebagai hasil akselerasi
pembukaan saluran K+ hanya terjadi beberapa saat . Potensial membran
istirahat serat otot menurun dengan adanya peningkatan konsentrasi
K+ ekstrasel. Serat menjadi tidak peka rangsang, dan akhirnya jantung
berhenti dalam diastolik . Oleh karena itu, kontraksi jantung katak
menjadi melemah ketika ditetesi KCl 5%.
Jantung yang dibasahi CaCl 2% memiliki frekuensi detakan
sebanyak 15 detakan/menit. Frekuensi detak jantung melemah ,
disebabkan karena CaCl akan menyebabkan peningkatkan tonus jantung
dan dalam keadaan berlebih dapat mengakibatkan tertahannya sistol.
Jantung yang dibasahi NaCl 0,7% memiliki frekuensi detakan
sebanyak 0 detakan/menit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
jantung tidak berdetak lagi dikarenakan adanya Frekuensi detak jantung
tidak ada dikarenakan NaCl bersifat hipotonis dan mempengaruhi
regulasi tekanan osmotis pada sel-sel otot jantung sehingga kontraksi otot
jantung menjadi lemah.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sifat ritmis dan otomatis jantung disebabkan oleh adanya sifat autonom
dari otot jantung yang bekerja dibawah kesadaran
2. Penurunan detak jantung ketika dilepaskan dari tubuh hewan
mengindikasikan bahwa otot jantung mengalami penurunan secara
fisiologis karena tidak sesuai dengan keadaanya saat ditubuh.
3. Suhu dan zat kimia akan mempengaruhi kerja otot jantung, dimana ada
yang dapat meningkatkan laju detak jantung seperti epinefrin dan ada yang
dapat menurunkan laju detak jantung seperti NaCl.
B. Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk memerhatikan dan menghitung
dengan baik frekuensi detak jantung katak pada saat praktikan agar data yang
diperoleh lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
.
Ratna, Adil. 2011. Alat Bantu Monitoring Rate Jantung, Suhu Tubuh Dan Kontrol
Tetesan Infus Pada Ruang Perawatan Rumah Sakit. Surabaya: Jurusan
Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Campbell, Neil A.2004. Biologi Edisi ke 5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Isnaeni, Wiwi.2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius,

Khasan, dkk. 2012. Korelasi Denyut Nadi Istirahat Dan Kapasitas Vital Paru
Terhadap Kapasitas Aerobik. Semarang: Jurusan Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang, Indonesia

Kunaryo, dkk. 2006. Aplikasi Tapis Adaptif Fir Untuk Menghilangkan Artefak
Pada Sinyal Elektrokardiografi. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas, Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai