Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KONTRAKSI OTOT JANTUNG

Disusun untuk Memenuhi Tugas mata Kuliah Fisiologi Hewan


Yang dibimbing oleh :
Prof. Dr. Abdul Gofur, M. Si. dan Wira Eka Putra, S. Si., M. Med. Sc

Oleh:
Kelompok 4
Offering I 2018

1. Arining Rizky Handayani (NIM 180342618035)


2. Novan Adhi Nugroho (NIM 180342618044)
3. Rifqah Dwi Pratiwi (NIM 180342618022)
4. Thania Ayu Pramesty (NIM 180342618029)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
SEPTEMBER 2019
A. Dasar Teori

B. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
• Papan • Katak
• Alat seksi
• Dkk

C. Prosedur Kerja

D. Data Pengamatan

E. Analisa Data

Pada kegiatan praktikum kontraksi otot jantung ini, dilaksanakan dengan


tujuan untuk melihat sifat otomatis dan ritmis dari tiap-tiap bagian jantung,
memahami peran sinus venosus pada kontraksi otot jantung, dan mengamati
pengaruh beberapa faktor ekstrinsik terhadap aktivitas jantung. Perlakuan pada
jantung katak, diantaranya:

1. Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung


Berdasarkan perlakuan pertama, didapatkan hasil bahwa ketika jantung masih
di tubuh katak dan perikardium telah dibuka, denyut jantung pada ulangan pertama
adalah 73 kali permenit. Pada ulangan kedua, 71 kali permenit dan ulangan ketiga
didapatkan jumlah denyut jantung sebanyak 75 kali permenit. Sehingga didapatkan
rata-rata 73 kali permenit. Untuk irama detak jantung adalah berirama dan normal.
Selanjutnya, ketika jantung dikeluarkan dari tubuh dan dimasukkan ke dalam
cawan petri yang berisi larutan ringer, didapatkan hasil bahwa pada ulangan pertama
jumlah denyut jantung sebanyak 71 kali permenit. Pada ulangan kedua, 62 kali
permenit dan ulangan ketiga didapatkan jumlahdenyut jantung sebanyak 61 kali
permenit. Sehingga didapatkan rata-rata 65 kali permenit. Untuk irama detak jantung
adalah berirama dan lemah.
Kemudian, ketika jantung dipisahkan dari sinus venosus, didapatkan hasil
bahwa pada ulangan pertama jumlah denyut jantung sebanyak 0 kali permenit. Pada
ulangan kedua, 0 kali permenit dan ulangan ketiga didapatkan jumlahdenyut jantung
sebanyak 0 kali permenit. Sehingga didapatkan rata-rata 0 kali permenit. Untuk irama
detak jantung adalah tidak berirama dan tidak berdetak.
Selanjutnya, perlakuan pada untuk jantung dimana bagian ventrikel dan atrium
dipisah, didapatkan hasil bahwa pada ulangan pertama jumlah denyut atrium dan
ventrikel sebanyak 0 kali permenit. Pada ulangan kedua, 0 kali permenit dan ulangan
ketiga didapatkan jumlah denyut atrium dan ventrikel sebanyak 0 kali permenit.
Sehingga didapatkan rata-rata 0 kali permenit. Untuk irama detak jantung adalah
tidak berirama dan tidak berdetak.
2. Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia terhadap Aktivitas Jantung
3. Pengaruh Ion terhadap Aktivitas Jantung

F. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah di laksanakan, maka dapat dibahas secara


terperinci sebagai berikut :
Berkaitan dengan perubahan organ pernafasan dari insang menjadi paru-paru,
maka struktur anatomis jantung pada amphibia juga mengalami perubahan. Jantung
amphibia (katak) terbagi menjadi tiga ruang, yaitu dua atrium dan satu ventrikel.
Antara atrium kiri dan kanan dipisahkan oleh septum interatrium, suatu membran
tipis yang tersusun dari jaringan ikat dan endotelium. Darah yang miskin O2 dari
seluruh tubuh dibawa oleh vena cava lalu melewati sinus venosus kemudian
memasuki jantung melalui atrium kanan (posisi sinus venosus hanya di bagian
anterior atrium kanan) (Tenzer, dkk., 2014). Sinus venosus merupakan salah satu
karakteristik yang dimiliki oleh jantung amphibia (katak) jika akan membedakan
dengan jantung vertebrata lainnya. Karakteristik lain, jantung katak mempunyai
centrum automasi sendiri yang artinya jantung katak akan tetap berdenyut meskipun
hubungannya telah diputuskan dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh.
Untuk sistem sirkulasi, sistem sirkulasi pada katak adalah sistem peredaran darah
tertutup dan sistem peredaran darah ganda (Dukes, 1955).
1. Sifat Otomatis dan Ritmis
Berdasarkan pengamatan mengenai sifat otomatis dan ritmis jantung. Setelah
melakukan single phiting terhadap katak kemudian diberi perlakuan, frekuensi denyut
jantung sebagai berikut:

Jumlah Rata-Rata Denyut Jantung/Menit

80
70
60
Ventrikel
50
40 Atrium
30
20 Rata-rata Detak
10 Jantung/menit
0
Dalam tubuh Dikeluarkan Dipisahkan Dipisahkan
dari tubuh dari sinus atrium dari
venosus ventrikel

Ketika jantung katak masih dalam tubuh katak, didapatkan rata-rata detak
jantung/menit sebanyak 73 dan irama detak jantung adalah berirama dan normal.Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Tortora (1984), bahwa pada sel otot jantung
dalam tubuh dapat terjadi peristiwa depolarisasi secara spontan tanpa adanya
stimulus, kemudian terjadi peristiwa repolarisasi yang berjalan menurut irama
tertentu, ketika jantung masih berada dalam tubuh, jantung masih memiliki
keefektifan dalam kerja jantung, yang dikendalikan oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Kemudian, dikatakan berirama sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh
Soewolo (2003), bahwa dikatakan ritmis (berirama) karena beberapa serabut jantung
bersifat autoritmik, yaitu mencetuskan sendiri kontraksi beriramanya. Kontraksi
serat-sarat otot jantung yang tersusun seperti spiral menghasilkan efek memeras yang
penting agar pemompaan berlangsung efisien. Penting juga agar pemompaan efektif
adalah kenyataan bahwa serat-serat otot di setiap bilik bekerja sebagai sebuah
sinsitium fungsional, berkontraksi sebagai satu kesatuan. Serabut-serabut autoritmik
mempunyai 2 fungsi yang sangat penting, pertama bekerja sebagai suatu pacemaker
(perintis jalan), yang menyusun irama bagi keseluruhan denyut jantung, dan kedua
membentuk sistem konduksi,yaitu jalur bagi penghantar impuls ke seluruh otot
jantung. Komponen sistem konduksi meliputi: nodus sinoaatrial, nodus
atrioventikular, bundel HIS, bundel HIS kanan-kiri dan serabut purkinje, pada
keadaan normal jantung dalam tubuh, pembangkitan impuls jantung mulai dari nodus
sinoatrial yang terletak di dinding atrium kanan, tepat dibawah lubang masuk vena
cava superior. Setiap impuls nodus sinoatrial menjalar keseluruh jantung melalui
sistem konduksi dan celah pada diskus interkalatus.
Ketika jantung katak sudah dikeluarkan dari tubuh jantung katak, didapatkan
rata-rata detak jantung/menit sebanyak 65 dan irama detak jantung adalah berirama
serta lemah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Tortora (1984), bahwa
meskipun kontraksi otot tidak bergantung pada impuls saraf, tetapi laju kontraksinya
dikendalikan oleh saraf otonom, sehingga ketika jantung dikeluarkan dari dalam
tubuh, laju kontraksinya menjadi menurun atau atau lemah. Menurut Affandi (2001),
Bahkan bila jantung katak diambil selagi masih hidup dan ditaruhkan dalam larutan
fisiologis yang sesuai akan tetap berdenyut. Denyut yang akan tetap berirama atau
ritmis meskipun hubungan dengan syaraf diputuskan disebut sebagai jantung
miogenik.
Selanjutnya, ketika jantung katak dipisahkan dari sinus venosus, didapatkan
rata-rata detak jantung/menit sebanyak 0 atau tidak berdetak dan irama detak jantung
adalah tidak berirama. Tortora (1984), menyatakan bahwa bahwa pada sinus venosus
denyut jantung masih berirama, karena sinus venosus merupakan sistem nodus yang
memicu jantung untuk tetap berdenyut dan berirama, sehingga masih dapat terjadi
depolarisasi dan repolarisasi dengan kontraksi dan relaksasi, namun ketika sinus
venosus diambil, jantung sudah tidak mengalami sifat ritmis, karena sudah tidak ada
yang memicu gerakan ritmis dari sinus venosus. Namun jantung akan bisa berdenyut
jika dipicu dengan menyentuhkan batang gelas, serta denyut jantungnya sudah lemah
dan tidak berirama. Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil praktikum karena ada
kesalahan saat memisahkan sinus venosus dan jantung (ada bagian struktur yang
kepotong), ketidakakuratan atau kesalahan pengamat saat menyentuhkan batang
gelas ke jantung, serta saat mengamati denyut jantung.
Selanjutnya, ketika jantung katak dipotong bagian anatomisnya yaitu
dipisahkan atrium dari ventrikelnya. Hasil rata-rata detak jantung/menit yang
didapatkan adalah dari bagian atrium sebanyak 0 atau tidak berdetak serta bagian
ventrikel juga sebanyak 0 atau tidak berdetak dan irama detak jantung adalah tidak
berirama. Hal tersebut didukung teori oleh Gofur dkk. (2016), menyatakan bahwa
denyut jantung pada katak memiliki periode refraktori (refraktor) yang merupakan
interval waktu ketika kontraksi kedua tidak dapat dipicu dan sangat lemah, sehingga
sudah tidak dapat melakukan fungsi memompa yang bergantung dengan pergantian
kontraksi dan relaksasi.

G. Kesimpulan

1. Menjawab tujuan
2. Jantung katak mempunyai centrum automasi sendiri yang artinya jantung katak
akan tetap berdenyut meskipun hubungannya telah diputuskan dengan susunan
syaraf atau di keluarkan dari tubuh.
3.
Lampiran

1. Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung

Gambar 1. Tahapan yang Pertama Gambar 2. Tahapan yang Kedua

Gambar 3. Tahapan yang Ketiga Gambar 4. Tahapan yang Keempat


DAFTAR RUJUKAN

Affandi, R., dan Usman, M.T. 2001.Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press.

Dukes, H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. New York: Comstock Pub.
Associated.
Gofur, Abdul., Susilowati, Sri, Rahayu,L., Nuning,Wulandari. 2016. Petunjuk
Praktikum Fisiologi Hewan dan Manusia. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Tenzer, A., Lestari, U., Gofur, A., Rahayu, S.E., Masjhudi, Handayani, N.,
Wulandari, N. dan Maslikah, S.I. 2014. Struktur Perkembangan Hewan
Bagian I. Malang: OPF IKIP Malang.

Tortora, Gerard and Nicholas P.A. 1984. Principles of Anatomy and Physiology. New
York: D Van Nostran Company.

Anda mungkin juga menyukai