Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH STRUKTUR PERKEMBANGAN HEWAN 1

HISTOLGI & ANATOMI PERBANDINGAN

SISTEM SARAF PADA VERTEBRATA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Struktur Perkembangan Hewan 1

Yang Dibina Oleh Dra. Amy Tenzer M. S. dan Ajeng Daniarsih,S. Si., M. Si.

Disajikan Pada Tanggal 22 April 2020

Disusun Oleh :

Kelompok 9 Offering G 2019

Astrid Shabrina Kesumareswari 190342621228

Rizka Ayu Pambudiningtyas 190342621272

Siti Evaun Anisah 190342621261

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

April 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Struktur Perkembangan Hewan I dengan judul “ Histologi dan Anatoni
Perbandingan Sistem Saraf pada Vertebrata”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 22 April 2020

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar 2

BAB I: Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 6

BAB II Pembahasan
2.1 Histologi dan Anatomi Sistem Saraf pada Manusia 7
2.1.1 Sistem Saraf Pusat 7
2.1.1.1 Otak 7
2.1.1.1.1 Serebrum 8
2.1.1.1.2 Serebelum 12
2.1.1.1.3 Batang Otak 17
2.1.1.2 Medula Spinalis 18
2.1.2 Sistem Saraf Tepi 19
2.1.2.1 Sistem Saraf Somatis 19
2.1.2.1.1 Saraf Kranial 19
2.1.2.1.2 Saraf Spinal 21
2.1.2.2. Sistem Saraf Otonom 20
2.2 Anatomi Saraf Pada Pisces 25
2.3 Anatomi Saraf Pada Amphibi 30
2.4 Anatomi Saraf Pada Reptil 33
2.5 Anatomi Saraf Pada Aves 36
2.6 Anatomi Saraf Pada Mamalia 38

BAB III: Penutup


3.1 Kesimpulan 44
3.2 Saran 44

3
Tabel Perbandingan Sistem Saraf Vertebrata 45
Daftar Pustaka 47

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke


susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan
rangsangan. Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil dari
organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks. Susunan
saraf manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan kecepatan
pemrosesan yang tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf).
Susunan sistem saraf pada vertebrata secara anatomi dibagi menjadi dua, sistem
saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal)
dan secara fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik. Sistem saraf memiliki
3 fungsi utama, yaitu menerima rangsangan, memproses informasi yang diterima
dan memberi respon terhadap rangsangan.
Sistem saraf merupakan sistem yang khas bagi hewan. Sistem saraf yang
dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin
kompleks sistem sarafnya. Berbeda dengan pada avertebrata, di mana sistem
saraf pada avertebrata secara umum belum terdiferensiasi secara jelas seperti
halnya pada vertebrata, maka pada vertebrata ini sistem saraf terdiferensiasi
dalam beberapa bagian dengan tugas-tugas yang kebih kompleks.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Struktur Histologi Organ-Organ Penyusun Sistem Saraf?


2. Bagaimana Anatomi Sistem Saraf Betina pada Pisces?
3. Bagaimana Anatomi Sistem Saraf Betina pada Aves?
4. Bagaimana Anatomi Sistem Saraf Betina pada Amphibi?
5. Bagaimana Anatomi Sistem Saraf Betina pada Reptil?
6. Bagaimana Anatomi Sistem Saraf Betina pada Mamalia?

5
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Struktur Histologi Organ-Organ Penyusun Sistem Saraf


2. Untuk mengetahui Anatomi Sistem Saraf pada Pisces
3. Untuk mengetahui Anatomi Sistem Saraf pada Aves
4. Untuk mengetahui Anatomi Sistem Saraf pada Amphibi
5. Untuk mengetahui Anatomi Sistem Saraf pada Reptil
6. Untuk mengetahui Anatomi Sistem Saraf pada Mamalia

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Histologi Sistem Saraf pada Manusia

Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi yang terdiri dari saraf pusat
(otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf kranial dan spinal) dan secara
fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik (Bahrudin, 2013).

Gambar 2.1 Susunan Saraf Manusia (Nugroho, 2013)

2.1.1 Sistem Saraf Pusat


Susunan saraf pusat (SSP) terdiri dari otak (ensefalon) dan medula spinalis,
yang merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas tubuh. Bagian
fungsional pada susunan saraf pusat adalah neuron akson sebagai penghubung dan
transmisi elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel glia yang menunjang
secara mekanik dan metabolik (Bahrudin, 2013).
2.1.1.1 Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur
dari segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tengkorak. Bagian
utama otak adalah otak besar (serebrum), otak kecil (sereblum) dan otak tengah
(Khanifuddin, 2012).

7
Gambar 2.3 Bagian-bagian Otak (Nugroho, 2013)

2.1.1.1.1 Serebrum
Serebrum merupakan bagian terbesar otak manusia, terdiri atas dua
hemisfer. Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri
dan hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan.
Masing-masing hemisfer terdiri dari empat lobus. Keempat lobus tersebut masing-
masing adalah lobus frontal (bagian paling depan dari serebrum), lobus parietal
(bagian tengah serebrum), lobus oksipital (bagian bawah) dan lobus temporal
(berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal). Apabila diuraikan lebih
detail, setiap memiliki fungsi masing-masing.

Gambar 2.4 Anatomi Serebrum (anonim)


Pada lobus frontal terdapat pusat motoris, pusat pramotoris, pusat sensoris,
pusat sensoris lapang pandang, dan pusat motoris bicara Broca (terlibat dalam
pembentukan kata-kata). Pada lobus parietalis terdapat pusat perabaan untuk

8
tekanan, getaran, rasa nyeri, dan suhu, serta pusat kecapan. Pada lobus temporalis
terdapat pusat pendengaran dan keseimbangan, serta pusat penciuman. Pada lobus
oksipital terdapat pusat melihat dan pusat bicara.
Permukaan otak manusia tidak rata tetapi dibentuk oleh tonjolan (gyrus) dan
lekukan (sulcus). Adanya gyri dan sulci ini menyebabkan luas permukaan otak
menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan massa otak yang permukaannya
rata (Wibowo, 2001). Bagian luar cerebrum dibentuk oleh massa berwarna gelap
(kelabu atau substantia grisea) yang membentuk cortex dan di lapisan sebelah
dalam oleh massa yang berwarna putih (substantia alba). Lapis luar cerebrum
disebut korteks cerebri. Korteks mengandung stroma sel, dendrit dan beberapa
akson dari sel-sel saraf (Duus, 1996). Karena badan sel saraf dari korteks cerebri
berwarna kelabu, maka lapisan ini disebut substantia grisea. Lapis cerebrum di
bawah korteks disebut substantia alba yang mengandung milyaran akson yang
berjalan ke dan dari korteks (Goleman, 1995). Permukaan interna dari substantia
alba terdiri dari dinding ventrikel lateral (Duus, 1996).
Korteks serebri adalah bagian yang memiliki ketebalan bervariasi antara 1,5
– 4,55 mm, terbagi menjadi 6 lapis, diantaranya sebagai berikut: (Eroschenko,
2008)

Gambar 2.5 Histologi Korteks Serebrum (Eroschenko, 2008)

9
Gambar 2.6 Lapisan-lapisan korteks serebri (Snell, 2009)
1. Lapisan molekularis (lapisan zonalis). Lapisan ini memiliki sel yang relatif
sedikit. Selain cabang dendrit distal (apical tuft) sel piramidalis letak rendah
dan akson yang membuat kontak sinaptik dengannya, lapisan ini sebagian
besar terdiri dari neuron kecil (sel Cajal-Retzius) yang dendritnya berjalan
secara tangensial didalam lapisan ini. Selain itu juga terdapat sel Golgi tipe
II. Sel Cajal-Retzius berperan penting pada perkembangan pola laminar
kortikal. Beberapa diantaranya berdegenerasi segera setelah perkembangan
selesai.
2. Lapisan granularis eksterna. Lapisan ini banyak mengandung sel-sel
granular (sel nonperamidalis) dan sedikit sel piramidalis yang dendritnya
membentuk cabang di dalam lapisan granularis eksterna dan berjalan naik
ke lapisan molekularis.
3. Lapisan piramidalis eksterna. Lapisan ini banyak mengandung sel
piramidalis yang berukuran lebih kecil dibanding lapisan kortikal yang lebih
dalam. Sel-sel tersebut berorientasi dengan dasarnya ke arah substansia alba
subkortikalis. Pada lapisan ini akson sudah mendapat selubung mielin,

10
dimana struktur ini dapat berfungsi sebagai serabut proyeksi atau serabut
commissura atau disebut juga serabut asosiasi. Diantara sel-sel piramidal
terdapat pula sel-sel granular dan sel Martinotti dengan akson berjalan naik
ke lapisan superfisial.
4. Lapisan granularis interna. Lapisan ini banyak mengandung sel
nonpiramidalis, yaitu sel neuron berbentuk bintang. Sel granular terutama
menerima input aferen dari neuron talamik melalui proyeksi talamokortikal.
Serabut yang terletak di lapisan ini sebagian besar berorientasi radial, tetapi
yang terletak di lapisan granularis interna secara keseluruhan berjalan secara
tangensial, membentuk external band of baillarger.
5. Lapisan piramidalis interna (lamina Ganglionaris). Lapisan ini mengandung
sel piramidalis berukuran sedang dan besar, bercampur dengan sel granular
dan sel Martinotti. Sel terbersar (sel Betz) hanya ditemukan pada
giruspresentralisis. Neurit yang bermielin sangat tebal pada sel ini
membentuk traktus kortikonuklearis dan traktus kortikospinalis. Lapisan ini
juga mengandung serabut yang berorientasi tangensial internal band of
baillarger.
6. Lapisan multiformis. Lapisan ini terdiri atas sel berbentuk kumparan
(spindel) dengan sumbu panjang tegak lurus dengan permukaan korteks.
Lapisan ini juga mengandung sel granular, sel Martinotti, dan sel bintang.
Sel neuron berbentuk kumparan ini mempunyai dendrit sel piramidal di
dalam lamina ganglionaris. Akson-aksonya mencapai substansia alba
sebagai serat proyeksi eferen dan asosiasi.
Tipe sel saraf yang terdapat di korteks serebri yaitu :
1. Sel Piramidal, sel ini dinamakan sesuai bentuk badan selnya. Sebagian besar
badan sel berukuran sepanjang 10-50 µm. Namun, ada sel piramid yang
berukuran sangat besar disebut juga sel Betz yang badan selnya berukuran
hingga 120 µm (Snell, 2009).
2. Sel Stellatum, sel ini kadang-kadang disebut sel-sel granular karena
berukuran kecil, berbentuk poligonal dan badan selnya berdiameter sekitar
8 µm. Sel-sel ini memiliki cabang-cabang dendrit multipel dan akson yang
relatif pendek, yang berakhir pada neuron di dekatnya (Snell, 2009).

11
3. Sel Fusiformis, sel ini memiliki aksis vertikal panjang menuju permukaan
dan terutama terpusat dilapisan kortikal yang paling dalam. Dendrit muncul
dari masing-masing kutub badan sel. Dendrit inferior bercabang didalam
lapisan selular yang sama, sedangkan dendrit superfisial naik ke arah
permukaan korteks dan bercabang di lapisan superfisial. Akson muncul dari
bagian interior badan sel dan masuk ke substantia alba sebagai serabut
proyeksi, serabut asosiasi, atau serabut commisura (Snell, 2009).
4. Sel Horisontal Cajal, sel ini merupakan sel yang kecil, fusiformis, dan
cenderung horizontal ditemukan dilapisan kortikal yang paling superfisial.
Dendrit muncul dari masing-masing ujung sel dan aksonnya berjalan sejajar
ke permukaan korteks, kontak dengan dendrit sel-sel piramidal (Snell,
2009).
5. Sel Martinotti, sel ini berbentuk multipolar kecil yang ditemukan diseluruh
tingkat korteks. Sel ini memiliki dendrit yang pendek, tetapi aksonnya
langsung mengarah ke permukaan pial korteks, dan berakhir dipermukaan
yang lebih superfisial, umumnya lapisan yang paling superfisial. Akson ini
membentuk beberapa cabang kolateral yang pendek selama perjalannya
(Snell, 2009).

2.1.1.1.2 Serebelum
Serebelum atau otak kecil terletak di rongga kepala bagian belakang pada
fossa cranii posterior dan dipisahkan dari cerebrum oleh tentorium yang terdapat
pada fissura transversa (celah antara serebrum dan serebelum). Organ ini
menerima banyak sekali serabut afferent dan merupakan pusat koordinasi fungsi
motoris otot. Ukurannya kurang lebih sebesar tangan yang dikepalkan dipisahkan
dari pons oleh keberadaan ventriculuc quartus (Wibowo, 2001).
Serebelum terbagi menjadi 3 lobus antara lain lobus anterior, lobus medius,
dan lobus flokulonodularis (Guyton and Hall, 2012). Sedangkan secara
fungsional, serebelum terdiri dari bagian vestibuloserebelum (lobus
flokulonodularis), spinoserebelum (pars intermedialis), dan serebroserebelum
(Baehr and Frotscher, 2010)

12
Gambar 2.7 Anatomi serebelum (anonim)
Serebelum juga mempunyai struktur yang berlipat-lipat dan tersusun dalam
lamina. Serebelum juga terdiri atas korteks dan medulla dengan struktur yang
lebih sederhana. Medula serebelum berbentuk menjari pada irisan median. Bahan
penyusunnya yang terbesar adalah bahan putih (subtansia alba) yang terdiri atas
berkas-berkas serabut saraf. Selain itu pada medula terdapat inti (nuklei) yang
besar dan berkelok-kelok yang disebut inti dentata. korteksnya terdiri atas tiga
lapisan, yang paling luar lapisan molekuler, lalu lapisan sel purkinje, dan lapisan
dalam (lapisan granuler).

Gambar 2.8 Irisan sagital serebelum manusia (Tenzer, 2014)

13
Gambar 2.9 korteks serebelum (anonim)
Pia mater, yang menutupi dan melindungi serebelum terlihat mengelilingi
perimeter struktur serebelum ini pada bagian yang diwarnai hijau pada gambar di
bawah.

Gambar 2.10 Pia mater (diwarnai hijau) (anonim)


Lapisan molekuler mengandung banyak akson sel granul dan dan dendrit
dari sel Purkinje. Sel stellate yang terletak di permukaan dan sel basket ditemukan
di lapisan ini. Sel-sel bintang biasanya mengandung dendrit pendek yang

14
membuat kontak dengan sebagian kecil dendrit sel Purkinje. Sel purkinje
mempunyai badan sel yang besar dengan dendrit yang sangat bercabang dan
kompeks. Dendrit itu mengisi sebagian besar lapisan molekuler dan menjadi
penyebab sedikitnya nuclei di lapisan itu (Wibowo, 2001).

Gambar 2.11 Lapisan molekuler (diwarnai hijau) (anonim)


Lapisan tengah (lapisan sel Purkinje) terdiri dari satu lapisan sel Purkinje
berbentuk seperti buah pir besar. Dendrit sel-sel ini berada di lapisan molekuler,
sedangkan aksonnya menonjol ke dalam melalui lapisan granular.

Gambar 2.12 Lapisan tengah (lapisan sel Purkinje) (diwarnai hijau)


(anonim)

15
Lapisan granular mengandung banyak sel granul yang padat dan sel Golgi
tipe II. Sel-sel granul, yang merupakan salah satu neuron terkecil di otak
berdiameter hampir 5μm dengan bentuk bulat hingga oval. Akson mereka meluas
ke lapisan molekuler di mana mereka bercabang dalam bentuk T membentuk serat
paralel dan sinapsis dengan dendrit Purkinje, basket dan sel-sel bintang.

Gambar 2.13 Lapisan granular (diwarnai hijau) (anonim)


Inti dari sel-sel granul ini umumnya berwarna gelap, memberikan seluruh lapisan
granular penampilan yang lebih gelap dibandingkan dengan lapisan lainnya. Sel-sel
Golgi juga tersebar di seluruh lapisan granular, dengan dendritnya bercabang di
lapisan molekuler, sementara aksonnya bersinaps dengan sel granul.

Gambar 2.13 Sel granul (diwarnai hijau) (anonim)

16
2.1.1.1.3 Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasar dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk
mengontrol tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola makan
dan tidur. Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum.
Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah
berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran (Moore
& Argur, 2007).
2. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain dan
medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf Kranial
(CN) V diasosiasikan dengan pons (Moore & Argur, 2007).
3. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang otak
yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata terletak
juga di fossa kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan dengan
medulla, sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan dari pons
dan medula (Moore & Argur, 2007).

Gambar 2.14 Anatomi Batang Otak (anonim)

17
2.1.1.2 Medula Spinalis
Medula spinalis terdiri dari dua bagian yang terpisah; bahan putih
(substantia alba), yang merupakan bagian luar dan bahan abu-abu (substantia
grisea), yang merupakan bagian dalam. Subtantia grisea membentuk bentuk
seperti huruf-H atau seperti kupu-kupu (sehingga ada 3 gambaran tanduk: Kornu
dorsale: pada medulla spinalis utuh disebut kolumna dorsalis; Kornu laterale:
pada pada medulla spinalis utuh disebut kolumna lateralis; Kornu ventrale: pada
medulla spinalis utuh disebut kolumna ventralis; Substantia grisea mengandung
neurositus : banyak neuroglia, terutama astrositus neurofibra non-myelinata) di
mana tanduk ventral dari H lebih luas dari tanduk dorsal. Substantia grisea juga
memiliki kanal sentral yang terlihat secara histologis. Tanduk ventral dari
substantia grisea mengandung tubuh sel neuron motorik sementara tanduk dorsal
mengandung neuron sensorik di mana tubuh sel ditemukan di ganglia akar
dorsal. Ukuran relatif dari substantia grisea tergantung pada jumlah sel motorik
yang terkait dengan pengontrolan anggota gerak dan oleh karena itu ukurannya
bervariasi di sepanjang tulang belakang. Di sekitar area depan dan belakang,
substantia grisea jauh lebih besar.

Gambar 2.15 Irisan melintang medula spinalis (anonim)

18
2.1.2 Sistem Saraf Tepi
Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang
merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh. SST tersusun dari semua saraf
yang membawa pesan dari dan ke SSP (Bahrudin, 2013). Berdasarkan fungsinya
SST terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
2.1.2.1 Sistem Saraf Somatik (SSS)
Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf
spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh kesadaran.
2.1.2.1.1 Saraf kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa
dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar
tersusun dari serabut sensorik dan motorik. Kedua belas saraf tersebut dijelaskan
pada gambar dan tabel di bawah.

Gambar 2.16 Distribusi Saraf Kranial (anonim)

Nomor Nama Jenis Fungsi

Menerima rangsang dari hidung dan


I Olfaktorius Sensori menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagai sensasi bau

19
Menerima rangsang dari mata dan
II Optik Sensori menghantarkannya ke otak untuk diproses
sebagai persepsi visual

III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata

IV Troklearis Motorik Menggerakkan beberapa otot mata

Sensori: Menerima rangsangan dari wajah


V Trigeminus Gabungan untuk diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang

VI Abdusen Motorik Abduksi mata

Sensorik: Menerima rangsang dari bagian


anterior lidah untuk diproses di otak
VII Fasialis Gabungan sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot wajah
untuk menciptakan ekspresi wajah
Sensori sistem vestibular: Mengendalikan
keseimbangan
VIII Vestibulokoklearis Sensori
Sensori koklea: Menerima rangsang untuk
diproses di otak sebagai suara

Sensori: Menerima rangsang dari bagian


posterior lidah untuk diproses di otak
IX Glosofaringeus Gabungan sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ
dalam

Sensori: Menerima rangsang dari organ


dalam
X Vagus Gabungan
Motorik: Mengendalikan organ-organ
dalam

XI Aksesorius Motorik Mengendalikan pergerakan kepala

XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan pergerakan lidah

Saraf kranial I, II, dan VIII hanya mengandung serabut-serabut sensoris,


sehingga disebut saraf sensoris. Saraf-saraf kranial lainnya mengandung serabut
sensoris dan motoris, sehingga disebut saraf campuran. Saraf kranial III, IV, dan
XII merupakan saraf campuran yang bersifat motoris, membantu untuk

20
merangsang kontraksi otot rangka. Badan sel serabut motorisnya terdapat pada
nuklei-nuklei di dalam otak.
2.1.2.1.2 Saraf spinal
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan
sensorik, membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan
melalui eferen. 31 pasang saraf spinal terdiri atas: 8 pasang saraf servikal, 12
pasang saraf toraks, 5 pasang saraf lumbar, 5 pasang saraf sakral, dan 1 pasang
saraf koksigeus.

Gambar 2.17 Saraf Spinalis (31 pasang) beserta nama dan letaknya
(anonim)
Karena medula spinalis manusia lebih pendek dari kolumna vertebralisnya
(mendula spinalis hanya berakhir pada vertebra lumbar ke II), maka bagian
inferior medula spinalis membentuk berkas akar-akar saraf spinal yang panjang,
yang menjulur menuju foramen-foramen intervertebralis di bawahnya. Struktur
berkas akar-akar saraf spinal tersebut tersusun paralel menyerupai ekor kuda,
sehingga disebut kauda equina.

21
Di dekat tempat persatuan antara akar ventral dan akar dorsal timbul 3
percabangan saraf spinal, yaitu:
1. Ramus dorsal
Memasok persarafan kulit dan otot bagian dorsal tubuh.
2. Ramus ventral
Memasok persarafan otot dan struktur-struktur lain dari anggota dan
tubuh bagian lateral dan ventral
3. Ramus penghubung (ramus viseral)
Terdiri atas ramus putih dan ramus kelabu, menghubungkan saraf spinal
dengan ganglion dari rantai saraf simpatis.

Selain ketiga cabang (ramus) tersebut terdapat pula, ramus meningeal yang kembali
masuk melalui foramen intervertebralis untuk memasok persarafan vertebra,
ligamen-ligamen vertebralis, pembuluh darah dalam medula spinalis, dan
meninges.

Ramus ventral saraf spinal (kecuali saraf toraks 2-11) membentuk anyaman
dengan ramus saraf-saraf spinal yang berdekatan sebelum memasuki bagian tubuh
yang disarafinya. Anyaman ramus ventral disebut pleksus. Pada manusia terdapat
4 pleksus saraf spinal, yaitu:

a) Pleksus servikal
Anyaman antara saraf-saraf servikal 1-5. Memasok persarafan kulit dan otot
kepala, leher, dan bahu bagian atas; berhubungan dengan beberapa saraf
kranial, dan memasok persarafan diafragma.
b) Pleksus brakhial
Anyaman antara saraf-saraf servikal 5-toraks 1. Memasok persarafan
anggota kelas atas dan sejumlah otot leher dan bahu.
c) Pleksus lumbar
Anyaman antara saraf-saraf lumbar 1-4. Memasok persarafan bagian
anterolateral dinding perut, organ genitalia luar dan sebagian anggota
bawah.
d) Pleksus sakral

22
Anyaman antara saraf-saraf lumbar 4-sakral 4. Memasok persarafan pantat,
perineum, dan anggota bawah.

2.1.2.2 Sistem Saraf Otonom (SSO)


Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari. Jaringan dan organ tubuh yang diatur oleh sistem saraf otonom adalah
pembuluh darah dan jantung. Sistem ini terdiri atas sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Fungsi dari kedua sistem saraf ini adalah saling
berbalikan. Divisi simpatis menyiapkan tubuh untuk penggunaan energi, dalam
keadaan stress, atau keadaan gawat darurat. Sebaliknya divisi parasimpatik lebih
aktif dalam keadaan istirahat atau biasa. Parasimpatis juga menyeimbangkan
efek divisi simpatis dan memulihkan tubuh kembali menjadi keadaan istirahat
setelah keadaan yang stressful. Meskipun demikian, divisi simpatis dan
parasimpatis tidak bekerja sendiri-sendiri, namun lebih memiliki interaksi dan
kordinasi secara fisiologis dan fungsional (Martini, 2006; Shier et al, 2009).
Seperti halnya sistem saraf somatis, SSO juga memiliki reflek yang disebut
sebagai refleks viseral, dimana sinyal-sinyal sensorik bawah sadar dari organ
viseral dapat memasuki ganglia otonom, batang otak, atau hipotalamus
dankemudian mengembalikan respon refleks bawah sadar langsung ke organ-
organ viseral dan mengatur aktifitas organ-organ tersebut (Guyton, 2007).
Reflek ini memiliki kerja yang luas di tubuh, seperti pada reflek pada pengaturan
tekanan darah, batuk, menelan, dan lain sebagainya. Setiap reflek tersebut
kebanyakan adalah reflek yang terjadi saat terdapat hal yang menggancam dan
memiliki kepentingan tersendiri untuk menjaga agar kondisi tubuh tetap
hemodinamis (Tanner et al., 2003).

23
Gambar 2.18 Sistem Saraf Otonom (Parasimpatik-Simpatik) (anonim)

SST berdasarkan divisinya juga dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Divisi sensori (afferent) yaitu susunan saraf tepi dimulai dari receptor pada
kulit atau otot (effector) ke dalam pleksus, radiks, dan seterusnya kesusunan
saraf pusat. Jadi besifat ascendens.
2. Divisi motorik (efferent) yang menghubungkan impuls dari SSP ke effector
(Muscle and Glands) yang bersifat desendens untuk menjawab impuls yang
diterima dari reseptor di kulit dan otot dari lingkungan sekitar (Bahrudin,
2013)

24
2.2 Anatomi Sistem Saraf Pada Pisces

Gambar 2.19 Otak Ikan (Lagler et al., 1997)

Ikan mempunyai otak yang pendek. Lobus olfaktorius, hemisfer serebral,


dan diensefalon kecil, sedang lobus optikus dan serebellum besar. Ada 10 pasang
saraf kranial. Korda saraf tertutup dengan lengkung-lengkung neural sehingga
mengakibatkan saraf spinal berpasangan pada tiap segmen tubuh. Terdapat pada
ikan bertulang menulang yaitu saku olfaktoris pada moncong dengan sel-sel yang
sensitif terhadap substansi yang larut dalam air, kuncup perasa di sekitar mulut.
Mata lebar mungkin hanya jelas untuk melihat dekat, tetapi dapat digunakan untuk
mendeteksi benda-benda yang bergerak diatas permukaan air atau di darat
didekatnya. Telinga dalam dengan 3 saluran semisirkular, dan sebuah otolit untuk
keseimbangan. Ikan tidak mempunyai telinga tengah jadi tidak ada gendang
telinga. Oleh sebab itu, vibrasi atau suara diterima dan diteruskan melalui kepala
atau tubuh. Garis lateral tubuh mempunyai perluasan di daerah kepala dan berguna

25
untuk mendeteksi perubahan tekanan arus air (seperti menghindar dari batu-
batuan). Garis lateral itu diinervasi oleh saraf kranial ke X (N. vagus), oleh sebab
itu beberapa ahli berpendapat bahwa telinga tengah pada vertebrata air berasal
sama seperti garis lateral (Purnamasari & Santi, 2017).

Otak Ikan dibagi menjadi beberapa daerah. Di depan adalah lobus


penciuman , sepasang struktur yang menerima dan memproses sinyal dari lubang
hidung melalui dua saraf penciuman Lobus penciuman yang sangat besar dalam
ikan yang berburu terutama oleh bau, seperti. hagfish, hiu, dan lele. Di balik
cuping pencium adalah dua-lobed telencephalon , setara struktural ke otak dalam
vertebrata yang lebih tinggi. Dalam ikan telencephalon yang bersangkutan
kebanyakan dengan penciuman (Lagler dkk, 1977).

Ikan menerima rangsang dari lingkungannya melalui organ perasa.


Rangsangan tersebut selanjutnya diteruskan dalam bentuk impuls ke otak. Respon
yang diberikan oleh otak dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku. Sel-sel
saraf mulai berkembang sejak permulaan embrio dan berasal dari lapisan germinal
terluar (ectoderm). Unit terkecil dari sistem saraf disebut neuron (sel saraf). Setiap
neuron terdiri atas inti dan jaringan (perpanjangan sel). Perpanjangan sel terdiri
atas dendrite (berfungsi sebagai penerima impuls) dan axon (berfungsi sebagai
penerus impuls). Pertemuan antara axon dan dendrit dari sel saraf lainnya disebut
synapse (Santoso, 2009).

Menurut Isnaeni (2009), sistem saraf pada vertebrata dapat dibedakan atas:

1. Sistem saraf pusat (systema nervorum centrale), disusun oleh otak


(encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
2. Sistem saraf tepi (systema nervorum periphericum), disusun oleh saraf
otak (nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis).
3. Sistem saraf otonom, disusun oleh sistem saraf parasymphatic dan sistem
saraf symphatic.
4. Organ perasa khusus (special sense organs), terdiri atas organ gurat sisi
(linea lateralis), hidung, telinga, dan mata.

26
Serebelum adalah sebuah struktur lobed tunggal yang biasanya merupakan
bagian terbesar dari otak. Hagfish dan lamprey memiliki cerebellae relatif kecil,
sedangkan mormyrid otak kecil yang besar dan tampaknya mereka terlibat dalam
arti listrik. Batang otak atau myelencephalon adalah otak posterior. Dan juga
mengendalikan beberapa otot dan organ tubuh, pada ikan bertulang setidaknya,
batang otak mengatur pernapasan dan osmoregulasi (Lagler dkk, 1977).

Menurut Bond (1979), dari otak terdapat 11 saraf otak (nervi cerebralis)
yang menyebar ke organ-organ sensori tertentu dan otot-otot tertentu. Sebagian
besar saraf otak tersebut berhubungan dengan bagian-bagian kepala, tetapi ada
juga yang berhubungan dengan bagian-bagian tubuh.

1. Nervus terminalis (NC 0), saraf kecil yang bergabung dengan NC I,


berhubungan dengan otak depan, serabut-serabut sarafnya tersebar
mengelilingi bulbus olfactorius. Fungsinya mungkin meliputi sensori
somati dan sensori khusus.
2. Nervus olfactorius (NC I), menghubungkan organ olfactorius dengan
pusat olfactorius otak depan, berfungsi membawa impuls bau-bauan.
3. Nervus opticus (NC II), menghubungkan retina mata dengan tectum
opticum, berfungsi membawa impuls penglihatan.
4. Nervus oculomotoris (NC III), merupakan saraf motor somatik yang
mengatur otot mata musculus obliquus inferior, muculus rectus superior,
musculus rectus inferior, dan musculus rectus internal. Berhubungan
dengan otak mesencephalon.
5. Nervus trochlearis (NC IV), berhubungan dengan otak mesencephalon,
merupakan saraf motor somatik yang menginervasi otot mata musculus
obliquus superior.
6. Nervus trigeminalis (NC V), terbagi atas tiga cabang yaitu nervus
ophthalmicus dan nervus maxillaris (merupakan saraf sensori somatik)
serta nervus mandibularis (saraf sensori somatik dan saraf motor somatik).
Nervus ini menghubungkan bagian kepala dan rahang dengan medulla
oblongata. Fungsinya berkaitan dengan kepekaan kulit terhadap panas dan
sentuhan.

27
7. Nervus abducens (NC VI), merupakan saraf motor somatik yang
menghubungkan bagian depan medulla oblongata dengan otot mata
musculus rectus external. Fungsinya berhubungan dengan penarikan otot
penggerak biji mata.
8. Nervus facialis (NC VII), tersusun atas tiga cabang yaitu nervus
ophthalmicus superficialis, nervus buccalis, dan nervus hyomandibularis.
Saraf cabang ini berkaitan dengan saluran garis rusuk (linea lateralis) di
atas kepala, penerima rasa pada kepala dan tubuh, serta penerima
rangsangan sentuhan. Berhubungan dengan NC V dan NC VIII pada
medulla oblongata. Saraf ini punya komponen yang berkaitan dengan
sensori somatik, sensori visceral, dan fungsi motor visceral.
9. Nervus acousticus (NC VIII), sering dianggap sebagai cabang dari nervus
acousticofacialis pada ikan, mempunyai fungsi sensori somatik yang
berkaitan dengan telinga bagian dalam.
10. Nervus glossopharyngeal (NC IX), terdiri dari komponen sensori dan
motoris yang melayani bagian insang pertama. Fungsinya berkaitan
dengan garis rusuk, organ pengecap pada pharynx dan otot-otot insang.
11. Nervus vagus (NC X), memiliki beberapa percabangan. Cabang
supratemporal dan cabang garis rusuk melayani sistem garis rusuk.
Cabang branchial menuju ke bagian posterior celah insang. Cabang
visceral melayani organ-organ internal. Cabang dorsal recurrent
menginervasi penerima rasa.

Menurut Hickman dan Roberts (2000), sistem saraf ikan terdiri dari dua
bagian:

1. sistem serebrospinal (seperti ikan adalah vertebrata)


2. sistem otonom

Sistem cerebrospinal dibagi menjadi dua divisi: divisi utama, yang terdiri
dari kabel otak dan tulang belakang, dan divisi perifer, terdiri dari kedua saraf
tengkorak dan tulang belakang dan organ-organ penginderaan khusus, seperti
mata dan telinga. Sistem saraf otonom terdiri dari ganglia, serat, dan kedua bagian
simpatis dan parasimpatis (Hickman & Roberts, 2000).

28
Struktur organ yang paling penting dari sistem saraf, otak itu sendiri,
mungkin berbeda antara spesies yang berbeda dari ikan. Namun, semua otak berisi
bagian definitif sama dan gigi berlubang. Otak ikan terdiri dari otak depan sebuah,
tween otak-otak tengah, sebuah otak kecil, dan medula oblongata. Juga
mengandung banyak rongga otak seperti ventrikel lateral pasangan, ventrikel
ketiga, metacoel dan ventrikel keempat, otak ikan dianggap hanya merupakan
pembesaran ujung anterior pada tulang belakang, berada dalam tengkorak dari
tengkorak untuk perlindungan. Otak itu sendiri tercakup dalam lapisan pembuluh
darah untuk sirkulasi, dan berwarna putih dan lembut. Karena ikan adalah
vertebrata, yang memiliki sebuah kolom vertebra yang menjalankan panjang ikan,
perumahan sumsum tulang belakang dalam kanal saraf (Hickman & Roberts,
2000).

Otak pada Lamprey masih sangat primitif. Otak depan berisi sepasang lobun
olfaktorius. Arah belakang ada cerebral hemisperes kecil, melekat ke
dienophalon. Dibawah dienophalon terdapat infindibulum dan pada bagian dorsal
terdapat struktur pineal. Pada otak tengah terdapat sepasang lobus optious (yang
lebar). Pada otak belakang terdapat cerebellum (rudimentair) kecil, arah ventral
terdapat modulls oblongata yang lebih besar. Dari otak keluar sepuluh pasang
saraf cranialis (Bond, 1979).

Sedangkan pada ikan hiu memiliki otak yang bertipe otak yang lebih maju
dibandingkan dengan lintah laut. Dari dua kantung olfaktori dihidung, saluran
olaktori besar dan memanjang ke lobus olfaktori, yang melekat dengan erat ke
pasangan hemisfer serebral di diensefalaon. Di bagian dorsal, diensefalaon
mengandung sebuah tangkai pineal serta badan pineal dan di bagian
ventraldiensefalon terdapat infundibulum, tempat melekatkan hipofisis (Lagler
dkk, 1977).

Semua struktur ini merupakan bagian darai otak depan. Dua lobus optik
yang bundar terdapat di bagian dorsal otak tengah. Otak belakang terdiri atas
serebelum dorsal median yang berukuran besar di atas medula oblongata yang
membuka di bagaian atas. Sepuluh pasang saraf kranial melayani struktur,
terutama kepala, kira-kira distribusinya sama dengan vertebrata lain. Tali saraf

29
dilindungi sepenuhnya oleh lengkung neural tulang belakang, selanjutnya saraf
spinal yang berpasang ke setiap somit tubuh muncul di antara lengkung neural
dari tulang belakang berturut-turut (Santoso, 2009).

2.3 Anatomi Sistem Saraf Pada Amphibi

Otak terbagi atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang
terkecil. Ada 10 saraf kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal.
Saraf ke-7, ke-8, dan ke-9 membentuk pleksus iskiadikus. Mata dengan kelopak
mata atas dan kelopak mata bawah, dan ada lagi kelopak mata yang ketiga yang
transparan (membran niktitans). Mata digerakkan oleh 6 otot, yaitu oto-otot
superior, inferior, rektus internal, rektus eksternal, oblikus interior, dan oblikus
superior. Telinga dengan organ pendengar dan keseimbangan yang berupa 3
szlurzn semisirkular, yaitu vertikal anterior, vertikal posterior, dan horizontal.
Membran timpani (dalam telinga tengah, tetapi tidak ada telinga luar), membawa
implus-implus ke kolumella (tulang tipis dalam telinga tengah yang memancarkan
implus-implus melalui stapes ke koklea) (Purnamasari & Santi, 2017).

Sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf sentral dan sistem saraf
periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari : encephalon (otak) dan medulla
spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak otak (cranium). Pada sebelah dorsal
akan tampak dua lobus olfactorium menuju saccus nasalis, dua haemisperium
cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk ooid yang dihubungkan dengan
comisure anterior, sedangkan bagian anteriornya dergabung dengan dienchepalon
medialis. Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpuk
otak tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya merupakan cerebreum
(otak kecil). Dibelakang terdapat bagian terbuka sebelah atas yakni medulla
oblongata yang berhubungan dengan medulla spinalis dan berakhir disebelah
felium terminale (Jasin, 1984).

Pada amphibi, otak dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh tengkorak
dan ruas-ruas tulang belakang juga dibungkus oleh 2 lapisan selaput yaitu
durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiamater yang batasan dengan

30
jaringan saraf. Di antara dua lapisan tersebut terdapat spatium subdurale, dan
terdapat cairan cerebrospinalis. Bila membran ini terkena infeksi maka akan
terjadi radang yang disebut meningitis. Sistem saraf amphibi terdiri dari otak.
Pada amphibi, otak tengah sebagai pusat penglihatan berkembang lebih baik
sehingga amphibi memiliki penglihatan yang baik (Campbell dkk, 2000).

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi
susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya
(korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang
bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian
korteks berupa materi putih (Sukiya, 2005).

1. Otak (ensefalon)
Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh, yang terletak didalam tulang
tengkorak dan diselubungi oleh jaringan, berupa jaringan meninges. Otak terbagi
atas lima bagian dan serebellum merupakan bagian yang terkecil. Ada 10 saraf
kranial. Tiga saraf pertama membentuk pleksus brakeal. Saraf ke-7, ke-8, dan ke-
9 membentuk pleksus iskiadikus (Isnaeni, 2006).
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:

a. Lobus olfaktorius
Lobus olfaktorius pada amphibi memiliki trunckus bulbus olfaktorius.
Lobus ini tidak terlalu berkembang. Oleh karenanya berbentuk relative kecil dan
merupakan penonjolan dari bagian yang disebut hemisperium serebri. Kurang
berkembangnya lobus olfaktorius yang berperan sebagai pusat pembau pada
amphibi, berhubungan dengan cara hidupnya yang tidak terlalu banyak
membutuhkan peran dari lobus olfaktorius sebagai pusat pembau (Penna et al.,
2001).
b. Otak besar (cerebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan atau gerakan sadar atau
sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada
bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima
rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang

31
berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat
area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik (Penna dkk, 2001).
Serebrum pada amphibi terdiri atas sepasang hemispermiun serebri. Pada
serebrum memungkinkan terjadinya aktivitas-aktivitas yang kompleks, misalnya
pembiakan dan macam-macam gerak.
c. Otak tengah (mesencephalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil. Di depan otak tengah terdapat
talamus dan kelenjar hipofisis. Thalamus amphibi terletak di bagian dorsal otak
dan merupakan jembatan antara serebrum dan mesenshefalon. Sedangkan kelenjar
hipofisis terletak pada bagian ventral otak yang berfungsi mengatur kerja kelenjar-
kelenjar endokrin. Oleh karenanya dikatakan sebagi Master of Glands (Wulangi,
1993).
d. Otak Kecil (Serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang
merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan. Serebelum pada amphibi mereduksi, karena aktifitas otot relative
berkurang (Jasin, 1992).
e. Sumsum lanjutan (medulla oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga mempengaruhi refleks fisiologi
seperti detak jantung (pusat pengatur percepatan dan penghambat denyut jantung)
, tekanan darah (pusat pengaturan penyempitan dan pelebaran pembuluh darah),
volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum lanjutan juga mengatur gerak refleks yang lain
(Wulangi, 1993).
f. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Medulla spinalis merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk
ke dalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami
pembesaran di bagian servikalis. Medulla spinalis berfungsi menghantarkan
impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan menyampaikan impuls motoris dari

32
otak ke saraf perifer. Selain itu juga merupakan pusat dari refleks (Purnamasari &
Santi, 2017).

2.4 Sistem Saraf Reptil

Reptil memiliki otak dengan dua lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer
serebral, 2 lobus optikus, serebellum, dan medulla oblongata yang melanjut ke
korda saraf. Di bawah hemisfer serebral terdapat traktus optikus dan saraf optikus,
infundibulum, dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf kranial. Pasangan-pasangan
saraf spinal menuju ke somit-somit (ruasprimer)tubuh. Sistem saraf pada reptil
terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Pada lidah terdapat kuncup-
kuncup perasa, dan terdapat organ pembau pada rungga hidung. Mata dengan
kelenjar air mata. Telinganya seperti telinga vertebrata rendah. Saluran auditori
eksternal tertutup kulit, dengan membran tympani. Telinga dalam dengan tiga
saluran semi sirkular untuk mendengar. Dari ruang tympani ada saluran eustachius
dan bermuara dalam faring di belakang hidung dalam (Purnamasari & Santi,
2017).

Reptil mempunyai susunan saraf yang serupa dengan susunan saraf pada
burung. Otak pada reptil juga terdiri atas empat bagian. Kekhususannya hanyalah
terdapat tonjolan Otak besar yang berkembang dengan baik sehingga pusat saraf
pembau jelas kelihatan. Otak besar ini meluas ke atas sehingga menutupi otak
tengah. Bagian-bagian otak lainnya kurang berkembang bila di bandingkan
dengan otak pada burung (Kardong, 2008).

Pada bagaian dorsal, otak menunjukkan bagian dorsal, otak menunjukkan


dua lobus olfaktori ramping yang terhubung ke hemisfer serebral besar; di
belakang hemisfer tersebut terdapat dua lobus optik berbentuk oval. Berikutnya
adalah serebelum yang berbentuk buah pir, lebih besar darai serebelum amfibi.
Medula oblongata tersebar secara lateral di bawah serebelum, kemudian
menyempit ke sum-sum tulang belakang. Di bagian ventral, di antara bagaian
dasar hemisfer serebral, terdapat saluran optik dan saraf optik, diikuti dengan
infundibulum dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf kranial dan saraf spinal
yang berpasangan ke setiap somit tubuh (Lieberman, 2000).

33
Sistem saraf pada reptil terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang:

1. Otak (ensefalon)
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau
sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak.
Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian
penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area
motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan.
Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik (Campbell dkk, 2000).
b. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak
tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-
kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus
optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan
juga merupakan pusat pendengaran (Campbell dkk, 2000).
c. Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan
yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak
mungkin dilaksanakan (Lieberman, 2000).
d. Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian
kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang (Lieberman, 2000).
e. Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula
spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan,
refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan

34
respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu,
sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain (Kardong, 2008).
2. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian
seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap
bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk
ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar
dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada
tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang
akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke
saraf motor. Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan
serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa
impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang
berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden (Campbell dkk,
2000).
Sistem Saraf Tepi pada Reptil:
1. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-
saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-
saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang (Kardong, 2008).
2. Sistem Saraf Tak Sadar (Saraf Otonom)
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari
otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing
jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.
Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra
ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post
ganglion. Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan
parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai
ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada
sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,

35
sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang
karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf
simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis) (Wulangi, 1993).

2.5 Anatomi Sistem Saraf pada Aves

Aves terdiri dari hewan aktif yang banyak melakukan pergerakan terutama
pada burung. Pada saat terbang burung harus memiliki keseimbangan yang bagus.
Oleh karena itu pusat koordinasi gerak dan keseimbangan burung berkembang baik.
Semua aktivitas saraf diatur oleh sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Otak burung terdiri dari
beberapa bagian, yaitu otak besar (Serebrum), otak kecil (Serebelum), otak tengah
(Mesencephalon), dan sumsum lanjutan (medulla). Sistem saraf pusat burung
menunjukkan perkembangan lebih maju dibandingkan sistem saraf pada reptil.
Cerebrum berukuran sangat besar dan menutup diencefalon dan lobus opticus.
Lopus opticus pada burung secara proporsional berukuran besar, hal ini berkaitan
dengan ketajaman penglihatan yang dimiliki oleh burung (Sukiya dan Wibowo,
2005).

Otak burung agak pendek dan melebar. Ukuran hemisphaerium dan


cerebellum cukup besar begitu juga ukuran lobus opticus, hal ini menunjukkan
bahwa burung memiliki sistem koordinasi dan indera yang berkembang cukup baik.
Namun di sisi yang lain lobus olfactoris cukup kecil yang mengindikasikan
pertumbuhan organ olfaktori yang kurang baik. Permukaan otak besar burung tidak
berlipat-lipat sehingga jumlah neuron pada burung tidak banyak. Otak tengah
burung berkembang membentuk dua gelembung, perkembangan ini berhubungan
dengan indera penglihatannya yang tajam. Otak kecil burung memiliki banyak
lipatan yang memperluas permukaannya sehingga dapat menampung neuron cukup
banyak, perkembangan otak kecil ini berguna untuk pengaturan keseimbangan
burung pada saat terbang. Sedangkan sumsum lanjutan (medulla) berfungsi sebagai
penghantar impuls yang datang dari medulla spinalis. Sumsum lanjutan ini
mengandung sel saraf (neuron) yang membantu mengatur detak jantung, repirasi
dan tekanan darah (Hegner dan Stiles, 1951).

36
Gambar 2.20 Otak burung (De becker, 2007)

Pada mamalia dan beberapa jenis Aves, bagian dasar mesensephalon yang
terletak di antara medua oblongata dan otak tengah mengalami diferensiasi menjadi
pons. Struktur ini merupakan suatu “jembatan” yang tersusun atas berkas-berkas
serabut saraf yang membawa impuls dari hemisphaer yang satu ke hemisphaer yang
lain. Dengan demikian, dapat mengkoordinasi otot pada kedua sisi tubuh. Pons juga
mengandung nuclei yang meneruskan impuls dari cerebrum ke cerebellum (Tenzer,
dkk, 2014).

Sistem saraf tepi merupakan lanjutan dari neuron yang bertugas membawa
impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. Berdasarkan cara kerjanya
sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu, Sistem Saraf Sadar dan Sistem Saraf
Otonom. Sistem Saraf Sadar mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar
atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya Sistem Saraf
Sadar dibedakan menjadi dua yaitu, sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf
tulang belakang (spinal). Sedangkan Sistem Saraf Otonom disusun oleh serabut
saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju
organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-
masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion.
Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem Saraf Otonom terbagi atas dua, yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Sistem saraf simpatik memiliki ganglion yang terletak di sepanjang
tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga memiliki urat

37
pra ganglion pendek. Sedangkan sistem saraf parasimpatik memiliki urat pra
ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu
(Walker, 1975).

2.5 Anatomi Sistem Saraf pada Mamalia

Sistem saraf pada Mamalia, secara general memiliki tingkat perkembangan


yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Sistem saraf terdiri atas dua
bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi (perifer). Sistem saraf pusat
adalah otak dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Sedangkan sistem
saraf tepi berdasarkan letaknya dibedakan menjadi saraf kranial dan saraf pinal dan
berdasarkan kerjanya dibedakan menjadi saraf somatik dan saraf otonom. Sistem
saraf pusat merupakan sistem yang pertama kali dibentuk pada saat embryogenesis,
serta merupakan sistem saraf yang paling akhir selesai pembentukan dan
perkembangannya (Setiawan, dkk, 2013).

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang memiliki bentuk
bervariasi. Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf neuron.

Gambar 2.21 Sel saraf (Neuron) (De becker, 2007)

Menurut Syamsuri (2004), setiap neuron tersusun atas bagian beikut:

1. Badan sel yang mengandung nukleus.


2. Dendrit yang berfungsi untuk meneruskan impuls saraf ke badan sel.

38
3. Akson/neurit, berfungsi untuk meneruskan impuls dari badan sel satu ke
badan sel lainnya.
4. Sel neuron, memiliki selubung mielin sebagai pelindung/isolator bagian
yang tidak terselubung disebut nodus ranvier, selubung tersebut tersusun
oleh sel-sel pipih yang disebut sel Schwan.

Menurut Kartono Mohammad (2009) berdasarkan fungsinya, sel saraf


dibedakan sebagai berikut:

1. Sel saraf sensorik (aferen) berfungsi sebagai pengantar rangsang dari


reseptor menuju ke otak/sumsum tulang belakang.
2. Sel saraf motorik (eferen) berfungsi sebagai pengantar rangsang dari otak
sumsum tulang belakang menuju efektor.
3. Sel saraf konektor berfungsi untuk meneruskan rangsang dari saraf sensorik
ke saraf motorik.

Gerak merupakan salah satu aktivitas tubuh yang dapat digunakan untuk
menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Gerak yang dilakukan dengan
kesadaran disebut gerak biasa atau gerak sadar. Sedangkan gerakan yang dilakukan
tanpa kita sadar disebut gerak refleks.

a) Sistem Saraf Pusat


Semua aktivitas tubuh mamalia dikendalikan oleh sistem saraf
pusat. Sistem ini yang mengintegrasikan dan mengolah semua pesan yang
masuk untuk membuat keputusan atau perintah yang akan dihantarkan
melalui saraf motorik ke otot atau kelenjar (Sasmita, 2019). Menurut
Sasmita (2019) Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang.
1. Otak
Otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, sedangkan sumsum
tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Selain itu kedua
organ tersebut dilindungi oleh selaput yang terdiri dari jaringan ikat yang
disebut meninges. Meninges tersusun atas tiga lapisan yaitu : piameter,
arachnoid dan durameter. Piameter merupakan lapisan paling dalam yang
banyak mengandung pembuluh darah. Arachnoid merupakan lapisan tengah

39
berupa selaput jaring yang lembut. Antara arachnoid dengan piameter
terdapat rongga arachnoid yang berisi cairan. Durameter merupakan lapisan
paling luar berupa membrane tebal fibrosa yang melapisi dan melekat pada
tulang (Antonius, 2018).

Gambar 2.22 Otak mamalia (Campbell, 2011)

Menurut Purnamasari dan Santi (2017), Otak terbagi atas beberapa bagian
sebagai berikut :

a. Otak besar (serebrum)


Otak besar terdiri dari dua lapisan luar (korteks) yang berisi badan
neuron dan lapisan dalam yang berisi serabut saraf yaitu dendrit dan neurit.
Otak besar terbagi menjadi empat lobus, yaitu lobus frontalis (bagian dahi),
lobus parietalis (bagian ubun-ubun), lobus temporalis (bagian pelipis), lobus
oksipitalis (bagian belakang kepala).
Otak besar merupakan saraf pusat yang utama karena berperan
dalam pengaturan seluruh aktivitas tubuh, yaitu kecerdasan, keinginan,
ingatan, kesadaran, kepribadian, daya cipta, daya khayal, pendengaran,
pernapasan, dan sebagainya. Setiap aktivitas akan dikendalikan oleh bagian
yang berbeda, yaitu Lobus frontalis, berhubungan dengna kemampuan
berpikir. Lobus temporalis dan Lobus parietalis mengendalikan kemam[uan
berbicara dan bahasa. Sedangkan Lobus oksipitalis merupakan pusat
penglihatan dan memori tentang apa yang dilihat. Lobus parietalis selain

40
sebagai pusat berbicara juga pusat untuk mersakan dingin, panas, dan rasa
sakit. Lobus temporalis selain sebagai pusat berbicara juga sebagai pusat
pendengaran.
b. Otak tengah (mesencephalon)
Otak tengah berukuran cukup kecil dan terletak didepan otak kecil.
Otak tengah berperan dalam pusat pergerakan mata, misalnya mengangkat
kelopak mata, refleks penyempitan pupil mata.
c. Otak belakang
Otak belakang terletak dibawah lobus Oksipital serebrum, terdiri
atas dua belahan dan permukaannya berlekuk-lekuk. Otak belakang terdiri
atas tiga bagian utama yaitu: jembatan varol (Pons varolli), otak kecil
(serebellum), dan sumsum lanjutan (medulla oblongata). Ketiga bagian otak
belakang ini membentuk batang otak. Jembatan varol berisi serabut yang
menghubungkan lobus kiri dan lobus kanan otak kecil, menghubungkan
antara otak kecil dengan korteks otak besar. Otak kecil terletak di bawah
bagian belakang otak belakang, terdiri atas dua belahan yang berliku-liku
sangat dalam. Otak kecil berperan sebagai pusat keseimbangan, koordinasi
kegiatan otak, koordinasi kerja otot dan rangka. Sumsum lanjutan (medulla
oblongata) membentuk bagian bawah batang otak, berfungsi sebagai pusat
pengatur refleks fisiologis, misalnya pernapasan, gerak refleks seperti
batuk, bersin, dan mata berkedip.

2. Sumsum Tulang Belakang


Sumsum tulang belakang terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang
belakang, yaitu lanjutan dari medulla oblongata memanjang sampai tulang
punggung tepatnya sampai ruas tulang punggung kedua (canalis centralis
vertebrae).Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai pusat gerak refleks,
penghantar impuls sensorik dari kulit atau otot ke otak, dan membawa
impuls motorik dari otak ke efektor. Di dalam tulang punggung terdapat
sumsum punggung dan cairan serebrospinal (Sasmita, 2019).

41
Gambar 2.23 Penampang melintang sumsum tulang belakang (Campbell, 2011)

Bagian luar sumsum tulang belakang berwarna putih Karena


mengandung dendrit dan akson yang berbentuk seperti tiang, sedangkan
bagian dalam berwarna abu-abu berbentuk seperti sayap atau huruf H.
Sayap (huruf H), yang mengarah ke perut disebut sayap ventral dan banyak
mengandung neuron motoric dengan akson menuju ke efektor. Sedangkan
sayap yang mengarah ke punggung disebut sayap dorsal, mengandung
badan neuron sensorik (Sasmita, 2019).

b) Sistem Saraf Tepi


Sistem Saraf Tepi (Sistem Saraf Perifer) adalah lanjutan dari neuron
yang bertugas membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat.
Berdasarkan cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu :
Sistem saraf sadar, yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang
dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak.
Berdasarkan asalnya sistem sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu
: sistem saraf kepala (kranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).
Sistem saraf tak sadar, yaitu sistem saraf yang mengatur gerakan yang
dilakukan secara tidak sadar. Berdasarkan sifat kerjanya Sistem saraf tak
sadar dibedakan menjadi dua yaitu : saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
(Campbel, dkk, 2011).

42
Gambar 2.24 Saraf tepi mamalia (Campbell, 2011)

43
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impuls saraf ke susunan saraf pusat pemprosesan impuls
saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil
pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron.
2. Sistem saraf adalah sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi
perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan
(reproduksi dsb). Perubahan lingkungan kan diinformasikan ke sistem
saraf (saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin unuk
mengeluarkan hormon-hormon dimana hormone dikirim ke organ target
dan aktivitas metabolisme dibutuhkan akan merangsang jaringan-jaringan.
3. Semakin tinggi tingkatan taksanya maka sistem saraf pada vertebrata
semakin komopleks, hal ini dibuktikan dengan bagian masing-masing
vertebrata memiliki struktur yang berkembang secara kontinuitas pada tiap
tingkatannya. Mamalia menduduki posisi yang jauh lebih sempurna sistem
sarafnya dibanding vertebrata lainnya.

3.2 Saran
Memahami materi tentang sistem saraf pada vertebrata merupakan hal yang
penting bagi mahasiswa jurusan biologi ataupun masyarakat mengingat sistem atau
susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil dari organ dalam tubuh, tetapi
merupakan bagian yang paling kompleks. Penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu, kami menyarankan agar para
pembaca menambah literatur lain untuk lebih memahami tentang sistem saraf pada
vertebrata.

44
TABEL PERBANDINGAN SISTEM SARAF VERTEBRATA

No Pembeda Pisces Amfibi Reptil Aves Mamalia


1. Sistem saraf - Otak - Otak - Otak - Otak - Otak
pusat - Sumsum - Sumsum - Sumsum - Sumsum - Sumsum
Tulang Tulang Tulang Tulang Belakang Tulang
Belakang Belakang Belakang Belakang
2. Sistem saraf Serabut saraf Serabut saraf Serabut saraf Serabut saraf Serabut
tepi yang berasal yang berasal yang berasal yang berasal dari saraf yang
dari sel-sela dari sel-sela dari sel-sela sel-sela ruas berasal dari
ruas tulang ruas tulang ruas tulang tulang belakang sel-sela
belakang belakang belakang dan dan serabut pada ruas tulang
serabut pada otak belakang
otak dan serabut
pada otak
3. Struktur otak - Terdiri atas - Terdiri atas - Terdiri atas - Terdiri atas - Terdiri
otak depan, otak depan, otak depan, otak depan, atas otak
otak tengah, otak tengah, otak tengah, otak tengah, depan,
otak keci, otak kecil, otak kecil, otak kecil, dan otak
dan sumsum dan sumsum dan sumsum sumsum tengah,
lanjutan. lanjutan. lanjutan. lanjtan. otak kecil
- Otak depan - Otak depan - Otak besar - Otak besar dan
berhubungan berbentuk berkembang sebagai bagian sumsum
dengan saraf panjang baik, dan utama dan otak lanjutan
pencium dan menyerupai meluas depan terbagi - Semua
hidung, oval. sehingga menjadi bagian
sedangkan - Ujung depan menutupi belahan kanan otak
otak tengah otak besar otak tengah. dan belahan berlipat-
berhubungan berhubungan - Otak kiri. lipat.
dengan saraf dengan indra berbentuk - Otak besar
penglihtan. pencium. memanjang tidak berlipat-
Otak tengah lipat.

45
berhubungan kea rah - Otak tengah
dengan indra depan. membentuk
penglihtan gelembung-
(Lobus gelembung.
Opticus). - Otak kecil
- Otak keci berlipat-lipat
berbentuk
lengkung
mendatar
menuju le
arah
sumsum
lanjutan.
4. Perkembangan Otak depan Otak tengah Otak besar Kemampuan Hampir
otak dan otak berkembang berkembang bergerak, semua
tengah tidak cukup baik tetapi lebih penglihatan dan aspek
berkembang, sebab otak pesat keseimbangannya difungsikan
tapi otak kecil kecil tidak perkembangan bagus. dengan
berkembang begitu otak kecilnya. baik.
baik. berkembang.
5. Kemampuan Penglihatan Penglihatan Penciuman Kemampuan Hampir
khusus dan yang tajam. yang lebih bergerak, semua
penciuman tajam, namun penglihatan dan aspek
tidak terlalu penglihatannya keseimbangan difungsikan
baik, namun kurang. yang bagus. dengan
kemampuan baik.
bergerak dan
keseimbangan
yang bagus

46
Daftar Rujukan

Antonius, Porat. 2018. Vertikalitas Otak dan Peringkat Humanitas Manusia.


Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Baehr M., Michael Frotscher. 2010. Diagnosis topik neurologi


duus:anatomi,fisiologi,tanda,gejala. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Bahrudin, 2013. Neuroanatomi Aplikasi Klinis Diagnosis Topis. Malang: UMM
Press.
Bahrudin, M., 2013. Neurologi Klinis. Edisi Pertama. Malang, Universitas
Muhammadiyah Malang Press
Bond, C.E. (1979). Biology of Fishes. Toronto: W.B Saunders Co.

Campbel, N. A., Jane, B. R., Lawrence, G. M. 2011. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, edisi kelima-jilid
2. Jakarta: Erlangga.

De Becker, Genevieve. 2007. Atlas Binatang (Vertebrata dan Invertebrata). Solo :


Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Duus P, 1996. Diagnosa Topik Neurologi; Anatomi, Fisiologi,Tanda, Gejala;


Edisi 2. Jakarta: EGC
Eroschenko, 2008. ATLAS HISTOLOGI diFIORE: DENGAN KORELASI.
FUNGSIONAL, Ed. 11. ed. Dharmawan and N. Yesdelita, Eds., Jakarta:
EGC.
Goleman, 1995. Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Guyton A.C., Hall J.E.2012. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton, A. Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed-11.
Jakarta:EGC.
Hegner, R. W., dan Stiles, K. A. 2001. College Zoology. Singapura : McGraw-Hill
Higher Education.

Hickman, C.P. and L.S. Roberts. (2000). Biology of Animals 8th Edition. Iowa:
W.C. Brown Publishers.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.

47
Jasin, M. (1984). Sistematika Hewan. Surabaya: Penerbit Sinar Wijaya.

Jasin, M. (1992). Zoologi Vertebrata. Surabaya: Penerbit Sinar Wijaya.

Kardong, K. 2008. Vertebrates: Comparative Anatomy, Function, Evolution. 5th


edition. McGraw-Hill Science/for Engineering/Math.

Khanifudin, Ahmad. 2012. Organ Pada Sistem Saraf


Lagler, K.F., Bardach, J.E., Miller, R.R., dan Passino, D.R.M. 1977. Ichthyology
Second Edition. New York : John Wiley and Sons Inc.

Lieberman, P. (2000). Human Language and Our Reptilian Brain: The subcortical
bases of speech, syntax, and thought. Harvard University Press.

Martini, FH. 2006. Fundamentals of anatomy & Physiology seventh edition. San
Fransisco: Pearson,
Mohammad, Kartono. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2013. Anatomi berorientasi
klinis. Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga
Penna, M., Lin, W. Y., & Feng, A. S. (2001). Temporal selectivity by single neurons
in the torus semicircularis of Batrachyla antartandica (Amphibia:
Leptodactylidae). Journal of Comparative Physiology A, 187(11), 901-
912.

Purnamasari, R. dan Santi, D.R. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya : UIN Sunan
Ampel.

Purnamasari, Risa., dan Santi, D. R. 2017. Fisiologi Hewan. Surabaya: Program


Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel.

Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang: FMIPA Universitas
Andalas.

Sasmita, K. P. 2019. Neuroanatomi (Sistem Saraf Pusat dan Saraf Kranial ). Jakarta
: Grafindo.

Shier D, Butler J, Lewis R. 2009. Hole’s Essential of Human anatomy &


Physiology Eleventh Edition. New York: Mc-Graw Hill.

48
Snell RS. 2009. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. 9th ed. Jakarta : Penerbit.
Buku Kedokteran EGC
Sukiya dan Wibowo, Y. 2005. Biologi Vertebrata. Malang : UM press.

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press.

Tanner GA, Rhoader RA. 2003. Medical Physiology. 2nd ed. Lippincott William
& Wilkins.
Tenzer, A., dkk. 2014. Struktur Perkembangan Hewan (SPH 1) bagian 2. Malang
: Jurusan Biologi FMIPA UM.

Walker, W. 1975. Vertebrate Disection. USA : Sunders Company.

Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001. Farmakoterapi Dalam Neurologi. Jakarta:
Salemba Medika.
Wulangi. (1993). Fisiologi Hewan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

49

Anda mungkin juga menyukai