“KERJA JANTUNG”
Disusun Oleh:
Nama : Annida Legi
NRM : 1304617032
Kelompok :2
Kelas : Pendidikan Biologi A
Dosen Pengampu : Dr. Rusdi, M.Biomed.
Asisten : Mia Tanti Annisa
Bagian-bagian yang tampak berdenyut adalah sinus venosus, atrium kanan dan kiri
serta ventrikel. Setelah diastol, jantung akan beristirahat sesaat (refrakter) sebelum
melakukan sistol berikutnya. Jika rangsangan diberikan pada waktu jantung refrakter
dan sistol, maka ritme jantung tidak terganggu. Tetapi bila rangsang diberikan pada saat
diastol, akan menghasilkan ekstra sistole yang disusul dengan refrakter sebelum
melakukan sistol berikutnya yang lama atau compensatory pause.
Jaringan otot jantung terdiri atas sinsisium serabut-serabut otot yang satu dengan
yang lain tidak terpisahkan. Setiap impuls yang timbul di jantung akan disebar ke
seluruh otot jantung, dengan demikian kontraksinya akan selalu bersifat wall or nonew.
Disamping itu, kuat kontraksinya otot sangat ditentukan oleh panjang awal dari serabut-
serabutnya. Satu sifat utama otot jantung adalah kemampuannya untuk membangkitkan
sendiri impuls irama denyut jantung (otomasi jantung).
Jantung yang dikeluarkan dari tubuh mampu tetap berkontraksi ritmis. Pada amfibia
dan reptilia, irama ditentukan oleh sinus venosus. Otot jantung peka terhadap
perubahan-perubahan metabolitik, kimia dan suhu. kenaikan suhu meningkatkan
metabolis dan frekuensi denyut jantung. Siklus jantung dimulai dari potensial aksi
spontan di SA node yang dijalarkan ke kedua atrium kemudian lewat nodus AV ke
ventrikel. karena adanya pengaturan khusus sistem konduksi dari atrium ke ventrikel,
terjadi keterlambatan penghantaran impuls dari atrium ke ventrikel, sehingga atrium
selalu lebih dulu berkontraksi daripada ventrikel. Proses kontraksi dan relaksasi (systole
dan diastole) dari atrium maupun ventrikel pada keadaan normal akan terjadi terus-
menerus. Dalam keadaan normal kontraksi ventrikel lebih besar daripada kontraksi
yang terjadi di atrium jantung atau hampir tidak terlihat kontraksi atriumnya.Denyut
jantung berasal dari system konduksi jantung dan menyebar ke seluruh bagian
myocardium. Struktur yang membentuk system konduksi adalah nodus sinoatrial,
lintasan interoda atrium, nodus atrio ventrikuler. Dalam keadaan normal nodus
mengeluarkan impuls paling cepat sehingga merupakan pemacu jantung.
(Ganong,1995).
Peningkatan suhu tubuh, seperti terjadi pada seseorang yang menderita demam, akan
sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung, kadang-kadang dua kali lebih cepat dari
frekuensi denyut normal. Penurunan suhu sangat berpengaruh pada penurunan
frekuensi denyut jantung, sehingga turun sampai serendah beberapa denyut per menit
seperti terjadi pada seseorang yang mendekati kematian akibat hipotermia (suhu tubuh
dalam kisaran 45-65 derajat Fahrenheit. Penyebab Pengaruh ini kemungkinan karena
panas meningkatkan permeabilitas membran otot jantung terhadap ion yang mengatur
frekuensi denyut jantung menghasilkan peningkatan proses perangsangan sendiri.
Jantung sering dipercepat secara temporer melalui suatu peningkatan suhu yang
sedang, seperti saat tubur sedang berolahraga, tetapi peningkatan suhu yang lama akan
melemahkan sistem metabolik jantung dan akhirnya menyebabkan kelemahan. Fungsi
optimal jantung sangat bergantung pada pengaturan suhu tubuh oleh mekanisme
pengaturan suhu.
Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. jantung katak maupun mamalia
mempunya centrum automasi sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah
diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh. Secara
anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan
satu ventrikel. Sinus venosus adalah ruangan sekitar jantung. Melalui pengamatan
darah mengalir melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke atrium dan mengisi
ruang ventrikel sebelum darah dipompa kembali oleh otot$ otot di ventrikel keseluruh
tubuh. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus dan kemudian
mengalir menuju ke atrium. Dari atrium, darah mengalir ke ventrikel yang kemudian di
pompa keluar melalui arteri pulmonalis. Secara garis besar peredaran darah katak sama
seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui vena darah
terlebih dahulu mengisi sinus venosus. jantung katak memiliki respon yang kurang
lebih sama dengan jantung manusia, contohnya denyut jantung akan meningkat saat
panas dan melambat saat dingin, kerjanya dapat dipengaruhi oleh hormone, dan
memiliki band moderator.
The frog heart has 3 chambers: two atria and a single ventricle.
The atrium receives deoxygenated blood from the blood vessels (veins) that drain the
various organs of the body.
The left atrium receives oxygenated blood from the lungs and skin (which also serves
as a gas exchange organ in most amphibians).
Both atria empty into the single ventricle.
While this might appear to waste the opportunity to keep oxygenated and deoxygenated
bloods separate, the ventricle is divided into narrow chambers that reduce the mixing
of the two blood.
So when the ventricle contracts,
o oxygenated blood from the left atrium is sent, relatively pure, into the carotid
arteries taking blood to the head (and brain);
o deoxygenated blood from the right atrium is sent, relatively pure, to
the pulmocutaneous arteries taking blood to the skin and lungs where fresh oxygen
can be picked up.
o Only the blood passing into the aortic arches has been thoroughly mixed, but even
so it contains enough oxygen to supply the needs of the rest of the body.
Note, that in contrast to the fish, both the gas exchange organs and the interior tissues
of the body get their blood under full pressure.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
2. Cara Kerja
Rata-rata denyut
Kelompok BB (x) xy x2 y2
jantung/menit (y)
1 49.8 55.4 2758.92 2480.04 3069.16
2 42.9 52.6 2256.54 1840.41 2766.76
3 60.65 60.8 3687.52 3678.423 3696.64
Rata-rata 51.168 56.27 2900.993 2666.291 3177.52
Suhu (x) 50 C 25 0 C 40 0 C
Denyut (y) 48 47 51
V. PEMBAHASAN
Kegiatan 1. Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak
Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara berat tubuh dengan denyut
jantung seekor katak. Dengan objek percobaannya yaitu 3 ekor katak dengan ukuran dan
berat tubuh yang berbeda.
Berdasarkan perhitungan korelasi pada tabel, didapatkan nilai korelasi yaitu 0.99
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara berat badan (x) dengan
frekuensi denyut jantung (y). Para ahli fisiologis telah menentukan bahwa jumlah energi
yang diambil hewan untuk mempertahankan setiap gram bobot tubuhnya berbanding
terbalik dengan ukuran tubuhnya. Setiap gram katak, misalnya, mengonsumsi energi
sekitar sepuluh kali lebih besar daripada satu gram gajah (meskipun keseluruhan individu
gajah itu mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada keseluruhan individu katak itu).
Semakin tinggi laju metabolisme, jaringan tubuh hewan yang lebih kecil memerlukan
laju pengiriman oksigen (O2) ke jaringan yang lebih tinggi secara proporsional.
Berkorelasi pula dengan laju metabolismenya yang tinggi, hewan yang lebih kecil juga
memiliki laju respirasi, volume darah (relatif terhadap ukuran tubuhnya), dan laju denyut
jantung yang lebih tinggi (Campbell, 2004).
Sehingga diperoleh korelasi antara berat badan dengan frekuensi denyut jantung
berbanding terbalik. Karena, semakin besar berat badan suatu makhluk hidup maka
semakin kecil frekuensi denyut jantungnya.
Saat jantung katak ditetesi air dingin, pembuluh darah jantung bervasokonstriksi
(menyempit), sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke
seluruh tubuh menyebabkan pasokan darah yang beredar dan kembali ke jantung akan
mengalir lebih lambat dan menyebabkan jantung berdenyut lebih lambat.
Kondisi sebaliknya terjadi pada penetesan air bersuhu tinggi pada jantung katak.
Dengan meningkatnya suhu jantung, maka otot pembuluh akan berelaksasi dan pembuluh
darah akan bervasodilatasi(melebar) sehingga aliran darah ke seluruh tubuh semakin
lancar dan denyut jantung akan menjadi semakin cepat.
Suhu tubuh merupakan faktor yang menentukan pacu jantung. Menurut referensi,
adanya peningkatan suhu sebesar 1°C dapat meningkatkan denyut jantung sekitar 10
denyut per menit. (Campbell, 2004). Adanya perbedaan antara hasil pengamatan dengan
teori, dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil
percobaan dengan teori, yakni suhu air yang digunakan baik air es, ledeng dan air panas
tidak berada dalam suhu yang stabil. Dengan kondisi demikian tentunya sangat
berpengaruh pada hasil yang diperoleh.
Pada percobaan ternyata didapat ada katak (katak 3) yang memiliki rata-rata denyut
jantung tidak stabil pada saat suhu dinaikkan. Hal ini dikarenakan kurang telitinya
praktikan saat mengamati kecepatan denyut jantung dimana sebenarnya kecepatan denyut
jantung katak saat ditetesi larutan ringer pada suhu kamar mungkin kembali dalam keadaan
normal. Penurunan suhu sangat menurunkan frekuensi denyut jantung, sehingga adanya
penurunan suhu hingga beberapa derajat, dapat menurunkan jumlah denyut yang
dihasilkan per menitnya (Guyton dan Hall, 2007).
Kekuatan kontraksi jantung sering dipercepat secara temporer melalui suatu
peningkatan suhu yang sedang, seperti yang terjadi saat tubuh berolahraga, tetapi
peningkatan suhu yang lama akan melemahkan sistem metabolik jantung yang akhirnya
menyebabkan kelemahan. Karena itu, fungsi optimal jantung sangat bergantung pada
pengaturan suhu tubuh oleh mekanisme pengaturan suhu (Guyton dan Hall, 2007). Faktor
lain yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan hasil dengan referensi, adalah kondisi
fisik pada tiap katak yang mungkin berbeda serta perubahan suhu yang cepat pada setiap
air yang digunakan.
Ketika pengamatan berlangsung, terlihat pula bahwa kontraksi jantung yang ada pada
jantung katak terdiri dari kontraksi atrium dan kontraksi ventrikel, hal tersebut dapat
diketahui pada perubahan warna jantung, dimana saat jantung berkontraksi, maka warna
jantung menjadi pucat, dan saat jantung relaksasi, warnanya menjadi merah kecoklatan.
Kedua macam kontraksi tersebut menunjukkan bahwa siklus jantung terdiri dari sistole
dan diastole. Systole merupakan periode kontraksi ventrikel, saat jantung memompakan
darah-nya dari ventrikel ke sirkulasi pulmonal (memompa darah menuju ke paru-paru)dan
ke sirkulasi sistemik (memompa darah ke seluruh tubuh). Sedangkan diastole
menunjukkan periode relaksasi ventrikel (atrium) saat ventrikel menerima darah dari
atrium.
VI. KESIMPULAN
1. Struktur darah tersusum atas plasma darah dan serum darah (eritrosit, leukosit,
trombosit)
2. Sel darah merah pada manusia dan katak memiliki perbedaan bentuk, yaitu pada
katak berebntuk oval dan manusia berbentuk bulat bikonkaf. Pada katak eritrosit
memiliki inti sel, sedangkan manusia tidak,
3. Larutan isotonis yang paling maksimal untuk menjaga sel darah merah pada manusia
tetap berada pada kondisi aslinya adalah NaCl 0,9%, sedangkan pada sel darah katak
adalah NaCl 0,7%. Ketika larutan isotonis lebih besar, sel darah dapat mengalami
hemolisis dan pada akhirnya terjadi krenasi. Namun, ketika larutan isotonis lebih
rendah, sel darah merah dapat mengembang, karena air dari lingkungan masuk
kedalam sel tersebut.
4. Hemin merupakan penyusun hemoglobin (pigmen warna merah) pada sel darah
merah dan dapat dijadikan indikator suatu zat dikatakan sebagai darah. Dengan
adanya hemin pada darah, dapan menjadi indicator bahwa suatu sample dikatakan
sebagai darah, karena terdapat hemin didalamnya.
5. Fibrin adalah protein plasma yang berperan dalam proses pembekuan darah dan
peristiwa utama dalam proses pembentukan bekuan darah adalah perubahan fragmen
fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.
DAFTAR PUSTAKA
Gordon, M.S. 1979. Animal Physiology. New York : McMillan Publishing Co.
Ltd
Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy and Physiology
fourth edition. McGraw-Hill Companies.
Weichert and K. Charles . 1959. Elements of Chordate Anatomy. New York: Mc Grow
Hill.
Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. Second
edition. San Francisco: W. H. Freeman and Company.