Anda di halaman 1dari 18

Tanggal percobaan : 1 November 2019

Tanggal pengumpulan : 13 November 2019

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN VI


KERJA JANTUNG

Nama : Nindyra Karimah Perdani


Kelas : Biologi B 2017
NRM : 1308617068
Kelompok :7
Dosen Pengampu : Dr. Elsa Lisanti, M.Si
Asisten Laboratorium : 1. Ratna Pratiwi
2. Nurtiastuti Ramadhan

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
FISIOLOGI KERJA JANTUNG

A. Tujuan
1. Menganalisis hubungan antara berat tubuh dengan frekuensi denyut jantung Katak
2. Menganalisis pengaruh perbedaan suhu terhadap frekuensi denyut jantung Katak
3. Mengidentifikasi bagian jantung yang lebih dahulu menimbulkan denyut
4. Mengidentifikasi adanya sifat automasi pada jantung Katak
5. Menganalisis pengaruh kandungan garam organik terhadap denyut jantung Katak

B. Teori
Denyut ritmis jantung pada Pisces, Amphibia dan Reptilia di mulai dari sinus
venosus, sedang pada Aves dan Mammalia denyut jantung di mulai dari nodus
sinoatrial. Sinus venosus dan nodus sinoatrial inilah yang berfungsi sebagai pace maker
(pemacu denyut jantung). Denyut jantung terdiri dari sistol (kontraksi diawali dari
atrium ke ventrikel) dan diastol (secara bersama relaksasi dari atrium ke ventrikel).
Bagian-bagian yang tampak berdenyut adalah sinus venosus, atrium kanan dan
kiri serta ventrikel. Setelah diastol, jantung akan beristirahat sesaat (refrakter) sebelum
melakukan sistol berikutnya. jika rangsangan diberikan pada waktu jantung refrakter
dan sistol, maka ritme jantung tidak terganggu. Tetapi bila rangsang diberikan pada saat
diastol, akan menghasilkan ekstra sistole yang disusul dengan refrakter sebelum
melakukan sistol berikutnya yang lama atau compensatory pause.jaringan otot jantung
terdiri atas sinsisium serabut-serabut otot yang satu dengan yang lain tidak terpisahkan.
Setiap impuls yang timbul di jantung akan disebar ke seluruh otot jantung, dengan
demikian kontraksinya akan selalu bersifat wall or nonew. Disamping itu, kuat
kontraksinya otot sangat ditentukan oleh panjang awal dari serabut-serabutnya. Satu
sifat utama otot jantung adalah kemampuannya untuk membangkitkan sendiri impuls
irama denyut jantung (otomasi jantung).
Jantung yang dikeluarkan dari tubuh mampu tetap berkontraksi ritmis. Pada
amfibia dan reptilia, irama ditentukan oleh sinus venosus. Otot jantung peka terhadap
perubahan-perubahan metabolitik, kimia dan suhu. kenaikan suhu meningkatkan
metabolis dan frekuensi denyut jantung. Siklus jantung dimulai dari potensial aksi
spontan di SA node yang dijalarkan ke kedua atrium kemudian lewat nodus AV ke
ventrikel. Karena adanya pengaturan khusus sistem konduksi dari atrium ke ventrikel,
terjadi keterlambatan penghantaran impuls dari atrium ke ventrikel, sehingga atrium
selalu lebih dulu berkontraksi daripada ventrikel. Proses kontraksi dan relaksasi
(systole dan diastole) dari atrium maupun ventrikel pada keadaan normal akan terjadi
terus-menerus. Dalam keadaan normal kontraksi ventrikel lebih besar daripada
kontraksi yang terjadi di atrium jantung atau hampir tidak terlihat kontraksi
atriumnya.Denyut jantung berasal dari system konduksi jantung dan menyebar ke
seluruh bagian myocardium. Struktur yang membentuk system konduksi adalah nodus
sinoatrial, lintasan interoda atrium, nodus atrio ventrikuler. Dalam keadaan normal
nodus mengeluarkan impuls paling cepat sehingga merupakan pemacu jantung.
(Ganong,1995).
Menurut Stanius dalam percobaannya, sebuah tali diikatkan pada siniosatrial,
ternyata atrium dan ventrikel berhenti sedangkan sinus venosus tetap berdenyut. Sinus
venosus adalah tempat dari sumber jantung (Dukes,1995). Denyut jantung bermula di
dalam nodus ini, atrialis desebut dengan “pacemaker” jantung. Pacemaker ini
merupakan kumpulan dari sel-sel jantung yang bersifat khusus yang terletak pada
pertautan vena cava dan atrium kanan, impuls yang berasal dari pertautan NAD SA
memencar pada seluruh arteri, sehingga menyebabkan kontraksi (Frandson, 1986).
Peningkatan suhu tubuh, seperti terjadi pada seseorang yang menderita demam,
akan sangat meningkatkan frekuensi denyut jantung, kadang$kadang dua kali lebih
cepat dari frekuensi denyut normal. Penurunan suhu sangat berpengaruh pada
penurunan frekuensi denyut jantung, sehingga turun sampai serendah beberapa denyut
per menit seperti terjadi pada seseorang yang mendekati kematian akibat hipotermia
(suhu tubuh dalam kisaran 45-65 derajat Fahrenheit. Penyebab Pengaruh ini
kemungkinan karena panas meningkatkan permeabilitas membran otot jantung
terhadap ion yang mengatur frekuensi denyut jantung menghasilkan peningkatan proses
perangsangan sendiri.
Jantung sering dipercepat secara temporer melalui suatu peningkatan suhu yang
sedang, seperti saat tubur sedang berolahraga, tetapi peningkatan suhu yang lama akan
melemahkan sistem metabolik jantung dan akhirnya menyebabkan kelemahan. Fungsi
optimal jantung sangat bergantung pada pengaturan suhu tubuh oleh mekanisme
pengaturan suhu.
Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. jantung katak maupun mamalia
mempunya centrum automasi sendiri artinya tetap berdenyut meskipun telah
diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di keluarkan dari tubuh. Secara
anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan
satu ventrikel. Sinus venosus adalah ruangan sekitar jantung. Melalui pengamatan
darah mengalir melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke atrium dan mengisi
ruang ventrikel sebelum darah dipompa kembali oleh otot$ otot di ventrikel keseluruh
tubuh. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus dan kemudian
mengalir menuju ke atrium. Dari atrium, darah mengalir ke ventrikel yang kemudian di
pompa keluar melalui arteri pulmonalis. Secara garis besar peredaran darah katak sama
seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui vena darah
terlebih dahulu mengisi sinus venosus. jantung katak memiliki respon yang kurang
lebih sama dengan jantung manusia, contohnya denyut jantung akan meningkat saat
panas dan melambat saat dingin, kerjanya dapat dipengaruhi oleh hormone, dan
memiliki band moderator.

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Cawan Petri
2. Tali kasur
3. Papan bedah
4. Gunting , PisauBedah, JarumPentul
5. Stopwatch
6. Timbangan
7. Thermommeter

Bahan :
1. Katak 1 ekor
2. Air Es
3. Air Hangat
4. NaCl 0,7%
5. CaCl 0,7% dan 1%
6. KCl 0,7%
7. Larutan Ringer
D. Cara Kerja
Kegiatan 1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Mengikat Kaki Katak (agar tidak melompat) kemudian


menimbang berat katak.

Membedah rongga dada katak, menghitung denyut jantung/menit


pada suhu ruangan selama 3 menit dan menghitung rata-ratanya.

Mengumpulkan data dari semua kelompok, mengkorelasikan


antara berat katak dengan frekuensi denyut jantung.

Kegiatan 2. Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung

Mencatat denyut jantung/menit dalam suhu ruangan

Memberi tetesan air dengan suhu 5oC pada jantung katak,


menghitung denyut jantung/menit

Menormalkan kembali suhu jantung dengan memberi tetesann air keran.


Memberi tetesan air dengan suhu 31oC pada jantung katak, menghitung
denyut jantung/menit

Menormalkan kembali suhu jantung dengan memberi tetesann air keran.


Memberi tetesan air dengan suhu 40oC pada jantung katak, menghitung
denyut jantung/menit

Mengumpulkan data dari semua kelompok dan hitung koefisien


korelasinya.
Kegiatan 3. Percobaan Stanius

Mengikat dengan tali bagian antara sinus venosus dengan atrium


(ikatan stanius 1). Mangamati tempat timbulnya denyut jantung.

Melepaskan ikatan stanius 1, kemudian mengikat kembali dengan tali


bagian antara atrium dengan ventrikel (ikatan stanius 2). Mangamati
tempat timbulnya denyut jantung.

Kegiatan 4. Automasi Jantung

Membuka rongga dada katak, bila bagian belakang jantung katak dibalik ke atas maka
akan tampak gerakan jantung dari mulai sinus venosus ke atrium lalu ke ventrikel. Jika
pernyataan ini benar berikan tanda ceklist (√) dan jika salah beri tanda silang (×) pada
tabel pengamatan

Mempelajari bahwa bila jantung terletak mendatar, pada waktu diastol ventrikel akan
memanjang dan menipis serta waktu sistol akan memendek. Jika pernyataan ini benar
berikan tanda ceklist (√) dan jika salah beri tanda silang (×) pada tabel pengamatan.

Mempelajari bahwa bila jantung diangkat hingga tegak, pada waktu diastol ventrikel
akan memendek dan jatuh tertumpuk serta waktu sistol akan memanjang. Jika
pernyataan ini benar berikan tanda ceklist (√) dan jika salah beri tanda silang (×) pada
tabel pengamatan.
Kegiatan 5. Pengaruh Garam Anorganik terhadap Denyut Jantung Katak

Mengikat pembuluh yang menuju kedalam dan keluar jantung (sinus venosus),
kemudian memotong bagian atas dari ikatan.

Menyiapkan 4 cawan petri yang berisikan, cawan 1 berisi Ringer, cawan 2 berisi
NaCl 0,7%, cawan 3 berisi KCl 0,7%, cawan 4 berisi CaCl2 0,7%, dan cawan 5
berisiCaCl 1%

Memasukkan jantung yang sudah dipotong kedalam cawan petri 1 yang berisi
ringer pada suhu ruangan.

Kemudian memindahkan jantung ke cawan petri 2 yang berisi NaCl 0,7% hingga
denyut jantung melemah.

Memasukkan kembali jantung kedalam cawan petri 1 yang berisi ringer pada suhu
ruangan sampai denyut jantung kembali normal.

Kemudian memindahkan jantung ke cawan petri 3 yang berisi KCl 0,7%, mencatat
denyut jantung hingga berhenti (potasium inhibition)

Kemudian memindahkan jantung ke cawan petri 4 yang berisi CaCl2 0,7%,


memperhatikan dan mencatat kontraksi kembali lagi. Jika tidak berdenyut ganti
dengan jantung baru dan masukkan kedalam ringer setelah itu dilanjutkan dengan
CaCl2 1%.
E. Hasil Pengamatan

1. Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak


Berat Katak Denyut Jantung Keterangan
(x) (y)
Katak 1 44,75 gram 64,3 Rxy= 0.015186, artinya
hubungan antara berat katak dan
denyut jantung ialah lemah serta
Katak 2 66,70 gram 67 hubungannya searah.

2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung


Air Dingin Air Panas
(7°C) (40°C)
Katak 1 59 56
Rxy= -0.00016, artinya
hubungan antara suhu dan denyut
jantung ialah lemah serta
Air Dingin Air Panas hubungannya berlawanan
(8°C) (42°C)
Katak 2 54 68

3. Percobaan Stanius
Stanius Tempat Timbulnya Denyut
Jantung
Katak 1 1 Sinus venosus
2 Atrium

Katak 2 1 Sinus venosus

2 Atrium

4. Automasi Jantung
Letak Jantung Diastol Sistol Arah Gerak Darah
Katak 1 Dibalik ke atas Memanjang Memanjang Darah bergerak dari sinus
venosus
Mendatar Memanjang Memendek Darah bergerak dari ventrikel
Tegak Memendek Memanjang Darah bergerak dari ventrikel
Katak 2 Dibalik ke atas Memanjang Memendek Darah bergerak dari sinus
venosus
Mendatar Memanjang Memendek Darah bergerak dari ventrikel
Tegak Memendek Memanjang Darah bergerak dari ventrikel

5. Pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak


NaCl KCL CaCl₂

Katak 1 62 60 33

Katak 2 49 57 44
UJI ANOVA SATU ARAH
F. Pembahasan
1. Percobaan Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak
Pada Praktikum ini, kita akan menganalisis hubungan antara berat tubuh
dengan denyut jantung pada katak. Bahan yang dijadikan objek percobaan adalah
2 ekor katak dengan berbagai ukuran dan massa tubuh pada masih-masing
kelompok. Katak 1 berukuran 44.75gr dan katak 2 berukuran 66.7gr. Setelah
dilakukan percobaan didapat denyut jantung rata-rata, pada katak 1 yaitu 64,3,
sedangkan pada katak 2 yaitu 67. Jika dilihat pada katak yang memiliki bobot tubuh
besar, juga memiliki denyut jantung yang cepat. Kemudian data tersebut diuji
dengan Uji Pearson.
Berdasarkan percobaan hubungan antara berat tubuh dengan kecepatan
denyut jantung per menit pada katak, didapatkan hasil berdasarkan korelasi yang
diperoleh menggunakan uji pearson, dengan hasil Rxy=0.015. Hasil 0 berarti tidak
ada korelasi dan nilai 1 berarti terdapat kolerasi. Berdasarkan hasil 0.015 artinya
yaitu tidak terdapat kolerasi antara berat badan dan denyut jantung pada katak.
Sedangkan menurut literatur, terdapat kolerasi antara berat badan dan
denyut nadi pada katak. Semakin ringan tubuh katak (semakin kecil massa
tubuhnya) maka kecepatan denyut jantungnya juga semakin tinggi (kecepatan
denyut jantung berbanding terbalik dengan massa tubuh). Hal ini disebabkan
karena laju metabolisme per gram berbanding terbalik dengan ukuran tubuh di
antara hewan-hewan yang serupa. Para ahli fisiologi telah menentukan bahwa
jumlah energi yang diambil hewan untuk mempertahankan setiap gram bobot
tubuhnya berbanding terbalik dengan ukuran tubuhnya.
Hasil yang didapatkan pada percobaan tidak sesuai dengan literatur.
Perbedaan hasil yang berbeda dengan literature dapat disebabkan oleh fisiologis
katak tersebut, karena sudah diberikan etanol. Selain itu kondisi fisik katak yang
sudah tidak menetap di habitatnya sebelum dilakukannya percobaan.

2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung


Pada percobaan ini, jantung katak diberikan tiga macam perlakuan berbeda,
yang pertama jantung masing-masing katak di tetesi air dengan suhu 7°C dan 8°C,
hasilnya katak menunjukan hasil yang sama yaitu penurunan denyut jantung
menjadi 59 dan 54. Lalu jantung dinormalkan dengan air keran. Perlakuan kedua,
jantung masing-masing katak di tetesi dengan air bersuhu 40°C dan 42°C dan
mengalami hasil bervariasi menjadi 56 dan 68. Berasarkan pengamatan semakin
rendah suhu maka semakin melambat denyut jantung, suhu rendah dapat
menyebabkan kerja jantung menurun, karena permeabilitas membran menurun,
sehingga terjadi penurunan depolarisasi. Begitupun sebaliknya, semakin tinggi
suhu maka dapat meningkatkan kerja jantung, Suhu tinggi dapat menyebabkan
kerja jantung yang meningkat, karena permeabilitas membran meningkat, dan
terjadi peningkatan depolarisasi sehingga menaikkan SA node. Hal ini dapat terjadi
pada katak dikarenakan katak merupakan hewan poikiloterm, dimana suhu
tubuhnya sangat ditentukan oleh keseimbangan konduktif dan konfektif dengan air
mediumnya dengan suhu air. Menurut literatur faktor yang dapat mempengaruhi
kerja jantung adalah pengaruh suhu, hormone, dan blok jantung otomatisasi
jantung (Judha, 2012). Hal ini sesuai dengan teori vasodilatasi yang terjadi pada
pembuluh darah sebagai respon terhadap peningkatan suhu. Semakin lebar lumen
pembuluh darah maka semakin besar volume darah yang harus dipompa oleh
jantung sehingga denyut jantung mengalami peningkatan frekuensi.
Namun berbeda berdasarkan hasil uji pearson, menunjukkan hasil Rxy = -
0.00016. Nilai -1 berarti terdapat kolerasi negative sempurna dan nilai 0 berarti
tidak ada korelasi dan nilai 1 berarti terdapat kolerasi. Berdasarkan hasil -0.00016
artinya yaitu tidak terdapat kolerasi antara suhu dan denyut jantung pada katak.
Hasil yang didapatkan pada percobaan tidak sesuai dengan literatur. Perbedaan
hasil yang berbeda dengan literature dapat disebabkan oleh fisiologis katak
tersebut, karena sudah diberikan etanol. Selain itu kondisi fisik katak yang sudah
tidak menetap di habitatnya sebelum dilakukannya percobaan.

3. Percobaan Stanius
Dalam percobaan ini, kami membuat ikatan stanius I dengan cara mengikat
longgar dengan menggunakan benang antara sinus venosus dan atrium kemudian
memperhatikan kontraksinya. Setelah itu kita membuat ikatan stanius II dengan
ikatan longgar antara atrium dan ventrikel lalu memperhatikan kontraksinya.
Selanjutnya membuat kembali ikatan seperti tadi dengan ikatan keras.
Ketika jantung diberi perlakuan ikatan pada stanius I (antara sinus venosus dan
atrium), diamati bahwa denyut jantung dimulai pada lokasi sinus venosus. Hal ini
disebabkan oleh peran sinus venosus pada jantung katak serupa dengan nodus
sinoatrial pada jantung manusia yakni sebagai pacemaker denyut jantung.
Sementara itu, pada perlakuan ikatan stanius II antara atrium dan ventrikel, diamati
bahwa denyut jantung dimulai pada bagian atrium. Hal ini diakibatkan oleh
keberadaan pacemaker (SV). Pacemaker ini merupakan kumpulan dari sel-sel
jantung yang bersifat khusus yang terletak pada pertautan vena cava dan atrium
kanan, impuls yang berasal dari pertautan NAD SA memencar pada seluruh arteri,
sehingga menyebabkan kontraksi.
Percobaan yang dilakukan menurut literature sesuai dengan percobaan Stanius.
Menurut Stanius dalam percobaannya, sebuah tali diikatkan pada siniosatrial,
ternyata atrium dan ventrikel berhenti sedangkan sinus venosus tetap berdenyut.
Sinus venosus adalah tempat dari sumber jantung. (Dukes,1955). Menurut Supripto
(1998) bahwa meskipun jantung berkontraksi dengan sendirinya, namun kuat
kontraksi, frekuensi denyut jantung, dan perambatan impuls pada jantung
dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik.

4. Automasi Jantung
Percobaan automasi jantung adalah untuk melihat otomasi jantung diluar tubuh.
Percobaan dilakukan menggunakan jantung katak. Jantung yang sudah tidak
memiliki hubungan persarafan dan tidak memompa darah lagi, ternyata masih
sanggup berdenyut sendiri karena adanya sifat automasi. Hal ini terjadi karena ada
alat pacu jantung (pace maker) yang selalu melutupkan potensial aksi secara
otomatis.
Secara anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus,
dua atrium dan satu ventrikel. Sinus venosus adalah ruang disekitar jantung. Sistem
sirkulasi pada katak adalah sistem peredaran darah tertutup dan sistem peredaran
darah ganda. Darah mengalir melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke
atrium dan mengisi ruang ventrikel sebelum darah dipompa kembali oleh otot-otot
di ventrikel keseluruh tubuh. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk
kesinus venosus dan kemudian mengalir menuju ke atrium. Dari atrium darah
mengalir ke ventrikel yang kemudian dipompa keluar melalui arteri pulmonalis.
Secara garis besar peredaran darah katak sama seperti peredaran darah manusia
namun saat darah dialirkan kembali melalui vena darah terlebih dahulu mengisi
sinus venosus.
Di sini siklus jantung akan terjadi 2 urutan peristiwa yang akan terjadi selama
satu denyut lengkap yaitu, systole dan diastole. Bentuk kontraksi otot jantung di
sebut systole, yang mana bagian ventrikel akan memompa darah ke paru – paru
dan ventrikel kiri ke aorta. Keadaan saat kontraksi otot jantung atau systole di
tandai oleh warna pucat. Sedangkan bentuk relaksasi otot jantung di sebut diastole,
yang mana darah dari sirkulasi sistemik dibawa kembali ke atrium kanan, dan dari
paru – paru ke atrium kiri.
Pada kegiatan 4 ini, kami mengamati kerja jantung, bila jantung dibalikkan
keatas, sistol memanjang dan diastole juga memanjang. Maka gerakan jantung
dimulai dari sinus venosus menuju atrium kemudian ventrikel. Pernyataan ini
sesuai dengan yang kami amati. Pada pengamatan bila jantung diletakan mendatar,
yaitu pada sistol ventrikel memendek dan menebal, sedangkan pada diastole
ventrikel memanjang dan menipis. Sedangkan apabila ujung jantung di angkat
hingga jantung terletak tegak, maka waktu diastole ventrikel akan memendek dan
jatuh tertumpuk, serta waktu diastole ventrikel akan memanjang.
Setelah mengamati kerja ventrikel, kami mengikat pembuluh yang menuju ke
dalam dan keluar jantung dan memotong pembuluh-pembuluh yang diikat pada
bagian sebelah distal. Kemudian, kami mengangkat jantung dari tubuh katak dan
memasukkannya ke dalam ringer, terlihat bahwa jantung masih berdenyut
walaupun sudah dikeluarkan dari tubuh katak. Dan automasi jantung terbukti
benar. Dicelupkan ke dalam larutan ringer bertujuan agar jaringan tetap hidup.
Automasi artinya jantung ini masih dapat melakukan fungsinya tanpa
dipengaruhi saraf. Dapat juga dibuktikan dengan cara merusak otak atau sumsum
punggung. Jantung tetap normal melakukan fungsinya untuk beberapa saat.
Jantung katak maupun mamalia mempunya centrum automasi sendiri artinya tetap
berdenyut meskipun telah diputuskan hubungannya dengan susunan syaraf atau di
keluarkan dari tubuh. Pada katak frekuensi jantung diatur oleh salah satu dari ketiga
pasang ganglionnya. Peranan centrum automasi pada katak itu menyebabkan
jantung tetap berdenyut setelah seluruh persarafannya dipotong. Bahkan bila
jantung dipotong-potong, setiap potongan jaringan jantung masih berdenyut. Hal
ini disebakan oleh adanya jaringan khusus pemicu di jantung yang mampu
mencetuskan potensial aksi berulang-ulang. Jaringan picu jantung membentuk
sistem hantaran yang dalam keadaan normal menyebarkan impuls ke seluruh
jantung.
5. Pengaruh Garam Anorganik terhadap Denyut Jantung Katak
Pada praktikum pengaruh garam anorganik menggunakan dua katak.
Sebelumnya jantung diikat dan dipotong. Setelah itu jantung dimasukkan kedalam
larutan ringer. Pada saat didiamkan dalam larutan ini, jantung katak kembali
berdetak normal. Hal ini disebabkan oleh larutan ringer yang memiliki ion Ca2+
untuk proses involuntary jantung. Perlakuan pertama yaitu dimasukan ke dalam
larutan NaCl 0,7%, dan diperoleh denyut jantung sebesar 62 denyutan pada katak
pertama dan 49 denyutan pada katak kedua. Dari data yang kami dapatkan, pada
saat berada di dalam larutan ini frekuensi denyut jantung katak lama kelamaan
menurun. Hal terjadi karena otot jantung kekurangan ion Ca2+ dan tidak adanya
ketersediaan ion tersebut dalam larutan NaCl sehingga jantung kesulitan untuk
berkontraksi.
Kemudian sebelum melakukan perlakuan berikutnya jantung katak dimasukan
ke dalam larutan ringer. Larutan Ringer merupakan salah satu larutan laboratorium
dari garam dalam air yang digunakan untuk memperpanjang waktu kelangsungan
hidup jaringan yang dipotong. Larutan ini akan menetralkan atau mengembalikan
denyut jantung ke denyut awal. Larutannya mengandung natrium klorida, kalium
klorida, kalsium klorida, dan sodium bikarbonat dengan konsentrasi tertentu di
mana mereka terdapat dalam cairan tubuh.
Pada perlakuan kedua jantung ditaruh di larutan KCl 0.7%. Pada larutan ini,
kontraksi otot katak di tiap menitnya semakin melemah. Hal ini disebabkan karena
ion K+ dari larutan berdifusi kedalam jantung dan menyebabkan jantung
mengalami repolarisasi. Akibatnya, jantung tidak dapat berkontraksi lagi karena
tidak adanya potensial aksi. Namun pada katak ke 2 terdapat bias data, hal tersebut
karena jantung katak sudah tidak mampu lagi diberi perlakuan lebih lanjut.
Setelah itu dimasukkan kedalam larutan CaCl. Pada menit-menit awal, jantung
mulai berkontraksi normal kembali, dalam artian frekuensinya lebih cepat daripada
di larutan KCl. Setelah itu dimasukkan kedalam larutan CaCl. Di dalam larutan ini,
awalnya jantung masih berkontraksi dengan normal. Ini disebabkan ion Ca2+
tersedia di dalam larutan sehingga jantung mampu melakukan kontraksi. Namun
lama kelamaan jantung mulai melemah dan kemudian berhenti berdetak. Ini karena
jaringan otot penyusunnya mulai lemah sehingga tidak mampu lagi untuk
berkontraksi.
Berdasarkan Uji ANOVA One Way (satu arah), didapatkan hasil signifikansi
yaitu 0.47, berarti H0 diterima dan tidak ada pengaruh signifikan antara perlakuan
perendaman di larutan NaCl, KCl, dan CaCl dengan denyut jantung pada katak.

G. Kesimpulan

1. Kecepatan denyut jantung berbanding terbalik dengan massa tubuh. Semakin besar
massa tubuh katak maka frekuensi denyut jantungnya lebih kecil dari katak dengan
massa tubuh yang lebih ringan.
2. Suhu dapat mempengaruhi kecepatan denyut jantung. Penurunan kecepatan denyut
jantung akibat suhu yang rendah menyebabkan penyempitan pembuluh darah
(vasokontriksi), sedangkan peningkatan kecepatan denyut jantung akibat suhu yang
tinggi menyebabkan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi).
3. Bagian awal dari jantung yang menimbulkan denyut adalah bagian sinus venosus,
kemudian atrium lalu ventrikel.
4. Jantung memiliki kemampuan untuk tetap berdenyut selama beberapa waktu setelah
seluruh persarafannya terpotong sebab memiliki pemacu jantung (pace maker) berupa
sinus venosus pada pisces, reptil, amphibi dan nodus sinoatrial pada mammalia dan
manusia yang merupakan jaringan khusus pemicu di jantung yang mampu mencetuskan
potensial aksi berulang-ulang.
5. Kestabilan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel-sel otot jantung dapat
mempengaruhi kecepatan denyut jantung.
DAFTAR PUSTAKA

Blaustein, M. P. (2017). How Does Pressure Overload Cuse Cardiac Hypertrophy and
Dysfunction? Bethesda: Heart and Circulation Physiology Vol. 131.
Campbell, dkk. (2004). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Duke, Joseph W., dkk. Bubble and Macroaggregate Method Differ in Detection of Blood Flow
through Intrapulmonary Arteriovenous Anastomoses in Upright and Supine Hypoxia in
Humans. Washington: Journal of Applied Physiology Vol. 10.
Frandson. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.
Ganong, W. F., 1995, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Kedokteran EGC, Jakarta.
Judha, Mohammad, dkk. 2012. Anatomy and Physiology e.d nev. Yogyakarta: Goysen
Publishing.
Supripto. 1998. Fisiologi Hewan. Penerbit ITB. Bandung
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai