Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

Fisiologi Jantung

Dosen Pengampu :

Dr. Elsa Lisanti, S.Pt, M.Si.

Disusun oleh :

Kelompok 8

Vira Jannaty Oktawiyadini – 1308620005

Angelita Frisca – 1308620028

Kamal Muhammad – 1308620034

Shafa Tsabita Al Ghumaida – 1308620038

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Denyut ritmis jantung pada pisces, amphibia dan reptilia di mulai dari sinus venosus,
sedang pada aves dan mamalia denyut jantung dimulai dari nodus sinoatrial. Sinus venosus dan
nodus sinoatrial inilah yang berfungsi sebagai pace maker (pemacu denyut jantung). Denyut
jantung terdiri dari sistol (kontraksi diawali dari atrium ke ventrikel) dan diastol (secara bersama
relaksasi dari atrium ke ventrikel). Bagian-bagian yang tampak berdenyut adalah sinus venosus,
atrium kanan dan kiri serta ventrikel. Setelah diastol, jantung akan beristirahat sesaat (refrakter)
sebelum melakukan sistol berikutnya. Jika rangsangan diberikan pada waktu jantung refrakter dan
sistol, maka ritme jantung tidak terganggu. Tetapi bila rangsang diberikan pada saat diastol, akan
menghasilkan ekstra sistole yang disusul dengan refrakter sebelum melakukan sistol berikutnya
yang lama atau compensatory pause.

Jaringan otot jantung terdiri atas sinsitium serabut-serabut otot yang satu dengan yang lain
tidak terpisahkan. Setiap impuls yang timbul di jantung akan disebar ke seluruh otot jantung,
dengan demikian kontraksinya akan selalu bersifat "all or none". Pada amfibi dan reptilia, irama
ditentukan oleh sinus venosus. Otot jantung peka terhadap perubahan-perubahan metabolik, kimia
dan suhu. Kenaikan suhu meningkatkan metabolis dan frekuensi denyut jantung. Siklus jantung
dimulai dari potensial aksi spontan di SA node yang dijalarkan ke kedua atrium kemudian lewat
AV node ke ventrikel. Karena adanya pengaturan khusus sistem konduksi dari atrium ke ventrikel,
terjadi keterlambatan penghantaran impuls dari atrium ke ventrikel, sehingga atrium selalu lebih
dulu berkontraksi daripada ventrikel. Proses kontraksi dan relaksasi (systole dan diastole) dari
atrium maupun ventrikel pada keadaan normal akan terjadi terus-menerus. Dalam keadaan normal
kontraksi ventrikel lebih besar daripada kontraksi yang terjadi di atrium jantung atau hampir tidak
terlihat kontraksi atriumnya.

Denyut jantung berasal dari sistem konduksi jantung dan menyebar ke seluruh bagian
myocardium. Struktur yang membentuk sistem konduksi adalah nodus sinoatrial, lintasan interoda
atrium, nodus atrioventrikular. Dalam keadaan normal nodus mengeluarkan impuls paling cepat
sehingga merupakan pemacu jantung. (Ganong, 1995). Menurut Stanius, sebuah tali diikatkan
pada sinoatrial ternyata atrium dan ventrikel berhenti sedangkan sinus venosus tetap berdenyut.
Sinus venosus adalah tempat dari sumber jantung. (Dukes, 1955). Denyut jantung bermula di
dalam nodus ini, atrialis disebut dengan "pacemaker" jantung. Ini merupakan kumpulan dari sel-
sel jantung yang bersifat khusus yang terletak pada pertautan vena cava dan atriumkanan, impuls
yang berasal dari pertautan NAD SA memencar pada seluruh arteri, sehingga menyebabkan
kontraksi. (Frandson, 1986).

Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Peningkatan suhu tubuh, seperti terjadi pada seseorang yang menderita demam, akan
sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung, kadang-kadang dua kali lebih cepat dari frekuensi
denyut normal. Penurunan suhu sangat berpengaruh pada penurunan frekuensi denyut jantung,
sehingga turun sampai serendah beberapa denyut per menit seperti terjadi pada seseorang yang
mendekati kematian akibat hipotermia (suhu tubuh dalam kisaran 600-700 F atau 15,50-21,2 0C).
Penyebab Pengaruh ini kemungkinan karena panas meningkatkan permeabilitas membran otot
jantung terhadap ion yang mengatur frekuensi denyut jantung menghasilkan peningkatan proses
perangsangan sendiri.

Kekuatan kontraksi jantung sering dipercepat secara temporer melalui suatu peningkatan
suhu yang sedang, seperti saat tubuh sedang berolahraga, tetapi peningkatan suhu yang lama akan
melemahkan sistem metabolik jantung dan akhirnya menyebabkan kelemahan. Fungsi optimal
jantung sangat bergantung pada pengaturan suhu tubuh oleh mekanisme pengaturan suhu. Pada
percobaan Stanius, jantung katak dibiarkan berdenyut normal dilakukan stanning dengan cara:

1. Stanius (Ligatur) 1: Jantung diikat pada batas antara sinus venosus tetapi atrium tampak
bahwa sinus venosus tetap berdenyut dengan frekuensi normalnya sedangkan kedua bilik
berhenti berdenyut.
2. Stanius (Ligatur) II: Jantung diikat pada batas antara atrium dan ventrikel, tampak bahwa
atrium dan ventricle, tampak bahwa sinus atrium venosus dan ventricle berdenyut dengan
frekuensi masing-masing.
3. Stanius (Ligatur) III: Jantung diikat pada pertengahan ventricle. Basis ventricle akan tetap
berdenyut sedang apexnya tetap. darah merupakan saluran bagi sirkulasi darah.
Automasi Jantung

Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. Jantung katak maupun mamalia
mempunyai centrum automasi sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah diputuskan
hubungannya dengan susunan saraf atau di keluarkan dari tubuh. Secara anatomis jantung katak
terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Sinus venosus adalah
ruangan sekitar jantung. Melalui pengamatan darah mengalir melalui sinus venosus kemudian
darah mengalir ke atrium dan mengisi ruang ventrikel sebelum darah dipompa kembali oleh otot-
otot di ventrikel keseluruh tubuh. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus
dan kemudian mengalir menuju ke atrium. Dari atrium, darah mengalir ke ventrikel yang kemudian
dipompa keluar melalui arteri pulmonalis. Secara garis besar peredaran darah katak sama seperti
peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui vena darah terlebih dahulu
mengisi sinus venosus. Jantung katak memiliki respon yang kurang lebih sama dengan jantung
manusia, contohnya denyut jantung akan meningkat saat panas dan melambat saat dingin, kerjanya
dapat dipengaruhi oleh hormon, dan memiliki band moderator.

Kontraksi jantung terdiri dari kontraksi atrium dan kontraksi ventrikel. Kedua macam
kontraksi jantung menunjukkan bahwa siklus jantung terdiri dari sistole dan diastole. Sistole
merupakan periode kontraksi ventrikel saat jantung memompakan darahnya dari ventrikel ke
sirkulasi pulmonal (A pulmonalis) dan ke sirkulasi sistemik (aorta). Pada saat systole katup-katup
atrioventrikularis (mitralis dan bikuspidalis) menutup sedangkan katup-katup semilunaris (katup
aorta dan katup pulmonal) membuka sehingga ventrikel yang berkontraksi (tekanannya
meningkat) memompakan darahnya ke aorta dan A pulmonalis. Sedangkan diastole menunjukkan
periode relaksasi ventrikel (kontraksi atrium) saat ventrikel menerima darah dari atrium yang
sebelumnya telah menerima darah dari paru-paru (V Pulmonalis) dan dari seluruh tubuh (vena
cava). Pada saat diastole katup-katup semilunaris (katup aorta dan katup pulmonal) menutup
sedangkan katup-katup atrioventrikularis (mitralis dan bikuspidalis) membuka sehingga atrium
yang berkontraksi (tekanannya meningkat) memompakan darahnya ke ventrikel.

Kontraksi atrium terjadi hampir bersamaan dengan relaksasi ventrikel, walaupun pada saat
ventrikel relaksasi, atrium berkontraksi namun besarnya tekanan kedua ruangan ini hampir sama.
Sedangkan pada saat atrium relaksasi juga tak tampak karena tertutup oleh besarnya tekanan pada
ventrikel yang sedang berkontraksi, dimana proses berkontraksi dan relaksasi (systole dan
diastole) dari atrium maupun ventrikel pada keadaan normal akan terjadi terus menerus. Kontraksi
jantung tidak semata-mata tergantung dan impuls yang dihantarkan oleh saraf. Jantung mempunyai
kemampuan untuk self excitation sehingga dapat berkontraksi secara otomatis walaupun telah di
lepas dari tubuh dan semua saraf menuju jantung telah di potong.

Menurut Supripto (1998) bahwa meskipun jantung berkontraksi dengan sendirinya, namun
kuat kontraksi, frekuensi denyut jantung, dan perambatan impuls pada jantung dipengaruhi oleh
saraf otonom, yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Pasangan kedua saraf ini kerjanya
adalah saling berlawanan yaitu, saraf simpatik bekerja meningkatkan baik kuat kontraksi maupun
frekuensi denyut jantung dan mempercepat perambatan impuls pada jantung, sedangkan saraf
parasimpatik bekerja menurunkan naik kuat kontraksi maupun frekuensi denyut jantung dan
melambatkan perambatan impuls pada jantung.

Automasi artinya jantung ini masih dapat melakukan fungsinya tanpa dipengaruhi saraf.
Dibuktikan dengan cara merusak otak atau sumsum punggung. Jantung tetap normal melakukan
fungsinya untuk beberapa saat. Jantung katak maupun mamalia mempunyai centrum automasi
sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf
atau di keluarkan dari tubuh. Pada katak frekuensi jantung diatur oleh salah satu dari ketiga pasang
ganglionnya. Peranan centrum automasi pada katak itu menyebabkan jantung tetap berdenyut
setelah seluruh persarafannya dipotong. Bahkan bila jantung dipotong-potong, setiap potongan
jaringan jantung masih berdenyut. Hal ini disebabkan oleh adanya jaringan khusus pemicu di
jantung yang mampu mencetuskan potensial aksi berulang-ulang. Jaringan picu jantung
membentuk sistem hantaran yang dalam keadaan normal menyebarkan impuls ke seluruh jantung.

Jantung mengandung serat-serat jantung yang termodifikasi yang berfungsi untuk


mengkoordinasikan detak jantung dengan mengatur waktu kontraksi dari atrium dan ventrikel,
secara normal berawal pada nodus sinoatrium (SA) yang berlokasi dalam atrium kanan pada pintu
masuk vena cava superior. Berawal dari nodus sinoatrium sampai nodus antrioventrikulum,
terletak di bagian belakang septum interventrikulum dan mulai dari titik ini, seberkas sel-sel otot
jantung yang termodifikasi (serat-serat purkinje) bercabang dua dan cabangyang terpisah berjalan
melalui jaringan subendokardial dari ventrikel kanan dan kiri. Sel-sel dalam dua daerah nodus itu
berbentuk spul, sel-sel yang sangat bercabang yang dipisahkan. satu sama lain oleh sedikit jaringan
penyambung(Guyton, 1995).

Pengaruh Berbagai Ion pada Fungsi Jantung

Tiga kation khusus, yaitu kalium, kalsium, dan natrium mempengaruhi penyebaran
potensial aksi. lon kalsium juga sangat berperan penting dalam menimbulkan proses kontraksi otot.
oleh karena itu, diharapkan bahwa konsentrasi ketiga ion tersebut dalam cairan ekstrasel juga akan
mempunyai efek penting atas fungsi jantung.

● Ion Kalium

Kelebihan ion kalium dalam cairan ekstrasel menyebabkan jantung menjadi sangat dilatasi
dan lemas serta frekuensi jantung lambat. Kalium dalam jumlah yang sangat besar juga
dapat menghambat hantaran impuls jantung dari atrium ke ventrikel melalui berkas A-V.
Peningkatan konsentrasi kalium hanya 8-12 mEq/liter dua sampai tiga kali normal biasanya
akan menyebabkan kelemahan jantung sedemikian rupa sehingga akan menyebabkan
kematian. Semua pengaruh kelebihan kalium disebabkan oleh pengurangan. negativitas
potensial membran istirahat akibat konsentrasi kalium yang tinggi dalam. cairan ekstrasel.
Waktu potensial membran menurun, intensitas potensial aksi juga berkurang, yang
membuat kontraksi jantung secara progresif makin lemah, karena kekuatan potensial aksi
sangat menentukan kekuatan kontraksi.

● Ion Kalsium

Kelebihan ion kalsium menyebabkan efek yang hampir berlawanan dengan efek ion
kalium, menyebabkan jantung berkontraksi spastik. Hal ini mungkin disebabkan oleh efek
langsung ion kalsium untuk merangsang proses kontrakasi jantung. Sebaliknya, defisiensi
ion kalsium menyebabkan jantung lemas, sama dengan efek kalsium. Akan tetapi,
perubahan konsentrasi ion kalsium selama kehidupan yang cukup banyak untuk mengubah
fungsi jantung, pengurangan konsentrasi ion kalsium yang besar biasanya akan mematikan
orang, karena tetani yang timbul sebelumnya akan mempengaruhi jantung dengan
bermakna, dan peningkatan konsentrasi ion kalsium sampai tingkat yang akan
mempengaruhi jantung dengan bermakna hampir tidak pernah terjadi karena ion kalsium
diendapkan ke dalam tulang atau kadang-kadang di sembarang tempat dalam jaringan
tubuh sebagai garam kalsium yang tidak larut sebelum tingkat tersebut dicapai.

● Ion Natrium

Kelebihan ion natrium menekan fungsi jantung, suatu efek yang sama seperti ion kalium,
tetapi dengan alasan yang berbeda sama sekali. Ion natrium bersaing dengan ion kalsium
pada beberapa tempat yang tidak diketahui pada proses kontraksi otot sedemikian rupa
sehingga makin besar konsentrasi ion natrium dalam cairan ekstrasel makin kurang
efektivitas ion ion kalsium menyebabkan kontraksi bila terdapat potensial aksi. Akan tetapi
dipandang dari segi praktisnya, konsentrasi ion natrium dalam cairan ekstrasel mungkin
tidak pernah cukup tinggi meskipun dalam keadaan patologis yang berat, untuk
menyebabkan perubahan kekuatan otot jantung yang bermakna. Akan tetapi, konsentrasi
natrium yang sangat rendah, seperti yang terdapat pada intoksikasi air, sering menyebabkan
kematian karena fibrilasi jantung.

1.2.Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui korelasi berat tubuh katak dengan frekuensi denyut jantung katak

2. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap denyut jantung

3. Untuk mengetahui pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung katak


BAB II

METODE PERCOBAAN

2.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan yang terletak di Kampus B


Universitas Negeri Jakarta pada hari Kamis, 13 Oktober 2022.

2.2. Alat dan Bahan Praktikum

Alat dan bahan yang diperlukan yaitu katak (Rana tigrina), benang halus dan benang kasar,
alat bedah, papan bedah, thermometer, timbangan, gelas kimia, es batu, ringer, NaCl 0.7%, KCl
0.7 %, CaCl2 0.7 % , dan air panas.

2.3. Cara Kerja

Kegiatan 1

1. Mengikat kaki katak hingga katak tidak dapat loncat dan menimbang berat katak
2. Membedah rongga dada katak dan menghitung rata-rata denyut jantung katak per menit
pada suhu ruang selama 3 menit
3. Mengumpulkan data dari semua kelompok, kemudian mengorelasikan data antara berat
badan katak dan frekuensi denyut jantung dan menyimpulkan koefisien korelasi tersebut.

Kegiatan 2

1. Mencatat data denyut jantung per menit pada suhu ruang


2. Jantung katak yang masih ada dalam tubuh diberi tetesan air dengan suhu 5o C dan
menghitung denyut jantung per menit
3. Kemudian, menormalkan suhunya dengan meneteskan air kran
4. Selanjutnya diteteskan air bersuhu 30o C dan menghitung denyut jantung per menit
5. Menormalkan suhu jantung dengan meneteskan air kran, lalu meneteskan air bersuhu 40o
C dan menghitung denyut jantung per menit
6. Mengumpulkan data dari semua kelompok dan menghitung koefisien korelasinya.
Kegiatan 5

1. Jantung katak yang telah diikat dimasukan ke dalam larutan ringer pada suhu kamar
2. Kemudian, memasukkan ke larutan NaCl 0.7% dan membuat pencatatan hingga terlihat
kekuatan denyut jantung mulai menurun
3. Memasukkan kembali ke larutan ringer untuk beberapa saat (sampai denyut normal),
kemudian memasukkan ke larutan KCl 0.7% dan mencatat denyut jantung dalam larutan
ini hingga berhenti berdenyut (potassium inhibition)
4. Memindahkan jantung ke larutan CaCl2 0.7%, memperhatikan serta mencatat hingga
kontraksi jantung kembali lagi. Jika, jantung tidak berdenyut lagi maka diganti dengan
jantung yang baru, dimulai dengan pencatatan dalam larutan ringer yang kemudian diganti
dengan larutan 1% CaCl2.
BAB III

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Percobaan Kegiatan 1

Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung

Kelompok Berat katak (gram) (X) Rata-rata denyut jantung (Y)

1 89 36

2 100 46.3

3 100 18

4 114 37,33

5 86 38,67

6 102 22.33

7 119 26,33

8 109 42,6

9 105 31,3

10 102 40

Korelasi berat badan dengan denyut jantung

No X Y X2 Y2 XY

1 89 36 7921 1296 3204


2 100 46 10000 2116 4600

3 100 18 10000 324 1800

4 114 37 12996 1369 4218

5 86 38 7396 1444 3268

6 102 22 10404 484 2244

7 119 26 14161 676 3094

8 109 43 11881 1849 4687

9 105 31 11025 961 3255

10 102 40 10404 1600 4080

∑ 1026 337 106188 12119 34450


Rxy = - 0,14 artinya berat badan mempengaruhi denyut jantung, semakin bertambah berat
badan semakin menurun denyut jantung.

Jantung

Gambar 1. Jantung Katak

Pembahasan Kegiatan 1

Hasil praktikum menunjukkan bahwa Rxy = - 0,14, yang artinya berat badan
mempengaruhi denyut jantung, semakin bertambah berat badan semakin menurun denyut jantung.
Menurut literatur, semakin ringan tubuh katak (semakin kecil massa tubuhnya) maka kecepatan
denyut jantungnya juga semakin tinggi (kecepatan denyut jantung berbanding terbalik dengan
massa tubuh). Hal ini disebabkan karena laju metabolism per gram berbanding terbalik dengan
ukuran tubuh di antara hewan-hewan yang serupa. Para ahli fisiologi telah menentukan bahwa
jumlah energi yang diambil hewan untuk mempertahankan setiap gram bobot tubuhnya berbanding
terbalik dengan ukuran tubuhnya, Sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur.
3.2. Hasil Percobaan Kegiatan 2

Gambar 2. Jantung Katak dengan pengaruh suhu

Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung

Rxy Rata-rata masing-masing perlakuan

No X Y X2 Y2 XY

1 24 5 576 25 120

2 36 30 1296 900 1080

3 35 40 1202 1600 1387

∑ 95 75 3074 2525 2587


Rxy = 0,90 artinya temperatur mempengaruhi denyut jantung, semakin naik suhu semakin
bertambah denyut jantung.

Pembahasan Kegiatan 2

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Rxy = 0,90 artinya temperatur mempengaruhi


suhu. Semakin naik suhu semakin bertambah detak jantung. Hal tersebut terbukti bahwa saat
jantung diberi air panas, aliran darah menjadi semakin cepat. Hal ini disebabkan karena terjadinya
proses vasodilatasi. Vasodilatasi mengacu pada pembesaran diameter lingkaran pada arteriol dan
jari-jari pembuluh akibat melemahnya lapisan otot polos (penurunan kontraksi otot polos sirkuler
di dinding arteriol). Vasodilatasi juga menyebabkan penurunan resistensi arteriol, sehingga akan
lebih banyak darah yang mengalir ke daerah-daerah dengan resistensi arteriol rendah. (Sherwood.
2001). Panas juga dapat meningkatkan permeabilitas membran otot jantung terhadap ion yang
mengatur frekuensi denyut jantung sehingga menghasilkan peningkatan proses perangsangan
sendiri (Guyton dan Hall, 2007). Pada saat diberi air es pada jantung aliran darah melambat yaitu
dengan rata-rata 23 kali/menit. Hal ini karena air dingin menyebabkan terjadinya proses
vasokonstriksi. Vasokonstriksi mengacu pada peningkatan kontraksi otot polos sirkuler di dinding
arteriol dan menyebabkan diameter lingkaran pembuluh menjadi lebih kecil, dengan demikian
resistensi arteriol meningkat dan terjadilah penurunan aliran darah. (Sherwood, 2001). Adanya
vasokontriksi pada pelambatan aliran darah juga mempengaruhi kerja jantung yang memompa
darah, sehingga denyut jantung melambat.
3.3. Hasil Percobaan Kegiatan 5

Pengaruh Garam Organik Terhadap Denyut Jantung Katak

Hipotesis:

● H0: Garam anorganik tidak berpengaruh terhadap denyut jantung katak


● H1: Garam anorganik berpengaruh terhadap denyut jantung katak

Uji F melalui Anova/ Tabel Sidik Ragam

 FK = = 176,33

 JKT = 192- 176,33= 15,67


 JKP = (16 + 13 + 9 + 8 ) − 176,33

= 190 - 176,33
= 13,67
 JKG = 15,67-13,67
=2
● F Hitung = 18,23
● F Tabel = Fα (db perlakuan, db galat = F 0.05 (3,8)

= 4,07

● F Hitung > F Tabel

18,23 > 4,07 (Tolak H0)

Kesimpulan: “Garam anorganik berpengaruh terhadap denyut jantung katak”

Pembahasan Kegiatan 5

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa, ketika jantung dicelupkan ke dalam larutan NaCl,
detak jantung bertambah cepat. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan jumlah kandungan im
sodium ekstraseluler dengan intraseluler sehingga membuat perbedaan potensial yang besar dan
membuat kerja jantung meningkat. Larutan NaCl berfungsi untuk memacu jantung untuk
melakukan potensial aksi. Lalu ditambahkan larutan KCl dan denyut jantungnya semakin
melemah, bahkan yang berdetak hanya bagian atriumnya saja. Dan kemudian diberikan larutan
CaCl denyut jantung menjadi sangat lemah, dan hanya bagian atrium yang berdetak. Karena saat
diberikan larutan KC1 dan CaCl, jantung sedang mengalami potensi istirahat. Larutan Ringer
berfungsi untuk memperpanjang waktu kelangsungan hidup jaringan yang dipotong. Larutan ini
akan menetralkan atau mengembalikan denyut jantung ke denyut awal karena mengandung
natrium klorida, kaliumklorid, kalsium klorida, dan sodium bikarbonat dengan konsentrasi tertentu
di mana mereka terdapat dalam cairan tubuh. Jika natrium laktat digunakan sebagai pengganti
natrium. bikarbonat, campuran ini disebut solusi laktat Ringer (Spealman, 1940). Pada cara kerja
pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung ini larutan NaCl berfungsi sebagai penetralisir.
Hal ini karena Semua larutan garam sementara menghapuskan aktivitas ritmis jantung (Buridge,
1912).
BAB IV

KESIMPULAN

1. Hasil yang didapat adalah Rxy = -0,14 artinya berat badan mempengaruhi denyut jantung,
semakin bertambah berat badan semakin menurun denyut jantung. Semakin ringan tubuh
katak (semakin kecil massa tubuhnya) maka kecepatan denyut jantungnya juga semakin
tinggi (kecepatan denyut jantung berbanding terbalik dengan massa tubuh). Hal ini
disebabkan karena laju metabolism per gram berbanding terbalik dengan ukuran tubuh di
antara hewan-hewan yang serupa.

2. Hasil yang didapatkan adalah Rxy = 0,90, yang artinya temperatur mempengaruhi denyut
jantung, semakin naik suhu semakin bertambah denyut jantung. Hal tersebut terbukti
bahwa saat jantung diberi air panas, aliran darah menjadi semakin cepat karena terjadinya
proses vasodilatasi. Sedangkan pada saat diberi air es pada jantung aliran darah melambat
yaitu dengan rata-rata 23 kali/menit karena terjadinya proses vasokonstriksi.
3. Pemberian garam anorganik yaitu berupa larutan ringer, NaCl, KCl, dan CaCl2
berpengaruh terhadap denyut jantung katak.
DAFTAR PUSTAKA

Dukes, H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Pub. Associated. New York.

Frandson, R.1986. Anatomy and Physiology of Farm Animals Edisi III. Lea and Febiger.
Philadelphia.

Ganong. 1995. Fisiologi Kedokteran Edisi 14. EGC. Jakarta.

Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Supripto. 1998. Fisiologi Hewan. Penerbit ITB. Bandung.

Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Buridge. 1912. Researches on the perfused Heart: The effect of Inorganic Salt. Experimental
Physiology (5)347-371. Campbell. N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L.G
Junqueira, Luiz Carlos and José

Anda mungkin juga menyukai