Anda di halaman 1dari 14

Tanggal percobaan : 1 November 2019

Tanggal pengumpulan : 13 November 2019

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN


KERJA JANTUNG

Nama : Afifah
Kelas : Biologi B 2017
NRM : 1308617037
Kelompok :8
Dosen Pengampu : Dr. Elsa Lisanti, M.Si
Asisten Laboratorium : 1. Ratna Pratiwi
2. Nurtiastuti Ramadhan

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
KERJA JANTUNG
A. Tujuan
1. Mengetahui korelasi antara berat tubuh dengan frekuesi denyut jantung katak
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap denyut jantung
3. Mengetahui tempat timbulnya denyut jantung
4. Mengetahui mengapa jantung katak dapat melakukan otomasi
5. Mengetahui pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung katak

B. Teori
Denyut ritmis jantung pada Pisces, Amphibia dan Reptilia di mulai dari sinus venosus, sedang
pada Aves dan Mammalia denyut jantung di mulai dari nodus sinoatrial. Sinus venosus dan
nodus sinoatrial inilah yang berfungsi sebagai pace maker (pemacu denyut jantung). Denyut
jantung terdiri dari sistol (kontraksi diawali dari atrium ke ventrikel) dan diastol (secara
bersama relaksasi dari atrium ke ventrikel).Bagian-bagian yang tampak berdenyut adalah sinus
venosus, atrium kanan dan kiri serta ventrikel. Setelah diastol, jantung akan beristirahat sesaat
(refrakter) sebelum melakukan sistol berikutnya. Jika rangsangan diberikan pada waktu
jantung refrakter dan sistol, maka ritme jantung tidak terganggu. Tetapi bila rangsang diberikan
pada saat diastol, akan menghasilkan ekstra sistole yang disusul dengan refrakter sebelum
melakukan sistol berikutnya yang lama atau compensatory pause.Jaringan otot jantung terdiri
atas sinsisium serabut-serabut otot yang satu dengan yang lain tidak terpisahkan.
Setiap impuls yang timbul di jantung akan disebar ke seluruh otot jantung, dengan demikian
kontraksinya akan selalu bersifat all or none. Disamping itu, kuat kontraksinya otot sangat
ditentukan oleh panjang awal dari serabut-serabutnya. Satu sifat utama otot jantung adalah
kemampuannya untuk membangkitkan sendiri impuls irama denyut jantung (otomasi jantung).
Jantung yang dikeluarkan dari tubuh mampu tetap berkontraksi ritmis. Pada amfibia dan
reptilia, irama ditentukan oleh sinus venosus. Otot jantung peka terhadap perubahan-perubahan
metabolitik, kimia dan suhu. Kenaikan suhu meningkatkan metabolis dan frekuensi denyut
jantung. Siklus jantung dimulai dari potensial aksi spontan di SA node yang dijalarkan ke
kedua atrium kemudian lewat AV node ke ventrikel. Karena adanya pengaturan khusus sistem
konduksi dari atrium ke ventrikel, terjadi keterlambatan penghantaran impuls dari atrium ke
ventrikel, sehingga atrium selalu lebih dulu berkontraksi daripada ventrikel. Proses kontraksi
dan relaksasi (systole dan diastole) dari atrium maupun ventrikel pada keadaan normal akan
terjadi terus-menerus.
Dalam keadaan normal kontraksi ventrikel lebih besar daripada kontraksi yang terjadi di atrium
jantung atau hampir tidak terlihat kontraksi atriumnya.Denyut jantung berasal dari system
konduksi jantung dan menyebar ke seluruh bagian myocardium. Struktur yang membentuk
system konduksi adalah nodus sinoatrial, lintasan interoda atrium, nodus atrio ventrikuler.
Dalam keadaan normal nodus mengeluarkan impuls paling cepat sehingga merupakan pemacu
jantung. (Ganong, 1995).Menurut Stanius dalam percobaannya, sebuah tali diikatkan pada
siniosatrial, ternyata atrium dan ventrikel berhenti sedangkan sinus venosus tetap berdenyut.
Sinus venosus adalah tempat dari sumber jantung. (Dukes,1955).
Denyut jantung bermula di dalam nodus ini, atrialis desebut dengan pacemaker jantung. Ini
merupakan kumpulan dari sel-sel jantung yang bersifat khusus yang terletak pada pertautan
vena cava dan atriumkanan, impuls yang berasal dari pertautan NAD SA memencar pada
seluruh arteri, sehingga menyebabkan kontraksi. (Frandson, 1986).

C. Alat dan Bahan


 Alat  Bahan
1. Benang halus dan benang kasar 1. Katak (Rana tigrina)
2. Alat bedah 2. Es batu
3. Papan bedah 3. Air panas
4. Thermometer 4. Ringer
5. Timbangan 5. NaCl 0,7%
6. Gelas kimia 6. KCl 0,7%
7. CaCl2 0,1M
D. Cara Kerja
1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Kaki katak diikat agar Rongga dada katak dibedah Data dikumpulkan dan
tidak dapat loncat, dan dihtung denyut dikorelasikan antara berat
kemudian katak jantung per menit pada badan katak dan frekuensi
ditimbang suhu ruang selama 3 menit denyut jantung. Lalu
kemudian di rata-rata disimpulkan koefisien korelasi

2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Jantung katak diberi Selanjutnya diberi Selanjutnya diberi


beberapa tetes air dengan beberapa tetes air dengan beberapa tetes air dengan
suhu 5°C. Dihitung denyut suhu 30°C. Dihitung denyut suhu 40°C. Dihitung denyut
jantung permenit kemudian jantung permenit kemudian jantung permenit kemudian
suhu dinormalkan dengan suhu dinormalkan dengan suhu dinormalkan dengan
tetesan air kran tetesan air kran tetesan air kran

Data dikumpulkan dan


dihitung koefisien
korelasinya

3. Percobaan Stanius

Bagian sinus venosus dengan Ikatan stanius I dibuka.


atrium diikat dengan benang Bagian antara atrium dan
halus (ikatan stanius I). ventrikel diikat denan
diamati tempat timbulnya benang halus (ikatan
denyut jantung stanius II). Diamati tempat
timbulnya denyut jantung

4. Automasi Jantung

Bagian belakang jantung Jantung diletakkan Ujung jantung diangkat


dibalik ke atas terlihat mendatar. Saat diastol sampai jantung tegak. Saat
Gerakan jantung mulai ventrikel memanjang dan diastole ventrikel memendek
dari sinus venosus ke menipis, saat sistol dan jatuh tertumpuk. Saat
atrium dan ventrikel vetrikel memendek sistol ventrikel memanjang
Pambuluh yang menuju kedalam Organ-organ disekeliling
dan keluar jantung diikat, bagian jantung disisihkan agar
distalnya dipotong. Jantung jantung terlihat jelas.
dikeluarkan dari rongga tubuh Selaput perikardiumnya
dan ditempatkan di larutan ringer dibuka
dalam cawan petri. Lalu diamati

5. Pengaruh Garam Anorganik Terhadap Denyut Jantung Katak

Jantung pada larutan Dimasukkan kembali ke Dimasukkan kembali ke


ringer di kegiatan 4 larutan ringer sampai larutan ringer sampai
dipindahkan ke larutan denyut normal. Kemudian denyut normal. Kemudian
NaCl 0,7%. Denyut dicatat dimasukkan ke larutan KCl dimasukkan ke larutan
per menit 0,7%. Denyut jantung CaCl2 0,1M. Denyut
dicatat per menit jantung dicatat per menit

E. Hasil Pengamatan
1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak
Tabel 1. Korelasi berat tubuh dengan frekuensi jantung
Data berat katak (x) dan denyut jantung (y)
X = 44,75 ; 66,70 Rxy = 0,015186, artinya hubungan antara berat
Y = 64 ; 67 katak dan denyut jantung adalah lemah serta
hubungannya searah

a) b)

Gambar 1. Berat tubuh a) katak 1 dan b) katak 2


2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung
Tabel 2. Denyut jantung pada air panas dan air dingin
Data suhu (X) dan denyut jantung (Y)
X = 7°C, Y = 59 Rxy = -0,00016, artinya hubungan antara
X = 8°C, Y = 54 suhu dan denyut jantung adalah lemah serta
X = 40°C, Y = 56 hubungannya berlawanan
X = 42°C, Y = 68

3. Percobaan Stanius

Tabel 3. Tempat timbulnya jantung pada ikatan stanius I dan II

Ikatan stanius Tempat timbulnya denyut jantung


I Sinus Venosus
II Atrium

4. Automasi Jantung

Tabel 4. Keadaan ventrikel saat sistol dan diastol pada kondisi jantung mendatar dan tegak

Perlakuan Sistol Diastol


Mendatar Ventrikel memendek Ventrikel memanjang dan menipis

Tegak Ventrikel memanjang Ventrikel memendek dan jatuh tertumpuk

Gambar 2. Proses automasi jantung katak


5. Pengaruh Garam Anorganik Terhadap Denyut Jantung Katak

Tabel 5. Denyut jantung pada larutan NaCl 0,7% , KCl 0,7%, dan CaCl 2 0,1M

Katak ke- Denyut jantung pada larutan


Ringer NaCl 0,7% KCl 0,7% CaCl2 0,1M
1 64 62 60 33
2 67 49 57 44
Rata-rata denyut jantung 66 56 59 39

UJI ANOVA SATU ARAH

Tabel 6. Uji anova pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung

Gambar 3. Perendaman jantung katak pada larutan ringer, NaCl, KCl, dan CaCl 2

F. Pembahasan
1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak
Menurut teori, ada hubungan antara berat badan dan frekuensi detak jantung yaitu semakin
besar berat badan katak maka frekuensi denyut jantung semakin menurun, dan sebaliknya.
Berat badan yang berlebihan memberikan tegangan atau beban ekstra pada jantung dan
pembuluh darah. Tegangan atau beban pada jantung inilah yang akan menyebabkan frekuensi
denyut jantung semakin menurun. Berat badan yang besar akan membuat beban pada otot
jantung saat berkontraksi memompa darah menuju atau dari jantung. Selain itu ukuran tubuh
mempengaruhi laju metabolismenya, jaringan tubuh hewan yang lebih kecil memerlukan laju
pengiriman oksigen ke jaringan yang lebih tinggi secara proporsional.
Pada praktikum ini kami menggunakan 2 katak dengan berat badan yang berbeda yaitu pada
katak pertama 44,75 gr dan pada katak kedua 66,70 gr. Setelah kami bedah dan hitung denyut
jantungnya sebanyak 3 kali diperoleh rata-rata denyut jantung pada katak pertama adalah 64
kali dan pada katak kedua 67 kali. Dari data tersebut, didapatkan perhitungan korelasi berat
tubuh dan frekuensi denyut jantung katak dengan menggunakan Korelasi Pearson didapatkan
angka korelasi sebesar 0,015186 yang artinya hubungan antara berat katak dan denyut jantung
adalah lemah serta hubungannya searah. Hasil tersebut sesuai dengan teori.
2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung
Peningkatan suhu tubuh akan meningkatkan frekuensi denyut jantung, kadang-kadang dua kali
lebih cepat dari frekuensi denyut normal. Penurunan suhu sangat berpengaruh pada penurunan
frekuensi denyut jantung. Penyebab Pengaruh ini kemungkinan karena panas meningkatkan
permeabilitas membran otot jantung terhadap ion yang mengatur frekuensi denyut jantung
menghasilkan peningkatan proses perangsangan sendiri. Kekuatan kontraksi jantung sering
dipercepat secara temporer melalui suatu peningkatan suhu yang sedang. Fungsi optimal
jantung sangat bergantung pada pengaturan suhu tubuh oleh mekanisme pengaturan suhu.
Dari hasil perhitungan korelasi berat tubuh dan frekuensi denyut jantung katak dengan
menggunakan Korelasi Pearson didapatkan angka korelasi antara suhu dan denyut jantung
adalah -0,00016, artinya hubungan antara suhu dan denyut jantung adalah lemah serta
hubungannya berlawanan. Hal ini tidak sesuai dengan literatur karena menurut literatur
hubungan suhu dengan denyut jantung seharusnya searah. Terdapat ketidaksesuaian data yang
kami peroleh yaitu pada suhu 7°C denyut jantungnya 59 kali, sehingga lebih besar dari suhu
8°C yang denyut jantungnya 54 kali. Hal tersebut kemungkinan dapat terjadi karena praktikan
mengalami kesalahan dalam perhitungan denyut jantung, sehingga hasil yang diperoleh
mengalami kekeliruan.
Saat jantung katak ditetes dengan air dingin, pembuluh darah jantung bervasokonstriksi
(menyempit) sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh
tubuh dan otomatis, pasokan darah yang beredar dan kembali ke jantung akan mengalir lebih
lambat dan menyebabkan jantung berdenyut lebih lambat. Kondisi sebaliknya terjadi pada
penetesan air bersuhu tinggi pada jantung katak. Dengan meningkatnya suhu jantung, maka
otot pembuluh akan berelaksasi dan pembuluh darah akan bervasodilatasi(melebar) sehingga
aliran darah ke seluruh tubuh semakin lancar dan denyut jantung akan menjadi semakin cepat.
3. Percobaan Stanius
Simpul SA sering disebut pemacu jantung, karena simpul jantung tersebut menentukan irama
dasar denyut jantung. (Kimball,1983). Kerusakan pada pemacu tidak mengakibatkan gangguan
jantung, meskipun tanpa pemacu, ventrikel dapat memelihara denyut, meskipun sangat lambat
akan tetapi berbahaya, karena impuls yang timbul dalam ventrikel dapat tak terorganisasi dan
acak-acakan.
Dalam percobaan ini, kami membuat ikatan stanius I dengan cara mengikat dengan
menggunakan benang antara sinus venosus dan atrium kemudian memperhatikan
kontraksinya. Setelah itu kami lepas ikatan stanius 1 dan membuat ikatan stanius II dengan
ikatan antara atrium dan ventrikel lalu memperhatikan kontraksinya. Percobaan stanius dibagi
menjadi dua bagian; bagian Stanius I untuk mengetahui denyut jantung katak antara sinus
venosus dan atrium denyut jantung pertama kali muncul pada bagian sinus venosus sedangkan
pada bagian bilik berhenti berdenyut, sedangkan pada bagian percobaan stanius II yaitu jantung
antara atrium dan batas ventrikel denyut muncul pada bagian sinus atrium venosus dan
ventricle dengan frekuensi masing-masing. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan kami
sesuai dengan percobaan yang di lakukan Stanius.
Menurut Stanius dalam percobaannya, sebuah tali diikatkan pada siniosatrial, ternyata atrium
dan ventrikel berhenti sedangkan sinus venosus tetap berdenyut. Sinus venosus adalah tempat
dari sumber jantung. (Dukes,1955). Menurut Frandson (1986) bahwa meskipun jantung
berkontraksi dengan sendirinya, namun kuat kontraksi, frekuensi denyut jantung, dan
perambatan impuls pada jantung dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatik dan saraf
parasimpatik.
4. Automasi Jantung
Automasi artinya jantung ini masih dapat melakukan fungsinya tanpa dipengaruhi saraf.
Jantung tetap normal melakukan fungsinya untuk beberapa saat. Jantung katak maupun
mamalia mempunya centrum automasi sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah
diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh.Pada katak
frekuensi jantung diatur oleh salah satu dari ketiga pasang ganglionnya.Peranan centrum
automasi pada katak itu menyebabkan jantung tetap berdenyut setelah seluruh persarafannya
dipotong.Bahkan bila jantung dipotong-potong, setiap potongan jaringan jantung masih
berdenyut. Hal ini disebakan oleh adanya jaringan khusus pemicu di jantung yang mampu
mencetuskan potensial aksi berulang-ulang. Jaringan picu jantung membentuk sistem hantaran
yang dalam keadaan normal menyebarkan impuls ke seluruh jantung.Jantung mengandung
serat-serat jantung yang termodifikasi yangberfungsi untuk mengkoordinasikan detak jantung
dengan mengatur waktukontraksi dari atrium dan ventrikel, secara normal berawal pada nodus
sinoatrium(SA) yang berlokasi dalam atrium kanan pada pintu masuk vena kava superior.
Berawal dari nodus sino atrium sampai nodus antrio ventrikulum, terletak dibagian belakang
septum inter ventrikulum dan mulai dari titik ini, seberkas sel-selotot jantung
yangtermodifikasi (serat-serat purkinje) bercabang dua dan cabangyang terpisah berjalan
melalui jaringan subendokardial dari ventrikel kanan dankiri. Sel-sel dalam dua daerah nodus
itu berbentuk spul, sel-sel yang sangatbercabang yang dipisahkan satu sama lain oleh sedikit
jaringan penyambung(Guyton,1995).
Percobaan automasi jantung adalah untuk melihat otomasi jantung diluar tubuh. Percobaan
dilakukan menggunakan jantung katak. Jantung tetap berdenyut setelah seluruh persarafannya
dipotong; bahkan bila jantung dipotong-potong, setiap potongan jaringan jantung masih
berdenyut. Jantung memang memiliki otomasi sendiri di otot jantung berupa serabut purkinje
dan serabut his. Pace maker jantung mamalia adalah Nodus Keith dan Flacke (Nodus
Sinoaricularis), sedang pada katak fraksi jantung diatur oleh salah satu dari ketiga pasang
ganglionnya. Menurut teori pada saat otomatisasi dimana jantung dilepas seluruhnya dari
organ-organ lain, jantung masih dapat berdenyut hal ini terjadi karna pada ototJantung memang
memiliki otomasi sendiri di otot jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Terbukti
tanpa adanya koordinasi syaraf simpatis dan parasimpatis jantung tetap dapat berdetak diluar
tubuh yaitu 2kali/menit. Tetapi karena kondisi diluar tubuh tidak cocok dengan jantung maka
jantung kerjanya menjadi semakin melemah.Secara garis besar peredaran darah katak sama
seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui vena darah
terlebih dahulu mengisi sinus venosus.
Darah mengalir melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke atrium dan mengisi ruang
ventrikel sebelum darah dipompa kembali oleh otot-otot di ventrikel keseluruh tubuh. Darah
vena dari seluruh tubuh mengalir masuk kesinus venosus dan kemudian mengalir menuju ke
atrium. Dari atrium darah mengalir ke ventrikel yang kemudian dipompa keluar melalui arteri
pulmonalis untuk di bawa ke paru paru dan mengalami proses pertukanaran udara di alveolus
paru paru, dan siklus akan berjalan terus dan berkelanjutan. Dari aliran ini, maka dapat terlihat
jelas bahwa bagian bagian jantung berkontraksi bergantian. Di sini siklus jantung akan terjadi
2 urutan peristiwa yang akan terjadi selama satu denyut lengkap. 2 peristiwa itu terdiri atas
systole dan diastole. Bentuk kontraksi otot jantung di sebut systole, yang mana bagian ventrikel
akan memompa darah ke paru paru dan ventrikel kiri ke aorta.
Keadaan saat kontraksi otot jantung atau systole di tandai oleh warna pucat. Sedangkan bentuk
relaksasi otot jantung di sebut diastole, yang mana darah dari sirkulasi sistemik dibawa kembali
ke atrium kanan, dan dari paru paru ke atrium kiri. Saat katak diletakkan mendatar, pada waktu
diastol ventrikel akan memanjang dan menipis serta waktu sistol akan memendek. Bila ujung
jantung diangkat maka waktu diastol ventrikel akan memendek dan jatuh tertumpuk serta
waktu diastol akan memanjang.
5. Pengaruh Garam Anorganik Terhadap Denyut Jantung Katak
Pada percobaan ini kami memasukkan jantung katak yang telah dipisahkan dari rongga dada
ke larutan ringer kemudian dimasukkan ke larutan NaCl, KCl dan CaCl2 dan dihitung denyut
jantung pada masing-masing larutan. Larutan Ringer merupakan salah satu larutan
laboratorium dari garam dalam air yang digunakan untuk memperpanjang waktu kelangsungan
hidup jaringan yang dipotong. Larutan ini akan menetralkan atau mengembalikan denyut
jantung ke denyut awal. Larutannya mengandung natrium klorida, kalium klorida, kalsium
klorida, dan sodium bikarbonat dengan konsentrasi tertentu di mana mereka terdapat dalam
cairan tubuh. Jika natrium laktat digunakan sebagai pengganti natrium bikarbonat, campuran
ini disebut solusi laktat Ringer (Spealman, 1940).
Berdasarkan uji anova satu arah, nilai sig nya adalah 0,047 (lebih kecil dari 0,05). Hal tersebut
menunjukan terdapat pengaruh garam-garam anorganik dengan denyut jantung. Tiga kation
khusus, yaitu kalium, kalsium, dan natrium mempengaruhi penyebaran potensial aksi. Ion
kalsium juga sangat berperan penting dalam menimbulkan proses kontraksi otot. oleh karena
itu, diharapkan bahwa konsentrasi ketiga ion tersebut dalam cairan ekstrasel juga akan
mempunyai efek penting atas fungsi jantung.
a) Perendaman dengan larutan NaCl 0,7%
Kelebihan ion natrium menekan fungsi jantung. Konsentrasi ion natrium dalam cairan ekstrasel
mungkin tidak pernah cukup tinggi meskipun dalam keadaan patologis yang berat, untuk
menyebabkan perubahan kekuatan otot jantung yang bermakna. Akan tetapi, konsentrasi
natrium yang sangat rendah, seperti yang terdapat pada intoksikasi air, sering menyebabkan
kematian karena fibrilasi jantung. Menurut literatur, ketika jantung dicelupkan ke dalam
larutan NaCl 0,7%, detak jantung meningkat. Hal ini disebabkan perbedaan jumlah kandungan
ion sodium ekstraseluler dengan intraseluler sehingga membuat perbedaan potensial yang
besar dan membuat kerja jantung meningkat. Larutan NaCl berfungsi untuk memacu jantung
untuk melakukan potensial aksi. Dengan masuknya ion natrium (bersifat positif) ke dalam sel,
maka potensial dalam membran sel akan menjadi lebih positif sehingga ambang potensialnya
akan naik (depolarisasi).
Namun hasil pengamatan menunjukkan hasil bahwa setelah direndam larutan NaCl 0,7%
diperoleh denyut jantung sebesar 56 denyutan, sehingga lebih rendah dari denyut pada ringer.
Hal tersebut mungkin dikarenakan kurang telitinya praktikan dalam menghitung denyut dan
atau terlalu sebentarnya memasukkan jantung ke larutan ringer sehingga jantung belum
kembali normal.
b) Perendaman dengan larutan KCl 0,7%
Ketika jantung direndam dengan larutan KCl menghasilkan rata-rata frekuensi denyut jantung
semakin melemah yaitu 59 denyutan. Denyut jantung menjadi melemah karena pengaruh K+
terhadap kerja otot jantung. Menurut Sherwood (2001), peningkatan mendadak permeabilitas
K+ menyebabkan difusi cepat K+ yang positif ke luar sel. Dengan demikian, repolarisasi cepat
terjadi akibat efluks K+, yang membuat bagian dalam sel lebih negatif daripada bagian luar
dan memulihkan potensial membran ke tingkat istirahat sehingga K+ menyebabkan relaksasi
pada potensial aksi di sel otot jantung.
Kelebihan ion kalium dalam cairan ekstrasel menyebabkan jantung menjadi sangat dilatasi dan
lemas serta frekuensi jantung lambat. Kalium dalam jumlah yang sangat besar juga dapat
menghambat hantaran impuls jantung dari atrium ke ventrikel melalui berkas A-V.
Peningkatan konsentrasi kalium hanya 8-12 mEq/liter dua sampai tiga kali normal biasanya
akan menyebabkan kelemahan jantung sedemikian rupa sehingga akan menyebabkan
kematian. Semua pengaruh kelebihan kalium ini dianggap disebabkan oleh pengurangan
negativitas potensial membran istirahat akibat konsentrasi kalium yang tinggi dalam cairan
ekstrasel. Waktu potensial membran menurun, intensitas potensial aksi juga berkurang, yang
membuat kontraksi jantung secara progresif makin lemah, karena kekuatan potensial aksi
sangat menetukan kekuatan kontraksi.
c) Perendaman dengan larutan CaCl2 0,1M
Kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung berkontraksi spastik karena Ca memacu
potensial aksi sehingga ion kalsium merangsang proses kontrakasi jantung. Sebaliknya,
defisiensi ion kalsium menyebabkan jantung lemas. Hal tersebut dikarenakan Ca merupakan
ion penginisiasi terjadinya potensial aksi.
Namun pada percobaan yang kami lakukan, perendaman dengan CaCl2 membuat rata-rata
denyut jantung semakin melemah yaitu 39 denyutan. Karena saat diberikan larutan KCl dan
CaCl2, jantung sedang mengalami potensi istirahat. Menurut Dukes (1955), Pada pembuatan
sediaan, katak dimatikan terlebih dahulu dengan cara merusak susunan saraf pusatnya.
Walaupun secara klinis katak sudah mati, fungsi metabolik normalnya masih berlangsung
hingga beberapa jam. Jaringan tubuh juga masih dapat hidup selama beberapa menit hingga
jam. Viabilitas jaringan tersebut bergantung pada perlakuan yang diberikan. Oleh karena itu,
segera setelah dibuka, jaringan tubuh tersebut harus terus dibasahi dengan larutan ringer yang
memiliki konsentrasi ion menyerupai cairan ekstraselular katak. Hal ini disebabkan kekeringan
akan menurunkan fungsi jaringan tersebut.

G. KESIMPULAN
Semakin besar massa tubuh katak maka frekuensi ritmis denyut jantung semakin menurun /
lambat, sebaliknya semakin kecil tubuh katak maka semakin besar pula energi yang diperlukan
untuk mempertahankan suhu tubuh yang stabil, sehingga katak yang lebih kecil memiliki
denyut jantung lebih cepat. Suhu dapat mempengaruhi kecepatan denyut jantung, karena suhu
rendah dapat mempersempit pembuluh darah(bervasokonstriksi) dan menurunkan kecepatan
denyut jantung. Pada kondisi suhu tinggi, pembuluh darah jantung akan bervasodilatasi dan
melancarkan aliran darah sehingga denyut jantung menjadi lebih cepat.
Denyutan jantung dimulai dari sinus venosus. Jantung masih dapat berdenyut meski seluruh
pensarafannya dicabut, hal ini disebabkan karna Jantung katak memiliki otomasi sendiri di otot
jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Serabut ini yang memungkinkan danyut dapat
berdenyut meski organnya telah dilepas dari tubuh. Larutan Ringer bersifat menetralkan /
mengembalikan ke denyut awal. Larutan NaCl menyebabkan frekuensi rata-rata denyut
jantung katak meningkat sebab dapat memicu jantung melakukan potensial aksi. Larutan KCl
membuat frekuensi denyut jantung katak melemah karema terjadi repolarisasi. Dan larutan
CaCl2, frekuensi denyut jantung katak makin melemah karena larutan KCl dan CaCl2
membuat jantung katak berada dalam potensial istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

Buridge. 1912. Researches on the perfused Heart: The effect of Inorganic Salt. Experimental
Physiology (5)347-371.
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L.G Junqueira, Luiz Carlos and Jos Carneiro. 2007.
Histologi Dasar. Jakarta: EGC.
Dukes, H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Pub. Associated. New York.
Frandson, R.1986. Anatomy and Physiology of Farm Animals Edisi III. Lea and Febiger.
Phyladelphia.
Ganong. 1995. Fisiologi Kedokteran Edisi 14. EGC. Jakarta.
Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan.Yogyakarta : Kanisius
Kimball, John W. 1983. Bilogi Jilid 2 Edisi ke 6. Jakarta : Erlangga.
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Alih bahasa: Santoso BI. Ed. ke-2.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Spealman, C.R. 1940. The effect of NaCl, KCl, CaCl2, and osmotic pressure on the Frog Heart-
Rate. American Journal of Physiology Legacy Content. 1940 vol. 130 no. 4 729-738
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai