Anda di halaman 1dari 15

Tanggal percobaan : 1 November 2019

Tanggal pengumpulan : 14 November 2019

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN VI


KERJA JANTUNG

Nama : Aulia Septavia Nurafifah


Kelas : Biologi B 2017
NRM : 1308617055
Kelompok :8
Dosen Pengampu : Dr. Elsa Lisanti, M.Si
Asisten Laboratorium : 1. Ratna Pratiwi
2. Nurtiastuti Ramadhan

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
KERJA JANTUNG

A. Tujuan
1. Mengetahui korelasi berat tubuh dengan frekuensi denyut jantung
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap denyut jantung
3. Mengetahui perbedaan frekuensi denyut jantung manusia dan katak
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung
5. Mengetahui pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak

B. Teori

Jantung adalah organ berotot berongga dengan ukuran sekepalan. Jantung terletak di
rongga dada sekitar garis tengah antara sternum di sebelah anterior dan vertebra di
sebelah posterior. Jantung memiliki pangkal yang lebar disebelah atas dan meruncing
membentuk ujung yang disebut apeks dasar. Jantung membentuk sudut terhadap sternum,
sehingga pangkalnya terutama berada di kanan dan apeksdi kiri sternum. Sewaktu jantung
berdenyut, terutama sewaktu berkontraksi secara kuat, apeks sebenarnya membentur
bagian dalam dinding dada di sebelah kiri. Walaupun secara anatomis jantung adalah satu
organ, sisi kanan dan kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung
dibagi menjadi separuh kanan dan kiri serta memiliki empat bilik, bilik bagian atas dan
bawah di kedua belahannya (Sherwood, 2001).

Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel.


a) Atrium (serambi)
Merupakan ruangan tempat masuknya darah dari pembuluh balik (vena). Atrium
kanan (dekter) dan atrium kiri (sinister) terdapat katup valvula bikuspidalis. Pada
fetus antara atrium kanan danatrium kiri terdapat lubang disebut foramen ovale.
b) Ventrikel (bilik)
Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari atrium, dan ventrikel kiri lebih tebal
dari pada ventrikel kanan, karena berfungsi memompakan darah keluar jantung.
Antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri terdapat katup valvula trikuspidalis.

Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi
(diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Frekuensi denyut nadi pada
umumnya sama dengan frekuensi denyut/detak jantung. Denyutan dinyatakan
sebagai ekspresi dan dorongan balik arteri secara berganti-ganti.(setjen 2010). Denyut
jantung dibagi menjadi dua tipe yaitu neurogenik dan jantungmeogenik. Jantung
neurogenik adalah jantung pada hewan tingkatan rendah(invertebrata), yang aktivitasnya
diatur oleh sistem syaraf sehingga jika hubungansyaraf dengan jantung diputuskan maka
jantung akan berhenti berdenyut. Jantungmiogenik denyutnya akan tetap ritmis meskipun
hubungan dengan syarafdiputuskan. Bahkan bila jantung katak diambil selagi masih
hidup dan ditaruhdalam larutan fisiologis yang sesuai akan tetap berdenyut (Affandi,
2002).

Menurut Hansotto (2011), secara singkat kontraksi otot jantung terdiri dari 4 peristiwa
yaitu :

1. Peristiwa rangsangan: rangsangan atau stimulus berasal dari dalam jantungsendiri


atau berasal dari luar jantung.
2. Peristiwa listrik stimulus pada potensial ambang dengan rangsangan minimal pada
otot jantung mulai menimbulkan impuls yang mula-mula terjadi pada NSA sehingga
timbul aksi potensial yang akan disebarkan berupa gelombangdepolarisasi atau
gelombang kontraksi ke seluruh bagian jantung
3. Peristiwa kimia: setelah peristiwa listrik tadi kalsium kemudian akan berdifusike
dalam miofibril dan mengkatalisis reaksi-reaksi kimia sehingga kalsiumintrasel akan
bertambah banyak.
4. Peristiwa mekanik. Energi dari ATP tadi akan menyebabkan pergerakan aktindan
myosin secara tumpang tindih sehingga sarkomer miofibril memendek,dimana akan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot jantung.

Pada katak bagian jantung yang bertindak sebagai pemacu jantung adalah sinus venosus.
Katak dan amfibia lainnya mempunyai jantung berbilik tiga dengan dua arteri dan satu
ventrikel. Ventrikel akan memompakan darah ke dalam sebuah arteri bercabang yang
mengarahkan darah melalui dua sirkuit: pulmokutaneuscircuit mengarah ke jaringan
pertukaran gas, dimana darah akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui
kapiler. Darah yang kaya oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian
sebagian besar di antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistematik. Sirkuit sistemik
membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh dan kemudian
mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium kanan melalui vena (Afrianto,
2014).

C. Alat dan Bahan


a) Alat
1. Alat bedah
2. Papan bedah
3. Thermometer
4. Timbangan
5. Gelas kimia
b) Bahan
1. Katak (Rana tigrina)
2. Benang halus
3. Benang kasar
4. Es batu
5. Air panas
6. Ringer
7. NaCl 0.7%
8. KCl 0.7%
9. CaCl2 0.7%

D. Cara Kerja
1. Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Bedahlah rongga dada


Ikatlah kaki Kumpulkan data dari
katak. Hitung denyut
katak hingga semua kelompok, data
jantungnya per menit
tidak dapat dikorelasikan antara
pada suhu ruangan
meloncat, berat badan katak dan
selama 3 menit, dan
kemudian frekuensi denyut
hitung rata-rata denyut
ditimbang jantung.
per menit

2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung


Jantung katak yang
Normalkan suhunya,
Catat data denyut masih ada dalam tubuh
dengan meneteskan
jantung per menit diberi tetesan air
air kran. Selanjutnya
pada suhu dengan suhu 5° C.
teteskan air bersuhu
ruangan Hitung denyut jantung
30° C
per menit

Kumpulkan data setelah 1 menit, larutan liur dan


dari semua amilum dari tabung 1 diambil
kelompok, dan menggunakan pipet dan diteteskan
hitung koefisian ke cawan Petri sebanyak 2 tetes
korelasinya. untuk uji amilum

3. Percobaan Stanius

Ikatlah dengan tali bagian antara Ikatan stanius I dibuka lakukan


sinus venosus dengan atrium. Stanius II yaitu ikatan antara
Ikatan ini di sebut ikatan Stanius atrium dan ventrikel. Amati
I. Amati tempat timbulnya tempat timbulnya denyut jantung
denyutan jantung. (lanjutkan kegiatan 4).

4. Automasi Jantung
Bila ujung jantung
Buka rongga dada Pelajarilah bahwa
di angkat hingga
katak. Bila bagian bila jantung
jantung terletak
belakang jantung di terletak mendatar,
tegak, maka waktu
balik ke atas, maka pada waktu diastol
diastol ventrikel
tampaklah bahwa ventrikel akan
akan memendek
gerakan jantung di memanjang dan
dan jatuh
mulai dari sinus menipis serta
tertumpuk, serta
venosus, terus ke waktu sintol akan
waktu diastol akan
atrium dan ventrikel. memendek
memanjang.

Ikatlah pembuluh yang menujuh ke dalam dan Sisihkan organ-organ


keluar jantung. Potong pembuluh-pembuluh yang di sekeliling jantung
diikat pada bagian sebelah distalnya. Keluarkan hingga jantung
jantung dari rongga tubuh. Kemudian tempatkan di terlihat jelas. Buka
larutan Ringer dalam cawan petri. Amati apa yang selaput
terjadi (lanjutkan kegiatan 5) perikardiumnya
5. Pengaruh Garam Anogranik Terhadap Denyut Jantung Katak

Kemudian masukan ke larutan


Jantung dari kegiatan 4 yang telah
NaCI 0.7%. Buatlah pencatatan
diikat dimasukan ke dalam larutan
hingga terlihat kekuatan denyut
Ringer pada suhu kamar.
jantung mulai menurun..

Pindahkan jantung ke larutan CaCI2 0.7%. Masukan kembali ke larutan


Perhatikan dan catat hingga kontraksi Ringer untuk beberapa saat
kembali lagi. Bila jantung tidak berdenyut (sampai denyut normal), kemudian
lagi, gantilah dengan jantung yang baru, masukan ke larutan KCI 0.7%.
dimulai dengan pencatatan dalam larutan Catatlah denyut jantung dalam
ringer yang kemudian diganti dengan larutan ini hingga berhenti
larutan 1% CaCI2. berdenyut (potasium inhibition).

E. Hasil Pengamatan
1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak
Tabel 1. Korelasi berat tubuh dengan frekuensi jantung
Data berat katak (x) dan denyut jantung (y)
X = 44,75 ; 66,7 Rxy = 0,015186, artinya hubungan antara
Y = 64 ; 67 berat katak dan denyut jantung adalah lemah
serta hubungannya searah

2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung


Tabel 2. Denyut jantung pada air panas dan air dingin
Data suhu (X) dan denyut jantung (Y)
X = 7°C, Y = 59 Rxy = -0,00016, artinya hubungan antara
X = 8°C, Y = 54 suhu dan denyut jantung adalah lemah serta
X = 40°C, Y = 56 hubungannya berlawanan
X = 42°C, Y = 68
3. Percobaan Stanius
Tabel 3. Tempat timbulnya jantung pada ikatan stanius I dan II
Ikatan stanius Tempat timbulnya denyut jantung
I Sinus Venosus
II Atrium

4. Automasi Jantung
Tabel 4. Keadaan ventrikel saat sistol dan diastol pada kondisi jantung mendatar dan
tegak
Perlakuan Sistol Diastol
Mendatar Ventrikel memendek Ventrikel memanjang dan menipis

Tegak Ventrikel memanjang Ventrikel memendek dan jatuh


tertumpuk

5. Pengaruh Garam Anorganik Terhadap Denyut Jantung Katak


Tabel 5. Denyut jantung pada larutan NaCl 0,7% , KCl 0,7%, dan CaCl2 0,1M
Katak ke- Denyut jantung pada larutan
Ringer NaCl 0,7% KCl 0,7% CaCl2 0,1M
1 64 62 60 33
2 67 49 57 44
UJI ANOVA SATU ARAH

F. Pembahasan
1. Kolerasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Praktikum kali ini dilakukan dengan menimbang berat objek yaitu Katak (Rana
tigrina)., kemudian menghitung denyut jantung normal. Hasil yang didapatkan adalah
berdasarkan hasil data korelasi yang diperoleh, bahwa Sig.(1-tailed) ˃ Pearson
Correlation maka tolak H1 artinya yaitu tidak terdapat hubungan antara berat badan
dan denyut nadi pada katak. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literature.
Menurut literatur, semakin besar berat badan objek, maka semakin menurun
frekuensi denyut jantungnya. Hal ini dikarenakan berat badan yang berlebihan
dapat memberikan tegangan atau beban pada jantung dan pembuluh darah.
Tegangan atau beban ini yang dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung
semakin menurun. Selain itu ukuran tubuh juga dapat mempengaruhi laju
metabolismenya. Jika pada suatu individu memiliki laju metabolisme yang tinggi,
maka laju denyut jantung hewan tersebut akan lebih tinggi. Dan jika semakin
kecil hewan maka semakin besar pula energi yang diperlukan untuk
mempertahankan suhu tubuh yang stabil. Oleh karena itu, objek yang lebih kecil
memiliki denyut jantung yang lebih cepat, karena dipakai untuk menyeimbangkan
suhu panas yang hilang dan untuk memperlancar pengiriman oksigen ke jaringan
(Campbell et al, 2004).
Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. Secara anatomis jantung katak
terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Sinus
venosus adalah ruangan sekitar jantung. Secara garis besar peredaran darah katak
sama seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui
vena darah terlebih dahulu mengisi sinus venosus.

2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Praktikum ini dilakukan dengan membedah katak, agar dapat terlihat kerja
jantung dan bagaimana denyut jantungnya. Setelah itu menghitung denyut
jantungnya. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa denyut jantung pada
katak pertama saat ditetesi air dingin bersuhu 7°C yaitu sebesar 59 dan pada air panas
bersuhu 40°C denyut jantungnya sebesar 56. Pada katak kedua setelah diberi tetesan
air dingin bersuhu 8°C denyut jantungnya sebesar 54 dan pada 42°C denyut
jantungnya sebesar 68. Hasil rata-rata tertinggi ada setelah jantung katak ditetesi oleh
air dingin 7°C sebesar 56,6 dan yang terendah setelah ditetesi oleh air panas 42°C
sebesar 62 . Menurut data diatas dapat disimpulkan bahwa semakin rendah suhu pada
katak, maka semakin lambat detak jantungnya dan kemungkinan katak untuk
mengalami hipoksia tinggi. Suhu rendah dapat menyebabkan kerja jantung menurun,
karena permeabilitas membran menurun, sehingga terjadi penurunan depolarisasi.
Sedangkan semakin tinggi suhu pada katak maka semakin cepat detak jantungnya.
Suhu tinggi dapat menyebabkan kerja jantung yang meningkat, karena permeabilitas
membran meningkat, dan terjadi peningkatan depolarisasi sehingga menaikkan SA
node. Hal ini dapat terjadi pada katak dikarenakan katak merupakan hewan
poikiloterm, dimana suhu tubuhnya sangat ditentukan oleh keseimbangan konduktif
dan konfektif dengan air mediumnya dengan suhu air. Menurut literatur faktor yang
dapat mempengaruhi kerja jantung adalah pengaruh suhu, hormone, dan blok jantung
otomatisasi jantung. (Judha, 2012).

Suatu potensial aksi dibangkitkan pada suatu bagian dan menyebar keseluruh sel otot
jantung. Dan jantung akan berkontraksi. Sel otot jantung tidak akan berkontraksi
kecuali dipicu oleh input neuron motoris yang mengontrolnya. Membran plasma otot
jantung mempunyai ciri pacu jantung yang menyebabkan depolarisasi berirama yang
memicu jantung berdenyut ketika diisolasi dari jantung. Potensial aksi sel otot jantung
berbeda dari potensial otot rangka. Pada sel jantung durasi potensial aksi memainkan
peran penting dalam pengontrolan durasi kontraksi (Marieb, 2010).

3. Percobaan Stanius

Dalam percobaan ini setelah katak dibedah untuk dilihat denyut jantungnya, kami
membuat ikatan stanius I dengan cara mengikat longgar dengan menggunakan benang
antara sinus venosus dan atrium kemudian memperhatikan kontraksinya. Setelah itu
kita membuat ikatan stanius II dengan ikatan longgar antara atrium dan ventrikel lalu
memperhatikan kontraksinya. Selanjutnya membuat kembali ikatan seperti tadi
dengan ikatan keras.

Percobaan bagian Stanius I untuk mengetahui denyut jantung katak antara sinus
venosus dan atrium denyut jantung pertama kali muncul pada bagian sinus venosus
sedangkan pada bagian bilik berhenti berdenyut, sedangkan pada bagian percobaan
stanius II yaitu jantung antara atrium dan batas ventrikel denyut muncul pada bagian
sinus atrium venosus dan ventricle dengan frekuensi masing-masing.

Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan kami sesuai dengan percobaan yang di
lakukan Stanius. Pada tabel yang di scan ternyata kami menulis hasilnya terbalik dan
yang benar ada dipembahasan ini.sesuai dengan percobaan stanius. Menurut Stanius
dalam percobaannya, sebuah tali diikatkan pada siniosatrial, ternyata atrium dan
ventrikel berhenti sedangkan sinus venosus tetap berdenyut. Sinus venosus adalah
tempat dari sumber jantung. (Dukes,1955).

Kerusakan pada pemacu tidak mengakibatkan gangguan jantung,meskipun tanpa


pemacu, ventrikel dapat memelihara denyut, meskipun sangat lambat akan tetapi
berbahaya, karena impuls yang timbul dalam ventrikel dapat tak terorganisasi dan
acak-acakan. Menurut Supripto (1998) bahwa meskipun jantung berkontraksi dengan
sendirinya, namun kuat kontraksi, frekuensi denyut jantung, dan perambatan impuls
pada jantung dipengaruhi oleh saraf otonom, yaitu saraf simpatik dan saraf
parasimpatik

4. Automasi Jantung

Pada praktikum ini, didapatkan bahwa jantung katak masih bersifat automasi, artinya
jantung masih berdenyut meskipun sudah tidak memiliki hubungan persarafan dan
tidak memompa darah lagi. Jantung katak masih berdenyut walau katak sudah dalam
keadaan mati. Hal ini terjadi karena adanya alat pacu jantung (pace maker) yang selalu
melutupkan potensial aksi secara otomatis.Saat jantung katak terletak mendatar, maka
pada keadaan bistole (berkontraksi) darah akan dipompa ke keluar, ventrikel akan
memendek dan berwarna merah muda. Namun dalam keadaan diastole, ventrikel akan
memanjang dan menipis serta berwarna merah tua, sebab terdapat darah di dalam
ventrikel. Sedangkan saat jantung katak terletak tegak, dalam keadaan bistole,
ventrikel akan memendek dan jatuh bertumpuk dan berwarna merah muda. Dalam
keadaan diastole, ventrikel akan memanjang dan berwarna merah tua.

Percobaan automasi jantung adalah untuk melihat otomasi jantung diluar tubuh.
Percobaan dilakukan menggunakan jantung katak. Jantung tetap berdenyut setelah
seluruh persarafannya dipotong; bahkan bila jantung dipotong- potong, setiap potongan
jaringan jantung masih berdenyut. Jantung memang memiliki otomasi sendiri di otot
jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Pacemaker jantung mamalia adalah
Nodus Keith dan Flacke (Nodus Sinoaricularis), sedang pada katak fraksi jantung diatur
oleh salah satu dari ketiga pasang ganglionnya Menurut teori pada saat otomatisasi
dimana jantung dilepas seluruhnya dari organ-organ lain, jantung masih dapat
berdenyut hal ini terjadi karna pada otot Jantung memang memiliki otomasi sendiri di
otot jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Terbukti tanpa adanya koordinasi
syaraf simpatis dan parasimpatis jantung tetap dapat berdetak diluar tubuh yaitu 2
kali/menit. Tetapi karena kondisi diluar tubuh tidak cocok dengan jantung maka
jantung kerjanya menjadi semakin melemah.

5. Pengaruh Garam Anorganik Terhadap Denyut Jantung Katak

Pada praktikum pengaruh garam anorganik menggunakan dua katak. Pada katak
pertama saat diberikan larutan NaCl 0,7% dan diperoleh denyut jantung sebesar 62
denyutan dan katak kedua 49 denyutan. Larutan NaCl berfungsi untuk memacu
jantung untuk melakukan potensial aksi.

Larutan Ringer merupakan salah satu larutan laboratorium dari garam dalam air yang
digunakan untuk memperpanjang waktu kelangsungan hidup jaringan yang dipotong.
Larutan ini akan menetralkan atau mengembalikan denyut jantung ke denyut awal.
Larutannya mengandung natrium klorida, kalium klorida, kalsium klorida, dan sodium
bikarbonat dengan konsentrasi tertentu di mana mereka terdapat dalam cairan tubuh.
Jika natrium laktat digunakan sebagai pengganti natrium bikarbonat, campuran ini
disebut solusi laktat Ringer (Spealman, 1940).

Lalu ditambahkan larutan KCl dan denyut jantungnya semakin melemah, bahkan
yang berdetak hanya bagian atriumnya saja. Dan kemudian diberikan larutan CaCl2
denyut jantung menjadi sangat lemah, dan hanya bagian atrium yang berdetak. Karena
saat diberikan larutan KCl dan CaCl2, jantung sedang mengalami potensi istirahat.
Menurut Faustine (2009), Pada pembuatan sediaan, katak dimatikan terlebih dahulu
dengan cara merusak susunan saraf pusatnya. Walaupun secara klinis katak sudah mati,
fungsi metabolik normalnya masih berlangsung hingga beberapa jam. Jaringan tubuh
juga masih dapat hidup selama beberapa menit hingga jam. Viabilitas jaringan tersebut
bergantung pada perlakuan yang diberikan. Oleh karena itu, segera setelah dibuka,
jaringan tubuh tersebut harus terus dibasahi dengan larutan ringer yang memiliki
konsentrasi ion menyerupai cairan ekstraselular katak. Hal ini disebabkan kekeringan
akan menurunkan fungsi jaringan tersebut.

Pada cara kerja pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung ini larutan NaCl
berfungsi sebagai penetralisir. Hal ini karena Semua larutan garam sementara
menghapuskan aktivitas ritmis jantung (Buridge, 1912). NaCl 0,9% (normal saline)
dapat dipakai sebagai cairan resusitasi (replacement therapy), terutama pada kasus
seperti kadar Na+ yang rendah, dimana RL tidak cocok untuk digunakan (seperti pada
alkalosis, retensi kalium). NaCl 0,9% merupakan cairan pilihan untuk kasus trauma
kepala, sebagai pengencer sel darah merah sebelum transfusi. Cairan ini memiliki
beberapa kekurangan, yaitu tidak mengandung HCO3-, tidak mengandung K+, dapat
menimbulkan asidosis hiperkloremik, asidosis dilusional, dan hipernatremi (Rudi,
2006).

Selanjutnya, ketika jantung diteteskan larutan KCl menghasilkan rata-rata frekuensi


denyut jantung adalah 60 dan 57 kali. Denyut jantung menjadi melemah karena
pengaruh K+ terhadap kerja otot jantung. Menurut Sherwood (2001), peningkatan
mendadak permeabilitas K+ menyebabkan difusi cepat K+ yang positif ke luar sel.
Dengan demikian, repolarisasi cepat terjadi akibat efluks K+, yang membuat bagian
dalam sel lebih negatif daripada bagian luar dan memulihkan potensial membran ke
tingkat istirahat sehingga K+ menyebabkan relaksasi pada potensial aksi di sel otot
jantung.
Sedangkan ketika jantung diteteskan larutan CaCl2 setelah sebelumnya dimasukan
dalam larutan Ringer, dihasilkan frekuensi denyut jantung sebanyak 33 dan 44 kali.
Menurut Sherwood (2001), pemberian Ca++ semakin memicu pengeluaran Ca++ dari
retikulum sarkoplasma. Pasokan tambahan dari Ca++ ini tidak saja merupakan faktor
utama memanjangnya potensial aksi jantung, tetapi juga menyebabkan pemanjangnya
periode kontraksi jantung, sehingga jantung mampu berdenyut dengan kuat kembali.

G. Kesimpulan
1. Berat badan berkorelasi dengan frekuensi denyut jantung. Semakin besar berat
badan objek, maka semakin menurun frekuensi denyut jantungnya, dan sebaliknya
jika berat badan semakin kecil maka denyut jantungnya semakin cepat.
2. Ukuran tubuh dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung. Semakin kecil
ukuran tubuh maka denyut jantungnya semakin cepat, dan sebaliknya.
3. Pengaruh suhu dapat mempengaruhi denyut jantung. Semakin rendah suhu pada
tubuh maka semakin lambat denyut jantung, dan sebaliknya jika suhu tubuh tinggi
maka denyut jantung akan semakin tinggi pula.
4. Faktor yang dapat mempengaruhi kerja jantung adalah pengaruh suhu, hormon,
dan blok jantung otomatisasi jantung.
5. Garam organik memiliki pengaruh yang berbeda beda, Ringer untuk menetralkan,
NaCl mempercepat laju jantung, sedangkan KCl dan CaCl2 laju jantung melambat
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R. dan Usman MT. 2001. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru: Unri Press.
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G (Rahayu, Trans.). 2004. Biologi edisi
kelima jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dukes, H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. New York: Comstock Pub.
Associated.
Judha, Mohammad, dkk. 2012. Anatomy and Physiology e.d nev. Yogyakarta: Goysen
Publishing.
Marieb, Elaine N. 2010. Human Anatomy and Physiology 8th e.d. San Fransisco:
Pearson International, Inc.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG.
Spealman, C.R. 1940. The effect of NaCl, KCl, CaCl2, and osmotic pressure on the
Frog Heart-Rate. American Journal of Physiology Legacy Content. 1940 vol.
130 no. 4 729-738
Supripto. 1998. Fisiologi Hewan. Penerbit ITB. Bandung
LAMPIRAN

Hasil Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai