Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

VII
“PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROBA”

Disusun oleh:
Annida Legi M (1304617032)
Kelompok 05
Tanggal Praktikum : 11 November 2019
Dosen Pengampu.: Dr. Tri Handayani K., M. Si

Pendidikan Biologi A 2017


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
Jakarta
2019

1
BAB I
Pendahuluan

A. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa mampu:
1. Mengetahui peralatan dan media yang digunakan pada penghitungan jumlah
mikroba,
2. Mengetahui berbagai macam cara untuk menghitung jumlah sel dari suatu biakkan
bakteri,
3. Mengetahui cara perhitungan mikroba dalam bahan makanan,
4. Memprediksi jumlah sel mikroba dalam suatu sampel yang telah diencerkan,
5. Menghitung koloni mikroba menggunakan metode Plate Count atau hitungan
cawan,

B. Tinjauan Pustaka
Perhitungan bakteri merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk
menghitung jumlah koloni sel bakteri yang tumbuh pada media pembiakkan.
Pengukuran kuantitatif populasi mikroorganisme sangat diperlukan untuk berbagai
macam penelaahan mikrobiologis. Perhitungan koloni untuk menghitung jumlah total
pertumbuhan mikroorganisme dilakukan dengan cara pengenceran Terdapat berbagai
macam cara untuk menghitung jumlah mikroorganisme, akan tetapi secara mendasar,
ada dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Ada beberapa cara
perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu
bahan (preparat sederhana yang kemudian diwarnai atau tidak diwarnai) dan
penggunaan ruang hitung atau disebut dengan sebutan sebagai (counting chamber).
Sedangkan perhitungan secara tidak langsung hanya mengetahui jumlah
mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). Dalam
pelaksanaannya ada beberapa cara yaitu perhitungan pada cawan petri disebut (Viable
Plate Count Method), serta perhitungan melalui pegenceran, dan perhitungan jumlah
terkecil atau jumlah yang terdekat (MPN methode), dan cara kekeruhan atau
turbidimetri yaitu yang dengan menggunakan alat spektrofotometer (Wheeler, 1993).

Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui berapa
banyak sebaran bakteri yang tumbuh pada suatu media. Secara kuantitatif koloni sel
bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung populasinya secara umum atau juga
dengan kata lain menghitung seluruh sel bakteri yang ada dalam media termasuk juga

2
sel yang mati, dan menghitung sel bakteri hidup dengan menggunakan suatu teori
pendekatan (Stainer ,1986). Viable count method adalah cara penghitungan bakteri
secara tidak langsung yang dilakukan dengan menghitung koloni sel bakteri yang
terdapat di media secara langsung. Tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada juga
beberapa syarat perhitungan yang harus untuk bisa dipenuhi seperti jumlah koloni tiap
petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang memenuhi syarat ,maka
dipilih yang jumlahnya mendekati 300. Tidak ada koloni bakteri yang menutup lebih
besar dari setengah luas petridish, koloni tersebut dikenal sebagai spreader.
Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt-turut antara
pengenceran yang lebih besar dengan suatu pengenceran yang sebelumnya, jika sama
atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai
jumlah mikrobia dari hasil pengenceran yang sebelumnya. Jika dengan ulangan setelah
memenuhi syarat maka hasilnya juga dirata-rata (Schlegel, 1994).

Penghitungan jumlah bakteri hidup (secara tidak langsung) yaitu dengan


menggunakan suatu metode Plate Count (hitungan pada cawan). Plate count/viable
count meupakan suatu metode yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel-sel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni bakteri setelah
ditumbuhkan dalam suatu media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelah
diinkubasi, jumlah koloni yang bisa tumbuh tersebut dihitung dan merupakan perkiraan
atau juga dugaan dari suatu jumlah mikroorganisme yang ada didalam suspensi. Koloni-
koloni bakteri yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena
beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai.
Berdasarkan hal tersebut digunakan ,maka biasa disebut dengan istilah Coloni Forming
Units (CFU’s) per ml (Fardiaz, 2013).

Metode hitungan cawan menggunakan anggapan bahwa setiap sel akan hidup
berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi
jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini
membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan hasil
pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan kemudian dihitung
jumlah koloni yang terbentuk. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni, sesuai
dengan kaidah statistik adalah cawan yang berisi 30-300 koloni. Jumlah organisme yang
terdapat dalam sampel asal dihitung dengan cara mengalikan jumlah koloni yang
terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan bersangkutan.Prinsip dari metode
hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikrobia yang masih hidup pada metode agar,

3
sehingga sel mikrobia tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang
dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Fardiaz, 2013).

Prinsip dari metode hitungan cawan (viable plate count method) adalah
menumbuhkan sel-sel bakteri yang masih hidup dan tumbuh pada media agar, sehingga
sel bakteri tersebut akan bisa untuk tumbuh dan juga berkembang biak dan membentuk
koloni yang dapat dilihat langsung dengan menggunakan mata tanpa menggunakan
mikroskop. Metode hitunga cawan (viable count method ) ini dapat dibedakan atas dua
cara yaitu: cara pertama yaitu metode tuang (pour plate) dan cara kedua yaitu dengan
menggunakan metode permukaan/sebar atau biasa disebut (surface/spread
plate) (Volk, 1989).

Bakteri yang berada didalam suatu bahan cair (media)dapat dihitung dan diketahui
kepadatannya berdasarkan kekeruhannya. Pertumbuhan sel-sel bakteri didalam suatu
media , maka akan meningkatkan kekeruhan suatu media, hal itu akan mempengaruhi
jumlah sinar-sinar yang juga dapat ditransmisikan untuk juga menembus medium, untuk
menghitung koloni bakteri tersebut ,digunakan alat yang bernama “spektrofotometer”.
Fungsi dari alat spektrofotometer ini adalah untuk mengukur transmitans atau
absorbans dari suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi panjang gelombang (Brady,
1999).

Pengenceran merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengurangi kepadatan


atau sebaran bakteri yang terdapat disuatu media. Pada metode perhitungan cawan (plate
method) dilakukan suatu pengenceran yang juga bertingkat yang ditujukan untuk
membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini
di hitung ke dalam cawan baru dan kemudian di tuang kedalam mediumnya (metode
tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama waktu 24-48 jam, amati koloni yang
tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 25- 250 koloni
(Pelczar, J, 1986).

Prinsip pengenceran bakteri adalah untuk menurunkan jumlah bakteri, sehingga


semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah suatu
bakteri, dimana suatu saat didapat hanya satu bakteri pada satu tabung. Inkubasi
dilakukan selama 2 x 24 jam ,karena jumlah bakteri maksimal yang dapat dihitung.
Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung oleh mata (Dwidjoseputro, 1978).

4
BAB II
Metodologi Praktikum

A. Tanggal, Waktu dan Lokasi Percobaan

Hari : Senin,
Tanggal : 11 November 2019
Waktu : 13.00-15.00 WIB
Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi, Kampus B, Universitas Negeri Jakarta
B. Alat dan Bahan

Tabel 1. Tabel alat dan bahan yang digunakan selama praktikum

ALAT ALAT GELAS BAHAN


1. Baki 1. Cawan petri 1. Alkohol 70% dan spirtus
2. Spidol opm steril 2. Aquades steril
3. Kertas label 1x2 2. Tabung reaksi 3. Bahan makanan/minuman
cm 9,9 ml dan 9 ml yang ingin diteliti
4. Kain lap/serbet 3. Labu  Oncom
5. Tissue erlenmeyer 4. Media PCA (Plate Count
6. Botol semprot 4. Pipet Mohr Agar)
7. Timbangan
8. Bunsen
9. Vortex
10. Spatula
11. Kapas
12. Plastic Seal tape

C. Cara Kerja
Pastikan tangan praktikan bersih dan terbebas dari mikroorganisme dengan cara
dicuci dengan sabun dan air. Meja tempat melakukan praktek disemprotkan dengan
cairan disinfektan (alkohol 70%) dengan tujuan membersihkannya dari
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi alat dan bahan. Pertama, lakukan
pengenceran terhadap sampel yang diduga mengandung mikroba. Lalu, siapkan
bahan makanan yang ingin diteliti dan haluskan, lalu timbang sebanyak 1 gram.
Kemudian 1 gram sampel bahan makanan (oncom) dimasukkan ke dalam 9 ml
5
aquadest yang ada di tabung reaksi, sehingga konsentrasinya 10-1. Lalu,
homogenkan larutan dengan vortex selama 1 menit, untuk melarutkan sampel.
Kemudian diambil 0,1 ml larutan tersebut dan dimasukkan ke dalam 9,9 ml aquades
yang ada di tabung reaksi lainnya dengan menggunakan pipet mohr ukuran 1 ml,
sehingga konsentrasinya 10-3. Dari konsentrasi 10-3 diambil 0,1 ml ke dalam 9,9 ml
aquades sehingga konsentrasinya 10-5. Lalu, dari konsentrasi 10-3 dituang 0,1 ml ke
dalam 2 cawan petri. Dari konsentrasi 10-5 dituang 1 ml ke dalam 2 cawan petri.
Masing-masing cawan petri kemudian dituangkan media PCA yang sudah
dipanaskan hingga cair. Sehingga, konsentrasi yang tadinya 10-3 menjadi 10-4, dan
yang tadinya 10-5 tetap memiliki konsentrasi 10-5. Lalu masing-masing cawan petri
ditutup dan disegel dengan seal tape plastic/plastic wrap. Lalu diinkubasikan selama
24 jam dan dicatat hasil pengamatannya.

@1ml
@0,1ml @0,1ml

1gram / 1ml
Sampel
9 ml 9,9 ml 9,9 ml

10-1 10-3 10-5

@0,1ml

@1ml

10-4 PCA

10-5 PCA

6
BAB III
Hasil dan Pembahasan

A. Hasil
1) Bahan Makanan Oncom

Gambar 1 dan 2. Cawan petri diisi dengan media PCA dan pengenceran
hingga konsentrasi 10-4 setelah diinkubasi selama 24 jam.

Gambar 3 dan 4. Cawan petri diisi dengan media PCA dan pengenceran
hingga konsentrasi 10-5 setelah diinkubasi selama 24 jam.

7
JUMLAH SEL MIKROBA
a) Kelompok 5, Media PCA, Sampel 1 gram Oncom
Media
Pengenceran PCA
1 2
104 TNTC/TBUD TNTC/TBUD
105 TNTC/TBUD TNTC/TBUD

B. Pembahasan
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode hitung cawan.
Metode perhitungan cawan didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang hidup
dapat berkembang menjadi koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah
indeks bagi jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel. Teknik yang harus
dikuasai dari metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil
pengenceran tersebut. Setelah inkubasi, jumlah semua koloni diamati untuk memenuhi
persyaratan statistik (Ferdias, 1992)
Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana
ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel yang telah
di encerkan ini di hitung ke dalam cawan baru kemudian di tuang ke mediumnya
(metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24-48 jam, amati koloni yang
tumbuh dan koloni yang diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30-300 koloni
(Irianto, 2006).
Pada praktikum perhitungan mikroba ini pengenceran yang dilakukan adalah
pengenceran desimal yaitu 10-1, 10-3, 10-4, dan 10-5. Pada praktikum ini yang diamati
hanya pada pengenceran 10-4 dan 10-5 karena konsentrasi mikroba yang akan diamati
akan lebih sedikit sehingga mempermudah dalam pengamatan. Perhitungan ini
dilakukan dengan cara menghitung jumlah koloni yang dihasilkan dari masing-masing
pengenceran setelah dilakukan inkubasi selama 1x24 jam dengan menggunakan rumus:

Menurut Fardiaz (1993), beberapa syarat perhitungan tidak langsung dengan


menggunakan metode ini adalah :
a. Tidak ada spreader.
b. Jumlah koloni mulai dari 30-300.

8
c. Perbandingan jumlah bakteri antara pengenceran yang lebih besar dengan
pengenceran yang lebih kecil :
a. Jika ≤ 2, hasil perhitungan dirata-rata.
b. Jika ˃ 2, dipakai hasil pengenceran yang sebelumnya.
Namun, hasil perhitungan kelompok kami tidak sesuai dengan prinsip pengenceran
Fardiaz (1993), karena jumlah koloni mikroba pada masing-masing pengenceran 104
dan 105 yaitu lebih dari 300 koloni, sehingga hasilnya yaitu TNTC/TBUD (Too
Numerous Too Count/Tidak Bisa Untuk Dihitung).
Penggunaan media PCA bertujuan untuk membiakkan segala macam jenis mikroba.
Sehingga mikroba yang tumbuh tidak hanya jamur atau bakteri, tetapi bisa keduanya.
Ketidaksesuaian hasil pengenceran dengan prinsip, dikarenakan beberapa faktor, yakni:

1. Bahan makanan yang digunakan, yaitu oncom, yang merupakan produk fermentasi
yang diolah menggunakan aktivitas mikroorganisme untuk mengubah kandungan
zat gizi yang terkandung di dalam makanan. Sehingga, banyak sekali jumlah
mikroba didalamnya dan pengenceran yang dilakukan masih kurang untuk
mengurangi kepdatan mikroba pada oncom, atau
2. Kesalahan praktikan saat proses praktikum, dengan tidak melakukan proses secara
aseptik, sehingga terjadi kontaminasi yang menyebabkan tumbuhnya mikroba
kontaminan dan mengakibatkan jumlah mikroba tumbuh lebih banyak.

9
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Ada dua cara penghitungan jumlah mikroba yaitu, penghitungan jumlah mikroba secara
langsung (direct method). Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara
keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup, dan penghitungan jumlah mikroba
secara tidak langsung (indirect method). Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah
mikroba secara keseluruhan baik yang hidup maupun yang mati atau hanya untuk
menentukan jumlah mikroba yang hidup saja tergantung cara yang digunakan.
2. Prinsip perhitungan tidak langsung dengan menggunakan metode TPC adalah :
a. Tidak ada spreader.
b. Jumlah koloni mulai dari 30-300.
c. Perbandingan jumlah bakteri antara pengenceran yang lebih besar dengan
pengenceran yang lebih kecil :
a) Jika ≤ 2, hasil perhitungan dirata-rata.
b) Jika ˃ 2, dipakai hasil pengenceran yang sebelumnya.
3. Perhitungan jumlah mikroba dengan metode TPC dilakukan dengan cara menghitung
jumlah koloni yang dihasilkan dari masing-masing pengenceran setelah dilakukan
inkubasi selama 1x24 jam dengan menggunakan rumus:

4. Hasil perhitungan mikroba pada oncom tidak sesuai dengan prinsip pengenceran, karena
jumlah koloni mikroba pada masing-masing pengenceran 104 dan 105 yaitu lebih dari
300 koloni, sehingga hasilnya yaitu TNTC/TBUD (Too Numerous Too Count/Tidak
Bisa Untuk Dihitung).
5. Ketidaksesuaian hasil pengenceran dengan prinsip, diakibatkan karena bahan makanan
yang digunakan, yaitu oncom, yang merupakan produk fermentasi yang diolah
menggunakan aktivitas mikroorganisme untuk mengubah kandungan zat gizi yang
terkandung di dalam makanan. Sehingga, banyak sekali jumlah mikroba didalamnya
dan pengenceran yang dilakukan masih kurang untuk mengurangi kepdatan mikroba
pada oncom.

10
B. Saran
Selama proses pengamatan pastikan alat dan bahan steril untuk menghindari
kontaminasi bakteri lain. Pastikan praktikan mengikuti arahan dari aslab dan buku panduan
agar proses pengenceran mikroba dan perhitungan jumlah mikroba sesuai hasilnya dengan
prinsip pengenceran. Pastikan inkubasi selama 18-24 jam agar bakteri memiliki banyak
waktu untuk tumbuh menjadi koloni yang mudah untuk diamati.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bailey and Scott’s. 1994. Diagnostic Microbiology. 8th Edition. Toronto. 313-328.

Brooks, G. F., Butel, J. S., Morse, S. A., Jawetz, Melnick, & Adelberg. (2010). Medical
Microbiology 25th Ed. USA: McGraw-Hill Company

Dwidjoseputro. (2010). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hadioetomo, R. S. (1993). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Harley, J. P. dan Prescott, L. M. (2008). Laboratory Exercises in Microbiology 7th Edition.


Massachussets: McGraw-Hill, Massachussets.

Irianto, K. (2006). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid I. Bandung: Yrama


Widya.

Jutono, Hartadi, S., Siti, K. S., Susanto, & Suhadi. (1980). Mikrobiologi Umum. Yogyakarta:
UGM-Press.

Lay, W. B. (1994). Analisa Mikroba di Laboratorium. Ed. II. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Pelczar, M..J., & Chan, E. C. S. (2006). Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UI Press.

Volk & Wheeler. (1993). Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

12

Anda mungkin juga menyukai