Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

“KERJA JANTUNG”

Disusun Oleh:
Nama : Annida Legi
NRM : 1304617032
Kelompok :2
Kelas : Pendidikan Biologi A
Dosen Pengampu : Dr. Rusdi, M.Biomed.
Asisten : Mia Tanti Annisa

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
I. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa mampu:
2. Mengetahui kolerasi antara berat tubuh dan frekuensi denyut jantung katak
3. Mengetahui pengaruh suhu terhadap denyut jantung
4. Mengetahui tempat timbulnya denyut jantung melalui percobaan stanius
5. Mengetahui automasi jantung
6. Mengetahui pengaruh garam anogranik terhadap denyut jantung

II. KAJIAN PUSTAKA


Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluh darah atau
suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan dilingkupi
atau diselimuti oleh kantung perikardial (perikardium). Peranan jantung sangat penting
dalam hubunganya dengan pemompaan darah keseluruh tubuh melalui sistem sirkulasi
darah, sirkulasi darah adalah sistem yang berfungsi dalam pengangkutan dan
penyebaran enzim, zat nutrisi, oksigen, karbondioksida, garam-garam, antibodi dan
senyawa N, dari tempat asal keseluruh bagian tubuh sehingga diperlukan tekanan yang
cukup untuk menjamin aliran darah sampai ke bagain-bagian jaringan jaringan tubuh
(Afandi, 2001).
Denyut jantung dibagi menjadi dua tipe yaitu neurogenik dan jantung meogenik.
Jantung neurogenik adalah jantung pada hewan tingkatan rendah (invertebrata), yang
aktivitasnya diatur oleh sistem syaraf sehingga jika hubungan syaraf dengan jantung
diputuskan maka jantung akan berhenti berdenyut. Jantung miogenik denyutnya akan
tetap ritmis meskipun hubungan dengan syaraf diputuskan. Bahkan bila jantung katak
diambil selagi masih hidup dan ditaruh dalam larutan fisiologis yang sesuai akan tetap
berdenyut (Affandi, 2002).

1. Denyut Ritmis Jantung


Denyut ritmis jantung pada Pisces, Amphibia dan Reptilia di mulai dari sinus
venosus, sedang pada Aves dan Mammalia denyut jantung di mulai dari nodus
sinoatrial. Sinus venosus dan nodus sinoatrial inilah yang berfungsi sebagai pace maker
(pemacu denyut jantung). Denyut jantung terdiri dari sistol (kontraksi diawali dari
atrium ke ventrikel) dan diastol (secara bersama relaksasi dari atrium ke ventrikel).

Bagian-bagian yang tampak berdenyut adalah sinus venosus, atrium kanan dan kiri
serta ventrikel. Setelah diastol, jantung akan beristirahat sesaat (refrakter) sebelum
melakukan sistol berikutnya. Jika rangsangan diberikan pada waktu jantung refrakter
dan sistol, maka ritme jantung tidak terganggu. Tetapi bila rangsang diberikan pada saat
diastol, akan menghasilkan ekstra sistole yang disusul dengan refrakter sebelum
melakukan sistol berikutnya yang lama atau compensatory pause.

2. Pengaturan Denyut Jantung Secara Seluler


Kegiatan listrik jantung terjadi di 2 bagian yaitu pada susunan hantar khusus
miokardium (otot jantung). Susunan hantar khusus (specialized conducting fibers)
merupakan sel otot yang mengalami modifikasi sifat (seperti sel saraf) yaitu: 1.) sinus
venosus (pada vertebrata rendah), 2.) nodus SA (pada vertebrata tinggi), 3.) nodus
atrioventrikularis (AV node), 4.) berkas His dan 5.) serabut Purkinje.
Pace maker selalu mengirimkan potensial aksi (impuls) secara ritmis, kegiatan
listrik miokardium dibagi menjadi: fase 0 - depolarisasi, fase 1 - repolarisasi lambat,
fase 2 - plateu, fase 3 - repolarisasi cepat, dan fase 4 - potensial membran istirahat
(restring membran potensial). Sedang kegiatan di susunan hantar khusus di bagi
menjadi 3 yaitu: fase 0 - prepotensial, 1 - depolarisasi lambat, dan 2 - depolarisasi
cepat.

Jaringan otot jantung terdiri atas sinsisium serabut-serabut otot yang satu dengan
yang lain tidak terpisahkan. Setiap impuls yang timbul di jantung akan disebar ke
seluruh otot jantung, dengan demikian kontraksinya akan selalu bersifat wall or nonew.
Disamping itu, kuat kontraksinya otot sangat ditentukan oleh panjang awal dari serabut-
serabutnya. Satu sifat utama otot jantung adalah kemampuannya untuk membangkitkan
sendiri impuls irama denyut jantung (otomasi jantung).

Jantung yang dikeluarkan dari tubuh mampu tetap berkontraksi ritmis. Pada amfibia
dan reptilia, irama ditentukan oleh sinus venosus. Otot jantung peka terhadap
perubahan-perubahan metabolitik, kimia dan suhu. kenaikan suhu meningkatkan
metabolis dan frekuensi denyut jantung. Siklus jantung dimulai dari potensial aksi
spontan di SA node yang dijalarkan ke kedua atrium kemudian lewat nodus AV ke
ventrikel. karena adanya pengaturan khusus sistem konduksi dari atrium ke ventrikel,
terjadi keterlambatan penghantaran impuls dari atrium ke ventrikel, sehingga atrium
selalu lebih dulu berkontraksi daripada ventrikel. Proses kontraksi dan relaksasi (systole
dan diastole) dari atrium maupun ventrikel pada keadaan normal akan terjadi terus-
menerus. Dalam keadaan normal kontraksi ventrikel lebih besar daripada kontraksi
yang terjadi di atrium jantung atau hampir tidak terlihat kontraksi atriumnya.Denyut
jantung berasal dari system konduksi jantung dan menyebar ke seluruh bagian
myocardium. Struktur yang membentuk system konduksi adalah nodus sinoatrial,
lintasan interoda atrium, nodus atrio ventrikuler. Dalam keadaan normal nodus
mengeluarkan impuls paling cepat sehingga merupakan pemacu jantung.
(Ganong,1995).

Menurut Stanius dalam percobaannya, sebuah tali diikatkan pada siniosatrial,


ternyata atrium dan ventrikel berhenti sedangkan sinus venosus tetap berdenyut. Sinus
venosus adalah tempat dari sumber jantung. (Dukes,1995). Denyut jantung bermula di
dalam nodus ini, atrialis desebut dengan “pacemaker” jantung. Pacemaker ini
merupakan kumpulan dari sel-sel jantung yang bersifat khusus yang terletak pada
pertautan vena cava dan atrium kanan, impuls yang berasal dari pertautan NAD SA
memencar pada seluruh arteri, sehingga menyebabkan kontraksi. (Frandson, 1986).

Peningkatan suhu tubuh, seperti terjadi pada seseorang yang menderita demam, akan
sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung, kadang-kadang dua kali lebih cepat dari
frekuensi denyut normal. Penurunan suhu sangat berpengaruh pada penurunan
frekuensi denyut jantung, sehingga turun sampai serendah beberapa denyut per menit
seperti terjadi pada seseorang yang mendekati kematian akibat hipotermia (suhu tubuh
dalam kisaran 45-65 derajat Fahrenheit. Penyebab Pengaruh ini kemungkinan karena
panas meningkatkan permeabilitas membran otot jantung terhadap ion yang mengatur
frekuensi denyut jantung menghasilkan peningkatan proses perangsangan sendiri.
Jantung sering dipercepat secara temporer melalui suatu peningkatan suhu yang
sedang, seperti saat tubur sedang berolahraga, tetapi peningkatan suhu yang lama akan
melemahkan sistem metabolik jantung dan akhirnya menyebabkan kelemahan. Fungsi
optimal jantung sangat bergantung pada pengaturan suhu tubuh oleh mekanisme
pengaturan suhu.

Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. jantung katak maupun mamalia
mempunya centrum automasi sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah
diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh. Secara
anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan
satu ventrikel. Sinus venosus adalah ruangan sekitar jantung. Melalui pengamatan
darah mengalir melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke atrium dan mengisi
ruang ventrikel sebelum darah dipompa kembali oleh otot$ otot di ventrikel keseluruh
tubuh. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus dan kemudian
mengalir menuju ke atrium. Dari atrium, darah mengalir ke ventrikel yang kemudian di
pompa keluar melalui arteri pulmonalis. Secara garis besar peredaran darah katak sama
seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui vena darah
terlebih dahulu mengisi sinus venosus. jantung katak memiliki respon yang kurang
lebih sama dengan jantung manusia, contohnya denyut jantung akan meningkat saat
panas dan melambat saat dingin, kerjanya dapat dipengaruhi oleh hormone, dan
memiliki band moderator.

The frog heart has 3 chambers: two atria and a single ventricle.

 The atrium receives deoxygenated blood from the blood vessels (veins) that drain the
various organs of the body.
 The left atrium receives oxygenated blood from the lungs and skin (which also serves
as a gas exchange organ in most amphibians).
 Both atria empty into the single ventricle.
 While this might appear to waste the opportunity to keep oxygenated and deoxygenated
bloods separate, the ventricle is divided into narrow chambers that reduce the mixing
of the two blood.
 So when the ventricle contracts,
o oxygenated blood from the left atrium is sent, relatively pure, into the carotid
arteries taking blood to the head (and brain);
o deoxygenated blood from the right atrium is sent, relatively pure, to
the pulmocutaneous arteries taking blood to the skin and lungs where fresh oxygen
can be picked up.
o Only the blood passing into the aortic arches has been thoroughly mixed, but even
so it contains enough oxygen to supply the needs of the rest of the body.
 Note, that in contrast to the fish, both the gas exchange organs and the interior tissues
of the body get their blood under full pressure.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan


ALAT BAHAN
 Benang halus  Katak (Rana tigrina)
 Benang kasar,  Es batu
 Alat bedah,  Air panas
 Papan bedah,  Ringer
 Thermometer,  Larutan NaCl 0,7%
 Timbangan,  Larutan CaCl 0,7%
 Gelas kimia  Larutan KCl 0,7%

2. Cara Kerja

Kegiatan 1. Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak


1. Ikatlah kaki katak hingga tidak dapat meloncat, kemudian dtimbang
2. Bedahlah rongga dada katak. Hitung denyut jantungnya per menit pada suhu
ruangan selama 3 menit
3. Kumpulkan data dari semua kelompok, data dikorelasikan antara berat badan
katak dan frekuensi denyut jantung. Simpulkan koefisien korelasi tersebut.

Kegiatan 2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung


1. Catat data denyut jantung permenit pada suhu ruangan
2. Jantung katak yang masih ada dalam tubuh diberi tetesan air dengan suhu 5o C.
Hitung denyut jantung per menit.
3. Normalkan suhunya, dengan meneteskan air kran
4. Selanjutnya teteskan air bersuhu 30o C. Hitung denyut jantung per menit.
5. Normalkan suhunya, dengan meneteskan air kran
6. Selanjutnya teteskan air bersuhu 40o C. Hitung denyut jantung per menit

Kegiatan 3. Percobaan Stanius


1. Ikatlah dengan tali bagian antara sinus venosus dengan atrium. Ikatan ini di
sebut ikatan Stanius I. Amati tempat timbulnya denyutan jantung.
2. Ikatan stanius I dibuka lakukan Stanius II yaitu ikatan antara atrium dan
ventrikel
3. Amati tempat timbulnya denyut jantung (lanjutkan kegiatan 4).

Kegiatan 4. Automasi Jantung


1. Buka rongga dada katak. Bila bagian belakang jantung di balik ke atas, maka
tampaklah bahwa gerakan jantung di mulai dari sinus venosus, terus ke atrium
dan ventrikel.
2. Pelajarilah bahwa bila jantung terletak mendatar, pada waktu diastol ventrikel
akan memanjang dan menipis serta waktu sintol akan memendek.
3. Bila ujung jantung di angkat hingga jantung terletak tegak, maka waktu diastol
ventrikel akan memendek dan jatuh tertumpuk, serta waktu diastol akan
memanjang.
4. Sisihkan organ-organ di sekeliling jantung hingga jantung terlihat jelas. Buka
selaput perikardiumnya
5. Ikatlah pembuluh yang menujuh ke dalam dan keluar jantung. Potong
pembuluh-pembuluh yang diikat pada bagian sebelah distalnya. Keluarkan
jantung dari rongga tubuh. Kemudian tempatkan di larutan Ringer dalam cawan
petri. Amati apa yang terjadi (lanjutkan kegiatan 5).

Kegiatan 5. Pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak


1. Jantung dari kegiatan 4 yang telah diikat dimasukan ke dalam larutan Ringer
pada suhu kamar.
2. Kemudian masukan ke larutan NaCI 0.7%. Buatlah pencatatan hingga terlihat
kekuatan denyut jantung mulai menurun.
3. Masukan kembali ke larutan Ringer untuk beberapa saat (sampai denyut
normal), kemudian masukan ke larutan KCI 0.7%. Catatlah denyut jantung
dalam larutan ini hingga berhenti berdenyut (potasium inhibition).
4. Pindahkan jantung ke larutan CaCI2 0.7%. Perhatikan dan catat hingga
kontraksi kembali lagi. Bila jantung tidak berdenyut lagi, gantilah dengan
jantung yang baru, dimulai dengan pencatatan dalam larutan ringer yang
kemudian diganti dengan larutan 1% CaCI2.
Perhatian: jika kelompok yang bekerja banyak dan satu kelompok hanya memiliki 1
ekor katak, maka dapat dilakukan dengan cara berikut: kelompok 1
mencoba langkah 1 dan 2. Kelompok 2 mencoba langkah 1 dan 3.
Kelompok 3 mencoba langkah 1 dan 4. Kemudian data dikumpulkan dan
dianalisis.
IV. HASIL PENGAMATAN
Kegiatan 1. Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Rata-rata denyut
Kelompok BB (x) xy x2 y2
jantung/menit (y)
1 49.8 55.4 2758.92 2480.04 3069.16
2 42.9 52.6 2256.54 1840.41 2766.76
3 60.65 60.8 3687.52 3678.423 3696.64
Rata-rata 51.168 56.27 2900.993 2666.291 3177.52

Kegiatan 2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung


Denyut jantung per menit selama 3 menit
Katak
40°C 5°C 25°C
1 51 51 48
50 47 47
51 45 47
Rata-rata 50.66667 47.66667 47.33333
43 41 48
2 49 48 48
47 46 47
Rata-rata 46.33333 45 47.66667
3 42 54 45
40 47 46
41 52 47
Rata-rata 41 51 46
Diambil data dari katak 1 didapat

Suhu (x) 50 C 25 0 C 40 0 C
Denyut (y) 48 47 51

Kegiatan 3. Percobaan Stanius


Pada stanius 1 tempat timbulnya denyut jantung pada bagian sinus venosus
Pada stanius 2 tempat timbulnya denyut jantung pada bagian atrium

Kegiatan 4. Automasi Jantung


Diperoleh hasil bahwa jantung katak masih bersifat automasi.
Sistol : Jantung menguncup, warna jantung pucat
Diastol : Jantung mengembang, warna jantung merah

Kegiatan 5. Pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak


Perlakuan Frekuensi denyut jantung (x/menit)
NaCl 0,7% 18
KCl 0,7% 14
CaCl 0,7% 10
Ringer 3

V. PEMBAHASAN
Kegiatan 1. Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak
Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara berat tubuh dengan denyut
jantung seekor katak. Dengan objek percobaannya yaitu 3 ekor katak dengan ukuran dan
berat tubuh yang berbeda.
Berdasarkan perhitungan korelasi pada tabel, didapatkan nilai korelasi yaitu 0.99
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara berat badan (x) dengan
frekuensi denyut jantung (y). Para ahli fisiologis telah menentukan bahwa jumlah energi
yang diambil hewan untuk mempertahankan setiap gram bobot tubuhnya berbanding
terbalik dengan ukuran tubuhnya. Setiap gram katak, misalnya, mengonsumsi energi
sekitar sepuluh kali lebih besar daripada satu gram gajah (meskipun keseluruhan individu
gajah itu mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada keseluruhan individu katak itu).
Semakin tinggi laju metabolisme, jaringan tubuh hewan yang lebih kecil memerlukan
laju pengiriman oksigen (O2) ke jaringan yang lebih tinggi secara proporsional.
Berkorelasi pula dengan laju metabolismenya yang tinggi, hewan yang lebih kecil juga
memiliki laju respirasi, volume darah (relatif terhadap ukuran tubuhnya), dan laju denyut
jantung yang lebih tinggi (Campbell, 2004).
Sehingga diperoleh korelasi antara berat badan dengan frekuensi denyut jantung
berbanding terbalik. Karena, semakin besar berat badan suatu makhluk hidup maka
semakin kecil frekuensi denyut jantungnya.

Kegiatan 2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung


Diperoleh hasil percobaan bahwa dengan penetesan air bersuhu rendah (5°C) pada
jantung katak akan memperlambat denyut jantung katak. Hal sebaliknya (denyut jantung
menjadi cepat) terjadi pada penetesan air bersuhu tinggi (40°C), dan terlihat bahwa jantung
berdetak lebih cepat dari kecepatan awalnya saat suhu normal (sekitar 25-30°C). Begitu
pun sama halnya ketika air bersuhu 25°C diteteskan pada jantung katak, maka akan
menyebabkan detak jantung lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi
dinding pembuluh darah jantung akibat pengaruh suhu. Jadi, semakin tinggi suhu air maka
semakin cepat denyut jantungnya.

Saat jantung katak ditetesi air dingin, pembuluh darah jantung bervasokonstriksi
(menyempit), sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke
seluruh tubuh menyebabkan pasokan darah yang beredar dan kembali ke jantung akan
mengalir lebih lambat dan menyebabkan jantung berdenyut lebih lambat.

Kondisi sebaliknya terjadi pada penetesan air bersuhu tinggi pada jantung katak.
Dengan meningkatnya suhu jantung, maka otot pembuluh akan berelaksasi dan pembuluh
darah akan bervasodilatasi(melebar) sehingga aliran darah ke seluruh tubuh semakin
lancar dan denyut jantung akan menjadi semakin cepat.
Suhu tubuh merupakan faktor yang menentukan pacu jantung. Menurut referensi,
adanya peningkatan suhu sebesar 1°C dapat meningkatkan denyut jantung sekitar 10
denyut per menit. (Campbell, 2004). Adanya perbedaan antara hasil pengamatan dengan
teori, dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil
percobaan dengan teori, yakni suhu air yang digunakan baik air es, ledeng dan air panas
tidak berada dalam suhu yang stabil. Dengan kondisi demikian tentunya sangat
berpengaruh pada hasil yang diperoleh.
Pada percobaan ternyata didapat ada katak (katak 3) yang memiliki rata-rata denyut
jantung tidak stabil pada saat suhu dinaikkan. Hal ini dikarenakan kurang telitinya
praktikan saat mengamati kecepatan denyut jantung dimana sebenarnya kecepatan denyut
jantung katak saat ditetesi larutan ringer pada suhu kamar mungkin kembali dalam keadaan
normal. Penurunan suhu sangat menurunkan frekuensi denyut jantung, sehingga adanya
penurunan suhu hingga beberapa derajat, dapat menurunkan jumlah denyut yang
dihasilkan per menitnya (Guyton dan Hall, 2007).
Kekuatan kontraksi jantung sering dipercepat secara temporer melalui suatu
peningkatan suhu yang sedang, seperti yang terjadi saat tubuh berolahraga, tetapi
peningkatan suhu yang lama akan melemahkan sistem metabolik jantung yang akhirnya
menyebabkan kelemahan. Karena itu, fungsi optimal jantung sangat bergantung pada
pengaturan suhu tubuh oleh mekanisme pengaturan suhu (Guyton dan Hall, 2007). Faktor
lain yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan hasil dengan referensi, adalah kondisi
fisik pada tiap katak yang mungkin berbeda serta perubahan suhu yang cepat pada setiap
air yang digunakan.
Ketika pengamatan berlangsung, terlihat pula bahwa kontraksi jantung yang ada pada
jantung katak terdiri dari kontraksi atrium dan kontraksi ventrikel, hal tersebut dapat
diketahui pada perubahan warna jantung, dimana saat jantung berkontraksi, maka warna
jantung menjadi pucat, dan saat jantung relaksasi, warnanya menjadi merah kecoklatan.
Kedua macam kontraksi tersebut menunjukkan bahwa siklus jantung terdiri dari sistole
dan diastole. Systole merupakan periode kontraksi ventrikel, saat jantung memompakan
darah-nya dari ventrikel ke sirkulasi pulmonal (memompa darah menuju ke paru-paru)dan
ke sirkulasi sistemik (memompa darah ke seluruh tubuh). Sedangkan diastole
menunjukkan periode relaksasi ventrikel (atrium) saat ventrikel menerima darah dari
atrium.

Kegiatan 3. Percobaan Stanius


Pada kegiatan ini dilakukan dan dibantu bersama-sama dengan asisten laboratorium
sehingga didapat hasil bahwa ketika jantung diikat dengan tali pada bagian antara sinus
venosus dengan antrium, ikatan tersebut disebut ikatan stanius 1. Pada saat jantung diikat
dengan tali pada bagian antara antrium dan ventrikel, ikatan tersebut dinamakan ikatan
stanius 2. Hasil pengamatan membuktikan bahwa Stanius 1 timbulnya denyut jantung
pertama pada bagian sinus venosus, sedangkan stanius 2 timbulnya denyut jantung
pertama pada bagian atrium.
Menurut Stanius dalam percobaannya, sebuah tali diikatkan pada siniosatrial, ternyata
atrium dan ventrikel berhenti sedangkan sinus venosus tetap berdenyut. Sinus venosus
adalah tempat dari sumber jantung. (Dukes,1995). Denyut jantung bermula di dalam nodus
ini, atrialis desebut dengan “pacemaker” jantung. Pacemaker ini merupakan kumpulan
dari sel-sel jantung yang bersifat khusus yang terletak pada pertautan vena cava dan atrium
kanan, impuls yang berasal dari pertautan NAD SA memencar pada seluruh arteri,
sehingga menyebabkan kontraksi. (Frandson, 1986).

Kegiatan 4. Automasi Jantung


Automasi artinya jantung ini masih dapat melakukan fungsinya tanpa dipengaruhi
saraf. Dibuktikan dengan cara merusak otak atau sumsum punggung. Jantung tetap normal
melakukan fungsinya untuk beberapa saat. Jantung katak maupun mamalia mempunyai
centrum automasi sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah diputuskan
hubungannya dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh. Pada katak frekuensi
jantung diatur oleh salah satu dari ketiga pasang ganglionnya.
Pada praktikum ini, diperoleh bahwa jantung katak masih bersifat automasi, artinya
jantung masih berdenyut meskipun sudah tidak memiliki hubungan persyarafan dan tidak
memompa darah lagi. Jantung katak masih berdenyut walau katak sudah dalam keadaan
mati. Hal ini terjadi karena adanya alat pacu jantung (pace maker) yang selalu meletupkan
potensial aksi secara otomatis.
Peranan centrum automasi pada katak itu menyebabkan jantung tetap berdenyut
setelah seluruh persyarafannya dipotong. Bahkan bila jantung dipotong-potong, setiap
potongan jaringan jantung masih berdenyut. Hal ini disebakan oleh adanya jaringan khusus
pemicu di jantung yang mampu mencetuskan potensial aksi berulang-ulang. Jaringan picu
jantung membentuk sistem hantaran yang dalam keadaan normal menyebarkan impuls ke
seluruh jantung.
Jantung mengandung serat-serat jantung yang termodifikasi yang berfungsi untuk
mengkoordinasikan detak jantung dengan mengatur waktu kontraksi dari atrium dan
ventrikel, secara normal berawal pada nodus sinoatrium (SA) yang berlokasi dalam
atrium kanan pada pintu masuk vena kava superior. Berawal dari nodus sino atrium
sampai nodus atrio ventrikulum, terletak di bagian belakang septum inter ventrikulum dan
mulai dari titik ini, seberkas sel-sel otot jantung yang termodifikasi (serat-serat
purkinje) bercabang dua dan cabang yang terpisah berjalan melalui jaringan
subendokardial dari ventrikel kanan dan kiri. Sel-sel dalam dua daerah nodus itu berbentuk
spul, sel-sel yang sangat bercabang yang dipisahkan satu sama lain oleh sedikit jaringan
penyambung (Guyton,1995).

Kegiatan 5. Pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak


Hasil pengamatan menunjukkan ketika jantung diberikan larutan Ringer denyut jantung
adalah 3 denyutan (perhitungan yang didapat tidak akurat akibat kelalaian praktikan dalam
menghitung denyut, dan adapula jantung katak yang memang tidak berdetak). Kemudian
dicelupkan ke dalam larutan NaCl 0,7% dan diperoleh denyut jantung sebesar 18
denyutan/menit. Larutan NaCl berfungsi untuk memacu jantung untuk melakukan
potensial aksi. Lalu dicelupkan ke dalam larutan KCl dan denyut jantungnya semakin
melemah dengan 14 denyut.menit. Dan kemudian dicelupkan ke dalam larutan CaCl2
denyut jantung menjadi sangat lemah dengan 10 denyut/menit, sebelum dicelupkan ke
masing-masing larutan garam anorganik, jantung dicelupkan dahulu ke dalam larutan
ringer untuk menyebabkan kontraksi otot jantung menjadi semakin cepat karena larutan
ringer bersifat hipertonis yang osmolaritasnya lebih tinggi sehingga konsentrasi cairan
di dalam sel-sel otot jantung meningkat yang menyebabkan otot jantung akan lebih cepat
berkontraksi dari frekuensi denyut jantung normal selain itu larutan ringer digunakan
untuk menstabilkan kontraksi otot jantung sebelum dicelupkan ke dalam garam anorganik
lainnya. Ketika dicelupkan ke NaCl, KCl, dan CaCl hanya bagian atrium yang berdetak.
Karena saat diberikan larutan KCl dan CaCl2, jantung sedang mengalami potensi istirahat.
Setelah jantung katak ditetesi larutan KCl 0,7%, jantung katak menjadi lemah (bergerak
menjadi lambat) dari keadaan normal akibat meningkatnya kadar K+ dalam plasma.
Eksitasi otot jantung berkaitan dengan pergerakan kalsium ekstrasel melalui membran sel
ke dalam sel miosit melalui aktivasi saluran kalsium L-type dan pertukaran Na/Ca. Pada
perlakuan keempat sebelum jantung diberikan larutan CaCl2 0,7%, jantung diberikan
larutan NaCl 0,7% yang bertujuan untuk meningkatkan denyut jantung katak, kemudian
menghitung denyut jantungnya dalam 4 menit dan didapatkan rata-rata 34 denyut/menit.
Setelah jantung katak ditetesi larutan CaCl2 0,7% jantung katak menjadi lemah (bergerak
menjadi lambat) dari keadaan normal. Seharusnya denyut jantung katak menjadi lebih kuat
karena terjadi penambahan kalsium yang menstimulasi pelepasan kalsium dari retikulum
sarkoplasma melalui reseptor, yang menghasilkan aktivasi miofilamen dan menyebabkan
kontraksi. Oleh karena itu kontraksi jantung katak seharusnya menjadi lebih cepat ketika
ditetesi larutan CaCl 0,7% karena peningkatan kadar Ca2+ ekstrasel mempertinggi
kontraktilitas miokardium. Kecepatan kontraksi jantung seharusnya sama ketika ditetesi
larutan Na dan Ca karena penggunaan konsentrasi larutan yang sama, akan tetapi dalam
praktikum ini kecepatannya menjadi berbeda karena diduga terjadi kesalahan adanya
kesalahan praktikan dalam menghitung serta terlalu lamanya proses pencelupan sehingga
detak jantung melemah.
Menurut literatur, penambahan CaCl2 menambah kekuatan kontraksi otot jantung.
CaCl2 meningkatkan tonus jantung dan dalam keadaan berlebih dapat mengakibatkan
tertahannya sistol, sedangkan peran utama dari NaCl adalah untuk mensuplai tekanan
osmotik yang tepat, meskipun ion Na+ esensial dalam generasi potensial aksi
(Schottelius,1973). Peningkatan konsentrasi K+ di CES menyebabkan beda potensial
antara CIS dan CES berkurang. Peningkatan konsentrasi Ca2+ CES dapat meningkatkan
kekuatan kontraksi jantung melalui pemanjangan fase datar potensial aksi dan peningkatan
potensial aksi Ca2+ sitosol. Hasil pengamatan menunjukkan jantung katak yang ditetesi
garam-garam anorganik tersebut menjadi semakin lemah. Hal ini terjadi karena perbedaan
persepsi pengamat dalam membandingkan kecepatan denyut jantung. Selain itu, kondisi
jantung katak yang sudah lama dibedah menjadikan penurunan frekuensi denyut jantung.

VI. KESIMPULAN
1. Struktur darah tersusum atas plasma darah dan serum darah (eritrosit, leukosit,
trombosit)
2. Sel darah merah pada manusia dan katak memiliki perbedaan bentuk, yaitu pada
katak berebntuk oval dan manusia berbentuk bulat bikonkaf. Pada katak eritrosit
memiliki inti sel, sedangkan manusia tidak,
3. Larutan isotonis yang paling maksimal untuk menjaga sel darah merah pada manusia
tetap berada pada kondisi aslinya adalah NaCl 0,9%, sedangkan pada sel darah katak
adalah NaCl 0,7%. Ketika larutan isotonis lebih besar, sel darah dapat mengalami
hemolisis dan pada akhirnya terjadi krenasi. Namun, ketika larutan isotonis lebih
rendah, sel darah merah dapat mengembang, karena air dari lingkungan masuk
kedalam sel tersebut.
4. Hemin merupakan penyusun hemoglobin (pigmen warna merah) pada sel darah
merah dan dapat dijadikan indikator suatu zat dikatakan sebagai darah. Dengan
adanya hemin pada darah, dapan menjadi indicator bahwa suatu sample dikatakan
sebagai darah, karena terdapat hemin didalamnya.
5. Fibrin adalah protein plasma yang berperan dalam proses pembekuan darah dan
peristiwa utama dalam proses pembentukan bekuan darah adalah perubahan fragmen
fibrinogen menjadi benang-benang fibrin.
DAFTAR PUSTAKA

Bray, J.J., Cragg, P. A., Mackninght, A.D.,& Mills, R. G. 2003.


Human Phsiology Fourth Edition.Tokyo: Blackwell Printing.
Campbell, Neil A. dkk. 2004. Biologi:Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Chang, R. 1996. Essential Chemistry. USA: Mc Graw Hill Company, Inc.

Darmadi Goenarso, dkk. 2005. Fisiologi Hewan. UT. Jakarta.

Ganong.2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC

Gordon, M.S. 1979. Animal Physiology. New York : McMillan Publishing Co.
Ltd

Guyton, D. C. 1995. Fisiologi Hewan, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy and Physiology
fourth edition. McGraw-Hill Companies.

Weichert and K. Charles . 1959. Elements of Chordate Anatomy. New York: Mc Grow
Hill.

Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. Second
edition. San Francisco: W. H. Freeman and Company.

Anda mungkin juga menyukai