Anda di halaman 1dari 103

Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

Deskripsi

Sistem kardiovaskuler merupakan sub sistem sirkulasi yang bertugas mengedarkan


darah ke seluruh tubuh. Selain sistem kardiovaskuler kita juga mengenal sistem
sirkulasi limfatik yang terdiri dari kelenjar limfe, pembuluh limfe dan cairan limfe.

Sistem kardiovaskuler bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh dimana darah


mengandung oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel/jaringan untuk metabolisme.
Sistem kardiovaskuler juga membawa sisa metabolisme untuk dibuang melalui
organ-organ eksresi.

Sistem Peredaran Darah

Sistem kardiovaskuler mendistribusikan darah ke seluruh tubuh melalui sistem


peredaran darah (sirkulasi darah). Sirkulasi darah terbagi menjadi 2 bagian yaitu
sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal.

Sirkulasi pulmonal atau disebut juga sistem peredaran darah kecil adalah sirkulasi
darah antara jantung dan paru-paru. Darah dari jantung (ventrikel kanan) dialirkan
ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Darah ini banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa metabolisme untuk dibuang melalui paru-paru ke
atmosfer. Selanjutnya darah akan teroksigenasi pada kapiler paru dan kembali ke
jantung (atrium kiri) melalui vena pulmonalis.

Sirkulasi sistemik atau peredaran darah besar adalah srikulasi darah dari jantung
(ventrikel kiri) ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru). Darah dari ventrikel kiri
dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta, kemudian aorta bercabang-cabang
menjadi arteri-arteri yang lebih kecil yang tersebar ke seluruh tubuh. Selanjutnya
darah dikembalikan ke jantung (atrium kanan) melalui vena cava.

Sirkulasi darah antara jantung dan seluruh tubuh berjalan satu arah. Darah dari
ventrikel kanan dialirkan ke paru-paru kemudian kembali ke jantung dan
diedarkan ke seluruh tubuh dari ventrikel kiri melalui aorta. Aorta akan bercabang-
cabang menjadi arteri, arteriola dan kapiler. Selanjutnya dikembalikan ke jantung
melalui vena (pembuluh balik).

Jantung Sebagai Pompa

Darah diedarkan ke seluruh tubuh dengan cara dipompa oleh jantung. Secara
fungsional pompa jantung dibagi menjadi pompa jantung kanan yang memompa
darah ke sirkulasi pulmonal dan pompa jantung kanan yang memompa darah ke
sirkulasi sistemik.

Jantung memompa darah dengan cara kontraksi (sistol) dan relaksasi (diastol).
Jantung dapat bekerja dengan cara memompa karena mempunyai lapisan
miokardium yang sangat istimewa. Sifat istimewa dari miokardium adalah :

1. Bekerja secara miogenik dan ritmik

Stimulus awal untuk terjadinya kontraksi jantung berasal dari jantung itu sendiri
yaitu dari nodus sinoatrial (SA node), bukan dari sistem saraf. Pompa jantung ini
bersifat otomatis dan bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan jaringan tubuh
terhadap oksigen dan nutrisi. Setiap menit SA node mencetuskan impuls sekitar
70-80 kali/menit.

2. Perambatan impuls (interkoneksi) antar sel miokardium terjadi sangat cepat

Miokardium terdiri dari dua bagian besar yaitu sinsitium atrium dan sinsitium
ventrikel. Setiap sel miokardium dipisahkan oleh diskus interkalaris yang
memungkinkan perambatan terjadi dengan sangat cepat.

3. Durasi potensial aksi 100 kali lebih lama dari otot rangka

Miokardium mempunyai daya tahan kontraksi lebih lama dari otot rangka. Apabila
dalam satu menit jantung berkontraksi rata-rata 70 kali/menit maka pada seseorang
yang berusia 70 tahun jantung berkontraksi sebanyak 2.540.160.000 kali.

Peristiwa Listrik Pada Jantung

Miokardium seperti halnya otot rangka, dapat berkontraksi setelah diinisiasi oleh
potensial aksi yang berasal dari sekelompok sel konduktif pada SA node (nodus
sinoatrial) yang terletak pada dinding atrium kanan.

Dalam keadaan normal, SA node berperan sebagai pacemaker (pemicu) bagi


kontraksi miokardium. Selanjutnya potensial aksi menyebar ke seluruh dinding
atrium dan menyebabkan kontraksi atrium. Selain menyebar ke seluruh dinding
atrium, impuls juga menyebar ke AV node (nodus atrioventrikular) melalui traktus
internodal, kemudian ke berkas his dan selanjutnya ke sistem purkinye.
Penyebaran impuls pada sistem purkinye menyebabkan kontraksi ventrikel.
Penyebaran potensial aksi pada ventrikel terdiri dari 4 fase yaitu :

1. Fase 0: Initial rapid depolarization.

Pada fase ini terjadi influks natrium akibat pembukaan saluran natrium saat terjadi
peningkatan permeabilitas membran terhadap natrium. Awal depolarisasi adalah
keadaan polarisasi (resting membrane potential) dimana muatan sisi dalam
membran lebih negatif dibanding sisi luar (polarisasi).

2. Fase 1: Brief initial repolarization.

Pada fase ini saluran kalium mulai terbuka.

3. Fase 2: Prolonged plateau.

Pada fase ini saluran lambat natrium dan kalsium terbuka sehingga terjadi
keseimbangan antara influks natiurm dan kalsium serta efluks kalium.

4. Fase 3: Late rapid repolarization dimana terjadi pembukaan saluran lambat


kalium

5. Fase 4: Resting membrane potential (-100 mv)

Fase ini merupakan keadaan membaran istirahat dimana muatan sisi dalam
membran sel menjadi lebih elektronegatif dbanding sisi luar (polarisasi).
Peristiwa Mekanik Pada Jantung

Peristiwa mekanik pada jantung terjadi bersamaan dengan peristiwa listrik pada
jantung. Peristiwa mekanik pada jantung terdiri dari :

1. Fase siklus jantung


2. Urutan kontraksi jantung
3. Perubahan tekanan pada setiap ruangan jantung
4. Peran katup jantung
5. Bunyi jantung

Peristiwa listrik dan mekanik yang terjadi pada jantung dapat dilihat pada diagram
di bawah ini :

Kontraksi Jantung
Jantung bekerja sebagai pompa dengan cara kontraksi (sistol) dan relaksasi
(diastol). Setiap kali sistol dan diastol disebut dengan siklus jantung. Konstraksi
jantung untuk memompa darah terjadi setelah penyebaran potensial aksi baik pada
atrium maupun ventrikel. Ada 2 tipe kontraksi yaitu :

1. Isometric contraction : tegangan otot meningkat tetapi tidak memendek.


2. Isotonic contraction : tegangan otot konstan disertai pemendekan otot.

Kontraksi miokardium baru akan terjadi bila stimulusnya adekwat (cukup) atau
mengikuti Hukum All or None. Kontraktilitas miokardium mengikuti Hukum
Starling dimana kontraktilitas miokardium tergantung kepada regangan otot
jantung pada saat diastol (EDV atau end diastolic volume). Semakin banyak darah
yang mengisi ventrikel pada saat diastol akan semakin meningkatkan regangan
pada miokardium dan menyebabkan peningkatan kontraktilitas otot jantung.

Bunyi Jantung

Pada saat jantung bekerja akan terdengar bunyi "lub" dan "dub". Bunyi tersebut
adalah bunyi S1 dan S2. Bunyi S1 terdengar saat sistol dan S2 saat diastol. Bunui
S1 timbul akibat penutupan katup mitral pada saat sistol ventrikel dan bunyi S2
timbul akibat penutupan katup semilunar pada permulaan diastol ventrikel. Selain
bunyi S1 dan S2, bisa juga terdengar bunyi jantung tambahan yaitu S3 dan S4.

Curah Jantung

Curah jantung atau cardiac output adalah jumlah darah yang dipompa ventrikel
setiap menit, rata-rata berjumlah 4-5 liter/menit. Curah jantung adalah volume
sekuncup (stroke volume) dikalikan dengan frekuensi denyut jantung dalam satu
menit (heart rate). Stroke volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah yang
dipompa ventrikel setiap kali kontraksi.

Curah jantung dipengaruhi oleh latihan fisik (aktivitas), stres, suhu, kehamilan dan
post-prandial. Selanjutnya darah pada sirkulasi sistemik akan diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh, distribusinya adalah sebagai berikut :
Regulasi Jantung

Jantung dapat bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kerja jantung dipengaruhi oleh faktor mekanik, persarafan dan suhu. Regulasi
jantung meliputi regulasi terhadap heart rate, stroke volume, cardiac output dan
blood pressure.

1. Regulasi Heart Rate

Heart rate dipengaruhi sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf
simpatis dengan epinefrin dan norepnefrin sebagai neurotrasmiternya
menyebabkan peningkatan heart rate. Sedangkan sistem saraf parasimpatis melalui
nervus vagus menyebabkan perlambatan heart rate.

Heart rate juga dipengaruhi oleh kemoreseptor dan baroreseptor. Aktivitas


kemoreseptor bertujuan menjaga kecukupan sirkulasi serebral (otak).

2. Regulasi Stroke Volume

Volume sekuncup diatur dengan Mekanisme (hukum) Starling.

3. Regulasi Cardiac Output

Determinan utama dari curah jantung adalah kebutuhan oksigen jaringan dengan
cara autoregulasi intrinsik yang mengubah preload dan stroke volume dan
autoregulasi ekstrinsik atas pengaruh hormon epinefrin.

4. Regulasi Tekanan Darah

Tekanan darah dipengaruhi oleh kemoresptor, tahanan perifer dan volume darah.
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PEMBULUH DARAH DAN
DARAH

PEMBULUH DARAH
Pembuluh darah :
a. Arteri
Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis
Mempunyai dinding yang tebal
Mempunyai jaringan yang elastis
Katup hanya pada pemulaan keluar dari jantung
Menunjukkan adanya tempat untuk mendengarkan denyut jantung
Pembuluh darah arteri yang terbesar adalah Aorta ( yang keluar dari ventrikel
sinistra) dan arteri pulmonalis (yang keluar dari ventrikel dekstra).
Cabang dari arteri disebut Arteriola yang selanjutnya menjadi kapiler.
b. Vena
Membawa darah kotor (sisa metabolisme dan CO2), kecuali vena pulmonalis
Mempunyai dinding yg tipis
Jaringannya kurang elastis
Mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung
Tidak menunjukkan adanya tempat mendengar denyut jantung.
Pembuluh darah vena yang ukurannya besar adalah vena kava dan vena
pulmonalis.
Cabang dari vena disebut venolus/ venula yang selanjutnya menjadi kapiler.

c. Kapiler
Disebut juga pembuluh rambut
Terdiri dari sel-sel endotel
Diameter kira-kira 0,008 mm
Fungsi kapiler:
Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan
Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
Menyerap zat makanan yang terdapat di usus
Menyaring darah yang terdapat di ginjal

Semua pembuluh darah kecuali kapiler terdiri atas tiga lapisan yaitu :
a. Tunika intima/ interna, lapisan dalam yang mempunyai lapisan endotel dan
berhubungan dgn darah.
b. Tunika media, lapisan tengah, terdiri dari jaringan otot, sifatnya elastis dan
termasuk otot polos.
c. Tunika adventisia/ eksterna, lapisan luar, terdiri dari jaringan ikat yang berguna
menguatkan dinding arteri

Perbedaan pembuluh balik/ vena dan pembuluh nadi/ arteri


Yang dibedakan Vena Arteri
Tempat Dekat permukaan Agak ke dalam,
tubuh, tampak tersembunyi
kebiru-biruan
Tebal, kuat dan
Dinding pembuluh Tipis, tidak elastis
elastis
Aliran darah Menuju ke jantung Dari jantung
denyut Tidak terasa Denyut terasa
katup Di sepanjang Hanya di satu
pembuluh tempat dekat
jantung
Tidak memancar, Darah memancar
Jika terluka
hanya menetes ke luar.

Fungsi sirkulasi
a. Arteri
Mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan, untuk ini arteri
mempunyai dinding yang tebal dan kuat krn darah mengalir dengan cepat pada
arteri.
b. Arteriola
Cabang kecil dari arteri. berfungsi sebagai kendali darah yang dikeluarkan ke
dalam kapiler. Arteriol mempunyai dinding otot yang kuat, mampu menutup
arteriol dan melakukan dilatasi beberapa kali lipat
c. Kapiler
Untuk pertukaran cairan, zat makanan elektrolit, hormon dan bahan lainnya antara
darah dan cairan interstisial.
d. Venula
Mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap, bergabung menjadi vena yang
semakin besar
e. Vena
Saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan kembali ke jantung,
karena tekanan pada sistem vena sangat rendah.

DARAH
Darah adalah Suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah, yang
warnanya merah (warna tergantung kadar O2 dan CO2). Karakteristik darah:
Volume darah: 7 – 10% BB (5 Lt pada Dewasa Normal)
Komponen darah: Eritrosit, Leukosit, Trombosit 40-45% Volume darah;
Tersuspensi dalam plasma darah
PH darah : 7,37 – 7,45
Temp : 38 ºc
Viskositas lebih kental dari air dgn BJ 1,041 – 1,067

Fungsi Darah
Sebagai alat angkut
Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dgn perantaraan
leukosit dan antibodi
Menyebarkan panas ke seluruh tubuh

Bagian-bagian darah
a. Sel-sel darah
Eritrosit (sel darah merah)
Leukosit (sel darah putih)
Trombosit (sel pembeku darah).
b. Plasma darah (cairan darah)
A. ERITROSIT
Berbentuk cakram bikonkaf, tidak berinti, dalam 1 mm3 terdapat 5 juta buah sel
darah merah. Membrannya sangat tipis sehingga sangat mudah dilewati gas seperti
O2 dan CO2. Eritrosit Tersusun terutama oleh Hemoglobin (95%)
Produksi Eritrosit (Eritropoesis): di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12,
asam folat, piridoksin (B6). Dipengaruhi oleh O2 dalam Jaringan Masa hidup: 120
hari. Eritrosit tua dihancurkan di sistem Retikuloendotelial (hati dan Limpa).
Pemecahan Hb menghasilakan Bilirubin dan Besi. Besi berikatan dengan Protein
(Transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru
Fungsi eritrosit adalah Transport O2, Sistem Buffer (Berikatan dengan Ion H).

B. LEUKOSIT
Berfungsi untuk melindungi tubuh dari invasi bakteri atau benda asing.
Mempunyai inti, Ukurannya besar dan kemampuannya mengikat warna
dalam 1 mm3 terdapat 6000 – 9000 sel

Ada 5 jenis leukosit :


1) Neutrofil
Neutrofil mempunyai banyak lobus dihubungkan filamen tipis material inti
dinamakan leukosit Polimorfonuklear (PMN), granula berwarna ungu pucat
Neutrofil muncul pada 1 jam pertama awitan reaksi peradangan dan berumur
pendek (Infeksi Akut)
2) Basofil
Basofil adalah leukosit granula berwarna biru, menyerap pewarna yang bersifat
basa
3) Eosinofil
Eosinofil adalah leukosit Granula berwarna merah terang, menyerap pewarna yang
bersifat asam (eosin)
4) Limfosit
Limposit B dan T dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe
Limfosit T fungsinya membunuh sel secara langsung dengan mengeluarkan
limfokin
Limfosit B menghasilkan antibodi
5) Monosit
Monosit diproduksi sumsum tulang, merupakan Leukosit terbesar dan berumur
panjang (Infeksi kronis) sehingga dapat berubah menjadi histiosit jaringan seperti :
sel kuffer di hati, makrofag peritoneal, makrofag alveolar dll.

C. TROMBOSIT
Diproduksi oleh sumsum tulang menjadi megakariosit, tergantung adanya
trombopoetin. Berukuran 2 – 4 um, bentuk tidak teratur, tidak punya inti,
jumlahnya selalu berubah sekitar 150.000 – 450.000 per mm3 darah. Berperan
untuk mengontrol perdarahan.

FISIOLOGI INDRA

Organ sensori tersebar luas dalam epitel, jaringan kulit otot dan tendon.Informasi
mengenai lingkungan interna dan eksterna tiba di SSP melalui reseptor sensorik.
Reseptor sebagai alat transduksi / tranduser yang akan mengubah berbagai bentuk
energy. Reseptor sensorik mungkin merupakan bagian sel khusus/neuron yang
dapat menimbulkan sebuah potensial aksi..
Bentuk energi yang di ubah reseptor : mekanin, suhu, elektromagnetik, dan energi
kimia (bau, rasa)
Reseptor pada masing-masing organ sensorik bersifat spesifik

KLASIFIKASI ORGAN INDRA


Reseptor sensork bersifat khas untuk berespon pada satu bentuk energi tertentu,
jenis resptor berbeda :

Tradisional : Penciuman, Penglihatan, Pendengaran, Pengecapan dan perasaan


kulit
Berdasarkan reseptornya :
Teleseptor : Penerimaan jarak jauh
Eksoresptor : Berhubungan dengan lingkungan luar
Interoseptor : Berhubungan dengan lingkungan dalam
Propripseptor : Memberi informasi mengenai sikap tubuh
Nosiseptor : Reseptor nyeri

FISIOLOGI PENGLIHATAN
Pertimbangan anatomik :
lapisan reseptor
sistem lensa : Untuk memusatkan cahaya pada reseptor
sistem syaraf : Untuk menghantarkan impuls dari reseptor ke otak
Jaringan penyusun organ : sklera, kornea, koroid, lapisan pembuluh darah, retina,
lensa kristalina, zonula zinii, iris, corpus vitreus/humor vitreus, trabekule,
Schlemm

Mekanisme Pembentukan Bayangan


Mata mengubah energi dalam spektrum cahaya yang terlihat menjadi potensial
aksi dalam nervus optikus. Bayangan dari benda sekitar, akan difokuskan pada
retina.Berkas cahaya yang mengenai retina menimbulkan potensial pada sel
batang dan kerucut, Impuls yang dibentuk dalam retina dihantarkan ke korteks
serebri,Timbul kesan penglihatan

Retina
Retina terbentang menyusun 10 lapisan yang mengandung sel batang dan kerucut
(reseptor cahaya).Sel kerucut dan batang bersinaps dalam sel bipolar.Sel bipoler
bersinaps dalam sel ganglion.Akson sel ganglion berkumpul dan meninggalkan
bolamata sebagai nervus optikus.

Lintasan Syaraf
Sel-sel ganglion berkumpul dalam nervus optikus berakhir dalam corpus
geniculatum lateral (talamus).Serabut dari masing-masing hemiretina mengalami
decussatio pada Chiasma optikum
Serabut syaraf yang berasal dari retina kiri dan kanan bersinaps pada Tractus
geniculacalcarinus
Corpus genicultum menghantarkan impuls ke korteks serebri, terdiri dari 6 lapisan
:
- Lapisan 1,4, dan 6 menerima impuls dari kontra lateral
- Lapisan 2,3 dan 5 menerima impuls dari ipsi lateral.

Prinsip Optikus
Berkas cahaya dibelokan atau dibiaskan apabila melintas dari satu medium
masuk kedalam medium yang berbeda kepadatannya, kecuali jika mengenainya
tegak lurus.Sinar sejajar yang menganai lensa bikonveks akan dibiaskan ke satu
titik (Fokus utama) dibelakang lensa.Untuk maksud praktis matematis di kalibarasi
jarak 6 meter sebagai jarak ideal benda ke retina dan dianggap sejajar.Sinar yang
datang kurang dari 6 meter à divergent oleh karena itu memusat pada fokus yang
lebih kebelakang. Lensa bikonkaf menyebabkan divergensi berkas cahaya
Makin besar kecembungan lensa, makin besar kekuatan pembiasannya. Satuan
daya bias (D) dioptri. Dioptri merupakan kebalikan dari jarak fokus utama (f)
dalam meter
Misal : sebuah lensa dengan fokus utama 0,25 meter.
Maka daya bias (D) = 1 / f
= 1 / 0,25
= 4 dioptri
Prinsip optika

FISIOLOGI PENDENGARAN

Pertimbangan anatomik:
Telinga mengandung reseptor untuk 2 jenis sensorik : pendengaran dan
keseimbangan.
Pendengaran : telinga luar, telinga tengah dan kochlea.
Keseimbangan : canalis semisirkuler, utrikulus dan sacculus. membrana
tymphani.
Telinga luar : menyalurkan suara ke dalam meatus akustikus ekternus à meatus
canalis ekternus
Telinga tengah : Maleus, inkus, stapes
Telinga dalam : labirin, cairan perilimfe, membran, endolimfe, cochlea dan organ
korti.

Lintasan Saraf

Nuclei kochlearis
Colliculus inferior
Pusat reflek pendengaran
Corpus geniculatum medi
Talamus
Korteks pendengaran

Penghantaran suara
Telinga mengubah gelombang suara menjadi potensail aksi dalam kochlearis.
Gelombang diubah oleh gendang telinga dan tulang pendengaran menjadi gerakan
tulang stapes.
Gerakan stapes menghasilkan menimbulkan gelombang pada cairan telingan
dalam. Gelombang diterima organ korti, sehingga timbul potensial aksi pada
serabut-serabut syaraf

Fungsi Fisiologis Membran Timpani dan Tulang Pendengaran

Penghantaran tulang telinga tengah. Gelombang suara drai permukaan luar oleh
gerakan membrana timpani (resonator). Stapes,Incus ,Gerakan membrani timpani
diteruslkan pada malleus ,Menggerakan skala vestibuli cochlea yang berisi cairan
endolimfe Selanjutnya dihantarkan ke cochlea, penghantaran udara,penghantaran
Tulang telinga.

FISIOLOGI PENGHIDU DAN PENGECAPAN


Pertimbangan anatomis:
Digolongkan sebagai perasaan visceral karena erat kaitannya dengan fungsi
pencernaan.
Reseptor penciuman dan pengecapan termasuk kedalam kemoreseptor.
Kemoreseptor dirangsang oleh molekul-molekul dalam larutan dalam cairan
hidung dan mulut.
Reseptor penciuman = teleseptor, tidak ada akses ke talamus, tidak memiliki area
proyeksi pada neokorteks
Reseptor pengecapan : naik melalui pangkal otak dan berproyeksi pada gyrus post
centralis ke talamus

FISIOLOGI PENGHIDU
Reseptor penciuman hanya memberi respon terhadap zat yang bersentuhan
dnegan epitel penciuman dan larut dengan lapisan mukus.
Rangsang bau oleh Potensial reseptor, Ada 3 teori
1. Molekul berbau menekan aktifitas sistem enzim epitel à perubahan dan reaksi
kimia
2.Molekul berbau mengubah permukaaan sel-sel reseptor yang menybabkan
perubahan kandungan listriknya.
3. Molekul berbau mengubah permeabilitas membran sel terhadap Natrium
Rangsangan akan diteruskan oleh Bulbus olfaktorius menuju korteks penciuman.

PENCIUMAN
Reseptor dan Lintasan
Reseptor penciuman terletak pada bagian mukosa hidung. Sel-sel penyangga
mengekresi lapisan mukus secara teruis menerus untuk melapisi epitel .Terdapat
sekitar 10-12 juta reseptor dalam mukosa hidung. Tiap sel reseptor penciuman
adalah satu neuron. Neuron penciuman = olfactory rods .Mukosa penciuman
merupakan tempat ujung neuron penciuman. menjulur ke permukaan mucus.
Akson neuron reseptor menembus lamina cribrosa dari os. Ethmoidale dan masuk
ke dalam bulbus olfektorius. Bulbus olfaktory bersinaps membentuk Glomerulo
Olfactory

Diskrimisi penciuman : Manusia dapat membedakan 2000-4000 bau yang berbeda.


Penyebab belum diketahui secara pasti. Bau tertentu terbukti menimbulkan
peningkatan lokal metabolisme.

PENGECAPAN
Lintasan dan Receptor
Organ sensorik = putik mengecap. Tiap putik kecap terdiri dari sel-sel
penyangga dan 5-18 sel rambut à reseptor pengecap.Tiap putik kecap dipersarafi
50 serabut saraf
Pada manusia putik kecap terdapat pada : epiglotis, palatum dan pharink dan
dalam dinding papiula fungiformis dan papila vallatae (lidah)

Lintasan Saraf
Putik Kecap
Nervus Fasialis
Nervus Glossofaringeus
Nervus Vagus
Medula Oblongata ( Traktus Solitarius)
Lemnikus Medialis
Talamus ( bersama sama dengan raba, nyeri dan suhu)

Daerah Proyeksi Pengecapan di Korteks


Cita rasa dasar, ambang rasa dan intensitas diskriminasi

Pada manusia ada 4 cita rasa dasar : manis, asin, pahit dan asam.Pahit dirasakan
pada lidah bagian belakang, asam sepanjang pinggir, manis pada ujung, asin pada
dorsal depan. Ke-4 rasa tersebut juga dapat dirasakan pada palatum, pharink dan
epiglotis.Beberapa penelitian menunjukan putik kecap hanya berespon pada rasa
tertentu.
PERASAAAN KULIT
Raba,Tekan dan Suhu

Organ senserisnya secara spesifik adalah kulit.Terdapat 4 perasaan kulit : raba,


tekan, suhu, nyeri
Mengandung serabut-serabut saraf sensoris, yang ujungnya berperan sebagai
serabut peka rangsang : syaraf telanjang tak bermielin, pelebaran ujung saraf
terminal (markel dan ujung ruffini), ujung yang terselubung (paccini, meisner dan
krause)

Raba dan Tekan


Paling banyak pada kulit jari dan bibir. Relatif sedikit pada kulit tubuh
Informasi raba dihantarkan melalui 2 lintasan : sistem lemnikus dan anterolateral.
Mengandung serabut-serabut saraf sensoris, yang ujungnya berperan sebagai
serabut peka rangsang.

Suhu
Organ perasa suhu adalah ujung-ujung syaraf telanjang yang berespon terhadap
suhu.
gyrus post centralis,thalamus, Serabut bermielin halus adalah traktus
spinothalamikus lateral

Nyeri
Organ senserisnya secara spesifik adalah kulit. Mengandung serabut-serabut saraf
sensoris, yang ujungnya berperan sebagai serabut peka rangsang.

Penghantaran Nyeri
Serabut syaraf delta A : Diameter 2,2 mm, kecepatan 6-70 m/detik, menghantarkan
stimulus menusuk/tajam. Berakhir pada ventro basalis otak, yang selanjutnya
dihantarkan ke korteks
Serabut syaraf delta C : diameter 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2 m/detik,
menghantarkan nyeri tumpul. Berakhir pada arean retikularis dan lamina
nukleus thalamikus, kemudian dihantarkan ke korteks
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF

Jaringan Saraf terdiri dari:


1. Neuron (sel saraf)
Merupakan unit anatomis dan fungsional sistem persarafan
Bagian-bagian dari neuron :
- badan sel (inti sel terdapat didalamnya)
- dendrit : menghantarkan impuls menuju badan sel
- akson : menghantarkan impuls keluar dari badan sel

Klasifikasi neuron berdasarkan bentuk :


A. Neuron unipolar
Terdpt satu tonjolan yg bercabang dua dekat dengan badan sel, satu cabang
menuju perifer & cabang lain menuju SSP (neuron sensorik saraf spinal)
B. Neuron bipolar
Mempunyai dua tonjolan, 1 akson dan 1 dendrit
C. Neuron multipolar
Terdpt beberapa dendrit dan 1 akson yg dpt bercabang-cabang banyak sekali
Sebagian besar organela sel pd neuron terdpt pada sitoplasma badan sel
Fungsi neuron : menghantarkan impuls saraf keseluruh tubuh (somatik dan viseral)
Impuls neuron bersifat listrik disepanjang neuron dan bersifat kimia diantara
neuron (celah sinap / cleft sinaptik)
Zat kimia yg disinteis neuron & disimpan didalam vesikel ujung akson disebut
neurotransmiter yg dpt menyalurkan impuls
Contoh neurotransmiter : asetilcolin, norefineprin, dopamin, serotonin, gama-
aminobutirat (GABA)

2. Sel penyokong (Neuroglia pada SSP & sel schwann pada SST).

Ada 4 neuroglia
- Mikroglia : berperan sbg fagosit
- Ependima : berperan dlm produksi CSF(Cerebro Spinal Fluid)
- Astrosit : berperan menyediakan nutrisi neuron dan mempertahankan potensial
biolelektrik
- Oligodendrosit : menghasilkan mielin pd SSP yg merupakan selubung neuron

3. Mielin
- komplek protein lemak berwarna putih yg menutupi tonjolan saraf (neuron)
- menghalangi aliran ion Na & K melintasi membran neural.
- daerah yg tidak bermielin disebut nodus ranvier
- transmisi impuls pd saraf bermelin lebih cepat dari pada yg tak bermelin, karena
adanya loncatan impuls dari satu nodus kenodus lainnya (konduksi saltatorik)
Pembagian sistem saraf secara anatomi :

1.SSP (Sistem Saraf Pusat)


2.SST (Sistem Saraf Tepi)

1. Sistem Saraf Pusat (SSP)

meliputi otak (ensephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).


Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting
maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak
juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka
akan terjadi radang yang disebut meningitis.
Ketiga lapisan membran meninges dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

1. Durameter; terdiri dari dua lapisan, yang terluar bersatu dengan tengkorak
sebagai endostium, dan lapisan lain sebagai duramater yang mudah dilepaskan dari
tulang kepala. Di antara tulang kepala dengan duramater terdapat rongga epidural.
2. Arachnoidea mater; disebut demikian karena bentuknya seperti sarang
labah-labah. Di dalamnya terdapat cairan yang disebut liquor cerebrospinalis;
semacam cairan limfa yang mengisi sela sela membran araknoid. Fungsi selaput
arachnoidea adalah sebagai bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan
mekanik.
3. Piameter. Lapisan terdalam yang mempunyai bentuk disesuaikan dengan
lipatan-lipatan permukaan otak.

Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)


2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di
dalam sistem saraf pusat

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya
(korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian
tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks
berupa materi putih.

Otak

Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata),
dan jembatan varol.
Otak besar (serebrum)

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu
yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian
korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area
sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur
gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,
menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar
kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih
tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat,
analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian
belakang.

Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar
endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang
mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.

Otak kecil (serebelum)

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan.

Sumsum sambung (medulla oblongata)

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis
menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi
seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.

Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.

Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri
dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu:

Telensefalon (end brain)


Diensefalon (inter brain)
Mesensefalon (mid brain)
Metensefalon (after brain)
Mielensefalon (marrow brain)

Telensefalon(end brain) terdiri dari:


Hemisfer serebri
kortek serebri
sistem limbik (Bangsal ganglia, hipokampus, Amigdala)

Diensefalon (inter brain) terdiri dari:


Epitalamus
Talamus
Subtalamus
Hipotalamus

Mesensefalon (mid brain) terdiri dari:


Kolikulus superior
Kolikulus inferior
Substansia nigra

Metensefalon (after brain) terdiri dari:


Pons
Serebelum
Mielensefalon
Medula oblongata

Sumsum Tulang Belakang (medula spinalis)

Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna
putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada
penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang
terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk
ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang
melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang
melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf
penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori
dan akan menghantarkannya ke saraf motor

Suplai darah otak


Otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :
1. Arteri karotis interna
2. Arteri vertebro basiler

2. Sistem Saraf Tepi

adalah sistem saraf di luar sistem saraf pusat, untuk menjalankan otot dan organ
tubuh.
Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf tepi tidak dilindungi tulang,
membiarkannya rentan terhadap racun dan luka mekanis.

Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadai dan sistem saraf tak sadar (sistem
saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh
otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak
antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.
Gbr. Saraf tepi dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikannya

1. Sistem Saraf Sadar

Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang
keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar
dari sumsum tulang belakang.

Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:

1. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8


2. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
3. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9,
dan 10.

Saraf-saraf kranial

Nomor Nama Jenis Fungsi

I Olfaktori
Sensori Menerima rangsang dari hidung dan menghantarkannya ke otak untuk
diproses sebagai sensasi bau

II Optik
Sensori Menerima rangsang dari mata dan menghantarkannya ke otak untuk
diproses sebagai persepsi visual

III Okulomotor
Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata

IV Troklear
Motorik Menggerakkan beberapa otot mata

V Trigeminal
Gabungan Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk diproses di otak
sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang

VI Abdusen
Motorik Abduksi mata

VII Fasial
Gabungan Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk diproses
di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi wajah

VIII Vestibulokoklear
Sensori Sensori sistem vestibular: Mengendalikan keseimbangan
Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses di otak sebagai suara

IX Glosofaringeal
Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk diproses
di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

X Vagus
Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

XI Aksesori
Motorik Mengendalikan pergerakan kepala

XII Hipoglosal
Motorik Mengendalikan pergerakan lidah

Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang
melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus
membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas
maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak
yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan. Berdasarkan
asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12
pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu
pasang saraf ekor.

Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus.
Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.

a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi


bagian leher, bahu, dan diafragma.
b.Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

2. Saraf Otonom

Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari
sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini
terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang
kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal
ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion
disebut urat saraf post ganglion.

Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak
pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga
mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai
urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang
dibantu.

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis).


Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama cabang-
cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum sambung.
Parasimpatik

mengecilkan pupil
menstimulasi aliran ludah
memperlambat denyut jantung
membesarkan bronkus
menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
mengerutkan kantung kemih

Simpatik

memperbesar pupil
menghambat aliran ludah
mempercepat denyut jantung
mengecilkan bronkus
menghambat sekresi kelenjar pencernaan
menghambat kontraksi kandung kemih

Mekanisme Reflek

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana.
Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan neuron
motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang
paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan
neuron motor.

Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan


dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan
menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui
makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari.

Brikut skema gerak refleks:


Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung
disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung).Hal ini berbeda sekali
dengan ekanisme gerak biasa.
Gerak biasa rangsangan akan diterimaleh saraf sensorik dan kemudian
disampaikan langsung ke ota. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf
motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui
atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang
disaari.

Jalur – jalur saraf saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas refleks dikenal
sebagai lengkung refleks. Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisis
secara umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh. Dari refleks atau respon yang
diberikan oleh anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat diketahui normal
tidaknya fungsi dalam tubuh

Mekanisme Penghantaran Impuls

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia
dan Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi satu
sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf dibagi
menjadi sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri
dari otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi terdiri dari neuron aferen dan
eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem saraf autonom (viseral). Otak dibagi
menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon, metensefalon, dan mielensefalon.
Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal yang memanjang dari
medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke bawah melalui kolumna
vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem saraf tepi
dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah
pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan
arteria karotis interna, yang cabang-cabangnya akan beranastomose membentuk
sirkulus arteriosus serebri Wilisi.

Aliran venanya melalui sinus dura matris dan kembali ke sirkulasi umum melalui
vena jugularis interna. (Wilson. 2005, Budianto. 2005, Guyton. 1997)
Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang
memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi menghambat
ion lainnya. Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak terstimulasi), ion-ion K+
berdifusi dari sitoplasma menuju cairan jaringan melalui membran plasma.
Permeabilitas membran terhadap ion K+ jauh lebih besar daripada permeabilitas
terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion K+ jauh lebih besar
daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan perbedaan
potensial tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma
karena bagian dalam membran lebih negatif daripada bagian luar. Potensial ini
dikenal sebagai potensial istirahat (resting potential). (Snell. 2007)
Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan
yang cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+ berdifusi
melalui membran plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut
menyebabkan membran mengalami depolarisasi. Influks cepat ion Na+ yang
diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial aksi, besarnya sekitar +40mV.
Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung selama sekitar 5msec.
Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera menghilang dan
diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+ mulai
mengalir dari sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke
potensial istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls
saraf. Begitu impuls menyebar di daerah plasma membran tertentu potensial aksi
lain tidak dapat segera dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat dirangsang
ini disebut periode refrakter. Stimulus inhibisi diperkirakan menimbulkan efek
dengan menyebabkan influks ion Cl- melalui membran plasma ke dalam neuron
sehingga menimbulkan hiperpolarisasi dan mengurangi eksitasi sel. (Snell. 2007)

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN WANITA

A. Anatomi Sistem Reproduksi Pria

1. Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum (kantung
zakar) dan testis (buah zakar).
1. Penis
Penis terdiri dari:
Akar (menempel pada didnding perut)
Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).Lubang uretra (saluran
tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis. Dasar glans
penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan
(preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:
2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak
bersebelahan.
Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika
rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak
(mengalami ereksi).

2. Skrotum
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi
testis. Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena
agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan suhu tubuh. Otot kremaster pada dinding skrotum
akan mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari
tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya
menjadi lebih hangat).

3. Testis
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam
skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis
menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone
(LH) juga hormon testosterone. Fungsi testis, terdiri dari :
a) Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus
seminiferus.
b) Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial (sel leydig).

2. Struktur dalamnya terdiri dari : vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan
vesikula seminalis.
Sumber : http://medicastore.com/images/anatomi_pria.jpg
Gambar Anatomi Sistem Reproduksi Pria

1. Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis. Saluran
ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk
duktus ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf)
berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika.

2. Uretra
Uretra memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai bagian dari sistem kemih yang
mengalirkan air kemih dari kandung kemih dan bagian dari sistem reproduksi yang
mengalirkan semen.

3. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan
mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan
akan membesar sejalan dengan pertambahan usia. Prostat mengeluarkan sekeret
cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate akan membendung
uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar
yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
• Lobus posterior
• Lobus lateral
• Lobus anterior
• Lobus medial
Fungsi Prostat: Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna
untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan
vagina.
Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5
cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat.

4. Vesikula seminalis.
Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber
makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen. Cairan
lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar lendir
di dalam kepala penis. Fungsi Vesika seminalis adalah mensekresi cairan basa
yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian besar cairan semen.
5. Epididimis
Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang atas tepi dan
belakang dari testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup kutup
testis, badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan
ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli
eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis
panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara
di duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens
Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma
sebelum di ejakulasi, dan memproduksi semen.

6. Duktus Deferens
Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini
berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang
kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan
selanjtnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostate. Panjang duktus
deferens 50-60 cm.

Bangunan Penyokong atau Penyambung


Funikulus Spermatikus: Bagian penyambung yang berisi duktus seminalis,
pembuluh limfe, dan serabut-serabut saraf.

Struktur Sperma
Sperma diproduksi di testis, organ reproduksi pria. Pria mulai memproduksi
sperma saat pubertas (kurang lebih usia 15 tahun), dan sebagian besar pria
mempunyai sperma dewasa sampai usia tua. Sperma diproduksi sebanyak 300 juta
per hari, dan mampu bertahan hidup selama 48 jam setelah ditempatkan di dalam
vagina sang wanita. Rata-rata volume air mani untuk setiap ejakulasi adalah 2.5
sampai 6 ml, dan rata-rata jumlah sperma yang diejakulasikan adalah 40-100 juta
per ml.
Spermatozoa masak terdiri dari :
1. Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma,
mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian
membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut
akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang
berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum.
2. Leher (cervix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai
penghasil energi untuk pergerakan sperma.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas
deferen dan ductus ejakulotoris.
B. Fisiologi Sistem Reproduksi Pria

1. Hormon pada Laki-laki


a. FSH : Menstimulir spematogenesis.
b. LH : Menstimulir Sel Interstial Leydig untuk memproduksi Testosteron.
c. Testosteron : Bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama organ
seks sekundernya.

Efek hormon testoteron pada pria:


Sebelum lahir:
a. Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna
b. Mendorong penurunan testis ke skrotum

Efek reproduksi : untuk pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi, penting


dalam spermatogenesis, serta untuk pertumbuhan tanda kelamin sekunder

Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa.
Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi spermatozit primer.
Spermatozit primer menjadi spermatozit sekunder. Spermatozit sekunder
berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir spermatogenesis adalah pematangan
spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran spermatozoa adalah 60 mikron.
Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan ekor.

Sumber : http://sandurezu.files.wordpress.com/2010/06/spermatogenesis.jpg
Gambar Proses Spermatogenesis dalam Tubulus Seminiferus

Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.


Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup
pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel,
yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Pematangan sel terjadi di
tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus
seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan
epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalan-pintalan
tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis
umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari
sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia
(spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan
luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia terus-menerus membelah
untuk memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui
tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.

Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau


spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi makan
spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus
berfungsi menghasilkan testosteron.
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang
dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
• LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon
testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder.
• FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan
ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk
memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi
spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis
dan membutuhkan waktu selama 2 hari.

Proses Spermatogenesis :

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :


1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi
(membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-
sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang
bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di
tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia
tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah
beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang
masih bersifat diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan
segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom
(haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II
membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap
terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge).
Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase
yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai
memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding
Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon
inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi
FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper.
Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen
atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 –
400 juta sel spermatozoa.

SISTEM REPRODUKSI WANITA

A. Genetalia Eksterna (vulva) terdiri dari:

1. Tundun (Mons veneris)


Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area
ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi
lemak, terletak di atas simfisis pubis.

2. Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini
bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar
tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia
mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa à panjang 7- 8 cm,
lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara à kedua labia
mayora sangat berdekatan.

3. Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa
rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan
berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium
dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium
vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette

4. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga
sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan
2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.

5. Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula
terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah
muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar
bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan
seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria
gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen

6. Himen (selaput dara)


Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi
sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita
berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku
dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian
posterior

7. Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh
otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk
menjaga kerja dari sphincter ani.

2. Genetalia Interna

1. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak antara
kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding
belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut
portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi:
-Forniks anterior -Forniks dekstra
-Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
a. Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
b. Alat hubungan seks (koitus).
c. Jalan lahir pada waktu persalinan (partus).

2. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna). Bentuk uterus seperti
bola lampu dan gepeng.
a. Korpus uteri : berbentuk segitiga
b. Serviks uteri : berbentuk silinder
c. Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan
ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas.
Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada
wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf.
Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.
b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan
lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot
rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan
serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi
pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat terhenti.
Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum,
yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri
histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi
selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen
bawah rahim dan meregang saat persalinan.
c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar
endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium
ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi
endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan
terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat
mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina.
Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri,
tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang
menyangga uterus adalah:
a) Ligamentum latum ; Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopii.
b) Ligamentum rotundum (teres uteri)
• Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
• Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
c) Ligamentum infundibulopelvikum
• Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
d) Ligamentum kardinale Machenrod
• Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e) Ligamentum sacro-uterinum
• Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju os.sacrum.
f) Ligamentum vesiko-uterinum
• Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan
uterus saat hamil dan persalinan.

3. Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya
antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum
yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil
konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan
hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.

4. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah
tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap
bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira
pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de
graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum
sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesterone
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel
primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan
hormone terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda
seks sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut
pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah
menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan
ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada
estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun
menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih
2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.

D. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

1. Hormon Reproduksi pada wanita


a. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
sekitar sel ovum.
b. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
c. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses
pematangan sel ovum).
d. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH

E. Siklus Menstruasi

Siklus mnstruasi terbagi menjadi 4. Wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap
bulan akan mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1. Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari rahim dan
adanya pendarahanselama 4 hari.
2. Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya
endometrium secara bertahap selama 4 hari
3. Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar
tumbuhnya lebih cepat.
4. Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya penimbunan
glikogen guna mempersiapkan endometrium.

F. Hormon-Hormon Reproduksi

1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling
penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan
ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk
tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan
membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks
dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
2. Progesterone
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta
dapat membentuk hormon HCG.
3. Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar
estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus
sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari
folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini
akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi
memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase
luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum
pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik /
pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh
eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu
(sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar
1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar
10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus
luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan
awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau
urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli
Mainini, tes Pack, dsb).
7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga

Oogenesis
Dari kira-kira 2 juta oosit pada dua ovarium hanya 400 buah yang akan menjadi
folikel matang. Folikel matang berupa kantung kecil dengan dinding sel-sel epitel
di dalam berisi satu sel telur. Folikel menghasilkan hormon estrogen. Tiap bulan
dilepas satu ovum dari sebuah folikel mulai dari seorang wanita mengalami puber
sampai menopause. Setiap ovarium menghasilkan sekitar 20.000 folikel matang.
Sekitar 400.000 dari dua ovarium dapat mematangkan sel telur selama wanita
melewati masa subur. Folikel lainnya mengalami degenerasi. Oogenesis dan
ovulasi terjadi sekali dalam sebulan, bergiliran antara ovarium kiri dan ovarium
kanan.
Proses oogenesis hampir sama dengan proses spermatogenesis. Tahapnya dapat
kita lihat pada Gambar berikut.

Sumber :
http://ldysinger.stjohnsem.edu/ThM_599d_Beg/02_Biology/02_oogenesis.jpg
Gambar Oogenesis

Di dalam ovarium terdapat sel-sel induk yang disebut oogonium. Oogonium


berkembang menjadi oosit primer. Oosit primer mengalami pembelahan secara
meiosis menjadi 2 sel baru yang disebut oosit sekunder. Akan tetapi, ukuran kedua
sel baru ini tidak sama, yang berukuran besar tetap oosit sekunder, yang berukuran
kecil disebut polosit primer atau badan kutub I. Selanjutnya oosit sekunder dan
polosit I yang sudah haploid mengalami pembelahan sekali lagi, masing-masing
menjadi dua sel baru. Oosit sekunder menjadi ootid (n) dan polosit II, sedangkan
polosit primer menjadi 2 polosit II. Lihatlah pada Gambar 9.5b, ootid berukuran
paling besar. Dari keempat buah sel baru tersebut, hanya ootid yang berkembang
menjadi ovum dan fungsional. Tiga sel kutub atau polosit mengalami degenerasi.
Perlu diketahui bahwa sejak bayi perempuan masih berada di dalam kandungan,
ovariumnya telah aktif memulai oogenesis sampai tahap metafase II. Setelah itu
inaktif sampai perempuan mencapai pertumbuhan yang siap untuk mengalami
menstruasi dan menjadi ibu secara biologis. Pada perempuan yang beranjak
remaja, pematangan sel telur dalam folikel hanya melanjutkan tahap telofase II.

FISIOLOGI SISTEM IMUN

Pengertian sistem imun


Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan
manusia sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau
serangan organisme, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem
kekebalan juga berperan dalam perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul
lain seperti yang terjadi pada autoimunitas, dan melawan sel yang teraberasi
menjadi tumor. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan
terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Fungsi dari Sistem Imun

Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam sumsum tulang.
Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel darah putih (termasuk
limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh juga
terdapat di tempat lain.
Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid mengalami proses pematangan sebelum lepas
ke dalam sirkulasi. Proses ini memungkinkan sel T untuk mengembangkan atribut
penting yang dikenal sebagai toleransi diri.
Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan
limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan
para-aorta daerah. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting
dalam pemeriksaan fisik pasien.
Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)
Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan
limpa, jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran
pencernaan, saluran pernafasan dan saluran urogenital.

Mekanisme Pertahanan Non Spesifik

Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik


disebut juga respons imun alamiah.Yang merupakan mekanisme pertahanan non
spesifik tubuh
kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta
kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.Demikian pula sel fagosit
(sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan komplemen merupakan komponen
mekanisme pertahanan non spesifik.

Mekanisme Pertahanan Spesifik

Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi


mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan
spesifik adalah mekanisme pertahanan yang diperankan oleh sel limfosit, dengan
atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti sel makrofag dan
komplemen.
Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan spesifik disebut
juga respons imun didapat. Mekanisme Pertahanan Spesifik (Imunitas Humoral
dan Selular)
Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B
dengan atau
tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh
imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin
yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.
Imunitas selular didefinisikan sebagai suatu respons imun terhadap antigen
yang
diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun
lainnya.

Antibodi (Immunoglobulin)
Antibodi (bahasa Inggris:antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan
struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi
menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap
antigen tersebut. Pembagian Immunglobulin
Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang
memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA
banyak ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum dan
susu) sebagai sIgA (en:secretoryIgA) dalam perlindungan permukaan organ tubuh
yang terpapar dengan mencegah penempelan bakteri dan virus ke membran
mukosa. Kontribusi fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen mukus
memungkinkan pengikatan mikroba
Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer
dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada permukaan
pencerap sel B bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD dapat mengendalikan
aktivasi dan supresi sel B. IgD berperan dalam mengendalikan produksi
autoantibodi sel B. Rasio serum IgD hanya sekitar 0,2%.
Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis
antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang
besar pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersirat dalam
sistem kekebalan yang merespon cacing parasit (helminth) seperti Schistosoma
mansoni, Trichinella spiralis, dan Fasciola hepatica, serta terhadap parasit
protozoa tertentu seperti Plasmodium falciparum, dan artropoda.
Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi monomeris
yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan , yang saling mengikat
dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-binding. Populasi
IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup merata di dalam darah dan
cairan tubuh dengan rasio serum sekitar 75% pada manusia dan waktu paruh 7
hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe.
Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM, macroglobulin) adalah
antibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan rasio serum 13%, IgM
merupakan antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10 area
epitop pengikat, dan teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sebagai respon
imunitas awal (en:primary immune response) pada rentang waktu paruh sekitar 5
hari. Bentuk monomeris dari IgM dapat ditemukan pada permukaan limfosit- B
dan reseptor sel-B. IgM adalah antibodi pertama yang tercetus pada 20 minggu
pertama masa janin kehidupan seorang manusia dan berkembang secara
fitogenetik (en:phylogenetic). Fragmen konstan IgM adalah bagian yang
menggerakkan lintasan komplemen klasik.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung


jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah
jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae,
dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.

A. Tulang
1. Bagian-bagian utama tulang rangka

Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup
yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung bahan kristalin
anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku,
tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat
dan elastis.

Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua kelompok yaitu axial
skeleton dan appendicular skeleton.

1. Axial Skeleton (80 tulang)


Tengkorak 22
buah
tulang
Tulang Frontal 1
cranial (8
tulang) Parietal 2

Occipital 1

Temporal 2

Sphenoid 1

Ethmoid 1
Tulang Maksila 2
fasial (13
tulang) Palatine 2

Zygomatic 2

Lacrimal 2

Nasal 2

Vomer 1

Inferior nasal concha 2


Tulang 1
mandibula
(1 tlng)
Tulang Malleus 2 6
telinga tulang
tengah Incus 2

Stapes 2
Tulang 1
hyoid tulang
Columna Cervical 7 26
vertebrae Thorakal 12 tulang

Lumbal 5

Sacrum (penyatuan dari 5 tl) 1

Korkigis (penyatuan dr 3-5 tl)


1
Tulang Tulang iga 24 25
rongga tulang
thorax Sternum 1
2. Appendicular Skeleton (126 tulang)
Pectoral Scapula 2 4
girdle tulang
Clavicula 2
Ekstremitas Humerus 2 60
atas tulang
Radius 2

Ulna 2

Carpal 16

Metacarpal 10

Phalanx 28
Pelvic Os coxa 2 (setiap os coxa 2
girdle terdiri dari penggabungan 3 tulang
tulang)
Ekstremitas Femur 2 60
bawah tulang
Tibia 2

Fibula 2

Patella 2

Tarsal 14

Metatarsal 10

Phalanx 28
Total 206
tulang

Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :


Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh
Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja
otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system pengungkit
yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.
Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain
Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam
sumsum merah tulang tertentu.

2. Struktur tulang

Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :

Tulang panjang ditemukan di ekstremitas


Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
Tulang pipih pada tengkorak dan iga
Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang
wajah, dan rahang.

Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat,
sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian
tulang paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagai epiphyseyang berbatasan
dengan metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh
memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal
sebagai diaphysisyang berbentuk silindris.

Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system havers, suatu jaringan
(network) saluran yang kompleks yang mengandung pembuluh-pembuluh darah
mikroskopis yang mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang, lacuna, dan ruang-
ruang kecil dimanaosteosit berada.

Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang : sumsum tulang
merah dan kuning. Sumsum tulang merah berfungsi dalam hal hematopoesis,
sementara sumsum kuning mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan
masuk ke aliran darah.Osteogenic cells yang kemudian berdiferensiasi
ke osteoblast (sel pembentuk tulang) danosteoclast (sel penghancur tulang)
ditemukan pada lapisan terdalam dari periosteum.Periosteum adalah lembar
jaringan fibrosa dan terdiri atas banyak pembuluh darah.

Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan vaskuler dengan total
aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit. Setiap tulang memiliki arteri
penyuplai darah yang membawa nutrient masuk didekat pertengahan tulang,
kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah
mikroskopis. Pembuluh darah ini mensuplaicortex, marrow, dan system haverst.

Persarafan, serabut syaraf sympathetic dan afferent (sensori) mempersyarafi


tulang. Dilatasi kapiler darah dikontrol oleh syaraf symphatetic, sementara serabut
syaraf afferent mentransmisikan rangsangan nyeri.

3. Perkembangan dan pertumbuhan tulang

Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :


Tulang didahului oleh model kartilago.
Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus.
Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati dan
meninggalkan ruang-ruang.
Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel
pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel pengikis
tulang (osteoklast). Tulang berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk
kartilago.
Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada
epifisis yang menghasilkan tiga pusat osifikasi.
Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago
yang sehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago
memisah secara vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago sehat
dan meluas mendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati.
Kemudian semua runag mebesar untuk membentuk lorong-lorong vertical
dalm kartilago yang mengalami degenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel
pembentuk tulang.
Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis
berfusi dengan korpus.
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan
hormone sebagai berikut :

ü Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan 90% posfor.
Konsentrasi kalsium dan posfor dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagai
contoh, apabila kadar kalsium tubuh meningkat maka kadar posfor akan
berkurang.

ü Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memilki aksi dalam menurunkan


kadar kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas normal.

ü Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan osteomalacia


pada usia dewasa.

ü Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum menurun, sekresi
hormone paratiroid akan meningkat dan menstimulasi tulang untuk meningkatkan
aktivitas osteoplastic dan menyalurkan kalsium kedalam darah.

ü Growth hormone (hormone pertumbuhan), bertanggung jawab dalam


peningkatan panjang tulang dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk
pada masa sebelum pubertas.

ü Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme protein.

ü Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan menghambat


peran hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti pada saat
menopause, wanita sangat rentan terhadap menurunnya kadar estrogen dengan
konsekuensi langsung terhadap kehilangan masa tulang (osteoporosis). Androgen,
seperti testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa tulang.

2. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-
tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita
fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai dengan
strukturnya.

a. Sendi fibrosa (sinartrodial)

Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan oleh


serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura tulang
tengkorak.

b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)

Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh jaringan
fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus vertebra dan
simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.

c. Sendi synovial (diartrodial)

Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya memungkinkan
gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dll.) tetapi
beberapa sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka).
Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis.
Membran ini mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk melumasi
sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau
berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi normal relatif
kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari
200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuclear. Cairan synovial juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.

Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras dimana
permukaan ini berhubungan dengan tulang lain. Pada beberapa sendi terdapat
suatu sabit kartilago fibrosa yang sebagian memisahkan tulang-tulang sendi (mis.,
lutut, rahang)

Jenis sendi synovial :

a) Sendi peluru, missal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan


gerakan bebas penuh.

b) Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan
contohnya adalah siku dan lutut.

c) Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak
lurus. Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.

d) Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan
rotasi untuk melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.
e) Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan
contohnya adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.

3. Otot Rangka

a. pengertian otot ( musculus)

Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat
bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena
sitoplasma mengubah bentuk. Pada sel – sel, sitoplasma ini merupakan benang –
benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan
maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan
dirinya kearah tertentu (berkontraksi).

b. Ciri-ciri Otot

1. Kontraktilitas

Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga tidak
melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi pada
setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan
pemendekan yang terbatas.

2. Eksitabilitas

Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.

3. Ekstensibilitas

Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot saat
relaks.

4. Elastilitas

Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau


meregang.

OTOT DAN KERJA OTOT

Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi utamanya
adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan
memendekkan (kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot
memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang.

Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian terbesarnya
mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan langsung
dengan tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot dilekatkan
dengan tendon fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti
lembaran (mis.,pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri.
Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control system saraf.

Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot bisep dari
lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya tetap
stasioner dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan
pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan diketahui
sebagai insersio dari otot.

Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat ia
memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan telapak
tengadah karena titik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas adalah
otot ekstensor; otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan
dengan otot bisep.

Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :

a) Bisep kontraksi ? ini adalah penggerak utama

b) Trisep rileks secara refleks ? ini adalah antagonis

c) Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah gerakan berguling

d) Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi bahu

STRUKTUR OTOT RANGKA

Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris tidak
bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak suplai
darah dan saraf. Setiap sel mempunyai banyak nuklei dan mempunyai penampilan
lurik. Dindingnya atau sarkolema, mengandung myofibril yang dibungkus dengan
rapat dalam sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak mitokondria. Warna
merah dari otot berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti hemoglobin
dalam sarkoplasma.

Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara bergantian,
disebut pita I dan A secara berurutan. Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu
mengandung proteinaktin, dan lainnya mengandung protein myosin.

Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama lain,
seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel otot
saling mendekat. Serat otot memendek sampai dengan sepertiga dari panjangnya
saat kontraksi.

Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan, baik tanpa tendon
(otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan tendon pada ujungnya (otot
fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot ini mempunyai rentang gerak yang besar
tetapi relative lemah.
Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai rentang gerak
lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut terhadap arah
tarikan dan menyisip ke dalam tendon sentral atau tendon pengimbang.

HISTOLOGY OTOT

Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri
fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.

Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)

Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm dengan
inti terletak di tengah. Myofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai
corak melintang. Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel otot yang
berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unik fungsional.
Otot polos tidak dibawah pengaruh kehendak.

Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)

Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-100 µm
dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak dipinggir,
dibawah sarcolema.memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot. Beberapa
serabut otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan ikat yang
disebut endomycium. Bebefrapa endomycium disatukan jaringan ikat disebut
perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut
epimycium (fascia). Otot lurik dipersyafi oleh system cerebrosfinal dan dapata
dikendalikan. Otot lurik terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragm, bagian atas
dinding oesophagus.

Otot Jantung

Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat otonom.
Tetapi dapat dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang, saling
berhubungan dengan serabut otot di dekatnya. Intinya berbentuk panjang dan
terletajk di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot rangka.

PERSARAFAN OTOT RANGKA

Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :

1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor
regangan khusus, gelondong otot
2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot

Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior substansia
grisea dalam medula spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama
atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai 200 serat otot. Semua
korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam medulla
spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya,
pada motor end plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan
simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end plate. Asetilkolin bekerja untuk
memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas listrik
untuk menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot
berkontraksi. Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang
terstimulasi. Bila impuls berhenti maka otot rileks.

4. Tendon

Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan otot ke tulang.
Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang. serat
kolagen dianggap sebagai jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.

5. Ligament

Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang, biasanya
di sendi. Ligament memungkinkan dan membatasi gerakan sendi.

6. Bursae

Adalah kantong kecil dari jaringan ikat. Dibatasi oleh membran sinovial dan
mengandung cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian
yang bergerak seperti pada olekranon bursae terletak antara prosesus olekranon
dan kulit

FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total
berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya
agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet.
Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan
(friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik di
lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-
stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan
organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam
berbagai fungsi tubuh vital.

Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu :

1. Epidermis

Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer).


Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas
pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit
tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit
selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis
juga tersusun atas lapisan:

1. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses


melanogenesis.Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis.
Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap
rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte
stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang
terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut.
Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang
berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang
berkulit cerah (misal puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang
lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari
merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan memengaruhi
warna kulit . Sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi
atau demam. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan demikian
akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar
matahari yang berbahaya.
2. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum
tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan
merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel
Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.Sel-sel imun yang disebut sel
Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel
asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu
serangan imun. Sel Langerhans mungkin bertanggungjawab mengenal dan
menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan neoplastik. Sel Langerhans secara fisik
berhubungan dengan saraf-sarah simpatis , yang mengisyaratkan adanya hubungan
antara sistem saraf dan kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker
kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan
rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel Langerhans, mengurangi
kemampuannya mencegah kanker.
3. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
4. Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk)
dan lapisan ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang secara
bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai berikut:

Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar
dimana eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan
serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling melekat erat.Lebih
tebal pada area-area yang banyak terjadi gesekan (friction) dengan permukaan
luar, terutama pada tangan & kaki. Juga merupakan lapisan keratinosit terluar
yang tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti.
Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis
yang homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum
terdiri dari protein eleidin.Merupakan lapisan sel gepeng yang tidak berinti
dan lapisan ini banyak terdapat pada telapak tangan & kaki.
Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat
granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja
sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta
menyediakan efek pelindung pada kulit.2/3 lapisan ini merupakan lapisan
gepeng, dimana sitoplasma berbutir kasar serta mukosa tidak punya lapisan
inti.
Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale.
Sel pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada
sajian mikroskop tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri
yang disebut spinadan terlihat saling berhubungan dan di dalamnya terdapat
fibril sebagai intercellularbridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan
filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas
(kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel
spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan
seperti telapak kaki.
Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada
epidermis, tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk silindris dan
dalam sitoplasmanya terdapat melanin.Pada lapisan basile ini terdapat sel-sel
mitosis.

Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis akan bertambah
tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan
dermis di sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang
essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints.

Pada daerah kulit terdapat juga kelenjar keringat. Kelenjar keringat terdiri dari
fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang
bermuara pada permukaan kulit Membentuk pori-pori keringat. Semua bagian
tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan
telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat
mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat
tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :

Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih,


yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa
mineral, seperti garam, sodium klorida,granula minyak, glusida dan sampingan
dari metabolismaseluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari
telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala.Jumlahnya di seluruh badan
sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada
orang dewasa.Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan
salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak
ada rambutnya.
Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak,puting
susu, pusar, aerah kelamin dan daerah sekitar dubur,(anogenital) menghasilkan
cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap
orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat
menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada
saluran folikel rambut. Kelenjar keringatapokrin jumlahnya tidak terlalu banyak
dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin
mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi
oleh hormon.
2. Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas jaringan
ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan
subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar
3 mm.Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar
minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut
(muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis & tahan lama, berisi jaringan kompleks
ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea, folikel jaringan rambut
& pembuluh darah yang juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam
epidermis.

Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun
utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan
memberikan kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi
bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah
punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu
stratum papilare dan stratum reticular.

1. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri
atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag,
dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis
berada langsung di bawah epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang
dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan
ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut saraf , kelenjar
keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat,
disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan
menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh
dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe,
folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit. Lapisan ini tipis mengandung
jaringan ikat jarang.
2. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas
jaringan ikat padat tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen,
elastin, retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta
fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan
retikularis yang terdapat banyak pembuluh darah , limfe, akar rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebaseus.

Lapisan dermis juga ini mengandung sel-sel khusus yang membantu mengatur
suhu, melawan infeksi, air menyimpan dan suplai darah dan nutrisi ke kulit. Sel-
sel khusus dari dermis juga membantu dalam mendeteksi sensasi dan memberikan
kekuatan dan fleksibilitas untuk kulit. Komponen dermis meliputi:
Pembuluh darah berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrisi ke kulit
dan mengeluarkan produk sampah. Kapal ini juga mengangkut vitamin D dari
kulit tubuh.
Pembuluh getah bening sebagai pasokan (cairan susu yang mengandung
sel-sel darah putih dari sistem kekebalan tubuh) pada jaringan kulit untuk
melawan mikroba.
Kelenjar Keringat untuk mengatur suhu tubuh dengan mengangkut air ke
permukaan kulit di mana ia dapat menguap untuk mendinginkan kulit.
Sebasea (minyak) kelenjar yaitu membantu untuk kulit tahan air dan
melindungi terhadap mikroba. Mereka melekat pada folikel rambut.
Folikel rambut, seperti rongga berbentuk tabung yang melampirkan akar
rambut dan memberikan nutrisi pada rambut.
Sensory reseptor syaraf yang mengirimkan sensasi seperti sentuhan, nyeri,
dan intensitas panas ke otak.
Kolagen protein struktural tangguh yang memegang otot dan organ di
tempat dan memberikan kekuatan dan bentuk ke jaringan tubuh.
Elastin protein karet yang memberikan elastisitas dan membuat kulit
merenggang. Hal ini juga ditemukan di ligamen, organ, otot dan dinding
arteri.

3. Subkutan atau Hipodermis

Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
getah bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit
yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi
sebagai cadangan makanan. Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan
setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur
tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat
penumpukan energi.

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe,
saraf-saraf yang Berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari
pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat
bawah kulit berfungsi sebagaibantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ
tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan
makanan.Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur
tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika
usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun.
Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang
sehingga kulit akan mengendur serta makin ehilangan kontur.

2. Anatomi dan Fisiologi Rambut

Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit terutama. Rambut
muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut yang
berada jauh di bawah dermis. Struktur mirip rambut, yang disebut trikoma, juga
ditemukan pada tumbuhan. Rambut terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan
kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan
bibir.

Pertumbuhan rambut dimulai pada bulanke 3 masajanin. Mula-mula epidermis


mengalami invasike dermis. Pertumbuhan rambut pertama kali terjadi pad adaerah
:alis, dagu, bibir atas selanjutnya diikuti bagian lain yang akan di tutup kulit tipis.
Invasi epidermis ini akan menjadi folikel rambut yang nantinya akan tumbuh
menjadi rambut.Pada bulanke 5 sampaike6 janin mempunyai rambut yang sangat
halus yang disebut Lanugo. Sebelum lahir Lanugo rontok, kecuali pada daerah
:alis, kelopak mata dan kulitkepala. Beberapa bulan setelah lahir, rambut-rambut
ini rontok, diganti yang lebih kasar yang disebut vellus. Padamasapuber :tumbuh
rambut di sekitar saxila dan pubes. Pada pria juga tumbuh kumis, jenggot, dan
lain-lain. Rambut kasar terdapat pada :kepala, alis dan tumbuh pada masapuber,
disebutsebagai “Terminal Hairs”.

Struktur Rambut

Ada dua macam keratin rambut, yaitu :

1. Keratin Lunak :terdapat pada seluruh permukaan kulit, terutama kulit


tebal, yaitu pada bagian medulla rambut. Secara Histologis :terlihat perubahan sel-
sel epidermis : mula-mula sitoplasma mengandung keratohialin berubah menjadi
sel-sel jernih (Str. Lusidum), dan selanjutnya sel-sel mengalami keratinisasi
kemudian desquamasi.
2. Keratin keras :terdapat pada kuku, kutikula dan kortex rambut.
Pembentukannya tidak melalui butir-butir keratohialin, Str. Lusidum, tetapi
perubahannya terjadi perlahan-lahan dari sel-sel epidermis yang tetap hidup,
menjadi keratin. Keratin keras bersifat keras, tidak mengalami desquamasi dan
lebih banyak mengandung sullfur.

Rambut terdiri dari medula yang terdiri dari keratin lunak dan kortex serta kutikula
yang terdiri dari keratin keras.

Medula: Merupakan bagian tengah rambut, terdiri dari sel-sel yang


mengalami keratinisasi. Sel-selnya terpisah satu sama lain, dan antara sel-sel
kadang-kadang terdapat udara / cairan. Bagian ini tak terdapat pada rambut
tipis / halus.
Kortex : Merupakan bagian terbesar dari rambut, terdiri dari sel-sel
berbentuk runcing, yang mengalami keratinisasi dan banyak mengandung
pigmen.
Kutikula : Merupakan membran tipis, terdiri dari sel-sel pipih/gepeng
yang mengalami keratinisasi, transparan. Secara mikroskopis tersusun seperti
genting, terdiri dari 1-3 lapis sel-sel yang sebagian mengalami keratinisasi.

Pada rambut terdapat folikel-folikel rambut. Folikel rambut terdiri dari komponen
dermis dan epidermis. Pada dasarnya folikel rambut bagian dermis terlihat
menonjol, disebut papila yang terdiri dari :jaringan ikat, pembuluh darah dan sel-
sel saraf .Bagian luar papilla diliputi sel-sel epitel yang disebut germinal matrik,
dan ujung folikel rambut tampak membesar. Sel-sel germinal matrik (puncak
papila) berproliferasi membentuk rambut yang dapat tumbuh terus.

Dan untuk warna yang ada pada rambut tergantung kualitas dan kuantitas pigmen
korteks. Bila sedikit / kurang tampak putih. Campuran rambut putih dan
berpigmen, tampak abu-abu (uban). Rambut coklat atau hitam disebabkan oleh
adanya melanin. Melanosit terdapat pada matrix folikel rambut, yang dapat
mengalami mitosis. Melanosit kemudian akan terdorong keatas.

Aliran darah untuk kulit berasal dari subkutan tepat di bawah dermis. Arteri
membentuk anyaman yang disebut retecutaneum yaitu anyaman pembuluh darah
di jaringan subkutan, tepat di bawah dermis. Cabang-cabang berjalan ke
superficial dan kedalam. Fungsi vaskularisasi yang kedalam ini adalah untuk
memelihara jaringan lemak dan folikel rambut.

Cabang yang menembus stratum reticulare, member cabang ke :folikel rambut,


kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Pada perbatasan Str. Reticullare Str.
Papilare membentuk anyaman ke 2 yang disebut Rete Sub Papillare berupa
pembuluh darah yang lebih kecil. Arteriole-arteriole dari retesubpapillare berjalan
kearah epidermis dan berubah menjadi anyaman kapiler (capilary beds). Pembuluh
kapiler ini terdapat pada tepat di bawah epidermis, sekitar matrik folikel rambut,
papilla folikel rambut, sekitar kelenjar keringat dan sebasea. Selain itu di bagian
superfisial di stratum retikulare terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut
pleksuspapilaris.

Pada keadaan temperature udara lebih rendah dari tubuh maka kapiler venulae di
stratum papilare dan subpapilare menyempit sehingga temperature tubuh tidak
banyak yang hilang. Bila udara panas kelenjar keringat aktif memproduksi
keringat kapiler dan venulae dilatasi penguapan keringat.

Ada beberapa fungsi rambut, diantaranya :

Melindungi kulit dari pengaruh buruk:Alis mata melindungi mata dari


keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae).
Menyarig udara pada hidung.
Serta berfungsi sebagai pengatur suhu.
Pendorong penguapan keringat.
Indera peraba yang sensitive.

Saat pertumbuhan rambut terdapat 3 fase yang akan terjadi, diantaranya :

1. Fase pertumbuhan (Anagen)

Sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel lebih
tua ke atas. Aktivitas ini lamanya 2-6 tahun
90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase
pertumbuhan pada satu saat.

2. Fase Peralihan (Katagen)


Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut.
Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian di bawahnya melebar dan
mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada (club)
berlangsung 2-3 minggu.

3. Fase Istirahat(Telogen)

Berlangsung kurang lebih 4 bulan, rambut mengalami kerontokan


50 – 100 lembar rambut rontok dalam tiap harinya. Faktor pendukung terjadinya
kerontokan rambut jika terjadi trauma , stress dan sebagainya.

3. Anatomi dan Fisiologi Kuku

Kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian
terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi
melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang
lembut dan penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku
sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya
akan sulfur.

Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai
darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan. Seperti tulang dan
gigi, kuku merupakan bagian terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat
sedikit. Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 – 1,5 mm,
empat kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki. Pertumbuhan kuku juga
dipengaruhi oleh panas tubuh.
Nutrisi yang baik sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau
kekurangan gizi atau menderita anoreksia nervosa, pertumbuhan kuku sangat
lamban dan rapuh.

Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk yang menebal.


Bagian kuku terdiri dari:

Matriks kukumerupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.


Dinding kuku (nail wall) merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi
bagian pinggir dan atas.
Dasar kuku (nail bed) merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.
Alur kuku (nail grove) merupakan celah antar dinding dan dasar kuku.
Akar kuku (nail root) merupakan bagian proksimal kuku.
Lempeng kuku (nail plate) merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi
dinding kuku.
Lunula merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar
kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit.
Eponikium (kutikula) merupakan dinding kuku bagian proksima, kulit
arinya menutupi bagian permukaan lempeng kuku.
Hiponikium merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (free
edge) menebal.
FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

1. Fisiologi Hormone Hipofisis.


Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar kecil-kecil diameternya kira-kira 1 cm dan
beratnya 0,5-1 gram yang terletak di sela tursika, rongga tulang basis otak, dan
dihubungkan dengan hipotalamus oleh tungkai hipofisis atau hipofisial.

Dipandang dari sudut fisiologi, kelenjar hipofisis dibagi menjadi:


1) Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)
Hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior berperan utama dalam
pengaturan fungsi metabolisme di seluruh tubuh. Hormon-hormonnya yaitu:
a) Hormon Pertumbuhan
Meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara mempengaruhi
pembentukan protein, pembelahan sel, dan deferensiasi sel.
b) Adrenokortikotropin (Kortikotropin)
Mengatur sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya akan
mempengaruhi metabolism glukosa, protein dan lemak.
c) Hormon perangsang Tiroid (Tirotropin)
Mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid, dan
selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi kimia diseluruh tubuh.
d) Prolaktin
Meningkatkan pertunbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.
e) Hormon Perangsang Folikel dan Hormon Lutein
Mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya.

2) Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)


Ada 2 jenis hormon:
a) Hormon Antideuretik (disebit juga vasopresin)
Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan
membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.
b) Oksitosin
Membantu menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu selama
pengisapan dan mungkin membantu melahirkan bayi pada saat akhir masa
kehamilan.

3) Pars Intermedia
Daerah kecil diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative avaskular,
yang pada manusia hamper tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang
rendah ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi.

Pembuluh darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel kelenjar


hipofisis anterior. Pembuluh darah ini berkhir sebagai kapiler pada kedua
ujungnya, dan makanya disebut system portal.dalam hal ini system yang
menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar hipofisis disebut juga system portal
hipotalamus – hipofisis. System portal merupakan saluran vascular yang penting
karena memungkinkan pergerakan hormone pelepasan dari hypothalamus ke
kelenjar hipofisis , sehingga memungkinkan hypothalamus mengatur fungsi
hipofisis. Rangsangan yang berasal dari tak mengaktifkan neuron dalam nucleus
hypothalamus yang menyintesis dan menyekresi protein degan berat molekul yang
rendah. Protein atau neuro hormone ini dikenal sebagai hormone pelepas dan
penghambat. Hormon –hormon ini dilepaska kedalam pembuluh darah system
portal dan akhirnya mencapai sel – sel dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian
kejadian tersebut hormon- hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkt
bersama darah dan merangsang kelenjar-kelenjar lain ,menyebabkan pelepasan
hormon – hormon kelenjar sasaran. Akhirnya hormon – hormon kelenjar sasaran
bekerja pada hipothalamus dan sel – sel hipofisis yang memodifikasi sekresi
hormone.

• Sistem porta hipothalamus – hipofisis

1. Sekresi hormon pelepas hipothalamus dan hormon penghambat ke eminensia


mediana.
Neuron-neuron khusus di dalam hypothalamus mensintesis dan mensekresi
hormone pelepas hypothalamus dan hormone penghambat yang mengatur sekresi
hormone hipofisis anterior. Neuron –neuron ini berasal dari berbagai bagian
hypothalamus dan mengirimkan serat – serat sarafnya nenuju ke eminensia
mediana da tuber sinerum , jaringan hypothalamus yang menyebar menuju tangkai
hipofisis. Bagian ujung serat – serat saraf ini berbeda dengan ujung- ujung serat
saraf umum yang ada di dalam system saraf pusat.dimana funsi serat ini tidak
menghantarkan sinyal – sinyal yang berasal dari neuron ke neuron yang lain
namun hanya mensekresi hormone pelepas dan hormone penghambat
hypothalamus saja ke dalam cairan jaringan. Hormone- hormone ini segera
diabsorbsi ke dalam kapiler system porta hypothalamus dan hipofisis dan langsung
diangkut ke sinu kelenjar hipofisis anterior.

2. Fungsi hormon pelepas dan hormon penghambat dalam hipofisis anterior.


Hormone –hormon pelepas dan hormone – hormone pnghambat berfungsi
mengatur sekresi hormone hipofisis anterior. Untuk sebagian besar hormone
hipofisis , yang penting adalah hormone pelepas ,tetapi untuk prolaktin ,mungkin
sebagian besar hormone penghambat yang mempunyai pengaruh paling banyak
terhadap pengaturan hormone. Hormone – hormone pelepas dan penghambat
hypothalamus yang terpenting adalah :
• TRH : hormone pelepas tiroid yang menyebabkab pelepasan hormone
perangsang tiroid.
• Hormone pelepaS kortikotropin(CRH) : menyebabkan pelepasan
adenokortikotropin.
• Hormone pelepas hormone pertumbuhan (GHRH) : menyebabkan pelepasan
hormone pertumbuhan dan hormone penghambat hormone pertumbuhan (GHIH)
yang mirip dengan hormone somatostatin dan menghambat pelepasan hormone
pertumbuhan.
• Hormone pelepas gonadotropin(GnRH) : menyebabkan pelepasan dari dua
hormone gonadotropik, hormone lutein dan hormone perangsang folikel.
• Hormone penghambat prolaktin (PIH) : menghambat sekresi prolaktin.

3. Daerah –daerah spesifik dalam hipothalamus yang mengatur sekresi faktor


pelepas dan faktor penghambat hipothalamus yang spesifik.
Sebelum diangkut ke kelenjar hipofisis anterior , semua atau hamper semua
hormone hypothalamus disekresi ke ujung serat saraf yang terletak di dalam
eminensia mediana. Perangsangan listrik pada daerah ini merangsang ujung- ujung
saraf dan oleh karena itu pada dasarnya menyebabkan pelepasan semua hormone
hypothalamus. Akan tetapi badan sel neuron yang menyebar ke eminensia
mediana ini terletak di daerah khusus dalam hypothalamus atau pada daerah yang
berdekatan dengan bagian basal otak.

2.Fisiologi Hormon Tiroid.


Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih
kurang 18 gram.
Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh
isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2
cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di
masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini
terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar
tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea
inferior. Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal
dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus
kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan
lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. saraf adrenergik
berasal dari ganglia servikalis dan kolinergik berasal dari nervus vagus.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit kalsitonin.
Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh
parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang
diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah
menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan
dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang
dapat dihambat oleh ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.
Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin
yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan
Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT
yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan
membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini
dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid,
dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma
dalam bentuk PBI (protein binding Iodine).
Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah:
a) Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan
metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini
pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testis
b) Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas
dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih
singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat
dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
c) Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan
saraf dan tulang
d) Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
e) Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan
kontraksi otot dan menambah irama jantung.
f) Merangsang pembentukan sel darah merah
g) Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
h) Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran
tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan
menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi
sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah
akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium
serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet
kalsium dan sekresi gastrin di lambung.

Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid Ada 7 tahap, yaitu:


1. Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal
sel folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa
Na/K tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy
dependent dan membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh
pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K
yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.
2. Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus
dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase.
Bentuk aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan
residu tirosin membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul
tiroglobulin (proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar
iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka akan
makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra
sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih
banyak daripada T4.
3. Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang
terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan
membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta
tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi
molekul tirosin yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin
dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses
eksositosis granula.
4. Penimbunan (storage
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan
disimpan di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan
T4), baru akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
5. Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini
kemudian akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta
iodida. Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.
6. Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan
vesikel yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom
akan mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan
pelepasan T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.
7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)
Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan
kemudian ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah
yaitu Thyroid Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA).
Hanya 0,35% dari T4 total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan
bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada
keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan kadar hormon bebas.
Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah. Pada
seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit
kronik cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah
protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita
pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang
sehingga kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat.
Efek Primer Hormon Tiroid
Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Efek
primer hormon tiroid adalah:
a) Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan
metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat.
b) Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran. Kedua fungsi
bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan
laju metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh
setiap sel.
c) Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga
meningkatkan frekuensi jantung.
d) Meningkatkan responsivitas emosi.
e) Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan
kecepatan kontraksi otot rangka.
f) Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua
sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.
Pengaturan Faal Tiroid
Ada 3 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :
1. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)
Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di
hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang-kadang juga Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
2. TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)
TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid
(TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping,
peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi
hormon meningkat.
3. Umpan balik sekresi hormon
Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain
berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan
mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.
Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan
kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar
hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon
tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak
TSH.

3. Fisiologi Hormon Adrenokortikal.


Kelenjar adrenal (glandula adrenal) pada manusia berbentuk seperti bola.
Merupakan sepasang struktur kecil yang menempel pada bagian atas ginjal dan
kaya akan darah. Masing-masing struktur kelenjar ini memiliki dua bagian, yakni
bagian luar (korteks) dan bagian dalam (medula). Stimulus yang mencekam
menyebabkan hipotalamus mengaktifkan medula adrenal melalui impuls saraf dan
korteks adrenal melalui sinyal hormonal. Medulla adrenal memperantarai respons
jangka pendek terhadap stress dengan cara mensekresikan hormon katekolamin
yaitu efinefrin dan norefinefrin. Korteks adrenal mengontrol respon yang
berlangsung lebih lama dengan cara mensekresikan hormone steroid. (Campbell,
1952 : 146)

Hormon dari kelenjar anak ginjal dan prinsip kerjanya :


No. Hormon Prinsip kerja
1 Bagian korteks
adrenal Mengontol metabolisme ion
a. anorganik
Mineralokortikoid Mengontrol metabolisme
b. Glukokortikoid glukosa
2 Bagian Medula Kedua hormon tersebut
Adrenal bekerja sama dalam hal
berikut :
Adrenalin a. dilatasi bronkiolus
(epinefrin) dan b. vasokonstriksi pada arteri
noradrenalin c. vasodilatasi pembuluh
darah otak dan otot
d. mengubah glikogen
menjadi glukosa dalam hati
e. gerak peristaltik
f. bersama insulin mengatur
kadar gula darah

A. Korteks Adrenal
Kortikosteroid merupakan salah satu hormon yang dikeluarkan oleh korteks
adrenal. Kortikosteroid dibagi menjadi dua kelompok menurut aktifitas
biologisnya, yaitu glukokortikoid yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein. Dan mineralokortikoid yang mempengaruhi pengaturan
elektrolit dan keseimbangan air. Dari korteks adrenal dikenali lebih dari 30 jenis
hormon steroid, namun hanya dua jenis yang jelas fungsional, yaitu aldosteron
sebagai mineralokortikoid utama dan kortisol sebagai glukokortikoid utama.

a. 1. Glukokortikoid
Glukokortikoid adalah golongan hormon steroid yang memberikan pengaruh
terhadap metabolisme nutrisi. Hormon dari golongan ini akan mengaktivasi
protein yang berperan dalam proses metabolisme seperti sintesis glukosa,
pengirisan peptida atau mobilisasi lemak. Penamaan glukokortikoid (glukosa +
korteks + steroid) menunjukkan keberadaan golongan ini sebagai regulator
glukosa yang disintensis pada korteks adrenal dan mempunyai struktur steroid.
Sedikitnya 95% aktivitas glukokortikoid dari sekresi adrenokortikal merupakan
hasil dari sekresi kortisol, yang dikenal juga sebagai hidrokortisol.
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat adalah sebagai berikut:
1. Perangsangan glukoneogenesis dengan cara meningkatkan enzim terkait dan
pengangkutan asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot
2. Penurunan pemakaian glukosa oleh sel dengan menekan proses oksidasi NADH
untuk membentuk NAD+;
3. Peningkatan kadar glukosa darah dan “Diabetes Adrenal” dengan menurunkan
sensitivitas jaringan terhadap insulin.

Efek kortisol terhadap metabolisme protein adalah sebagai berikut:


1. pengurangan protein sel;
2. kortisol meningkatkan protein hati dan protein plasma; dan
3. peningkatan kadar asam amino darah, berkurangnya pengangkutan asam amino
ke sel-sel ekstrahepatik, dan peningkatan pengangkutan asam amino ke sel-sel
hati. Jadi, mungkin sebagian besar efek kortisol terhadap metabolisme tubuh
terutama berasal dari kemampuan kortisol untuk memobilisasi asam amino dari
jaringan perifer, sementara pada waktu yang sama meningkatkan enzim-enzim hati
yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek hepatik.
Efek kortisol terhadap metabolisme lemak adalah sebagai berikut:
1. Mobilisasi asam lemak akibat berkurangnya pengangkutan glukosa ke dalam
sel-sel lemak sehingga menyebabkan asam-asam lemak dilepaskan; dan
2. Obesitas akibat kortisol berlebihan karena penumpukan lemak yang berlebihan
di daerah dada dan kepala, sehingga badan bulat dan wajah “moon face”,
disebabkan oleh perangsangan asupan bahan makanan secara berlebihan disertai
pembentukan lemak di beberapa jaringan tubuh yang berlangsung lebih cepat
daripada mobilisasi dan oksidasinya.

b. 2. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid adalah golongan hormon steroid yang berfungsi meningkatkan
metabolisme hidrat arang, menahan Na+ dan Ce- dalam tubuh, regulasi air.

B. Medula Adrenal
Medula adrenal dianggap juga sebagai bagian dari sistem saraf. Sel-sel
sekretorinya merupakan modifikasi sel-sel saraf yang melepaskan dua hormon
yang berjalan dalam aliran darah: epinephrin (adrenalin) dan norephinephrin
(noradrenalin).
a. Hormon epinephrin (adrenalin)
Peranan adrenalin pada metabolisme normal tubuh belum jelas. Sejumlah
besar hormon ini dilepaskan dalam darah apabila seseorang dihadapkan pada
tekanan, seperti marah, luka, atau takut. Jika hormon adrenalin menyebar di
seluruh tubuh, hormon menimbulkan tanggapan yang sangat luas: laju dan
kekuatan denyut jantung meningkat sehingga tekanan darah meningkat. Kadar
gula darah dan laju metabolisme meningkat. Bronkus membesar sehingga
memungkinkan udara masuk dan keluar paru-paru lebih mudah. Pupil mata
membesar, mempercepat perubahan glikogen menjadi glukosa pada hati,
menaikkan gula darah, dan mengubah glikogen menjadi asam laktat pada otot.
b. Hormon norephinephrin (noradrenalin)
Hormon ini menyebabkan menurunkan tekanan darah dan denyut jantung,
biasanya adrenalin dan non adrenalin bekerja antagonis.

4. Fisiologi Hormon Insulin, Glukagon.


Insulin adalah hormon yang mengatur pusat untuk metabolisme karbohidrat dan
lemak dalam tubuh. Insulin menyebabkan sel-sel di hati, otot, dan jaringan lemak
untuk mengambil glukosa dari darah, menyimpannya sebagai glikogen di hati dan
otot.

Insulin menghentikan penggunaan lemak sebagai sumber energi dengan


menghambat pelepasan glukagon. Dengan pengecualian dari diabetes mellitus dan
sindrom gangguan metabolisme Metabolik, insulin diberikan dalam tubuh dalam
proporsi konstan untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah, yang
sebaliknya akan menjadi racun. Ketika kadar glukosa darah turun di bawah tingkat
tertentu, tubuh mulai menggunakan gula disimpan sebagai sumber energi melalui
glikogenolisis, yang memecah glikogen yang tersimpan di hati dan otot menjadi
glukosa, yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Seperti
tingkat adalahekanisme metabolisme pusat kontrol, statusnya juga digunakan
sebagai sinyal kontrol untuk sistem tubuh lainnya (seperti penyerapan asam amino
oleh sel-sel tubuh). Selain itu, memiliki beberapa efek anabolik lain di seluruh
tubuh.

2. Fungsi
Fungsi insulin yang mengikat :
• Aktivitas hormon
• binding protein
• Proses metabolisme glukosa
• generasi metabolit prekursor dan energi
• respons fase-akut
• permukaan sel reseptor transduksi sinyal terkait
• sel-sel sinyal
• kematian sel
• glukosa transportasi
• negatif dari proses regulasi protein katabolik
• positif regulasi dari proses biosintesis oksida nitrat
• negatif regulasi vasodilatasi
• positif regulasi vasodilatasi
• alpha-beta sel T aktivasi
• regulasi sekresi protein
• positif regulasi sekresi sitokin
• positif regulasi nitrat oksida sintase kegiatan

3. Mekanisme kerja/ fisiologi


Mekanisme kerja insulin dimulai dengan berikatnya insulin dengan reseptor
glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2
subunit yaitu:
a. Subunit α yang besar dengan BM 130.000 yang meluas ekstraseluler terlibat
pada pengikatan molekul insulin.
b. Subunit β yang lebih kecil dengan BM 90.000 yang dominan di dalam
sitoplasma mengandung suatu kinase yang akan teraktivasi pada pengikatan
insulin dengan akibat fosforilasi terhadap subunit β itu sendiri (autofosforilasi).
Kelainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas ataupun keduanya akan
berpengaruh terhadap kerja insulin. Down Regulation adalah fenomena dimana
jumlah ikatan reseptor insulin jadi berkurang sebagai respon terhadap kadar insulin
dalam sirkulasi yang meninggi kronik, contohnya pada keadaan adanya korsitol
dalam jumlah berlebihan. Sebaiknya jika kadar insulin rendah, maka ikatan
reseptor akan mengalami peningkatan. Kondisi ini terlihat pada keadaan latihan
fisik dan puasa.

4. Pengaturan sekresi
Sekresi insulin terutama di atur oleh konsentrasi glukosa darah. akan tetapi asam
amino darah dan faktor-faktor lain juga memengang peranan penting. seperti kita
akan lihat.
Perangsang Sekresi Insulin Oleh Glukosa Darah.
Kadar glukosa darah normal waktu puasa adalah 80 sampai 90 mg/100 ml
kecepatan sekresi insulin minumun. Waktu konsentrasi glukosa darah meningkat
di atas 100 mg/100 ml darah, kecepatan sekresi insulin meningkat cepat mencapai
puncaknya yaitu 10 sampai 20 kalitingkat basal konsentrasi glukosa darah antara
300 dan 400 ml,jadi peningkatan sekresi insulin akibat rangsangan glukosa adalah
dramatis dalam kecepatan dan sangat tingginya kadar sekresi yang di capai.
selanjutnya penghentian sekresi insulin hampir sama cepat terjadi dalam
beberapamenit setelah pengurangan konsentrasi glukosa darah kembali ke tingkat
puasa.

5. Kelainan sekresi/ efek


Jika disuntikkan dosis yang cukup besar dari insulin sintetis itu terjadi penurunan
pada tingkat gula dalam tubuh-jadi, ia mulai mengganggu hipo-glicemic, yang
ditandai dengan kelemahan total, kaki gemetar, kebocoran konsentrasi, berlebihan
keringat. Itu mungkin memiliki efek hilangnya hati nurani yang dapat
menyebabkan koma. Penelitian ini membuktikan bahwa dalam kasus administrasi
yang benar dari insulin, dikombinasikan dengan hormon lain, meningkatkan
perubahan energi pada hal itu mempercepat membangun kembali, itu adalah
meningkatkan kapasitas asimilasi makanan dan nafsu makan.
Pada bentuk glicemic hipo-dimoderasi, dalam tubuh manusia berlangsung reaksi-
defensif mengintensifkan dalam sekresi hormon tumbuh. Dalam beberapa kasus
tingkat bisa meningkat hingga 5-7 kali dibandingkan dengan tingkat normal.
Penggunaan steroid anabolik mengintensifkan aksi insulin sintetik: itu adalah
sintesis matriks intensifyed protein, AND dan ARN. Ini adalah mempercepat
tindakan siklus pentophosphatyc, di mana sintesis protein terjadi.
B. Hormon Glukagon
1. Pengertian
Glukagon adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh pankreas, meningkatkan
kadar glukosa darah. Glukosa disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen, yang
merupakan pati-seperti polimer rantai terdiri dari molekul glukosa. Sel-sel hati
(hepatosit) memiliki reseptor glukagon. Ketika glukagon mengikat pada reseptor
glukagon, sel-sel hati mengubah glikogen menjadi polimer molekul glukosa
individu, dan melepaskan mereka ke dalam aliran darah, dalam proses yang
dikenal sebagai glikogenolisis. Seperti toko-toko menjadi habis, glukagon
kemudian mendorong hati untuk mensintesis glukosa tambahan oleh
glukoneogenesis. Glukagon mematikan glikolisis di hati, menyebabkan
intermediet glikolisis akan shuttled untuk glukoneogenesis.

2. Fungsi
Fungsi molekul reseptor yang mengikat :
• Aktivitas hormon
• glukagon reseptor yang mengikat
Komponen seluler
• ekstraseluler wilayah
• ekstraseluler wilayah
• ruang ekstraseluler
• fraksi larut
• sitoplasma
• membran plasma
• membran plasma
Proses biologis
• proses metabolisme cadangan energi
• sinyal transduksi
• G-protein reseptor ditambah protein signaling jalur
• G-protein signaling, ditambah dengan utusan cAMP kedua nukleotida
• perilaku makan
• proliferasi sel
• negatif pengaturan nafsu makan
• regulasi sekresi insulin
• seluler respon terhadap stimulus glukagon
3. Mekanisme kerja/ fisiologi
Berperan menaikkan kadar gula yang rendah, dan cara kerja hormon ini
merupakan kebalikan hormon insulin. Hormon yang dikeluarkan oleh pankreas
yang berguna untuk meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon memiliki efek
yang berkebalikan dengan insulin. Insulin dikenal sebagai hormon yang
menurunkan kadar glukosa darah. Pankreas melepaskan glukagon bila kadar gula
darah (glukosa) terlalu rendah. Glukagon menyebabkan hati mengubah cadangan
glikogen menjadi glukosa yang kemudian dilepaskan ke aliran darah.
Glukagon dan insulin merupakan bagian dari sistem umpan balik yang membuat
kadar glukosa darah berada pada tingkatan yang stabil
4. Pengaturan sekresi
Peningkatan sekresi glukagon disebabkan oleh:
* Penurunan glukosa plasma (tidak langsung)
* Peningkatan katekolamin - norepinefrin dan epinefrin
* Asam amino plasma Peningkatan (untuk melindungi dari hipoglikemia jika
semua protein-makanan dikonsumsi)
* Sistem saraf simpatis
* Asetilkolin
* Cholecystokinin

Penurunan sekresi (penghambatan) dari glukagon disebabkan oleh:


* Somatostatin
* Insulin (melalui GABA)
* Peningkatan asam lemak bebas dan asam keto ke dalam darah
* Peningkatan produksi urea

5. Kelainan sekresi/efek
Efeknya adalah berlawanan dari insulin, yang menurunkan kadar glukosa darah .
Pankreas melepaskan glukagon ketika gula darah (glukosa) tingkat jatuh terlalu
rendah. Glukagon menyebabkan hati untuk mengubah glikogen yang disimpan
menjadi glukosa, yang dilepaskan ke dalam aliran darah. Kadar glukosa darah
yang tinggi merangsang pelepasan insulin. Insulin memungkinkan glukosa yang
akan diambil dan digunakan oleh jaringan tergantung insulin. Jadi, glukagon dan
insulin adalah bagian dari sistem umpan balik yang membuat kadar glukosa darah
pada tingkat yang stabil. Glukagon milik keluarga beberapa hormon lain yang
terkait.

4. Fisiologi Hormon Paratiroid,Kalsitonin.

Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus


ketiga dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus
keempat cenderung bersatu dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk
kelenjar paratiroid di bagian kranial. Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus
ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian kaudal, yang kadang menyatu dengan
kutub bawah tiroid. Akan tetapi, seringkali posisinya sangat bervariasi. kelenjar
paratiroid orang dewasa terutama mengandung sel utama (chief cell) dan sel
oksifil, terdapat pula sel lemak dalam jumlah sedikit sampai cukup banyak, tetapi
pada sebagian besar binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.
Sebagian besar hormon paratiroid diyakini disekresikan oleh sel utama. Fungsi sel
oksifil masih belum jelas; sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel
utama yang tidak lagi mensekresi sejumlah hormon.

Anatomi
Apabila terjadi pembesaran dari glandula superior maka akan turun
mengikuti gravitasi disekitar atau ke cabang trakeoesofagal dan dapat berada di
inferior dari glandula paratiroid inferior. 5 Kelenjar paratiroid bagian kaudal bisa
dijumpai posterolateral kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam timus, bahkan
berada di mediastinum. Kelenjar paratiroid kadang kala dijumpai di dalam
parenkim kelenjar tiroid.

Glandula paratiroid superior terletak biasa pada posterior terhadap lobus


lateralis tiroidea dalam 1-2 cm sefalad terhadap perpotongan arteri tiroidea inferior
dan nervus laringeus rekurens. Tersering paratiroid menempati posisi yang sama
ditiap sisi. Tetapi bila membesar, sering ia bermigrasi melalui fascia pretrachelis
ke dalam ruang prevertebralis atau turun diatas pedikel vaskular dibawah fasia
yang menanam tiroidea atau bisa terletak dalam celah superfisialis dari tiroidea.
Sangat jarang glandula paratiroidea superior berada tepat di intratiroidea.
Posisi glandula paratiroid inferior lebih bervariasi. Posisinya sering
anterior terhadap nervus laringeus rekurens dekat kutub bawah tiroid. Tetapi
sekitar 20 persen turun lebih caudal dan terletak dalam lobus atas timus. Lebih
lanjut, sekitar 2,5 persen glandula paratiroid inferior terletak persis di intratiroidea,
biasanya dalam sepertiga bawah kelenjar. Glandula paratiroid inferior bisa terletak
pada titik manapun antara os hyoideum dan mediastinum anterior dibawah arcus
aorta.

Biasanya terdapat dua kelenjar paratiroid pada tiap sisi (superior dan
inferior) sehingga total didapatkan ada 4 kelenjar paratiroid. Akan tetapi, jumlah
kelenjar paratiroid dapat bervariasi , yaitu dijumpai lebih atau kurang dari empat
buah. Kelanjar paratiroid berwarna kuning-coklat, dengan bentuk yang
bermacam-macam dan berukuran kurang lebih 3 x 3 x 2 mm, beratnya ±100 mg.
Berat dan ukuran glandula paratiroid pun bervariasi, orang yang kegemukan
mempunyai banyak lemak ekstrasel didalam kapsula paratiroidea. Oleh karena itu,
diperlukan ahli bedah yang berpengalaman untuk dapat mengidentifiksai kelenjar
paratiroid yang normal pada pembedahan tiroid dan paratiroid.

Penyediaan darah arteri ke glandula paratiroidea inferior dan superior


biasanya oleh cabang arteri akhir tersendiri dari arteri tiroidea inferior pada tiap
sisi, walaupun glandula paratiroid inferior dalam mediastinum biasanya dilayani
oleh cabang dari arteri mamaria interna. Drainase vena melalui vena tiroidea
berdekatan ke dalam vena innominata atau vena jugularis interna. Telah
dibuktikan bahwa 1/3 dari glandula paratiroid pada manusia memiliki dua atau
lebih arteri paratiroid. Pembuluh limfe paratiroid beragam dan memiliki hubungan
dengan pembuluh limfe di tiroid dan thymus.

Persarafannya bersifat simpatis langsung dari ganglia sevikalis superior


atau ganglia servikalis media atau melalui pleksus pada fossa di lobus superior.
Persarafannya bersifat vasomotor tetapi tidak sekremotor. Aktivitas paratiroid
dikontrol oleh variasi level kalsium didalam darah fungsinya di hambat oleh
peningkatan kadar kalsium dalam darah dan dirangsang oleh penurunan kadar
kalsium dalam darah.
Fisiologi
Kelenjar Paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid. Hormon paratiroid adalah
suatu hormon peptida yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid, yaitu empat
kelenjar kecil yang terletak di permukaan belakang kelenjar tiroid, satu di setiap
sudut. Hormon Paratiroid bersama-sama dengan vitamin D3 (1,25-
dihydroxycholecalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah.
Sintesis paratiroid hormon dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu
dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium
rendah.

Seperti aldosteron, hormon paratiroid esensial untuk hidup. Efek keseluruhan


Hormon paratiroid adalah meningkatkan konsentrasi kalsium dalam plasma dan
mencegah hipokalsemia. Apabila Hormon paratiroid sama sekali tidak tersedia,
dalam beberapa hari individu yang bersangkutan akan meninggal, biasanya akibat
asfiksia yang ditimbulkan oleh spasme hipokalsemik otot-otot pernapasan. Melalui
efeknya pada tulang, ginjal, dan usus hormon paratiroid meningkatkan kadar
kalsium plasma apabila kadar elektrolit ini mulai turun sehingga hipokalsemia dan
berbagai efeknya secara normal dapat dihindari. Hormon ini juga bekerja
menurunkan konsentrasi fosfat plasma.

Sebagian besar efek hormon paratiroid pada organ sasarannya diperantarai oleh
siklik adenosin monofosfat (cAMP) yang bekerja sebagai mekanisme second
messenger. Dalam waktu beberapa menit setelah pemberian hormon paratiroid,
konsentrasi cAMP di dalam osteosit, osteoklas, dan sel-sel sasaran lainnya
meningkat. Selanjutnya, cAMP mungkin bertanggung jawab terhadap beberapa
fungsi osteoklas seperti sekresi enzim dan asam-asam sehingga terjadi reabsorpsi
tulang, pembentukan 1,25-dihidroksikolekalsiferol di dalam ginjal dan sebagainya.
Mungkin masih ada efek-efek langsung lain dari hormon paratiroid yang fungsinya
tidak bergantung pada mekanisme second messenger.

Homeostasis Kalsium
Hormon paratiroid dan vitamin D menjadi faktor utama yang mengendalikan
metabolisme kalsium.Keduanya mempunyai kerja yang meningkatkan konsentrasi
kalsium serum. Hormon paratiroid terikat ke reseptor dalam tulang dan ginjal serta
mengaktivasi adenilat siklase, sehingga membentuk adenosin monofosfat siklik
(AMP siklik) yang kemudian mengatur enzim intrasel lainnya.

Hormon paratiroid bekerja atas tulang untuk mempercepat resorpsi tulang dan
meningkatkan pembentukan kembali tulang dengan menginduksi aktivitas
osteoklastik dan osteoblastik. Kerjanya atas tubulus renalis untuk menurunkan
resorpsi fosfat dan bikarbonat serta untuk meningkatkan resorpsi kalsium. Hormon
paratiroid mempunyai peranan tidak langsung dalam meningkatkan absorpsi
kalsium gastrointestinalis dengan meningkatkan efek vitamin D. Vitamin D
(kolekalsiferol) di bentuk dalam kulit oleh kerja sinar ultraviolet atas 7
dihidrokolesterol: kemudian ia dihidroksiklasi dalam hati ke 25-
hidroksikolekalsiferol dan diaktivasi lebih lanjut oleh 1-alfahidroksilase dalam
ginjal ke metabolit kuat, 1,25-dihidrosikolekalsiferol. Hormon paratiroid
meningkatkan perubahan 25-hidroksikolekalsiferol ke 1,25-
dihidroksikalekalsiferol. Vitamin D juga menyokong keseimbangan kalsium
positif, terutama dengan meningkatkan absorpsi usus. Walaupun salah satu kerja
vitamin D untuk memobilisasi kalsium dari tulang, namun ia meningkaktan
kalsium dan fosfat dalam cairan ekstrasel, serta efek bersihnya untuk
meningkatkan mineralisasi dan pembentukan kembali tulang (’remodeling’).

Kalsitonin merupakan hormon polipeptida yang berefek hipokalsemik dan


hipofosfatemik. Pertama kali diisolasi dari kelenjar tiroid. Hormon polipeptida ini
terdiri dari residu 32 asam amino yang membentuk rantai tunggal lurus. Sekresi
dan biosintesis kalsitonin dipengaruhi oleh kadar ion Ca++ plasma; bila kadar ion
ini tinggi maka kadar hormon pun meningkat, dan sebaliknya. Pengukuran kadar
kalsitonin dengan cara imunoassay didapatkan, kadar basal kalsitonin < 100 pg/ml.
Pemberian infus Ca++ dapat meningkatkan kadar basal ini sampal 2-3 kali lipat.
Kadar rata-rata kalsitonin pada wanita lebih rendah daripada pria.

Mekanisme kerja Kalsitonin


Efek hipokalsemik dan hipofosfatemik kalsitonin terjadi akibat efek
penghambatan langsung kalsitonin terhadap resorpsi tulang oleh sel-sel osteoklas
dan osteosit. Hormon ini kecuali menghambat resorpsi tulang juga dapat
merangsang pembentukkan tulang oleh osteoblast.
Meskipun kalsitonin dapat mengurangi efek osteolisis HPT, tetapi bukan
merupakan antihormon paratiroid; oleh karenanya tidak menghambat aktivasi
adenil siklase sel tulang maupun ambilan Ca++ ke tulang yang diinduksi oleh
HPT.
Kerja kalsitonin tidak dihambat oleh inhibitor sintesis RNA maupun protein.
Nampaknya sebagian efek kalsitonin diperantarai oleh adanya peningkatan kadar
AMP-sikIik di osteoblas.
Indikasi
Kalsitonin efektif untuk mengurangi hiperkalsemia dan kadar fosfat plasma
penderita hiperparatiroidisme, hiperkalsemia iodiopatik pada bayi, intoksikasi
vitamin D dan osteolisis tulang akibat metastasis.
Sediaan
Potensi kalsitonin ikan salmon pada manusia lebih besar dari kalsitonin babi atau
manusia. Preparat sintetik ikan salmon terdapat dalam bentuk suntikan SK atau
IM, 100 atau 200 tU/ml.

Farmakologi
Efek hipokalsemk dan hipofosfatemik hormon ini dimanfaatkan untuk keadaan
hiperkalsemia, misalnya pada hiperparatiroidisme, hiperkalsemia idiopatik dan
keracunan vitamin D.Kalsitonin juga efektif untuk dekalsifikasi yang dapat terjadi
pada berbagai kelainan, misalnya pada :
1. Osteoporosis yg bertalian dg usia lanjut,
2. Resorpsi tulang yang bertambah pada imobilisasi penderita; dan
3. Paget's disease.

Fungsi Terhadap Tulang


Menurunkan kadar kalsium dengan menghambat resorpsi tulang.
Menghambat pelepasan kalsium dari tulang
Untuk mempertahankan kepadatan tulang
Hormon kalsitonin berfungsi dalam menjaga keseimbangan kalsium dalam
darah. Bila kadar ion kalsium dalam darah meningkat, kadar kalsitonin akan naik
dan mengendapkannya dalam tulang
kalsitonin memastikan bahwa kalsium di dalam tulang dipertahankan dan
tulang mempercepat penyerapan kalsium.
Kalsitonin digunakan sebagai terapi alternatit hormon estrogen, mengurangi
nyeri tulang dan meningkatkan massa tulang belakang. Kalsitonin dapat membawa
manfaat dalam terapi osteoporosis.
Hormon ini akan mengurangi kadar kalsium dalam darah. Hormon ini sangat
penting bagi anak-anak sebagai tulang-tulang mereka masih berkembang.

Efek Samping
Kalsitonin umumnya cukup aman.
Erupsi kulit yang nonspesifik, mual, muntah, diare dan urtikaria dapat terjadi
pada pengobatan dengan kalsitonin.
Peningkatan ekskresi air dan garam yang selintas dapat terjadi pada awal
pengobatan dan diduga karena adanya perbaikan hemodinarnik.
Rasa sakit dan peradangan di tempat suntikan juga dapat terjadi.

6. Akibat kadar hormon yang abnormal.

a. Hormon Lobus Anterior


Abnormalitas sekresi GH
1. Kerdil ( dwarfism). Hiposekresi (defisiensi) GH selama masa kanak-
kanak mengakibatkan pertumbuhan terhenti. Hormon pertumbuhan manusia
digunakan secara terapeutik dalam kasus dwarfism hipofisis.
2. Gigantisme. Hipersekresi (sekresi berlebih) GH selama masa remaja dan
sebelum penutupan lempeng epifis mengakibatkan pertumbuhan tulang panjang
yang berlebihan (gigantisme hipofisis). Jenis sekresi berlebihan inibiasanya
disebabkan oleh tumor hipofisis yang sangat jarang terjadi.
3. Akromegali. Hipersekresi GH setelah penutupan lempeng epifisis tidak
menyebabkan penambahan tulang panjang, tetapi menyebabkan pembesaran
yang tidak proporsional pada jaringan, penambahan ketebalan tulang pipih
pada wajah, dan memperbesar ukuran tangan dan kaki. Hal ini juga tidak
umum.

b. Hormone Lobus posterior : ADH dan oksitosin


Sekresi Abnormal ADH
1. Hiposekresi mengakibatkan diabetes insipidus yang ditandai dengan rasa
haus yang berlebihan, juga produksi urine berlebihan. Hal ini terjadi karena
adanya kerusakan pada hipotalamus atau lobus posterior atau karena kegagalan
ginjal merespon ADH. Kondisi ini diatasi dengan pemberian ADH dalam jumlah
kecil.
2. Hipersekresi kadang terjadi setelah hipotalamus mengalami cedera atau
karena tumor. Hal ini mengakibatkan retensi air, dilusi cairan tubuh, dan
peningkatan volume darah.

c. Kelenjar Tiroid
Abnormalitas Sekresi , terjadi akibat defisiensi iodium, atau malfungsi
hipotalamus, hipofisis, atau kelenjar tiroid.
1. Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hoormon tiroid. Hal ini
mengakibatkan penurunan aktivitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental
lambat, dan peningkatan simpanan lemak Pada orang dewasa, kondisi ini
menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan adanyanya akumulasi air dan
musin dibawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat Pada anak kecil,
hipotiroidisme yang mengakibatjan retardasi mental dan fisik disebut dengan
kertinisme.
2. Hipertiroidisme adalah produksi hormon tiroid yang berlebihan. Hal ini
mengakibatkan aktivitas metabolik meningkat, berat badan turun, gelisah, tremor,
diare, frekuensi jantung meningkat, dan pada hipertiroidisme berlebihan, gejalanya
adalah toksisitas hormon. Hipertiroidisme berlebihan dapat menyebabkan goiter
eksoftalmik(penyakit Grave). gejalanya berupa pembengkakan jaringan dibawah
kantong mata, sehingga bola mata menonjol.Penatalaksanaan . hipertiroidisme
adalah melalui pengangkatan kelenjar tiroid melalui pembedahan atau dengan
iodium radioaktif, yang diareahkan pada kelenjar dan untuk menghancurkan
jaringan.
3. Golter ( Gondok ) adalah pembesaran kelenjar tiroid sampao dua atau tiga
kali lipat. Hal ini terjadi berkaitan dengan hipotiroidisme atau hipertiroidisme
Golter ringan (endemik)berkaitan dengan hipotiroidisme terjadi di daerah yang
mengalami defisiensi iodium.Penurunan konsumsi iodium mengakibatkan
akumulasi tiroglobulin (koloid ) dalam folikel, tetapi juga menurunkan produksi
hormon tiroid. Suplemensi garam dengan iodium telah mengurangi insiden goiter
endemik.
4. Kelenjar Parartiroid
Abnormal Sekresi
Hipersekresi (hiperparatiroidisme) adalah kasus yang jarang terjadi, tetapi dapat
diakibatkan oleh tumor paratiroid. Hipersekresi mengakibatkan peningkatan
aktivitas osteoklas, resorbsi tulang dan dekalsifikasi , serta pelemahan tulang.
o Hiposekresi (hipoparatiroidisme) mengakibatkan penurunan kadar kalsium
darah dan peningkatan iritabilitas sistem neuromuskular. Jika hipersekresi
berlebihan dapat menyebabkan tetanus (kejang otot rangka), yang berakibat fatal
jika tidak segera ditangani.
5. Kelenjar Adrenal
Abnormalitas sekresi Adrenokortikal
o Hiposekresi terjadi karena dekstruksi jaringan kortikal akibat penyakit atau
artrofil, dikenal sebagai penyakit Addison. Penyakit ini mengakibatkan
ketidakseimbangan natrium-kalium darah, pengahitaman kulit( akibat penambahan
ACTH, mirip dengan MSH), dan penurunan kemampuan untuk merespon stres
fisiologis.
o Hipersekresi dapat terjadi akibat tumor adrenal atau akibat peningkatan
produksi ACTH. Efek hipersekresi ini bergantung pada jenis sel dalam korteks
adrenal yang mensekreksi hormon dalam jumlah besar.
a. Aldosteronisme primer adalah sekresi aldosteron yang berlebihan pada zona
glomerulosa. Hal ini mengakibatkan peningkatan natrium tubuh, volume cairan
ekstraselular, curah jantung dan tekanan darah.
b. Cushing’s disease terjadi akibat produksi glukokortikoid berlebihan pada
zona fasikulata. Hal ini mengakibatkan peningkatan mobilisasi protein dan lemak,
sehingga terjadi kelemahan otot dan penumpukan lemak di leher , wajah, dan
trunkus. Peningkatan glukoneogenesis mengakibatkan kadar gula garah sangat
tinggi (diabetes adrena).
c. Sindrom adrenogenital (virilisme adrenal ) terjadi akibat produksi
androgen berlebihan pada zona retikularis.
Konsisi ini mengakibatkan pubertas dini, jika terjadi pada anak prapubertas.
Pada perempuan dewasa,maskulinisasi berupa tumbuhnya rambut pada
wajah, suara yang memberat, dan peningkatan perkembangan otot dapat terjadi.
Maskulinisasi dapat terjadi pada janin yang berjenis kelamin perempuan jika
ibu menderita tumor adrenal atau mengkonsumsi hormon sejenis androgen
(progestin) selama kehamilan.
d. Glukokortikoiddalam jumlah lebih besar dari yang diproduksi tubuh dapat
diinjeksi secara terapeutik untuk mengurangi respons inflamatori dan alergi.
Efek positif dari injeksi glukokortikoid meliputi stabilitasi membran lisosom
dan penurunan permeabelitas kapilar, yang akan menghambat inflamasi.
Egek negatifnya adalah menghambat respon sel darah putih terhadap infeksi
dan menurunkan produksi antibodi sehingga memperlama penyembuhan luka.

6. Pankreas Endokrin
Abnormalitas Sekresi
1. Diabetes melitus terjadi karena defisiensi insulin

a. Jenis – jenis diabetes melitus:


Pada diabetes melitus tipe I, atau diabetes melitis dependen insulin ( insulin-
dependent diabetes melitus(IDDM)), pankreas gagal mensekresi insulin, baik
melalui degenerasi, ataupun inaktivasi sel – sel beta.

Diabetes tipe II atau diabetes melitus dependen noninsulin (nonisulin-dependent


diabetes melitus (NIDDM)), insulin diproduksi oleh sel- sel beta dalam jumlah
normal atau mendekati normal, tetapi sel – sel tubuh tidak mampu
menggunakannya karena defisiensi atau gangguan reseptor insulin.

b. Penyebab diabetes melitus tidak diketahui sepenuhnya, tetapi faktor genetik,


obesitas, penyakit autoimun, dan virus, juga faktor lingkungan, ekonomi, dan
faktor budaya, semuanya dapat mempengaruhi.
c. Gejala Diabetes
Diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia (peningkatatan glukosa darah)
dan gangguan karbohidrat, yang mengakibatkan efek berikut
a) Glukosuria(kehilangan glukosa dalam urine) karena ambang ginjal untuk
mereabsorbsi glukosa membesar.
b) Poliuria (kehilangan natrium dan air dalam julah besar pada urine) terjadi
karena tekanan osmotik yang dibentuk oleh glukosa berlebih dalam tubulus ginjal
dapat mengurangi reabsorbsi air.
c) Polidipsia (rasa haus dan konsumsi air berlebihan) terjadi karena penurunan
volume darah mengaktivasi pusat haus di hipotalamus.
d) Polifagia (nafsu makan besar dan lahap_ terjadi karena kekurangan
karbohidrat dalam sel – sel tubuh.
e) Ketonemia dan ketonuria atau penumpukan asam lemak dan keton dalam
darah dan urine, terjadi katabolisme abnormal kemak sebagai sumber energi. Ini
dapat mengakibatkan asidosis dan koma.
d. Individu penderita diabetes secara statistik memiliki risiko lebih besar
terhadap penyakit jantung koroner, kebutaan, gangguan sirkulasi, infeksi,
penyembuhan yang lambat, gangren dan gangguan ginjal.

2. Hiperinsulinisme lebih jarang terjadi daripada kasus hipoinsulinisme.


Penurunan gula darah (hipoglukemia) menyebabkan kelemahan tubuh,
kecemasan, banyak keringat dan disorientasi mental.

Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

A. Anatomi

Organ pernafasan manusia terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan alveolus. Udara masuk ke dalam lubang hidung melalui rongga hidung yang
didalamnya terdapat conchae dan rambut-rambut hidung. Udara inspirasi berjalan
menuruni trakea, melalui bronkiolus ke alveolus.

Dinding bronkus dan bronkiolus ditunjang juga oleh cincin tulang rawan. Di
ujung bronkiolus terkumpul alveolus, yaitu kantung udara kecil yang dipenuhi oleh
pembuluh kapiler darah dan tempat terjadinya pertukaran gas antara udara dan
darah. Dinding sebelah dalam trakea, bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh epitel
bersilium penghasil lendir sehingga partikel debu yang tidak tertepis di hidung,
terjerat dalam lendir tersebut. Silium-silium menyapu partikel ke trakea, ketika
partikel mendekati glotis terjadilah batuk sehingga dahak keluar dari mulut.
Sedangkan partikel halus akan difagosit di dinding alveolus. Tiap alveolus dilapisi
oleh dua jenis sel epitel. Sel tipe I merupakan sel gepeng yang memiliki perluasan
sitoplasma yang besar dan merupakan sel pelapis utama. Sel tipe II (pneumosit
granular) lebih tebal dan banyak badan inklusi lamellar. Sel-sel ini mensekresi
surfaktan. Terdapat pula sel epitel jenis khusus lainnya dan paru juga memiliki
makrofag alveolus paru (PAMs = Pulmonary Alveolar Macrophages), limfosit, sel
plasma, dan sel mast.

B. Fisiologi Respirasi
1. Mekanisme Pernapasan
Udara dapat masuk ke paru-paru melalui kegiatan otot tertentu. Otot-otot ini
menambah ukuran dada setiap melalukan pernafasan. Pada pernafasan yang normal
dan tenang, inspirasi merupakan proses aktif yang melibatkan kontraksi diafragma
dan otot-otot intercostalis eksterna. Sebaliknya ekspirasi merupakan proses pasif
yang melibatkan recoiling elastic paru-paru dan sangkar toraks(thoracic cage).
Selama inspirasi akan terjadi pelebaran sangkar toraks dan pengembangan paru
sehingga udara dapat masuk ke dalam paru dengan mudah. Selama ekspirasi terjadi

penyempitan sangkar toraks dan pengecilan paru untuk mengambil posisi pra-
inspirasi agar udara dapat meninggalkan paru-paru dengan mudah.12,13

Tekanan di dalam ruangan antara paru-paru dan dinding rongga dada disebut
tekanan intrapleural yang besarnya lebih rendah dari 1 atm setara dengan 756
mmHg. Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah, yaitu menuruni gradien tekanan.2 Udara mengalir masuk dan
keluar paru selama bernapas kerena perpindahan mengikuti gradien tekanan antara
alveolus dan atmosfer yang berbalik arah secara bergantian yang ditimbulkan oleh
aktivitas siklik otot pernapasan. Terdapat tekanan-tekanan yang berbeda yang
berperan penting dalam ventilasi:

1. Tekanan atmosfer (barometric) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat


udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggian dipermukaan
laut, tekanan ini sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring
dengan penambahan ketinggian diatas permukaan laut karena lapisan-lapisan
udara di atas permukaan bumi juga semakin menipis.12
2. Tekanan intra-alveolus yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonal,
adalah tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan
atmosfer melalui saluran napas penghantar. Udara cepat mengalir menuruni
gradien tekanannya setiap kali tekanan intra-alveolus berbeda dari tekanan
atmosfer, udara terus mengalir hingga kedua tekanan seimbang.12
3. Tekanan intrapleura atau tekanan intratoraks adalah tekanan yang ditimbulkan
di luar paru dalam rongga toraks. Tekanan ini lebih rendah dari tekanan
atmosfer, rerata 756 mmHg saat istirahat. Tekanan intrapleura tidak
menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer atau tekanan intra-alveolus
karena kantong pleura merupakan kantong tertutup tanpa pembukaan sehingga
udara tidak dapat masuk atau keluar meskipun terdapat gradien tekanan
berapapun antara rongga pleura dan atmosfer atau paru.12
4. Gradien tekanan transmural adalah selisih perbedaan tekanan yang mendorong
dari tekanan intrapulmonal ke arah tekanan intrapleura (menuruni gradien
tekanan) sehingga paru akan selalu mengembang mengikuti pergerakan dinding
thorax.3 Gambar no 1 menjelaskan teori yang sudah di jelaskan diatas.

Gambar 1. Tekanan yang penting dalam ventilasi.

2. Pertukaran dan Transportasi Gas O2 dan CO2


Oksigen dan CO2 bergerak melintasi membran tubuh melalui proses difusi pasif
mengikuti gradien tekanan parsial. Sebagian O2 larut dalam cairan yang membasahi
epitel tipis dari alveolus. Kemudian O2 berdifusi ke dalam darah yang terdapat
dalam kapiler-kapiler pada dinding alveolus. Secara simultan sebagian CO2 dalam
darah berdifusi ke dalam alveolus yang dapat dihembuskan keluar. Gas-gas
berdifusi menuruni gradien tekan dalam paru-paru dan organ-organ lain. Oksigen
dan karbondioksida berdifusi dari tempat di mana tekanan parsialnya lebih tinggi
ke tempat di mana tekanan parsialnya lebih rendah. Sirkulasi darah kemudian
membawa O2 ke semua sel yang membutuhkan. Sementara itu darah mengambil
CO2 dari sel-sel ini untuk diangkut kembali ke kapiler alveolus.3,14

Pengangkutan O2 tersebut dilakukan oleh Hb yang terkandung di dalam sel


darah merah, hanya 2 – 3% saja yang terlarut di dalam plasma darah. Hb memiliki
kemampuan untuk mengikat dan melepaskan O2 menurut reaksi :

Hb + O 2 HbO 2

Reaksi ke kanan bila di jaringan paru-paru/alveolus dan reaksi ke kiri bila di


jaringan tubuh. Bila pengangkutan O2 dilaksanakan oleh Hb, maka pengangkutan
CO2 dari jaringan ke paru-paru dapat melalui 3 cara, yaitu :

1. CO2 larut secara fisik (sekitar 10%)


2. CO2 terikat dengan Hb (sekitar 30%)
CO 2 + Hb HbCO 2

3. CO2 diubah menjadi HCO3, melalui reaksi kimia yang berlangsung dalam sel
darah merah (sekitar 60%).3
Gambar no 2 menjelaskan mekanisme pertukaran CO2 dan O2 pada terori diatas.
Gambar 2. Mekanisme pertukaran O2 dan CO2.3

3.Kontrol Pernapasan
Laju respirasi sel, bervariasi sesuai dengan aktivitas tubuh. Tubuh bergerak
lebih giat akan meningkatkan kebutuhan O2 20 – 25 kali. Kebutuhan O2 yang
meningkat ini dipenuhi dengan meningkatkan laju dan dalamnya pernafasan.
Pusat kontrol pernafasan terletak pada bagian otak yang disebut medula
oblongata. Bila konsentrasi CO2 dalam darah meningkat, medulla oblongata
menanggapi dengan meningkatkan pertukaran udara dalam paru-paru sehingga
konsentrasi CO2 kembali normal. Selain itu pertukaran udara dalam paru-paru juga

dikontrol secara lokal.

Otot-otot pernapasan, yaitu otot diaphragma dan otot intercostalis externa


untuk dapat menghasilkan aktivitas inspirasi dan ekspirasi, otot-otot ini harus
dikendalikan langsung oleh pusat respirasi di medulla. Terdapat dua kelompok di
medulla yang mengatur pernapasan, yaitu dorsal respiratory group (DRG) dan
ventral respiratory group (VRG). Dorsal respiratory group (DRG) terletak secara
difus pada nucleus tractus solitarius (NTS) yang terdapat pada superior medulla
oblongata terdiri dari saraf-saraf inspirasi. Saat DRG aktif, dia akan menstimulus
otot-otot inspirasi untuk berkonstraksi, maka terjadilah inspirasi. Saat DRG mulai

menghentikan stimulusnya, otot-otot inspirasi akan berelaksasi yang berujung pada


ekspirasi pasif, ekspirasi akan berakhir saat DRG mulai memberikan stimulus
kembali. Ventral respiratory group (VRG) terdapat pada ambigous nucleus dan
retroambigous necleus (keduanya terletak pada medulla oblongata sebelah anterior
dan lateral nucleus tractus solitarius) terdiri dari saraf-saraf inspirasi dan saraf-saraf
ekspirasi, keduanya akan tetap inaktif saat pernapasan normal. VRG akan
diaktifkan oleh DRG hanya saat kebutuhan ventilasi meningkat yaitu saat ekspirasi
aktif dan saat inspirasi dalam.3,11-13

2.1 Perubahan Fisiologi Pada Ketinggian


Di ketinggian terjadi penurunan tekanan barometric, PaO2 dan penurunan
kandungan O2. Keadaan O2 yang kurang optimal yang dikarenakan tekanan
barometrik yang kurang disebut juga hypobaric hypoxia. Semakin meningkatnya
ketinggian tekanan barometrik juga semakin menurun juga tentunya PaO2 juga akan
lebih rendah dari kadar yang seharusnya. Proses kompensasi terjadi di sini yang
disebut dengan acclimatization. Acclimatization adalah Penyesuaian fisiologis
untuk mengkompensasi reduksi dari bioavailabilitas O2. Acclimatization sangatlah
penting karna untuk dapat tinggal di ketinggian dibutuhkan respon ini. Akan tetapi
dalam sistem tubuh manusia aklimatisasi tidak absolut dan juga tidak sepenuhnya
dapat mengkompensasi dari keadaan hipoksia yang kemudian bisa menyebabkan
keadaan patologis karena paparan hipoksia.15,16

Pada orang-orang yang berada di ketinggian dalam waktu singkat dan tidak
dapat menyesuaikan dengan lingkungan dapat meningkatkan risiko penyakit seperti
acute altitude sickness yang menyebabkan edema paru dan edema serebral. Setelah
periode waktu yang lama di ketinggian bisa terjadi Chronic altitude sickness yang
menyebabkan hypertension pulmonal dan komplikasi terkait.17

Saat ini mekanisme perubahan fisiologi selama mendaki gunung sangatlah


bervariasi. Pada penelitian ini kan menjelaskan beberapa mekanisme yaitu sirkulasi
pulmonal, tidur dan periode bernafas, erythropoiesis, hemeostasis cairan dan fungsi
ginjal.

1. Perubahan Sirkulasi Respirasi


Efek langsung dari hipoksia pada ketinggian adalah dengan meningkatnya
respiratory rate, contohnya adalah hiperventilasi paru. Gejala pertama yang terlihat
adalah ketidakseimbangan pernapasan, ketidakseimbangan asam-basa dan
gangguan metabolisme kompleks lainnya. Hiperventilasi pada ketinggian
dikendalikan oleh stimulus organ kemoreseptor perifer sepanjang aorta dan sinus
carotid. Carotid body adalah kelompok yang bervaskularisasi dari neuronlike sel
glomus (type-I) yang dikelilingi oleh type-II cells dan terletak di bifurkasi arteri
karotis. Sel-sel glomus ini sensitif terhadap perubahan tekanan parsial arteri O2,
peningkatan tekanan parsial CO2, dan sel ini memberi sinyal ke pusat pernapasan
di sistem saraf pusat meningkatkan laju dan ventilasi atau hypoxic ventilator
response. Respon kemoreseptor perifer pada pusat pernafasan dipicu di otak pons
dan medulla kemudian sinyal diteruskan ke diafragma, otot interkostal dan paru-
paru meregang untuk memulai HVR. Respon ventilasi ini dimulai dalam beberapa
jam setelah paparan hipoksia yang akan mengembalikan kekuatan difusi dengan
meningkatkan ventilasi alveolar sebesar 25-30% yang mengarah ke peningkatan
tekanan parsial oksigen dalam ruang alveolar.16

2. Perubahan Cardiovascular
Hypoxia menginduksi pengaturan dari respirasi yang berhubungan dengan
perubahan cardio-vascular yang berubah secara signifikan adalah pada
hemodinamik paru yang disebabkan oleh pulmonary hypertension. Pembuluh darah
paru yang di suplai dengan serat saraf simpatis (vasokonstriktor) dan serat saraf
parasimpatis (vasodilator). Regulasi dari serat saraf ini dipengaruhi oleh efek lokal
dari PO2 dan PCO2. Kontraksi dari otot polos vascular dan penyempitan pembuluh
darah menyebabkan hipoksia alveolar. Selanjutnya akumulasi dari CO2
menyebabkan penurunan pH dan menghasilkan vasokontriksi. Vasokontriksi paru
yang muncul ini berhubungan dengan munculnya pulmonal hypertension.18

3. Perubahan Hematological
Darah arteri merupakan prinsip dari pengangkatan oksigen di dalam tubuh,
peningkatan kadar oksigen di arteri adalah hal yang paling penting dalam fisiologi
untuk mengurahi hipoksia dalam jaringan. Selama terpapar dengan hipoksia terjadi
peningkatan kadar oksigen arteri muncul dengan meningkatnya kadar haematocrit,

haemoglobin, dan erythrocyte level. Ini meningkatkan kapasitas dari pengangkatan


oksigen yang membuat sekresi erythropoietin (Epo) dari ginjal ke dalam aliran
darah selama 2-3 jam pada saat terpapar dengan keadaan hipoksia. Epo merangsang
erythropoiesis contohnya adalah dengan sintesis sel darah merah di sumsum tulang
selama di ketinggian. Hipoksia juga meningkatkan ventilasi yang menyebabkan
penurunan alveolar dan arteri PO2 dan arteri [H+] secara bersamaan dengan
peningkatan level serum 2,3-diphosphoglycerate. Selama reduksi dari PCO2 dan
[H+] afinitas haemoglobin untuk O2 meningkat, peningkatan 2,3-
diphosphoglycerate akan mengurangi afiniasnya. Dalam proses pembentukan dan
pembongkaran O2 hemoglobin dipengaruhi oleh faktor-faktor tersesebut.16,18

4. Central nervous system


Pada otak terhitung 20% adalah total dari konsumsi oksigen oleh tubuh. Adaptasi
ventilasi diinduksi perubahan tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2) dan oksigen
(PaO2) juga mengatur cerebral blood flow (CBF). Meskipun peningkatan PaCO2
diketahui menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan CBF, sementara PaCO2 yang
berkurang menyebabkan vasokonstriksi dan penurunan CBF, penurunan PaO2 di
bawah batas tertentu (<40-45 mmHg) juga menghasilkan vasodilatasi otak. Karena
ini, pada paparan hipoksia awal, CBF meningkat karena hipoksia tetapi akan
melemahkan setelah 2–3 hari, karena aklimatisasi ventilasi meningkatkan PaO2 dan
menurunnya PaCO2. Perubahan pada pembuludarah dan terganggunya blood-brain
barrier menyebabkan edema cerebral, secara patologis diklasifikasikan sebagai
acute mountain sickness (AMS) atau bentuk yang lebih ekstrimnya adalah High
Altitude Cerebral Edema (HACE). 16

5. Tidur dan periode pernafasan.


Pada saat tidur kita akan menekan ventilasi, yang akan menyebabkan penurunan
dari alveolar dan arteri PO2 dan peningkatan alveolar dan arteri PCO2. Kondisi
tersebut tidak sama jika di ketinggian, perubahannya adalah pernafasan yang
meningkat, peningkatan PO2, dan penurunan PCO2. Dimana sebagai gantinya dari
ventilasi yang menurun menjadi periodic breathing. Periodic breathing terjadi jika
berada di ketinggian diatas 3000 m diatas permukaan laut. Qualitas dari aktivitas
REM dan non-REM juga terganggu yang di kaitkan dengan sering terbangun yang
mencerminkan gangguan tidur dikarenakan dysrhythmia pernafasan yaitu periodic

breathing. Hal ini bisa timbul dari efek gabungan dari hypocapnia yang mengarah
pada penekanan usaha pernafasan pada tidur NREM, dan hypoxia dimana
menstimulasi apnea dan hyperapnea yang mengakibatkan hipoapnea. Tetapi dengan
adanya aklimatisasi, pola tidur menjadi lebih normal. Tetapi periodic breathing
selama tidur NREM tetap bertahan pada tempat yang lebih tinggi. 18,19

6. Homeostasis cairan dan fungsi ginjal.


Pada individu normal yang mendaki ke ketinggian secara normal akan muncul
diuresis yang persisten selama menetap di ketinggian. Ditambah supresi yang
muncul dari voluntary sodium dan water intake. Respon hormonal memegang
peranan penting dalam regulasi di ketinggian. Dipengaruhi oleh renin-angiotensin-
aldosterone penting dalam regulasi dari respon diuretic. Di permukaan laut, renin
yang disekresi dari ginjal mengubah plasma angiotensinogen menjadi angiotensin
I, dan selanjutnya angiotensin converting enzyme (ACE) mengubah angiotensin I
menjadi angiotensin II. Angiotensin II ini kemudian merangsang sekresi aldosteron
dari kelenjar adrenal dan vasopresin dari kelenjar hipofisis serta meningkatkan
resistensi pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Hypoxia
diuresis response (HDR) merupakan hasil dari berkurangnya konsentrasi
aldosteron peredaran darah serta aktivitas renin, karena aldosteron adalah hormon
anti-diuretik yang memfasilitasi retensi natrium dan air. Penentu yang lebih penting
adalah rasio peningkatan aktivitas renin terhadap konsentrasi aldosteron yang
mengindikasikan berkurangnya respons aldosteron terhadap renin sebagai
konsekuensi dari berkurangnya aktivitas ACE.

Gambar 3 Penyesuaian fisiologi untuk meningkatkan acclimatization pada

hypobaric hypoxia.

7. Saturasi oksigen

Sel darah merah mengandung haemoglobin. Satu molekul haemoglobin dapat


membawa hingga empat molekul oksigen yang disebut dengan oksigen yang
tersaturasi. Jika semua binding side haemoglobin mengikat oksigen maka dikatakan
saturasi oksigennya adalah 100%. Sebagian haemoglobin dalam darah bergabung
dengan oksigen yang melewati paru. Pada individu dengan paru-paru normal,
memiliki saturasi oksigen sebesar 95-100%. Ekstrimnya ketinggian akan
mempengaruhi kadar dari saturasi oksigen yang bisa mencapai 75%.7
8. Pulse Oximetry
Alat yang dapat melakukan pengukuran kadar oksigen pada tubuh yaitu pulse
oximetry yang merupakan suatu metode penggunaan alat untuk memonitor
kandungan oksigen dalam darah tanpa melalui pemeriksaan darah. Pulse oximetry
terdiri dari dua bagian Light emitting diodes (LEDs) dan light detector (satu cahaya
merah dan satu cahaya inframerah) pada satu sisi probe, kedua bagian ini
mentransmisikan cahaya merah dan inframerah melewati pembuluh darah, biasanya
pada ujung jari atau daun telinga, menuju fotodetektor pada sisi lain dari probe.(8)
Agar pulse oksimetry berfungsi, probe harus ditempatkan di mana nadi dapat
dideteksi. LED harus menghadap detektor cahaya untuk mendeteksi cahaya saat
melewati jaringan. Probe memancarkan lampu merah saat mesin dinyalakan. Probe
dirancang untuk digunakan pada jari, jari kaki atau cuping telinga.7

Faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi oksigen mengunakan pulse oximetry


adalah

1. Mengigil atau pergerakan yang berlebihan pada area sensor dapat menggangu
pembacaan SpO2 yang akurat.
2. Cahaya - cahaya terang (cahaya matahari atau cahaya ruang operasi) langsung
pada probe dapat mempengaruhi pembacaan. Lindungi probe dari cahaya
langsung.
3. Volume nadi - oksimeter hanya mendeteksi aliran pulsatil. Ketika tekanan darah
rendah karena syok hipovolemik atau curah jantung rendah atau pasien

mengalami aritmia, nadi mungkin sangat lemah dan oksimeter mungkin tidak
dapat mendeteksi sinyal

4. Vasokonstriksi mengurangi aliran darah ke perifer. Oksimeter mungkin gagal


mendeteksi sinyal jika pasien sangat dingin dan vasokonstricted perifer.
5. Keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pembacaan kejenuhan yang
tinggi. Karbon monoksida mengikat sangat baik ke hemoglobin dan
menggantikan oksigen untuk membentuk senyawa merah terang yang disebut
carboxyhaemoglobin. Ini hanya masalah pada pasien setelah menghirup asap
dari api.

Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan merupakan saluran dengan panjang lebih kurang 9 m yang


dimulai dari mulut, esofagus, lambung, usus dan anus, yang secara garis besar
berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi yang akan
di alirkan ke dalam aliran darah dan membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Anatomi Sistem Pencernaan

Organ-organ sistem pencernaan dapat dipisahkan menjadi dua kelompok utama:


organ-organ utama yang membentuk saluran pencernaan dan organ pencernaan
tambahan.

Organ Pembentuk Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan, juga disebut saluran gastrointestinal, adalah saluran berotot


yang terus-menerus berliku melalui rongga tubuh ventral dan terbuka di kedua
ujungnya. Organ-organnya meliputi:

Mulut
Makanan memasuki saluran pencernaan melalui mulut, atau rongga mulut, rongga
selaput lendir.

Bibir. Bibir (labia) melindungi lubang anterior rongga mulut.


Pipi. Pemembentuk dinding lateral mulut.
Langit-langit. Langit-langit keras membentuk atap anterior, dan langit-
langit lunak membentuk atap posteriornya.
Uvula atau Anak lidah. Uvula adalah proyeksi seperti jari pada langit-
langit lunak, yang membentang lebih rendah dari tepi posterior langit-langit
lunak.
Vestibula. Ruang antara bibir dan pipi secara eksternal dan gigi serta gusi
secara internal disebut vestibula.
Rongga mulut. Area dimana terdapat susunan gigi dan lidah.
Lidah. Lidah berotot menempati dasar mulut dan memiliki beberapa
ikatan tulang – dua di antaranya adalah tulang hyoid dan proses styloid pada
tengkorak.
Frenulum lingual. Frenulum lingual, lipatan selaput lendir yang menahan
lidah di dasar mulut dan membatasi gerakan posteriornya.
Amandel Palatine. Jaringan limfatik pada ujung rongga mulut.
Amandel lingual. Amandel lingual adalah penutup pangkal lidah bagian
luar.

Faring

Dari mulut, makanan melewati orofaring dan laringofaring.

Orofaring. Orofaring adalah bagian posterior ke rongga mulut.


Laringofaring. Laringofaring berhubungan langsung dengan
kerongkongan/esofagus di bawahnya; keduanya merupakan jalan masuk untuk
makanan, cairan, dan udara.

Esofagus

Esofagus atau kerongkongan, saluran antara faring dan diafragma sebelum


makanan masuk ke lambung.
Ukuran dan fungsi. Panjangnya sekitar 25 cm (10 inci), pada dasarnya
adalah saluran yang membawa makanan secara peristaltik dari faring ke perut.
Struktur. Dinding organ saluran pencernaan dari kerongkongan ke usus
besar terdiri dari empat lapisan atau tunik jaringan dasar yang sama.
Mukosa. Mukosa adalah lapisan terdalam, membran lembab yang
melapisi rongga, atau lumen, organ; terutama terdiri dari epitel permukaan,
ditambah sejumlah kecil jaringan ikat (lamina propria) dan sedikit lapisan otot
polos.
Submukosa. Submukosa ditemukan tepat di bawah mukosa; yang
merupakan lapisan jaringan ikat lunak yang mengandung pembuluh darah,
ujung saraf, nodul limfa, dan pembuluh limfatik.
Muscularis externa. Muscularis externa adalah lapisan otot yang
biasanya terdiri dari lapisan melingkar dalam dan lapisan longitudinal luar sel
otot polos.
Serosa. Serosa adalah lapisan terluar dari dinding yang terdiri dari satu
lapisan sel penghasil cairan serosa datar, peritoneum visceral.
Pleksus saraf intrinsik. Dinding saluran pencernaan mengandung dua
pleksus saraf intrinsik yang penting – pleksus saraf submukosa dan pleksus
saraf mienterika, yang keduanya merupakan jaringan serabut saraf yang
merupakan bagian dari sistem saraf otonom dan membantu mengatur
mobilitas dan aktivitas sekretorik dari saluran pencernaan.
Lambung

Lambung atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah sekat
rongga badan. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan
dicerna dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap.

Lokasi. Lambung berbentuk C berada di sisi kiri rongga perut, dibalik hati
dan diafragma.
Fungsi. Lambung bertindak sebagai “tangki penyimpanan” sementara untuk
makanan serta tempat untuk pemecahan makanan.
Katup. Sphinchter cardioesophageal atau katup kardioesofagal adalah katup
yang memungkinkan makanan masuk dari esofagus ke lambung, posisinya
terletak di bagian atas lambung dan di bagian bawah esofagus di mana
makanan memasuki lambung dari kerongkongan.
Fundus. Fundus adalah bagian lambung yang melebar ke daerah jantung.
Body. Body adalah bagian tengah lambung, yang semakin ke bawah semakin
menyempit dan disebut antrum pilorik, kemudian bagian ujungnya disebut
pilorus dan berbentuk corong.
Pilorus. Pilorus adalah bagian paling akhir dari lambung yang mana
merupakan pintu sambungan dengan usus kecil melalui sfingter atau katup
pilorus.
Ukuran. Panjang lambung bervariasi dari 15 hingga 25 cm, tetapi diameter
dan volumenya tergantung pada seberapa banyak makanan yang
dikandungnya; ketika penuh, dapat menampung sekitar 4 liter (1 galon)
makanan, tetapi ketika kosong akan kembali ke bentuk normalnya.
Rugae. Mukosa lambung yang terdiri dari lipatan-lipatan yang
memungkinkan lambung untuk membesar dan kembali ke keadaan normal
sesuai dengan seberapa banyak makanan yang masuk.
Mukosa Lambung. Mukosa lambung adalah epitel kolumnar sederhana yang
seluruhnya terdiri dari sel-sel lendir yang menghasilkan lapisan pelindung
lendir alkali yang kaya bikarbonat yang menempel pada mukosa lambung dan
melindungi dinding lambung dari kerusakan oleh asam dan enzim.
Kelenjar lambung. Lapisan yang mulus ini dihiasi dengan jutaan lubang
lambung dalam, yang mengarah ke kelenjar lambung yang mengeluarkan
larutan yang disebut getah lambung atau gastric juice.
Faktor intrinsik. Beberapa sel lambung menghasilkan faktor intrinsik, zat
yang dibutuhkan untuk penyerapan vitamin b12 dari usus kecil.
Sel kepala. Sel-sel utama menghasilkan enzim pencerna protein, kebanyakan
berupa pepsinogens.
Sel parietal. Sel-sel parietal menghasilkan asam hidroklorat korosif, yang
membuat isi lambung bersifat asam dan mengaktifkan enzim.
Sel enteroendokrin. Sel-sel enteroendokrin menghasilkan hormon lokal
seperti gastrin, yang penting untuk aktivitas pencernaan lambung.
Chyme. Setelah makanan diproses, menyerupai krim kental yang disebut
chyme.

Usus Halus (Intestinum)

Usus halus merupakan saluran terpanjang yang terdiri dari tiga bagian, yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Panjang usus halus sekitar 6 hingga 8 meter yang dibagi menjadi 3 bagian, yakni:
duodenum (± 25 cm); jejunum (± 2,5 m); dan illeum (± 3,6 m).

Di duodenum bermuara kantung empedu dari hati (hepar) dan pankreas. Kantung
empedu mensekresikan empedu yang berfungsi untuk mengemulsi lemak.
Sementara pankreas menghasilkan getah pankreas yang tersusun dari:
1. Amilase/amylopsin : memecah amilum menjadi disakarida
2. Tripsinogen : akan diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin yang
berfungsi merubah protein menjadi asam amino.
3. Lipase : memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol
4. NaHCO3 : memberi suasana pH menjadi basa

Di usus halus juga diproduksi enzim enterokinase dan erepsinogen. Enterokinase


adalah enzim yang mengubah tripsinogen menjadi tripsin dan mengubah
erepsinogen menjadi erepsin. Tripsin dan erepsin berfungsi untuk mencerna
protein menjadi asam amino.

Hasil pencernaan selanjutnya akan menuju ke usus penyerapan (ileum). Di dalam


usus ini, sari-sari makanan akan diserap melalui jonjot-jonjot usus atau vili dan
selanjutnya akan diedarkan ke seluruh tubuh. Khusus untuk hasil pencernaan
lemak tidak diangkut lewat pembuluh darah melainkan melalui pembuluh getah
bening.

e. Usus Besar (Colon)

Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus yang memiliki tambahan usus
yang berupa umbai cacing (appedix). Usus besar terdiri dari tiga bagian yaitu
bagian naik (ascending), mendatar (tranverse), dan menurun (descending). di usus
besar tidak terjadi pencernaan. Semua sisa makanan akan dibusukkan dengan
bantuan bakteri E. coli dan diperoleh vitamin K. Di bagian akhir usus besar
terdapat rektum yang bermuara ke anus untuk membuang sisa makanan.
Fungsi Sistem Pencernaan

Fungsi sistem pencernaan adalah:

Ingesti: proses menelan. Makanan harus dimasukkan ke dalam mulut sebelum


dapat di proses di saluran pencernaan; ini adalah proses masuknya makanan ke
saluran pencernaan.

Propulsi. Jika makanan diproses oleh lebih dari satu organ pencernaan, mereka
harus didorong dari satu organ ke organ lainnya; Menelan adalah salah satu contoh
pergerakan makanan yang sangat tergantung pada proses propulsi yang disebut
peristaltik (gelombang kontraksi dan relaksasi otot-otot di dinding organ).

Digesti Mekanis: pencernaan mekanis. Pencernaan mekanik menyiapkan


makanan untuk degradasi lebih lanjut oleh enzim dengan secara fisik memecah-
mecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Contoh-contoh
pencernaan mekanik adalah: pencampuran makanan di mulut dengan lidah,
pengadukan makanan di perut, dan segmentasi di usus kecil.

Digesti Kimia: pencernaan bahan kimia. Urutan langkah-langkah di mana


molekul makanan besar dipecah menjadi molekul-molekul kecil oleh enzim yang
disebut pencernaan kimia.

Absorpsi. Pengangkutan produk akhir yang dicerna dari lumen saluran pencernaan
ke darah atau getah bening disebut proses absorpi atau penyerapan, dan agar
penyerapan terjadi, makanan yang dicerna harus terlebih dahulu memasuki sel
mukosa melalui proses transpor aktif atau pasif.

Sekresi/Defekasi. Buang air besar adalah eliminasi residu yang tidak dapat
dicerna dari saluran pencernaan melalui anus dalam bentuk feses.
10

Anda mungkin juga menyukai