Anda di halaman 1dari 22

1.

tujuan praktikum :
2. dasar teori :
- sifat jantung:

Terdapat ada 4 sifat khusus dari otot jantung yaitu :


1.
Chromotropic property
Disebut juga ritmisiti atau otomasi dimana otot jantung mempunyai
kemampuan sendiri untuk menimbulkan rangsangan dan mengadakan impuls
agar supaya terjadi kontraksi otot jantung. Karena sifat khususnya ini pula
maka jantung dapat berkontraksi tanpa adanya pengendalian sistem sarat
(disebut jugamiogenic antoregulation). Hal ini disebabkan karena jantung
mempunyai jaringan pemacu khusus yang dapat menimbulkan potensial aksi
berulang kali yang disebut potensial pacemaker.
2.Bathmotropic property
Disebut juga eksitabiliti, dimana dikatakan bahwa otot jantung memiliki
kemampuan untuk memperbesar perangsangan terhadap impuls yang terjadi
padanya. Dengan kata lain kepekaan otot jantung terhadap adanya impuls
jadi bertambah besar.
3.Dromotropic Property
Disebut juga konduktiviti dimana otot jantung mempunyai kemampuan untuk
menyebarkan rangsangan berupa impuls-impuls dari satu bagian otot
jantung ke bagian otot jantung lainnya.
4.Inotropic property
Disebut juga kontraktiliti, dimana otot jantung mempunyai kemampuan untuk
menjawab atau berespons terhadap setiap rangsangan yang datangnya dari
luar. Respons ini berupa pergerakan atau kontraksi. Bahan yang
mempengaruhi kekuatan kontraksi disebut inotropic action. Kekuatan
kontraksi jantung akan meningkat bila efek inotropik positif, tapi bila efek
inotropik negatif maka hal ini akan menurunkan kekuatan kontraksi jantung.

Secara singkat kontraksi otot jantung terdiri dari 4 peristiwa yaitu :


a. Peristiwa rangsangan : rangsangan atau stimulus berasal dari dalam
jantung sendiri atau berasal dari luar jantung. Rangsangan dari luar jantung
dapat berupa rangsangan-rangsangan saraf, listrik, kimia, mekanik, fisik dan
lain-lain.
b. Peristiwa listrik stimulus pada potensial ambang dengan rangsangan
minimal pada otot jantung mulai menimbulkan impuls yang mula-mula terjadi
pada NSA sehingga timbul aksi potensial yang akan disebarkan berupa
gelombang depolarisasi atau gelombang kontraksi ke seluruh bagian jantung.
Adanya gelombang depolarisasi akan melepaskan kalsium dari sistem
retikulum endoplasma serabut otot jantung.

c. Peristiwa kimia : setelah peristiwa listrik tadi kalsium kemudian akan


berdifusi ke dalam miofibril dan mengkatalisis reaksi-reaksi kimia sehingga
kalsium intrasel akan bertambah banyak. Kalsium ini akan mengikat protein
modulator yaitu troponin. Sementara itu ATP dihidrolisa untuk pembentukan
energi.
d.Peristiwa mekanik. Energi dari ATP tadi akan menyebabkan pergerakan
aktin dan myosin secara tumpang tindih sehingga sarkomer miofibril
memendek, dimana akan mengakibatkan terjadinya kontraksi otot jantung.
Di sini ATP dirubah menjadi ADP.
- gambar sistem konduksi dan penjelasan

Persyarafan Jantung
Jantung dipersyarafi oleh nervus simpatikus/ akselerantis untuk menggiatkan kerja jantung
dan nervus parasimpatikus khususnya cabang dari nervus vagus yang berfungsi sebagai
pemerlambat jantung.
Sistem Konduksi Jantung
Didalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran listrik. Jaringan
tersebut mempunyai sifat-sifat :
1. Otomatisasi. Kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
2. Irama. Membentuk impuls yang teratur.
3. Daya konduksi. Mampu untuk menyalurkan impuls.
4. Daya rangsang. Kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsangan.
Berdasarkan sifat diatas, secara spontan dan teratur jantung akan menghasilkan impuls yang
akan disalurkan melalui sistem hantar untuk merangsang otot jantung dan menimbulkan
kontraksi otot. Perjalanan impuls jantung dimulai dari SA nodus sampai dengan serabut
purkinye.
1. SA nodus
Disebut pemacu alami karena secara otomatis mengeluarkan aliran listrik yang kemudian
menggerakkan otot jantung secara otomatis. Impuls yang dikeluarkan oleh SA nodus antara

60-100 kali per menit. SA nodus dapat menghasilkan impuls karena adanya sel-sel pacemaker
yang dipengaruhi syaraf simpatis dan parasimpatis. SA nodus terletak didekat muara vena
kava superior.
2. Traktus internodal
Berfungsi menghantarkan Impuls dari SA nodus ke AV nodus.
3. AV Nodus
Terletak didalam dinding septum atrium sebelah kanan, tepat diatas katup trikuspidalis dekat
muara sinus koronarius. Berfungsi menahan impuls jantung selama 0,08-0,12 detik untuk
memungkinkan pengisian ventrikel selama atrium berkontraksi dan mengatur jumlah impuls
atrium yang mencapai atrium. SA nodus dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 40-60
kali per menit.
4. Bundle of his
Berfungsi sebagai penghantar impuls syaraf dari AV nodus ke sistem bundle branch.
5. Sistem bundle branch
Merupakan lanjutan dari bundle of his yang bercabang menjadi dua yaitu :
Right bundle branch mengirim impuls ke otot jantung ventrikel kanan.
Left bundle branch mengirim impuls ke otot jantung ventrikel kiri.
6. Serabut purkinye
Merupakan bagian ujung dari bundle branch, menghantarkan impuls syaraf menuju lapisan
sub endokard pada kedua ventrikel sehingga terjadi depolarisasi yang di ikuti oleh kontraksi
ventrikel. Impuls yang dihasilkan antara 20-40 kali per menit.

Siklus Jantung

Di mana jantung yang berfungsi memompakan darah ke seluruh tubuh melalui


cabang-cabangnya untuk keperluan metabolisme demi kelangsungan hidup.
Karena jantung merupakan suatu bejana berhubungan, anda boleh memulai
sirkulasi jantung dari mana saja. Saya akan mulai dari atrium/serambi kanan.
Atrium kanan menerima kotor atau vena atau darah yang miskin oksigen dari:

- Superior Vena Kava


- Inferior Vena Kava
- Sinus Coronarius
Dari atrium kanan, darah akan dipompakan ke ventrikel kanan melewati katup
trikuspid.
Dari ventrikel kanan, darah dipompakan ke paru-paru untuk mendapatkan
oksigen melewati:
- Katup pulmonal
- Pulmonal Trunk
- Empat (4) arteri pulmonalis, 2 ke paru-paru kanan dan 2 ke kembali paru-paru
kiri
Darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru akan di alirkan ke jantung melalui
4 vena pulmonalis (2 dari paru-paru kanan dan 2 dari paru-paru kiri)menuju
atrium kiri.
Dari atrium kiri darah akan dipompakan ke ventrikel kiri melewati katup biskupid
atau katup mitral.
Dari ventrikel kiri darah akan di pompakan ke seluruh tubuh termasuk jantung
(melalui sinus valsava) sendiri melewati katup aorta. Dari seluruh tubuh,darah
balik lagi ke jantung melewati vena kava superior,vena kava inferior dan sinus
koronarius menuju atrium kanan.
Secara umum, siklus jantung dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
Sistole atau kontraksi jantung
Diastole atau relaksasi atau ekspansi jantung
Secara spesific, siklus jantung dibagi menjadi 5 fase yaitu :
1. Fase Ventrikel Filling
2. Fase Atrial Contraction
3. Fase Isovolumetric Contraction
4. Fase Ejection
5. Fase Isovolumetric Relaxation
Perlu anda ingat bahwa siklus jantung berjalan secara bersamaan antara jantung
kanan dan jantung kiri, dimana satu siklus jantung = 1 denyut jantung = 1 beat
EKG (P,q,R,s,T) hanya membutuhkan waktu kurang dari 0.5 detik.

A. Fase Ventrikel Filling


Sesaat setelah kedua atrium menerima darah dari masing-masing cabangnya,
dengan demikian akan menyebabkan tekanan di kedua atrium naik melebihi
tekanan di kedua ventrikel. Keadaan ini akan menyebabkan terbukanya katup
atrioventrikular, sehingga darah secara pasif mengalir ke kedua ventrikel secara
cepat karena pada saat ini kedua ventrikel dalam keadaan relaksasi/diastolic
sampai dengan aliran darah pelan seiring dengan bertambahnya tekanan di
kedua ventrikel. Proses ini dinamakan dengan pengisian ventrikel atau ventrikel
filling. Perlu anda ketahui bahwa 60% sampai 90 % total volume darah di kedua
ventrikel berasal dari pengisian ventrikel secara pasif. Dan 10% sampai 40%
berasal dari kontraksi kedua atrium.

B. Fase Atrial Contraction


Seiring dengan aktifitas listrik jantung yang menyebabkan kontraksi kedua
atrium, dimana setelah terjadi pengisian ventrikel secara pasif, disusul pengisian
ventrikel secara aktif yaitu dengan adanya kontraksi atrium yang memompakan
darah ke ventrikel atau yang kita kenal dengan "atrial kick". Dalam grafik EKG
akan terekam gelombang P. Proses pengisian ventrikel secara keseluruhan tidak
mengeluarkan suara, kecuali terjadi patologi pada jantung yaitu bunyi jantung 3
atau cardiac murmur.

C. Fase Isovolumetric Contraction


Pada fase ini, tekanan di kedua ventrikel berada pada puncak tertinggi tekanan
yang melebihi tekanan di kedua atrium dan sirkulasi sistemik maupun sirkulasi
pulmonal. Bersamaan dengan kejadian ini, terjadi aktivitas listrik jantung di
ventrikel yang terekam pada EKG yaitu komplek QRS atau depolarisasi ventrikel.
Keadaan kedua ventrikel ini akan menyebabkan darah mengalir balik ke atrium
yang menyebabkan penutupan katup atrioventrikuler untuk mencegah aliran
balik darah tersebut. Penutupan katup atrioventrikuler akan mengeluarkan bunyi
jantung satu (S1) atau sistolic. Periode waktu antara penutupan katup AV sampai
sebelum pembukaan katup semilunar dimana volume darah di kedua ventrikel
tidak berubah dan semua katup dalam keadaan tertutup, proses ini dinamakan
dengan fase isovolumetrik contraction.
D. Fase Ejection
Seiring dengan besarnya tekanan di ventrikel dan proses depolarisasi ventrikel
akan menyebabkan kontraksi kedua ventrikel membuka katup semilunar dan
memompa darah dengan cepat melalui cabangnya masing-masing. Pembukaan
katup semilunar tidak mengeluarkan bunyi. Bersamaan dengan kontraksi
ventrikel, kedua atrium akan di isi oleh masing-masing cabangnya.
E.Fase Isovolumetric Relaxation
Setelah kedua ventrikel memompakan darah, maka tekanan di kedua ventrikel
menurun atau relaksasi sementara tekanan di sirkulasi sistemik dan sirkulasi
pulmonal meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan aliran darah balik ke kedua
ventrikel, untuk itu katup semilunar akan menutup untuk mencegah aliran darah
balik ke ventrikel. Penutupan katup semilunar akan mengeluarkan bunyi jantung
dua (S2)atau diastolic. Proses relaksasi ventrikel akan terekam dalam EKG
dengan gelombang T, pada saat ini juga aliran darah ke arteri koroner terjadi.
Aliran balik dari sirkulasi sistemik dan pulmonal ke ventrikel juga di tandai
dengan adanya "dicrotic notch".
1. Total volume darah yang terisi setelah fase pengisian ventrikel secara pasip
maupun aktif ( fase ventrikel filling dan fase atrial contraction) disebut dengan
End Diastolic Volume (EDV)
2. Total EDV di ventrikel kiri (LVEDV) sekitar 120ml.

3. Total sisa volume darah di ventrikel kiri setelah kontraksi/sistolic disebut End
SystolicVolume (ESV) sekitar 50 ml.
4. Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara EDV dengan ESV adalah 70
ml atau yang dikenal dengan stroke volume. (EDV-ESV= Stroke volume) (12050= 70)

SIKLUS KERJA JANTUNG


Jantung berfungsi memompa darah ke paru-paru dan ke seluruh tubuh. Cara jantung memompa
darah adalah dengan melakukan kontraksi secara bergantian antara atrium dan ventrikel, dengan
irama yang teratur dan terus menerus sepanjang hidup. Bekerjanya jantung didukung oleh dua
sistem yang ada dalam jantung yaitu sistem kontraksi dan sistem konduksi.
Sistem konduksi diperlihatkan dalam Gambar 2 dan berfungsi mengatur kerja jantung melalui
sistem kontraksi. Cara pengaturan kerja jantung dapat diuraikan sebagai berikut. Simpul SA
membangkitkan impuls dengan rate normal sekitar 70 bpm (beat per menit). Impuls ini
melalui bachmanns bundle disebarkan ke seluruh dinding atrium, sehingga membuat sel-sel
dalam dinding atrium mengalami depolarisasi. Depolarisasi pada atrium ini kemudian diikuti oleh
kontraksi atrium.
Dari atrium, impuls diteruskan ke Simpul AV melalui internodal fiber. Di dalam Simpul AV, impuls
mengalami penundaan sekitar 100 ms yang fungsinya memberikan waktu kepada atrium untuk
menyelesaikan kontraksinya sebelum ventrikel mulai berkontraksi. Dari Simpul AV, impuls
diteruskan ke Bundle of His, ke Left dan Right Bundle branches, dan menyebar ke seluruh dinding
ventrikel melalui Purkinje fibers. Menyebarnya impuls ke seluruh dinding ventrikel membuat
ventrikel mengalami depolarisasi yang kemudian diikuti dengan kontraksi ventrikel. Setelah itu
proses berulang kembali dimulai dari Simpul SA.
DEPOLARISASI SPONTAN
Dari proses kerja jantung tersebut terlihat bahwa Simpul SA membangkitkan impuls-impuls
dengan ritme yang teratur. Simpul SA dapat membangkitkan impuls karena sel-selnya mempunyai
otomatisitas. Otomatisitas ini terjadi karena sel-sel tersebut mempunyai potensial istirahat yang
nilainya kurang negatif, yaitu antara -60 mV sampai -70 mV. Potensial membran yang kurang

negatif ini membuat penutupan yang tidak penuh pada kanal sodium terpicu-tegangan. Akibat
penutupan yang tidak penuh ini ion sodium masih dapat masuk ke dalam membran sel melalui
kanal ini, yang membuat potensial istirahat membran (yaitu fase 4 depolarisasi) tidak konstan.
Potensial ini menjadi semakin kurang negatif (potensial membran naik menuju nol), seperti terlihat
dalam Gambar 3.

Gambar 3. Potensial membran sel pacemaker. MDP (maximum negative diastolik potential)
potensial diastolik negatif maksimum, TP (threshold potential) potensial ambang
Semakin kurang negatifnya potensial membran membuat konduktivitas membran terhadap ion
sodium menjadi semakin tinggi sehingga aliran ion sodium ke dalam sel menjadi semakin cepat
hingga dicapai potensial ambang (trheshold), yaitu sekitar -40 mV. Bila sel-sel dalam Simpul SA
telah mencapai potensial ambang maka kanal kalsium-sodium terpicu-tegangan terbuka dan
terjadilah proses depolarisasi yang disebut dengan depolarisasi spontan. Depolarisasi spontan
inilah yang membangkitkan impuls potensial aksi yang selanjutnya dihantarkan ke atrium maupun
ke ventrikel.
Disamping Simpul SA, masih ada beberapa bagian lain dalam sistem konduksi yang sel-selnya juga
mempunyai kemampuan melakukan depolarisasi spontan. Bagian-bagian itu adalah Simpul
AV, Bundle of His, Bundle branches, dan Purkinje fibers. Perbedaannya dengan sel di Simpul SA
adalah rate impuls yang dibangkitkan lebih rendah dibandingkan rate yang dibangkitkan Simpul
SA. Rate yang dibangkitkan Simpul SA berkisar antara 60 sampai 100 bpm, sedang yang
dibangkitkan di tempat lain dalam sistem konduksi adalah antara 50 dan 60 bpm di Simpul
AV, Bundle of His, Bundle branches, dan antara 30 dan 40 bpm di Purkinje fibers.
PEMACU ASLI (NATIVE PACEMAKER) DAN PEMACU TERSEMBUNYI (LATENT PACEMAKER)
Bagian-bagian dalam sistem konduksi yang sel-selnya mempunyai kemampuan melakukan
depolarisasi spontan disebut sebagai pemacu (pacemaker). Dari uraian sebelumnya terlihat bahwa
ada lebih dari satu pemacu dalam sistem konduksi. Akan tetapi, walaupun ada lebih dari satu
pemacu, dalam kondisi normal hanya ada satu pemacu yang bekerja. Hal ini dimungkinkan oleh

adanya perbedaan rate pada masing-masing pemacu. Rate dari Simpul SA yang lebih cepat
dari rate yang dibangkitkan di tempat lain dalam sistem konduksi akan membuat sel-sel dalam
sistem konduksi menerima rangsangan impuls dari Simpul SA lebih dulu sebelum sel-sel tersebut
sempat melakukan depolarisasi spontan. Dengan demikian, pada kondisi normal, rate dari semua
bagian dalam sistem konduksi selalu mengikuti ratedari Simpul SA. Oleh karena itu Simpul SA ini
disebut sebagai pemacu asli (native pacemaker).
Pada kondisi tidak normal, ada kemungkinan sistem konduksi tidak dapat menerima impuls dari
Simpul SA. Penyebabnya dapat karena Simpul SA memang tidak membangkitkan impuls, ataupun
karena terjadi hambatan pada sistem konduksi sehingga impuls dari Simpul SA tidak sampai ke
Simpul AV. Jika Simpul AV tidak menerima impuls dari Simpul SA maka sel-selnya dapat
melakukan depolarisasi spontan. Dengan demikian, pada kondisi tidak normal ini fungsi Simpul SA
sebagai pemacu telah diambil alih oleh Simpul AV. Bila misalnya ternyata Simpul AV ini juga
mengalami kegagalan, maka fungsi pemacu akan diambil alih oleh pemacu di bawahnya, begitu
seterusnya. Mekanisme ini merupakan pengamanan, agar jantung dapat tetap berdenyut
walaupun terjadi gangguan pembangkitan impuls pada Simpul SA. Pemacu-pemacu yang bekerja
hanya jika terjadi kondisi tidak normal ini disebut sebagai pemacu tersembunyi (latent
pacemaker).
SIKLUS JANTUNG (CARDIAC CYCLE)
Aktivitas jantung yang dimulai dari keadaan istirahat, kemudian kontraksi atrium, disusul kontraksi
ventrikel, dan kembali istirahat merupakan suatu siklus yang berulang terus menerus sepanjang
hidup. Aktivitas kelistrikan yang mengatur siklus kerja jantung ini dapat direkam dengan
menggunakan

alat

yang

disebut

elektrokardiograf,

dan

hasil

rekamannya

disebut

elektrokardiogram yang disingkat EKG atau ECG. Gambar 4 memperlihatkan sebuah contoh
rekaman EKG selama satu siklus jantung.

Gambar 4. Contoh rekaman EKG selama satu siklus jantung


Dalam rekaman EKG, satu siklus jantung terdiri atas beberapa gelombang, yaitu gelombanggelombang P, Q, R, S, T, dan U. Gelombang-gelombang tersebut berhubungan dengan aktivitas
listrik yang terjadi di dalam jantung, yang dalam Gambar 4 ditunjukkan oleh warna yang sama
antara Gambar 4.(a) dan Gambar 4.(b). Gelombang P ditimbulkan oleh depolarisasi atrium;
gelombang Q, R, dan S yang bersama-sama membentuk kompleks QRS ditimbulkan oleh
depolarisasi ventrikel; dan gelombang T ditimbulkan oleh repolarisasi ventrikel. Gelombang U
kemungkinan ditimbulkan oleh repolarisasi serabut Purkinje.

- hukum goldberger (depolarisasi dan repolarisasi beserta gambar)


I. DASAR
A. Anatomy sistem konduksi jantung
Jalur normal dari sistem konduksi jantung terdiri dari
Sinoatrial (SA) node --> atrioventricular (AV) node --> bundle of HIS right and left bundle branches
--> Purkinje system

Sumber : Lange Instant Access EKGs and Cardiac Studies

B. Konduksi aksi potensial pada miokardium

Sumber : Lange Instant Access EKGs and Cardiac Studies

Fase 0: Depolarisasi
- Masuknya natrium ke dalam miosit dan sel Purkinje
- Masuknya kalsium pada sinus dan AV node
Fase I: Awal repolarisasi
Fase II: Plateau
Fase III: Restorasi membran potensial istirahat (keluarnya kalium)
Fase IV: Restorasi gradien ion melalui pompa Na/K pada miosit dan sel Purkinje
Fase V: Depolarisasi automatic cell pada sinus dan AV node

Sumber : Lange Instant Access EKGs and Cardiac Studies

C. Penempatan lead EKG


Penempatan Lead Precordial
V1: Sternum kanan, intercostal IV
V2: Sternum kiri, intercostal IV
V3: Antara V2 dan V4
V4: Linea midclavicular, intercostalis V
V5: Antara V4 dan V6
V6: Linea axilaris, intercostalis V

D. EKG tracing

1 kotak besar = 5 x 5 kotak sedang


1 kotak sedang = 5 x 5 kotak kecil
i. Axis vertikal
- 1 kotak kecil = 1 mm
- 1 kotak sedang = 5 mm
- 1 kotak besar = 10 mm
ii. Axis horizontal
- 1 kotak kecil = 0,04 detik
- 1 kotak sedang = 0,2 detik
- 1 kotak besar = 1 detik

- kontraksi jantung
- gambar segitiga einthoven dan sistem hexadensial

- gambar EKG normal beserta penjelasan

Gelombang P
Selama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan dari nodus SA ke nodus AV, dan
menyebar dari atrium kanan ke atriumkiri. Vektor ini berubah ke gelombang P di EKG, yang tegak
pada sadapan II, III, dan aVF (karena aktivitas kelistrikan umum sedang menuju elektrode positif di
sadapan-sadapan itu), dan membalik di sadapan aVR (karena vektor ini sedang berlalu dari elektrode
positif untuk sadapan itu). Sebuah gelombang P harus tegak di sadapan II dan aVF dan terbalik di
sadapan aVR untuk menandakan irama jantung sebagai Irama Sinus.

Hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS membantu membedakan


sejumlah aritmia jantung.

Bentuk dan durasi gelombang P dapat menandakan pembesaran atrium.

[sunting]Interval

PR

Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya panjangnya 120200 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak kecil.

Interval PR lebih dari 200 ms dapat menandakan blok jantung tingkat pertama.

Interval PR yang pendek dapat menandakan sindrom pra-eksitasi melalui jalur


tambahan yang menimbulkan pengaktifan awal ventrikel, seperti yang terlihat di Sindrom WolffParkinson-White.

Interval PR yang bervariasi dapat menandakan jenis lain blok jantung.

Depresi segmen PR dapat menandakan lesi atrium atau perikarditis.

Morfologi gelombang P yang bervariasi pada sadapan EKG tunggal dapat menandakan irama
pacemaker ektopik seperti pacemaker yang menyimpang maupun takikardi atrium multifokus

[sunting]Kompleks

QRS

Sejumlah kompleks QRS beserta tatanamanya.

Lihat juga: Sistem konduksi listrik jantung


Kompleks QRS adalah struktur EKG yang berhubungan dengan depolarisasi ventrikel. Karena
ventrikel mengandung lebih banyak massa otot daripada atrium, kompleks QRS lebih besar
daripada gelombang P. Di samping itu, karena sistem His/Purkinjemengkoordinasikan
depolarisasi ventrikel, kompleks QRS cenderung memandang "tegak" daripada membundar
karena pertambahan kecepatan konduksi. Kompleks QRS yang normal berdurasi 0,06-0.10 s
(60-100 ms) yang ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau kurang, namun setiap ketidaknormalan
konduksi bisa lebih panjang, dan menyebabkan perluasan kompleks QRS.
Tak setiap kompleks QRS memuat gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S. Menurut
aturan, setiap kombinasi gelombang-gelombang itu dapat disebut sebagai kompleks QRS.
Namun, penafsiran sesungguhnya pada EKG yang sulit memerlukan penamaan yang pasti pada
sejumlah gelombang. Beberapa penulis menggunakan huruf kecil dan besar, bergantung pada
ukuran relatif setiap gelombang. Sebagai contoh, sebuah kompleks Rs akan menunjukkan
defleksi positif, sedangkan kompleks rS akan menunjukkan defleksi negatif. Jika kedua kompleks
itu dinamai RS, takkan mungkin untuk menilai perbedaan ini tanpa melihat EKG yang
sesungguhnya.

Durasi, amplitudo, dan morfologi kompleks QRS berguna untuk mendiagnosis aritmia
jantung, abnormalitas konduksi, hipertrofi ventrikel, infark otot jantung, gangguan elektrolit,
dan keadaan sakit lainnya.

Gelombang Q bisa normal (fisiologis) atau patologis. Bila ada, gelombang Q yang normal
menggambarkan depolarisasi septum interventriculare. Atas alasan ini, ini dapat disebut
sebagai gelombang Q septum dan dapat dinilai di sadapan lateral I, aVL, V5 dan V6.

Gelombang Q lebih besar daripada 1/3 tinggi gelombang R, berdurasi lebih besar daripada
0,04 s (40 ms), atau di sadapan prekordial kanan dianggap tidak normal, dan mungkin
menggambarkan infark miokardium.

Animasi gelombang EKG yang normal.

[sunting]Segmen

ST

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Infark otot jantung


Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T serta berdurasi 0,08-0,12 s (80120 ms). Segmen ini bermula di titik J(persimpangan antara kompleks QRS dan segmen ST)
dan berakhir di awal gelombang T. Namun, karena biasanya sulit menentukan dengan pasti di
mana segmen ST berakhir dan gelombang T berawal, hubungan antara segmen ST dan
gelombang T harus ditentukan bersama. Durasi segmen ST yang khas biasanya sekitar 0,08 s
(80 ms), yang pada dasarnya setara dengan tingkatan segmen PR dan TP.

Segmen ST normal sedikit cekung ke atas.

Segmen ST yang datar, sedikit landai, atau menurun dapat menandakan iskemia koroner.

Elevasi segmen ST bisa menandakan infark otot jantung. Elevasi lebih dari 1 mm dan lebih
panjang dari 80 ms menyusul titik J. Tingkat ukuran ini bisa positif palsu sekitar 15-20%
(yang sedikit lebih tinggi pada wanita daripada pria) dan negatif palsu sebesar 20-30%.[14]

[sunting]Gelombang

Gelombang T menggambarkan repolarisasi (atau kembalinya) ventrikel. Interval dari awal


kompleks QRS ke puncak gelombang T disebut sebagai periode refraksi absolut. Separuh
terakhir gelombang T disebut sebagai periode refraksi relatif (atau peride vulnerabel).
Pada sebagian besar sadapan, gelombang T positif. Namun, gelombang T negatif normal di
sadapan aVR. Sadapan V1 bisa memiliki gelombang T yang positif, negatif, atau bifase. Di
samping itu, tidak umum untuk mendapatkan gelombang T negatif terisolasi di sadapan III, aVL,
atau aVF.

Gelombang T terbalik (atau negatif) bisa menjadi iskemia koroner, sindrom Wellens, hipertrofi
ventrikel kiri, atau gangguan SSP.

Gelombang T yang tinggi atau "bertenda" bisa menandakan hiperkalemia. Gelombang T yang
datar dapat menandakan iskemia koroner atau hipokalemia.

Penemuan elektrokardiografi awal atas infark otot jantung akut kadang-kadang gelombang T
hiperakut, yang dapat dibedakan dari hiperkalemia oleh dasar yang luas dan sedikit
asimetri.

Saat terjadi abnormalitas konduksi (mis., blok cabang berkas, irama bolak-balik), gelombang
T harus didefleksikan berlawanan dengan defleksi terminal kompleks QRS, yang dikenal
sebagaikejanggalan gelombang T yang tepat.

[sunting]Interval

QT

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Interval QT


Interval QT diukur dari awal kompleks QRS ke akhir gelombang T. Interval QT yang normal
biasanya sekitar 0,40 s. Interval QT di samping yang terkoreksi penting dalam diagnosis sindrom
QT panjang dan sindrom QT pendek. Interval QT beragam berdasarkan pada denyut jantung,
dan sejumlah faktor koreksi telah dikembangkan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut
jantung.
Cara yang paling umum digunakan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut pernah
dirumuskan oleh Bazett dan diterbitkan pada tahun 1920.[15] Rumus

Bazett adalah
, di mana QTc merupakan interval QT yang dikoreksi untuk
denyut, dan RR adalah interval dari bermulanya satu kompleks QRS ke bermulanya kompleks
QRS berikutnya, diukur dalam detik. Namun, rumus ini cenderung tidak akurat, dan terjadi
kelebihan koreksi di denyut jantung tinggi dan kurang dari koreksi di denyut jantung rendah.

[sunting]Gelombang

Gelombang U tak selalu terlihat. Gelombang ini khasnya kecil, dan menurut definisi, mengikuti
gelombang T. Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi otot
papillaris atau serabut Purkinje. Gelombang U yang menonjol sering terlihat di hipokalemia,
namun bisa ada di hiperkalsemia, tirotoksikosis, atau pemajanan terhadap digitalis, epinefrin,
dan antiaritmia Kelas 1A dan 3, begitupun di sindrom QT panjang bawaan dan di keadaan
pendarahan intrakranial. Sebuah gelombang U yang terbalik dapat menggambarkan iskemia otot
jantung atau kelebihan muatan volume di ventrikel kiri. [16]

- yang dinilai didalam EKG beserta nilai normal :


a. irama
b. frekuensi
c. morfologi gelombang :
gelombang P
interval PR
kompleks QRS
segmen ST
gelombang T
gelombang U
axis
d. tanda kelainan : hipertrofi, iskemik, infark
3. alat bahan
4. cara kerja
5. hasil praktikum 2 orang diinterpretasi
6. analisa hasil
7. kesimpulan
8. daftar pustaka
9. lampiran : interpretasi lengkap EKG 7 buah yang diberikan

Anda mungkin juga menyukai