Anda di halaman 1dari 19

ACARA PRAKTIKUM KE-1

HEMATOLOGI

Disusun oleh:

Nama : Ajeng Ayu Lady Anti


NIM : 1808106151
Kelas : Biologi D /5

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON

2020
ACARA PRAKTIKUM KE-1
HEMATOLOGI

Ajeng Ayu Lady Anti


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
antiladyayuajeng@gmail.com

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah terjadi sejak bulan Februari 2020. Salah satu
dampak dari pandemi Covid-19 adalah bejar dengan sistem online atau daring
(dalam jaringan). Pembelajaran yang seharusnya dilakukan tatap muka atau secara
langsung, diganti dengan kegiatan belajar di rumah melalui berbagai macam platform
seperti WAG (Whatsapp Group), Zoom, Google meet, dan Google classroom. Mata kuliah
yang didalamnya terdapat praktikum-pun direalisasikan daring, menggunakan virtual lab,
atau mengamati acara praktikum melalui video yang diunggah di youtube dan adapula yang
diganti dengan praktikum sederhana dirumah, dengan menggunakan bahan yang dapat
ditemukan secara mudah namun tidak mengurangi esensi dari praktikum tersebut, salah
satunya adalah praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan yaitu Hematologi.

Hematologi adalah ilmu tentang darah dan jaringan pembentuk darah yang
merupakan salah satu sistem organ terbesar dalam tubuh makhluk hidup. Darah membentuk
6%-8% dari berat tubuh total dan terdiri dari sel-sel darah yang tersuspensi di dalam suatu
cairan yang disebut plasma. Tiga jenis sel darah utama adalah sel darah merah (eritrosit),
sel darah putih (leukosit), dan trombosit. Cairan plasma membentuk 45%-60% dari volume
darah total, sel darah merah menempati sebagian besar volume sisanya (Sacher & Richard,
2000).

Praktikum daring (dalam jaringan) yang ke-1 ini dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi dan membandingkan struktur eritrosit pada hewan pada masing-masing
sampel hewan, untuk melakukan pengujian golongan darah manusia. Untuk melakukan
pengujian hemolisis, krenasi, dan isotonis.

1.2. Tujuan Percobaan

Bagian pendahuluan ini juga berisi tujuan percobaan. Tujuan percobaan ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi dan membandingkan struktur eritrosit pada hewan pada masing-
masing sampel hewan.

2. Untuk melakukan pengujian golongan darah manusia.

3. Untuk melakukan pengujian hemolisis, krenasi, dan isotonis.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Darah merupakan jaringan yang mengisi hampir separuh dari tubuh. Darah
mempunyai fungsi bekerja sebagai sistem transpor (sirkulasi) dari tubuh, mengantarkan
semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi
normalnya dapat dijalankan dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil buangan lain.
Darah terdiri atas plasma dan komponen-komponen seluler yaitu sel darah merah atau
eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan trombosit (Yuwono, 2001)

Darah merupakan jaringan pengikat yang umumnya mempunyai komposisi


plasma darah dan sel-sel darah. Darah manusia dan darah hewan terdiri atas suatu
komponen cair yaitu plasma dan berbagai bentuk undur yang dibawa dalam plasma,
antara lain sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping darah.
Plasma darah adalah adalah cairan yang komplek yang berada dalam keadaan
keseimbangan dinamik dengan cairan tubuh lain. Plasma darah mengandung 90% air, 7-
8% protein, 1% elektrolit dan 1-2% zat-zat terlarut lainnya (Sutrisno, 1987). Darah
vertebrata memiliki inti yang bentuknya secara umum oval. Eritrosit mamalia dalam
perkembangannya akan berbentuk cawan bikonkaf yang dapat mempercepat pertukaran
gas antar sel-sel dan plasma darah. Leukosit terbagi ke dalam dua macam yaitu granulosit
dan agranulosit. Basofil, eosinofil dan neutrofil termasuk kedalam leukosit granulosit
(leukosit yang sel-selnya bergranula), sedangkan monosit dan limfosit termasuk kedalam
sel-sel agranulosit (Kay, 1998). Dari penelitian bobot hewan dapat sejalan dengan
bertambahnya umur. Hasil pemeriksaan nilai hematologi (Hb, hematokrit, eritrosit, dan
leukosit) dan niali bikokimia darah, hal tersebut dapat berada di batas normal sesuai
dengan masing-masing kelompok umur (Sihombing et al, 2011).

Komponen dasar darah yang utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah yang
terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma darah merupakan komponen cairan
yang mengandung ion-ion dan molekul organik yang meliputi protein, elektrolit, materi
sampah, zat pengatur dan zat-zat terlarut. Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi
penting adalah serum. Serum merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan
fibrinogennya dengan cara memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih
dan mengandung zat antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing
yang masuk ke dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen.
Sedangkan sel terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang
berbeda, sedangkan komponen dari plasma selain fibrinogen juga terdapat ion-ion
inorganic (Alamanda, 2006).
III. MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Percobaan


Rabu, 21 Oktober 2020. Pukul 10.00-12.00 dilaboratorium MIPA INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON.

3.2. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Bak Parafin, Pipit Tetes, Blood Lancet,
Glass Objek dan Cover Glaass, Spilt, Glove dan Masker, Microscope.

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah darah dari NaCl 0,7 %, NaC; 0,9 %,
Laryan Giemsa, Alchohol 70%, Antigen A B AB Reagen, Ikan , Mencit,

3.3. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum “HEMATOLOGI” sebagai berikut:


A. Prosedur kerja morfologi Sel Darah

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Diambil sampel darah ikan menggunakan spult.
3. Diambil sampel darah mencit menggunakan spult.
4. Diambil sampel darah probandus menggunakan spult.
5. Dibuat apusan darah dari sampel ikan.
6. Dibuat apusan darah dari sampel mencit.
7. Dibuat apusan darah dari sampel probandus.
8. Semua sampel apusan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 1-3 menit.
9. Diteteskan pewarna giemsa pada semua sampel apusan.
10. Diamati mengguanakan mikroskop dengan pembesaran 400x.
11. Ditulis hasilnya.

B. Prosedur menentukan golongan darah


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Ditusuk jari telunjuk menggunakan blood lancet.
3. Ditekan jari telunjuk dan diteteskan darah yang keluar di sampel kertas golongan
darah.
4. Diulangi no.2 hingga no.3 seebanyak 2 kali.
5. Ditiap sampel kertas masing-masing diteteskan anti - A, anti - B, anti – AB, dan
reagen.
6. Diamati tiap sampel kertas golongan darah dan ditulus hasilnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil pada praktikum “HEMATOLOGI” menggunakan sel darah Ikan Mas, Tikus
Putih, dan Manusia atau Probandus sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Morfologi Sel Darah

Perlakuan
Sampel Keterangan
Kontrol NaCl 0,7% NaCl 0,9%
Pada sampel darah ikan mas
(Cyprinus carpio) terlihat
Ikan Mas isotonis atau tetap normal,
(Cyprinus serta jumlahnya lebih sedikit
carpio) susunannya renggang dan
terpisah. Pembesaran 400x
menggunakan microskop.
Pada sampel darah tikus putih
(Mus muscullus) Mengalami
Tikus Putih hemolisis karena terlihat
(Mus seperti selnya pecah, serta
muscullus) jumlah banyak, susunan agak
renggang. Pembesaran 400x
menggunakan microskop.
Pada sampel darah manusia
atau probandus terlihat tetap
Manusia pada bentuk normal.
(proban Pembesaran 400x
dus) menggunakan microskop.
Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Golongan Darah

Pemberian
Nama
Golongan Darah
Sampel Sampel darah Antiserum A Antiserum B Antiserum AB

Golongan Darah B

1 Ririn Rahma Yuliani

Tidak Menggumpal Tidak


menggumpal menggumpal
Golongan Darah A

2 Muhammad Anjar
Aji

Menggumpal Tidak Tidak


menggumpal menggumpal
Golongan Darah AB

3 Aditya Fadly

Tidak Tidak Menggumpal


menggumpal menggumpal
4.2. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai hematologi yang bertujuan:


1) untuk mengidentifikasi dan membandingkan struktur eritrosit pada hewan pada masing-
masing sampel hewan. 2) untuk melakukan pengujian golongan darahmanusia. 3) untuk
melakukan pengujian hemolisis, krenasi, dan isotonis. Praktikum ini alat dan bahan yang
digunakan cukup sederhana diantaranya yaitu : Bak Parafin, Pipit Tetes, Blood Lancet,
Glass Objek dan Cover Glaass, Spilt, Glove dan Masker, Microscope, NaCl 0,7 %, NaC;
0,9 %, Laryan Giemsa, Alchohol 70%, Antigen A B AB Reagen, Ikan , dan Mencit.

Pengukuran hematologi hewan meliputi pengukuran kadar hemoglobin,


penghitungan total eritrosit, penghitungan total leukosit dan dan pengukuran hematokrit.
Kadar hemoglobin, jumlah dan bentuk sel darah hewan berbeda-beda. Hemoglobin
merupakan protein pengangkut oksigen paling efektif. Eritrosit mamalia tidak berinti dan
berbentuk bulat. Eritrosit ikan berinti, berbentuk elips dan berwarna merah muda. Kadar
hemoglobin bervariasi dengan jumlah sel darah merah yang ada. Secara fisiologis,
hemoglobin sangat penting untuk kehidupan hewan dan sangat menentukan kemampuan
kapasitas pengikatan oksigen oleh darah (Guyton, 1976).

Komponen dasar darah yang utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah yang
terdiri dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Plasma darah merupakan komponen cairan
yang mengandung ion-ion dan molekul organik yang meliputi protein, elektrolit, materi
sampah, zat pengatur dan zat-zat terlarut. Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi
penting adalah serum. Serum merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan
fibrinogennya dengan cara memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih
dan mengandung zat antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing
yang masuk ke dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen.
Sedangkan sel terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang
berbeda, sedangkan komponen dari plasma selain fibrinogen juga terdapat ion-ion
inorganic (Alamanda, 2006).

Jumlah leukosit mencerminkan proses evolusi sistem imunitas. Vertebrata tingkat


rendah seperti ikan dan katak, jumlah leukositnya dipengaruhi oleh suhu dan fotoperiode
(Zapata et al., 1992) sehingga variasi jumlah leukosit antar individu sangat besar. Jumlah
leukosit Vertebrata rendah seperti Kelas Pisces, Amphibia, Reptil dan Aves sangat banyak
(lebih 10.000 sel/mL) sedangkan pada Mammalia jumlah leukosit normal 4000-10.000
sel/mL. Banyaknya jumlah leukosit Vertebrata tingkat rendahnya disebabkan oleh belum
terspesialisasinya organ limfoid.

Di Indonesia, pewarnaan yang umum digunakan ialah pewarnaan Giemsa sebab


Giemsa lebih tahan lama dalam iklim tropis. Beberapa klinik juga menggunakan pewarna
Wright dalam mewarnai apusan darah tepi. Terkadang pewarnaan Giemsa juga
dikombinasikan dengan Wright, dimana diharapkan kelebihan dari tiap-tiap zat warna
Giemsa dan Wright bias didapatkan dan akan menjadikan sediaan apus darah tepi lebih
jelas terlihat secara mikroskopis dan jadi lebih tahan lama (Riswanto, 2013 ;
Gandasoebrata, 2007).

Hasil pengamatan morfologi sel darah pada ikan mas (Cyprinus carpio) Pada
sampel darah ikan mas (Cyprinus carpio) terlihat isotonis atau tetap normal, serta
jumlahnya lebih sedikit susunannya renggang dan terpisah. Pembesaran 400x
menggunakan microskop. Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang
terdiri dari sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan keping darah
(trombosit). Volume darah dari ikan teleostey, heleostey dan chondrosteiadalah sekitar 3%
dari bobot tubuh, sedangkan ikan chondrocthyes memiliki darah sebanyak 6,6% dari berat
tubuhnya (Randall, 1970 dalam Affandi, 1999).

Hal ini sesuai dengan pendapat Siregar (1995), yang menyatakan bahwa bila sel
dimasukkan kedalam suatu larutan tanpa menyebabkan sel membengkak atau mengkerut
disebut larutan isotonik, oleh karena tidak terjadi perubahan osmosis, yang terjadi
hanyalah meningkatnya volume cairan ekstrasel. Larutan NaCl 0,9% atau dextrose 5%
merupakan contoh larutan isotonis. Larutan isotonis mempunyai arti klinik yang penting
karena dapat diinfuskan ke dalam darah tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan.

osmosis antara cairan ekstrasel dan intrasel.

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata
Kelas : Actinopteri

Ordo : Cypriniformes

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio

Linnaeus, 1758

Hasil pengamatan morfologi sel darah pada mencit (Mus muscullus) Pada sampel
darah tikus putih (Mus muscullus) Mengalami hemolisis karena terlihat seperti selnya
pecah, serta jumlah banyak, susunan agak renggang pada. Pembesaran 400x menggunakan
microskop. Hasil penentuan jumlah leukosit diferensial diperoleh data ikan lele, katak,
kadal, burung merpati, dan mencit memiliki persentasi limfosit tertinggi di antara jenis
leukosit lainnya (37-62%). Persentase leukosit diferensial ini berbeda dengan Primata dan
manusia yang mempunyai jumlah neutrofil paling tinggi. Perbedaan ini kemungkinan
disebabkan proses maturasi limfosit pada manusia dipengaruhi oleh involusi timus
(Ganong, 2005)

Klasifikasi

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Subfamili : Murinae

Genus : Mus

Subgenus : Mus

Spesies : M. musculus

Linnaeus, 1758
Hasil pengamatan morfologi sel darah pada sampel darah manusia atau probandus
terlihat tetap pada bentuk norma. Pembesaran 400x menggunakan microskop Robert
(1978) dalam mengungkapkan bahwa darah merupakan cairan yang membawa nutrien,
transportasi oksigen dan karbondioksida, menjaga keseimbangan suhu tubuh dan berperan
penting dalam sistem pertahanan tubuh dan berperan penting dalam sistem pertahanan tubuh.
Darah ada yang berupa padatan maupun cairan, yang termasuk kedalam padatan adalah sel
darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) sedangkan yang berbentuk cairan ialah
plasma darah. Jumlah sel darah merah sangat menentukan fungsi peredaran oksigen. Jumlah
sel darah ikan pada ikan teleost berkisar antara 1.05×10 6 sel/mm3 dan 3.0x 106 sel/mm3. Jika
dibandingkan dengan hasil dari praktikum maka Sel darah merah secara keseluruhan termasuk
dalam kisaran normal. Sel darah merah sering disebut juga eritrosit. Eritrosit yang terlalu
rendah akan menimbulkan terjadinya anemia, sedangkan jika terlalu tinggi menandakan ikan
tersebut dalam keaadaan yang stres. (Kuswardani, Y. ( 2006 )

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Hominidae
Genus : Homo
Spesies : Homo sapiens
Linnaeus, 1758

Fungsi sel darah putih yaitu sebagai perlindungan tubuh dari serangan infeksi atau
dengan kata lain sebagai antibodi (Kimball, 1983). Leukosit mempunyai dua tipe yaitu
granuler dan agranuler. Darah tersusun atas komponen cair yang berupa plasma dan
komponen korpuskuler yang berupa sel-sel darah. Plasma darah mengandung ion-ion dan
molekul-molekul organik. Bagian penyusun terbesarnya adalah air yang mencapai 90%
dari seluruh komponen yang menyusun plasma. Sisanya adalah zat-zat terlarut yang terdiri
atas protein (fibrinogen, globulin, albumin), elektrolit (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, HCO32-,
PO43-, SO42-), senyawa protein non-nitrogen (urea, asam urat, kreatin, kreatinin, garam-
garam amonium, nutrien (glikosa, lemak, asam amino), gas-gas darah (oksigen,
karbondioksida, nitrogen), dan zat-zat pengatur (hormon, enzim)) (Yuwono, 2001).
Plasma darah merupakan tempat dimana komponen seluler darah berada. Jumlah bagian
penyusun darah dapat diketahui dengan menggunakan angka hematokrit. Angka
hematokrit merupakan persentase sel darah merah (eritrosit) dengan plasma darah dalam
satu volume darah (Hariyadi, 2000).

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke


dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan
oleh antara lain penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan
tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsurkimia tertentu, pemanasan atau
pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah. Apabila medium di sekitar
eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutanNaCl hipotonis) medium tersebut
(plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat
semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat
lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah,
akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila
eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke
medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit.
(Sahid ,2003)

Sel darah merah harus berada dalam keadaan yang isotonik , jika tidak akan terjadi
pengkerutan yang disebut krenasi, sedangkan bila berada di dalam larutan yang hipertonik
akan mengalami pembengkakan. Kemudian pecah dan mengakibatkan keluarnya
hemoglobin yang berwarna merah, peristiwa ini disebut hemolisis (Wilkina, 2002).

Pada sampel darah Ririn Rahma Yuliani setelah diberi tetesan antiserum A tidak
menggumpal, ditetesi antierum B ternyata menggumpal, dan ditetesin antiserum AB tidak
menggumpal. Pada sampel darah Muhammad Anjar Aji setalah diberi tetesan antiserum
A, ternyata menggumpal, ditetesi antiserum B tidak menggumpal tidak menggumpal,
ditetesi antiserum AB tidak menggumpal. Pada sampel darah Aditya Fadly setlah diberi
antiserum A tidak menggumpal, ditetesi antiserum B tidak menggumpal, ditetesan
antiserum AB ternyata menggumpal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2012) yang menyatakan bahwa darah dari
golongan darah A hanya dapat diberikan kepada orang yang tidak mempunyai atibodi A,
yaitu golongan darah A dan AB. Hal yang sama, golongan darah B hanya dapat diberikan
kepada orang yang tidak mempunyai antibody B, yaitu golongan darah A dan AB.
Golongan darah AB hanya dapat diberikan pada resipien darah AB karena golongan darah
lainnya mempunyai antibody. Orang yang bergolongan darah O disebut darah, sedangkan
golongan darah AB disebut resipien universal.

Darah memiliki dua komponen utama - plasma dan elemen terbentuk. Hampir
segala sesuatu yang membawa darah, seperti nutrisi, hormon dan limbah, dilarutkan dalam
plasma, yang sebagian besar air. unsur terbentuk, yang merupakan sel dan bagian dari sel,
juga mengapung dalam plasma. unsur terbentuk termasuk sel-sel darah putih (leukosit),
yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh, dan trombosit, yang membantu
membentuk gumpalan. Sel darah merah (sel darah merah) bertanggung jawab untuk satu
tugas darah yang paling penting - membawa oksigen dan karbon dioksida (Neelam, et al
2015).

Krenasi adalah sebuah keadaan dimana sel menjadi mengkerut atau mengempis
dikarenakan kehilangan atau keluarnya air dari dalam sel keluar sel dalam jumlah yang
banyak karena dipengaruhi keadaan lingkungan sel yang hipertonis sehingga terjadi
osmosis (Suwolo, 2000:89)

Hemolisis adalah keadaan dimana air dari lingkungan masuk kedalam sel dalam
jumlah yang berlebih, akibatnya sel menggelembung dan pecah diakibatkan membran sel
tidak mampu menahan bentuk sel, pada sel darah merah (eritrosit) peristiwa lisis disebut
homeolisis atau peristiwa pecahnya eritrosit yang disebabkan masuknya air kedalam sel
darah merah dan mengakibatkan hemoglobin keluar dari dalam sel dan laruta dengan
lingkunya. Membran plasma sel darah merah selektif permeable sehingga dapat dilewati
oleh air, dan zat – zat tertentu dapat juga melewatinya namun ada juga yang tidak dapat
mlewatinya. (Suwolo, 2000:88)

Pada larutan isotonis sel darah kelinci dan darah manusia tidak terjadi
pengembangan atau lisis sel darah. Larutan Isotonik: osmola-ritas (tingkat kepekatan)
cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di
dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekura-
ngan cairan tubuh, sehingga teka-nan darah terus menurun). (Effendi, 2015)
V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Berdasarkan prkatikum “PENGARUH PERBEDAAN SUHU PADA DANCOW
(SUSU BUBUK) TERHADAP DIFUSI” dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada sampel darah ikan mas (Cyprinus carpio) terlihat isotonis atau tetap normal, serta jumlahnya
lebih sedikit susunannya renggang dan terpisah. Pada sampel darah tikus putih (Mus muscullus)
Mengalami hemolisis karena terlihat seperti selnya pecah, serta jumlah banyak, susunan agak
renggang. Pada sampel darah manusia atau probandus terlihat tetap pada bentuk norma.
Pembesaran 400x menggunakan microskop.
2. Pada sampel darah Ririn Rahma Yuliani setelah diberi tetesan antiserum B ternyata menggumpal.
Pada sampel darah Muhammad Anjar Aji setalah diberi tetesan antiserum A ternyata
menggumpal. Pada sampel darah Aditya Fadly setlah diberi tetesan antiserum AB ternyata
menggumpal.
3. Hemolisis adalah keadaan dimana air dari lingkungan masuk kedalam sel dalam jumlah yang
berlebih, akibatnya sel menggelembung dan pecah diakibatkan membran sel tidak mampu
menahan bentuk sel darah merah seperti pada sampel darah tikus putih (Mus muscullus)
mengalami hemolisis karena terlihat seperti selnya pecah, serta jumlah banyak, susunan agak
renggang. Krenasi adalah sebuah keadaan dimana sel menjadi mengkerut atau mengempis
dikarenakan kehilangan atau keluarnya air dari dalam sel keluar sel dalam jumlah yang
banyak, seperti pada sampel darah ikan mas (Cyprinus carpio).

5.2. Saran
Semoga praktikum kali ini bisa membuat kita semua megetahui pelajaran tentan
Hematologi, menganalisis darah pada hewan dan semua ini bermanfaat bagi kita semua.
Kepada kakak-kaka asprak agar lebih bersemangat lagi, terimakasih.
REFERENSI

Alamanda, et., al. 2006. Metode Hematologi dan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan
Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen
Boyolali.Biodiversitas 8 (1) : 34-38.Bevelander, G dan Judith A. Ramaley. 1988. Dasar-
dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.

Effendi, Mulyati. 2015. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Bogor : UNPAK.

Guyton, A. C. 1976. Text Book of Medical Physiology. W. B. Saunders Company Philadelphia,


London.

Hariyadi, B. 2000. Beberapa gambaran darah dan Tekanan Osmotik Internal Ikan Nila
(Oreochromis sp. ) yang Didedahkan dalam Medium dengan Salinitas Berbeda. Fakultas
Biologi, Unsoed, Purwokerto.

Kay, I. 1998. Animal Physiology. Bios Scientific Publisher, USA.

Kimball, J. W. 1992. Biologi Jilid II. Erlangga , Jakarta.

Neelam, Singh, Semwall B.C, Maurya Krishna, Khatoon Ruqsana, et all. 2015.Artificial Blood a
Tool For Survival of Human. Journal of Pharmacy. Vol 3(5):11-21.

Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Jogjakarta : Alfa media & Kanal Medika

Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson. 2000. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Lanoratorium. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sahid . 2003. Pato fisiologi. Jakarta: EGC.

Sihombing, Marice, Sulistyowati Tuminah. 2011. Perubahan Nilai Hematologi, Biokimia Darah,
Bobot Organ, dan Bobot Badan Tikus Putih pada Umur Berbeda. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.

Siregar. 1995. Neuro Fisiologi Edisi Kelima Bagian Ilmu Faal. Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin : Makassar.


Soetrisno, G. P. 1987. Diktat Fisiologi Hewan. Purwokerto: Fakultas Peternakan Universitas
Jenderal Soedirman.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sonjaya, Herry. 2012. Bahan ajar Fisiologi Ternak Dasar, Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin : Makassar.

Wilkina. 2002. Ilmu Pengetahuan Alam. Jilid 5-9. Jakarta.

Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai