Anda di halaman 1dari 16

Tanggal percobaan : 1 November 2019

Tanggal pengumpulan : 14 November 2019

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I


KERJA JANTUNG

Nama : Aldi Setiawan


Kelas : Biologi B 2017
NRM 1308617032
Kelompok 6
Dosen Pengampu : Dr. Elsa Lisanti, M.Si
Asisten Laboratorium : 1. Ratna Pratiwi
2. Nurtiastuti Ramadhan

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
KERJA JANTUNG
 Tujuan
1) Mengetahui faktor yang mempengaruhi frekuesni denyut jantung
2) Mengetahui pengaruh suhu terhadap denyut jantung
3) Mengetahui perbedaan frekuensi denyut jantung manusia dan katak
4) Mengetahui korelasi berat badan dengan frekuensi denyut jantung
5) Mengetahui pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak

 Teori
Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluhdarah atau suatu
struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucutdan dilingkupi atau diselimuti
oleh kantung perikardial (perikardium). Peranan jantung sangat penting dalam hubunganya
dengan pemompaan darah keseluruhtubuh melalui sistem sirkulasi darah, sirkulasi darah
adalah sistem yang berfungsidalam pengangkutan dan penyebaran enzim, zat nutrisi, oksigen,
karbondioksida,garam-garam, antibodi dan senyawa N, dari tempat asal keseluruh bagian
tubuhsehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk menjamin aliran darah sampai ke bagain-
bagian jaringan jaringan tubuh (Afandi, 2001)

Denyut jantung dibagi menjadi dua tipe yaitu neurogenik dan jantungmeogenik. Jantung
neurogenik adalah jantung pada hewan tingkatan rendah(invertebrata), yang aktivitasnya
diatur oleh sistem syaraf sehingga jika hubungansyaraf dengan jantung diputuskan maka
jantung akan berhenti berdenyut. Jantungmiogenik denyutnya akan tetap ritmis meskipun
hubungan dengan syarafdiputuskan. Bahkan bila jantung katak diambil selagi masih hidup
dan ditaruhdalam larutan fisiologis yang sesuai akan tetap berdenyut (Affandi, 2002).

Keefektifan kerja jantung dikendalikan oleh faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
instrinsik adalah sistem nodus, yang mengantarkan rambatan depolarisasi dan pacu jantung
(sinus spenosus ke bagian-bagian dari jantung. Meskipun kontraksi otot jantung tidak
tergantung pada impuls saraf tetapi laju kontraksinya dikendalikan oleh saraf otonom. Selain
itu aktivitas jantung juga dipengaruhi oleh bermacam-macam bahan kimia, hormon, ion-ion,
dan metabolit

Otot jantung (cardiacmuscle) vertebrata hanya ditemukan pada satu tempat yakni jantung.
Seperti otot rangka, otot jantung berlurik. Perbedaan utama antara otot rangka dan otot
jantung adalah dalam sifat membran dan listriknya. Sel-sel otot jantung mempunyai daerah
khusus yang disebut cakram berinterkalar (intercalateddisc), dimana persambungan longgar
memberikan pengkopelan listrik langsung di antara sel-sel otot jantung.
Dengan demikian suatu potensial aksi yang dibangkitkan pasa satu bagian jantung akan
menyebar keseluruh sel otot jantung. Dengan demikian, suatu potensial aksi yang
dibangkitkan pada satu bagian jantung akan menyebar ke seluruh sel otot jantung. Dan jantung
akan berkontraksi. Sel-sel otot jantung tidak akan berkontraksi kecuali dipicu oleh inpu neuron
motoris yang mengontrolnya. Akan tetapi, sel-sel otot jantung dapat membangkitkan potensial
aksinya sendiri, tanpa suatu input apapun dari sistem saraf.

Membran plasma otot jantung mempunyai ciri pacu jantung yang menyebabkan
depolarisasi berirama, yang memicu potensial aksi dan menyebabkan sel otot jantung tunggal
untuk berdenyut bahkan ketika diisolasi daari jantung dan ditempatkan dalam biakan sel.
Potensial aksi sel otot jantung berbeda dari potensial aksi sel otot rangka, yang bertahan
sampai dua puluh kali lebih lama. Potensial aksi sel otot rangka hanya berfungsi sebagai
pemicu kontraksi dan tidak menguntrol durasi kontraksi tersebut. Pada sel jantung durasi
potensial aksi memainkan peranan penting dalam pengontrolan durasi kontraksi (Campbell,
2004).

Menurut Hansotto (2011), secara singkat kontraksi otot jantung terdiri dari 4 peristiwa
yaitu :

1. Peristiwa rangsangan: rangsangan atau stimulus berasal dari dalam jantungsendiri


atau berasal dari luar jantung.
2. Peristiwa listrik stimulus pada potensial ambang dengan rangsangan minimal pada
otot jantung mulai menimbulkan impuls yang mula-mula terjadi pada NSA sehingga
timbul aksi potensial yang akan disebarkan berupa gelombangdepolarisasi atau
gelombang kontraksi ke seluruh bagian jantung
3. Peristiwa kimia: setelah peristiwa listrik tadi kalsium kemudian akan berdifusike
dalam miofibril dan mengkatalisis reaksi-reaksi kimia sehingga kalsiumintrasel akan
bertambah banyak.
4. Peristiwa mekanik. Energi dari ATP tadi akan menyebabkan pergerakan aktindan
myosin secara tumpang tindih sehingga sarkomer miofibril memendek,dimana akan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot jantung.

Pada katak bagian jantung yang bertindak sebagai pemacu jantung adalah sinus venosus.
Katak dan amfibia lainnya mempunyai jantung berbilik tiga,dengan dua arteri dan satu
ventrikel. Ventrikel akan memompakan darah ke dalamsebuah arteri bercabang yang
mengarahkan darah melalui dua sirkuit: pulmokutaneuscircuit mengarah ke jaringan
pertukaran gas, dimana darah akanmengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler.
Darah yang kaya oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di
antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistematik.

Sirkuit sistemik membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh dan
kemudian mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium kanan melalui vena
(Afrianto, 2014).Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung sebagai pemompa dan
pembuluhdarah sebagai saluran. Darah dipompakan oleh jantung ke dalam pembuluh darah
dan akan disebarkan ke seluruh tubuh dan kemudian kembali lagi ke jantungsebagai suatu
sirkulasi. (Halwatiah, 2009).

Menurut Wiwi (2006) Jantung memiliki beberapa sifat diantaranya :

 Automasi : artinya jantung masih dapat melakukan fungsinya tanpa dipengaruhi


saraf. Dibuktikan dengan cara merusak otak atau sum-sum tulang belakangnya.
Jantung tetap normal melakukan fungsinya untuk beberapa saat.

 Termolabil : Jantung dapat berubah denyutnya karena pengaruh suhu lingkungan.


Sebagai contoh kita berpindah dari daerah suhu panas ke daerah bersuhu dingin, maka
denyut jantung menurun. Jadi, pada suhu yang lebih panas, frekuensi denyut jantung
menjadi naik dan sebaliknya.

 Sinsitium : Organ berupa serabut yang bekerja sebagai satu unit. Jantung tetap
berdenyut setelah seluruh persarafannya dipotong; bahkan bila jantung dipotong-
potong, setiap potongan jaringan jantung masih berdenyut. Hal ini disebakan oleh
adanya jaringan khusus pemicu di jantung yang mampu mencetuskan potensial aksi
berulang-ulang. Jaringan picu jantung membentuk sistem hantaran yang dalam
keadaan normal menyebarkan impuls ke seluruh jantung.
 Alat dan Bahan
Katak (Rana tigrina), benang halus dan benang kasar, alat bedah, papan bedah,
thermometer, timbangan, gelas kimia, es batu, ringer, NaCI 0.7%, KCI 0.7 %, CaCI2
0.7 % dan air panas.

 Cara Kerja
1) Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Ikatlah kaki katak Bedahlah rongga dada katak. Hitung Kumpulkan data dari semua
hingga tidak dapat denyut jantungnya per menit pada kelompok, data dikorelasikan
meloncat, kemudian suhu ruangan selama 3 menit, dan antara berat badan katak dan
ditimbang hitung rata-rata denyut per menit. frekuensi denyut jantung.

2) Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Jantung katak yang masih ada Normalkan suhunya,


Catat data denyut
dalam tubuh diberi tetesan air dengan meneteskan air
jantung per menit
dengan suhu 5° C. Hitung kran. Selanjutnya teteskan
pada suhu ruangan
denyut jantung per menit air bersuhu 30° C.

Hitung denyut jantung per menit.


Kumpulkan data dari semua
Normalkan suhunya, dengan meneteskan kelompok, dan hitung
air kran. Selanjutnya teteskan air bersuhu koefisian korelasinya.
40° C. Hitung denyut jantung per menit.

3) Percobaan Stanius

Ikatlah dengan tali bagian antara sinus Ikatan stanius I dibuka lakukan Stanius II
venosus dengan atrium. Ikatan ini di sebut yaitu ikatan antara atrium dan ventrikel.
ikatan Stanius I. Amati tempat timbulnya Amati tempat timbulnya denyut jantung
denyutan jantung. (lanjutkan kegiatan 4).
4) Automasi Jantung

Buka rongga dada katak. Pelajarilah bahwa bila Bila ujung jantung di
Bila bagian belakang jantung terletak angkat hingga jantung
jantung di balik ke atas, mendatar, pada waktu terletak tegak, maka
maka tampaklah bahwa diastol ventrikel akan waktu diastol ventrikel
gerakan jantung di mulai memanjang dan menipis akan memendek dan jatuh
dari sinus venosus, terus serta waktu sintol akan tertumpuk, serta waktu
ke atrium dan ventrikel. memendek diastol akan memanjang.

Ikatlah pembuluh yang menujuh ke dalam dan


Sisihkan organ-organ di keluar jantung. Potong pembuluh-pembuluh yang
sekeliling jantung hingga diikat pada bagian sebelah distalnya. Keluarkan
jantung terlihat jelas. Buka jantung dari rongga tubuh. Kemudian tempatkan di
selaput perikardiumnya larutan Ringer dalam cawan petri. Amati apa yang
terjadi (lanjutkan kegiatan 5)

5) Pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak

Jantung dari Kemudian masukan ke Masukan kembali ke larutan Ringer


kegiatan 4 yang larutan NaCI 0.7%. untuk beberapa saat (sampai denyut
telah diikat Buatlah pencatatan normal), kemudian masukan ke larutan
dimasukan ke dalam hingga terlihat kekuatan KCI 0.7%. Catatlah denyut jantung dalam
larutan Ringer pada denyut jantung mulai larutan ini hingga berhenti berdenyut
suhu kamar. menurun. (potasium inhibition).

Pindahkan jantung ke larutan CaCI2 0.7%. Perhatikan dan catat hingga


kontraksi kembali lagi. Bila jantung tidak berdenyut lagi, gantilah
dengan jantung yang baru, dimulai dengan pencatatan dalam larutan
ringer yang kemudian diganti dengan larutan 1% CaCI2.

 Hasil Pengamatan
1) Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Data berat katak (X) dan denyut jantung (Y)


X=44.75 gr : 66.70 gr Rxy = 0.015186, artinya hubungan
antara berat katak dan denyut jantung
Y = 64 , 67 adalah lemah serta hubungannya searah.
Berat badan katak 66.70 gr

2) Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung


Data suhu (X) dan denyut jantung (Y)
Rana 1 Rana 2
X Y X Y
70° 59 x 8° 54 x
40° 56 x 42° 68 x
Rxy = -0.00016, artinya hubungan antara suhu dan denyut jantung adalah lemah serta
hubungannya berlawanan

3) Percobaan Stanius
Stanius Tempat timbulnya denyutan jantung

I Sinus venosus
II Atrium

4) Automasi Jantung
Letak jantung Bistol Diastol
Mendatar Ventrikel memendek dan Ventrikel memanjang dan
menebal menipis

Tegak Ventrikel memanjang Ventrikel memendek dan


jatuh tertumpuk
5) Pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak

Detak jantung Detak jantung Detak jantung


Rana permenit dalam permenit dalam permenit dalam
NaCl KCL CaCl2
1 62 x 60 x 33 x
2 49 x 57 x 44 x

larutan gambar

Ringer

NaCl

KCL

CaCl
 Pembahasan
1) Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. Secara anatomis jantung katak
terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Sinus
venosus adalah ruangan sekitar jantung. Secara garis besar peredaran darah katak
sama seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui
vena darah terlebih dahulu mengisi sinus venosus. Praktikum ini dilakukan dengan
menimbang berat objek. Hasil yang didapatkan adalah berdasarkan hasil data korelasi
yang diperoleh, bahwa F hitung > F tabel maka tolak H1 artinya yaitu tidak terdapat
hubungan antara berat badan dan denyut nadi pada katak.

I Wayan Merta (2016) menyatakan bahwa berat badan mencit dan katak ternyata
tidak mempengaruhi denyut jantung mereka. Analisis regresi menunjukkan bahwa
hubungan antara berat badan dengan denyut jantung mencit tidak signifikan (F=0,805;
db=1,18; P>0,05) dengan koefisien determinasi yang sangat rendah (R 2 =0,043).
Hubungan regresi yang tidaksignifikan juga ditemukan pada berat badan dan denyut
jantung katak (F=0,203; db=1,18; P>0,05) dengan koefisien determinasi yang
lebihrendah lagi (R 2 =0,011).

Tabel1. Analisis Varian Berat Badan terhadap Frekuensi Denyut Jantung

2) Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung


Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa denyut jantung pada kedua
katak menghasilkan yang pertama 7°C yaitu sebesar 59 dan pada 40°C sebesar 56.
Pada katak kedua setelah diberi tetesan air 8°C sebesar 54 dan pada 42°C sebesar 68.
Hasil rata-rata tertinggi ada setelah jantung katak ditetesi oleh air 7°C sebesar 56,6
dan yang terendah setelah ditetesi oleh air 42°C sebesar 62 . Menurut data diatas
dapat disimpulkan bahwa semakin rendah suhu pada katak, maka semakin lambat
detak jantungnya dan kemungkinan katak untuk mengalami hipoksia tinggi.
Suhu rendah dapat menyebabkan kerja jantung menurun, karena permeabilitas
membran menurun, sehingga terjadi penurunan depolarisasi. Sedangkan semakin
tinggi suhu pada katak maka semakin cepat detak jantungnya. Suhu tinggi dapat
menyebabkan kerja jantung yang meningkat, karena permeabilitas membran
meningkat, dan terjadi peningkatan depolarisasi sehingga menaikkan SA node. Hal ini
dapat terjadi pada katak dikarenakan katak merupakan hewan poikiloterm, dimana
suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh keseimbangan konduktif dan konfektif dengan
air mediumnya dengan suhu air. Menurut literatur faktor yang dapat mempengaruhi
kerja jantung adalah pengaruh suhu, hormone, dan blok jantung otomatisasi jantung.
(Judha, 2012).

Suatu potensial aksi dibangkitkan pada suatu bagian dan menyebar keseluruh sel
otot jantung. Dan jantung akan berkontraksi. Sel otot jantung tidak akan berkontraksi
kecuali dipicu oleh input neuron motoris yang mengontrolnya. Membran plasma otot
jantung mempunyai ciri pacu jantung yang menyebabkan depolarisasi berirama yang
memicu jantung berdenyut ketika diisolasi dari jantung. Potensial aksi sel otot
jantung berbeda dari potensial otot rangka. Pada sel jantung durasi potensial aksi
memainkan peran penting dalam pengontrolan durasi kontraksi (Marieb, 2010).

3) Percobaan Stanius
Jantung memainkan peranan yang sangat penting dalam menentukan berapa
banyak darah yang akan dipompa dalam satu periode tertentu. Pada waktu istirahat,
jantung berdenyut 70 kali setiap menit. Tertanam dalam dinding atrium kanan,
terdapat suatu massa jaringan khusus jantung, yang disebut sino-atriol (SA). Simpul
SA sering disebut pemacu jantung, karena simpul jantung tersebut menentukan irama
dasar denyut jantung. (Kimball,1983).

Kerusakan pada pemacu tidak mengakibatkan gangguan jantung,meskipun tanpa


pemacu, ventrikel dapat memelihara denyut, meskipun sangat lambat akan tetapi
berbahaya, karena impuls yang timbul dalam ventrikel dapat tak terorganisasi dan
acak-acakan. Dalam percobaan ini, kami membuat ikatan stanius I dengan cara
mengikat longgar dengan menggunakan benang antara sinus venosus dan atrium
kemudian memperhatikan kontraksinya. Setelah itu kita membuat ikatan stanius II
dengan ikatan longgar antara atrium dan ventrikel lalu memperhatikan kontraksinya.
Selanjutnya membuat kembali ikatan seperti tadi dengan ikatan keras.

Percobaan stanius dibagi menjadi dua bagian; bagian Stanius I untuk mengetahui
denyut jantung katak antara sinus venosus dan atrium denyut jantung pertama kali
muncul pada bagian sinus venosus sedangkan pada bagian bilik berhenti berdenyut,
sedangkan pada bagian percobaan stanius II yaitu jantung antara atrium dan batas
ventrikel denyut muncul pada bagian sinus atrium venosus dan ventricle dengan
frekuensi masing-masing.

Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan kami sesuai dengan percobaan yang
di lakukan Stanius. Pada tabel yang di scan ternyata kami menulis hasilnya terbalik
dan yang benar ada dipembahasan ini.sesuai dengan percobaan stanius. Menurut
Stanius dalam percobaannya, sebuah tali diikatkan pada siniosatrial, ternyata atrium
dan ventrikel berhenti sedangkan sinus venosus tetap berdenyut. Sinus venosus
adalah tempat dari sumber jantung. (Dukes,1955).

Menurut Supripto (1998) bahwa meskipun jantung berkontraksi dengan sendirinya,


namun kuat kontraksi, frekuensi denyut jantung, dan perambatan impuls pada jantung
dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik.

4) Automasi Jantung
Percobaan automasi jantung adalah untuk melihat otomasi jantung diluar tubuh.
Percobaan dilakukan menggunakan jantung katak. Jantung tetap berdenyut setelah
seluruh persarafannya dipotong; bahkan bila jantung dipotong- potong, setiap potongan
jaringan jantung masih berdenyut. Jantung memang memiliki otomasi sendiri di otot
jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Pacemaker jantung mamalia adalah
Nodus Keith dan Flacke (Nodus Sinoaricularis), sedang pada katak fraksi jantung diatur
oleh salah satu dari ketiga pasang ganglionnya Menurut teori pada saat otomatisasi
dimana jantung dilepas seluruhnya dari organ-organ lain, jantung masih dapat
berdenyut hal ini terjadi karna pada otot Jantung memang memiliki otomasi sendiri di
otot jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Terbukti tanpa adanya koordinasi
syaraf simpatis dan parasimpatis jantung tetap dapat berdetak diluar tubuh yaitu
2kali/menit. Tetapi karena kondisi diluar tubuh tidak cocok dengan jantung maka
jantung kerjanya menjadi semakin melemah.
Secara garis besar peredaran darah katak sama seperti peredaran darah manusia
namun saat darah dialirkan kembali melalui vena darah terlebih dahulu mengisi sinus
venosus. Darah mengalir melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke atrium dan
mengisi ruang ventrikel sebelum darah dipompa kembali oleh otot-otot di ventrikel
keseluruh tubuh. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk kesinus venosus dan
kemudian mengalir menuju ke atrium. Dari atrium darah mengalir ke ventrikel yang
kemudian dipompa keluar melalui arteri pulmonalis untuk di bawa ke paru – paru dan
mengalami proses pertukanaran udara di alveolus paru – paru, dan siklus akan berjalan
terus dan berkelanjutan. Dari aliran ini, maka dapat terlihat jelas bahwa bagian – bagian
jantung berkontraksi bergantian. Di sini siklus jantung akan terjadi 2 urutan peristiwa
yang akan terjadi selama satu denyut lengkap. 2 peristiwa itu terdiri atas systole dan
diastole. Bentuk kontraksi otot jantung di sebut systole, yang mana bagian ventrikel
akan memompa darah ke paru – paru dan ventrikel kiri ke aorta. Keadaan saat kontraksi
otot jantung atau systole di tandai oleh warna pucat. Sedangkan bentuk relaksasi otot
jantung di sebut diastole, yang mana darah dari sirkulasi sistemik dibawa kembali ke
atrium kanan, dan dari paru – paru ke atrium kiri.
Pada praktikum ini, didapatkan bahwa jantung katak masih bersifat automasi,
artinya jantung masih berdenyut meskipun sudah tidak memiliki hubungan persarafan
dan tidak memompa darah lagi. Jantung katak masih berdenyut walau katak sudah
dalam keadaan mati. Hal ini terjadi karena adanya alat pacu jantung (pace maker) yang
selalu melutupkan potensial aksi secara otomatis.Saat jantung katak terletak mendatar,
maka pada keadaan bistole (berkontraksi) darah akan dipompa ke keluar, ventrikel
akan memendek dan berwarna merah muda. Namun dalam keadaan diastole, ventrikel
akan memanjang dan menipis serta berwarna merah tua, sebab terdapat darah di
dalam ventrikel. Sedangkan saat jantung katak terletak tegak, dalam keadaan bistole,
ventrikel akan memendek dan jatuh bertumpuk dan berwarna merah muda. Dalam
keadaan diastole, ventrikel akan memanjang dan berwarna merah tua.

5) Pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak


Pada praktikum pengaruh garam anorganik menggunakan dua katak. Pada katak
pertama saat diberikan larutan NaCl 0,7% dan diperoleh denyut jantung sebesar 62
denyutan dan katak kedua 49 denyutan. Larutan NaCl berfungsi untuk memacu
jantung untuk melakukan potensial aksi.
Larutan Ringer merupakan salah satu larutan laboratorium dari garam dalam air yang
digunakan untuk memperpanjang waktu kelangsungan hidup jaringan yang dipotong.
Larutan ini akan menetralkan atau mengembalikan denyut jantung ke denyut awal.
Larutannya mengandung natrium klorida, kalium klorida, kalsium klorida, dan sodium
bikarbonat dengan konsentrasi tertentu di mana mereka terdapat dalam cairan tubuh.
Jika natrium laktat digunakan sebagai pengganti natrium bikarbonat, campuran ini
disebut solusi laktat Ringer (Spealman, 1940). Larutan ini diberikan secara intravena
untuk cepat memulihkan volume sirkulasi darah pada korban luka bakar dan trauma.
Hal ini juga digunakan selama operasi dan pada orang dengan berbagai kondisi medis.
Larutan ringer pada mamalia berbeda karena mengandung glukosa dan natrium klorida
lebih dari pada aslinya (Spealman, 1940).
Lalu ditambahkan larutan KCl dan denyut jantungnya semakin melemah, bahkan
yang berdetak hanya bagian atriumnya saja. Dan kemudian diberikan larutan CaCl2
denyut jantung menjadi sangat lemah, dan hanya bagian atrium yang berdetak. Karena
saat diberikan larutan KCl dan CaCl2, jantung sedang mengalami potensi istirahat.
Menurut Faustine (2009), Pada pembuatan sediaan, katak dimatikan terlebih dahulu
dengan cara merusak susunan saraf pusatnya. Walaupun secara klinis katak sudah mati,
fungsi metabolik normalnya masih berlangsung hingga beberapa jam. Jaringan tubuh
juga masih dapat hidup selama beberapa menit hingga jam. Viabilitas jaringan tersebut
bergantung pada perlakuan yang diberikan. Oleh karena itu, segera setelah dibuka,
jaringan tubuh tersebut harus terus dibasahi dengan larutan ringer yang memiliki
konsentrasi ion menyerupai cairan ekstraselular katak. Hal ini disebabkan kekeringan
akan menurunkan fungsi jaringan tersebut.
Pada cara kerja pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung ini larutan NaCl
berfungsi sebagai penetralisir. Hal ini karena Semua larutan garam sementara
menghapuskan aktivitas ritmis jantung (Buridge, 1912). NaCl 0,9% (normal saline)
dapat dipakai sebagai cairan resusitasi (replacement therapy), terutama pada kasus
seperti kadar Na+ yang rendah, dimana RL tidak cocok untuk digunakan (seperti pada
alkalosis, retensi kalium). NaCl 0,9% merupakan cairan pilihan untuk kasus trauma
kepala, sebagai pengencer sel darah merah sebelum transfusi. Cairan ini memiliki
beberapa kekurangan, yaitu tidak mengandung HCO3-, tidak mengandung K+, dapat
menimbulkan asidosis hiperkloremik, asidosis dilusional, dan hipernatremi (Rudi,
2006).
Selanjutnya, ketika jantung diteteskan larutan KCl menghasilkan rata-rata
frekuensi denyut jantung adalah 60 dan 57 kali. Denyut jantung menjadi melemah
karena pengaruh K+ terhadap kerja otot jantung. Menurut Sherwood (2001),
peningkatan mendadak permeabilitas K+ menyebabkan difusi cepat K+ yang positif ke
luar sel. Dengan demikian, repolarisasi cepat terjadi akibat efluks K+, yang membuat
bagian dalam sel lebih negatif daripada bagian luar dan memulihkan potensial membran
ke tingkat istirahat sehingga K+ menyebabkan relaksasi pada potensial aksi di sel otot
jantung.
Sedangkan ketika jantung diteteskan larutan CaCl2 setelah sebelumnya dimasukan
dalam larutan Ringer, dihasilkan frekuensi denyut jantung sebanyak 33 dan 44 kali.
Menurut Sherwood (2001), pemberian Ca++ semakin memicu pengeluaran Ca++ dari
retikulum sarkoplasma. Pasokan tambahan dari Ca++ ini tidak saja merupakan faktor
utama memanjangnya potensial aksi jantung, tetapi juga menyebabkan pemanjangnya
periode kontraksi jantung, sehingga jantung mampu berdenyut dengan kuat kembali.
 Kesimpulan
1. Tidak terdapat korelasi antara berat badan dan frekuensi denyut jantung pada
katak, dibuktikan dengan uji regresi dengan nilai F hitung yaitu 6,283 > F
tabel (sig 0,047)
2. Semakin rendah suhu pada tubuh maka semakin lambat denyut jantung
begitupun sebaliknya jika suhu tubuh tinggi maka denyut jantung semakin
tinggi.
3. Pengaruh suhu dan zat kimia menjelaskan bahwa jantung memiliki sifat yang
termolabil.

4. Jantung memiliki otomasi sendiri di otot jantung berupa serabut purkinje dan
serabut his. Tanpa adanya koordinasi syaraf simpatis dan parasimpatis
jantung tetap dapat berdetak diluar. Otomasi jantung menjelaskan tentang
pengaruh kerja jantung yang berkaitan dengan sifat jantung sinsitium, dimana
kerja jantung di pengaruhi oleh Organ berupa serabut yang bekerja sebagai
satu unit.

DAFTAR PUSTAKA
Affandi R. dan Usman MT. 2001. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri
Press.

Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi


Edisi ke 5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2004.

Halwatiah. 2009. Fisiologi . Makassar: Alauddin press.


Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.Yogyakarta : Kanisius.
Judha, Mohammad, dkk. 2012. Anatomy and Physiology e.d nev. Yogyakarta :
Goysen Publishing.
Marieb, Elaine N. 2010. Human Anatomy and Physiology 8th e.d. San Fransisco
: Pearson International, Inc
Merta, I Wayan, et al. 2016. Perbandingan antara frekuensi denyut jantung katan
(Rana sp.) dengan frekuensi denyut jantung mencit (Mus musculus) berdasarkan ruang
jantung. Universitas Mataram. Biota Vol 1(3): 126-131
Spealman, C.R. 1940. The effect of NaCl, KCl, CaCl2, and osmotic pressure on
the Frog Heart-Rate. American Journal of Physiology Legacy Content. 1940 vol. 130
no. 4 729-738

Supripto. 1998. Fisiologi Hewan. Penerbit ITB. Bandung


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai