Anda di halaman 1dari 13

Tanggal percobaan : 01 November 2019

Tanggal pengumpulan : 14 November 2019

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN 5


<Kerja Jantung>

Nama : Riska Azzahra


Kelas : Biologi B 2017
NRM : 1308617026
Kelompok :8
Dosen Pengampu : Dr. Elsa Lisanti, M.Si
Asisten Laboratorium : 1. Ratna Pratiwi
2. Nurtiastuti Ramadhan

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
<KERJA JANTUNG >
A. Tujuan
1. Mengetahui korelasi berat tubuh dengan frekuensi denyut jantung katak
2. Memahami pengaruh suhu terhadap denyut jantung
3. Memahami percobaan Stanius
4. Memahami automasi jantung
5. Mengetahui pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung katak

B. Teori
Jantung merupakan sistem kardiovaskular yang sangat berperan penting dalam
pemompaan darah ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah. Keefektifan kerja
jantung dikendalikan oleh faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Darah dipompakan
oleh jantung ke dalam pembuluh darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh dan
kemudian kembali lagi ke jantung sebagai suatu sirkulasi. Untuk berkontraksi, otot
jantung tidak memerlukan stimulus, sebab otot jantung memiliki sifat otomatis. Pada
sel otot jantung dapat terjadi peristiwa depolarisasi secara spontan tanpa ada stimulus.
Selain itu otot jantung juga memiliki sifat ritmis, peristiwa depolarisasi dan
repolarisasi berjalan menurut irama tertentu (Halwatiah, 2009).
Katak dan amfibia lainnya mempunyai jantung berbilik tiga, dengan dua atria
dan satu ventrikel. Ventrikel akan memompakan darah ke dalam sebuah arteri
bercabang yang mengarahkan darah melalui dua sirkuit: pulmokutaneuscircuit
mengarah ke jaringan pertukaran gas (dalam paru-paru dan kulit pada katak), dimana
darah akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler. Darah yang kaya
oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di antaranya
dipompakan ke dalam sirkuit sistematik. Sirkuit sistemik (systemic circuit) membawa
darah yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh dan kemudian mengembalikan darah
yang miskin oksigen ke atrium kanan melalui vena. Skema ini disebut sirkulasi ganda
(double circulation), menjamin aliran darah yang keluar ke otak, otot, dan organ-
organ lain, karena darah itu dipompa untuk kedua kalinya setelah kehilangan tekanan
dalam hamparan kapiler pada paru-paru atau kulit (Campbell, 2004: h. 45).
Siklus jantung adalah urutan kerja jantung dalam satu denyut jantung. Siklus ini
terjadi dalam 2 fase, yaitu: Diastole, adalah periode istirahat yang mengikuti periode
kontraksi. Serta Sistole, adalah periode kontraksi otot, berlangsung selama 0,3 detik.
Diastole: Darah vena memasuki antrium kanan melalui vena cava superior dan
inferior. Darah yang teroksigenasi melewati atrium kiri vena pulmonalis. Kedua katup
atrioventrikular (tricuspidalis dan bikuspidalis) tertutup dan darah dicegah untuk
memasuki atrium ke dalam ventrikel. Katup pulmonalis dan aorta tertutup, mencegah
kembalinya darah dari arteri pulmonalis ke dalam ventrikel kanan dan dari aorta ke
dalam ventrikel kiri. Dengan bertambah banyaknya darah yang memasuki kedua
atrium, tekanan di dalamnya lebih besar dari ventrikel, katup A-V terbuka dan darah
mulai mengalir dari atrium ke dalam ventrikel.
Sisotle: Dinding atrium berkontraksi, memeras sisa darah dari atrium ke dalam
ventrikel. Ventrikel melebar untuk menerima darah dari atrium dan kemudian mulai
berkontraksi. Ketika tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam atrium, katup
A-V tertutup. Ventrikel terus berkontraksi, katup pulmonalis dan aorta membuka
akibat peningkatan tekanan ini. Darah menyembur keluar dari ventrikel kanan ke
dalam arteri pulmonalis dan darah dari ventrikel kiri menyembur ke dalam aorta.
Kontraksi otot kemudian berhenti dan relaksasi otot dimulai.

C. Alat dan Bahan


Alat Bahan
Alat Bedah Katak (Rana tigrina)
Papan Bedah Benang Halus
Termometer Benang Kasar
Timbangan Es Batu
Gelas Kimia Air Panas
Larutan Ringer
NaCl 0.7%
KCl 0.7%
CaCl2 0.1M

D. Cara Kerja
Kegiatan 1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Kaki katak diikat


Denyut jantung dihitung
hingga tidak dapat Katak dibedah per menit (selama 3
meloncat, lalu rongga dadanya menit) pada suhu ruang
ditimbang

Data semua kelompok


dikorelasikan antara berat badan
katak dan frekuensi denyut jantung

Kegiatan 2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Denyut jantung Air bersuhu 5o C Denyut jantung


dicatat tiap menit, diteteskan pada jantung dihitung tiap
pada suhu ruang katak yang masih ada menit
dalam tubuh

Suhu dinormalkan
Suhu dinormalkan
dengan meneteskan Air bersuhu 30o C dengan meneteskan
air kran diteteskan ke air kran
jantung, dihitung
denyut tiap menit

Air bersuhu 40o C Dihitung koefisien


diteteskan ke jantung, korelasi dari data
dihitung denyut tiap menit semua kelompok
Kegiatan 3. Percobaan Stanius

(Ikatan Stanius I)
Diamati tempat
Diikat dengan tali Dibuka ikatan
timbulnya
bagian antara sinus Stanius I
denyut jantung
venosus dengan atrium

Diamati tempat (Ikatan Stanius II)


timbulnya
denyut jantung Diikat antara atrium
dengan ventrikel

Kegiatan 4. Automasi Jantung

Dibuka rongga Diikat ke atas bagian belakang jantung,


dada katak diamati bahwa gerakan jantung dimulai dari
sinus venosus lalu ke atrium dan ventrikel

Jantung diposisikan
mendatar, diamati bahwa Diangkat ujung jantung hingga
saat diastol ventrikel jantung terletak tegak, diamati
akan memanjang dan bahwa saat diastol ventrikel akan
menipis, serta saat sistol memendek dan jatuh bertumpuk,
akan memendek serta saat diastol akan memanjang

Diikat pembuluh yang Disisihkan organ-organ


menuju ke dalam dan ke luar di sekeliling jantung
jantung, lalu dipotong pada hingga jantung terlihat
bagian distalnya jelas, lalu dibuka selaput
perikardiumnya

Dikeluarkan jantung dari rongga


tubuh, lalu ditempatkan pada larutan
Ringer dalam cawan petri. Diamati
apa yang terjadi
Kegiatan 5. Pengaruh Garam Anorganik terhadap Denyut Jantung Katak

Dari kegiatan 4, Jantung dimasukkan ke


jantung yang telah larutan NaCl 0.7%.
diikat dimasukkan ke
dalam larutan Ringer [Note: dicatat data hingga
pada suhu kamar terlihat kekuatan denyut
jantung mulai menurun]

Dimasukkan jantung ke larutan Jantung dimasukkan


KCl 0.7%, lalu dicatat denyut kembali ke larutan
jantung hingga berhenti Ringer beberapa saat
berdenyut (potasium inhibition)

Bila jantung tidak berdenyut lagi,


Dipindahkan jantung ke jantung diganti dengan yang baru,
larutan CaCl2 0.1M, lalu dimulai dengan pencatatan dalam
diperhatikan dan dicatat larutan ringer, kemudian diganti
hingga terjadi kontraksi dengan larutan CaCl2 0.1M

Data dikumpulkan dan dianalisis


dengan uji F melalui ANAVA satu jalan
pada alpha:0.05 lalu hasil disimpulkan

E. Hasil Pengamatan
Kegiatan 1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung

Tabel 1. Korelasi Berat Tubuh (X) dan Frekuensi Denyut Jantung (Y) Katak
Katak Rana 1 Rana 2

Berat Tubuh X1 = 44,75 gram X2 = 66,70 gram


Frekuensi Denyut
Jantung Y1 = 62;64;67 kali Y2 = 66;69;66 kali
(3x pengulangan)
Foto Pengamatan

Rxy  0.015186, artinya hubungan antara berat katak dan denyut jantung searah
dan lemah

Kegiatan 2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Tabel 2. Pengaruh Suhu (X) terhadap Denyut Jantung (Y)


Katak Rana 1 Rana 2
Suhu Air Panas 40 o
42 o
Suhu Air Dingin 7 o
8o
Denyut Jantung saat Air Panas 56 kali 68 kali
Denyut Jantung saat Air Dingin 59 kali 54 kali
Rxy  -0.00016, artinya hubungan antara suhu dan denyut jantung
berlawanan arah dan lemah

Kegiatan 3. Percobaan Stanius

Tabel 3. Percobaan Stanius Katak 1


Stanius Tempat Timbulnya Denyutan Jantung
I Sinus Venosus
II Atrium

Tabel 4. Percobaan Stanius Katak 2


Stanius Tempat Timbulnya Denyutan Jantung
I Sinus Venosus
II Atrium

Kegiatan 4. Automasi Jantung

Tabel 5. Automasi Jantung


Letak Jantung Sistol Diastol
Mendatar Ventrikel memendek dan Ventrikel memanjang dan
menebal menipis
Tegak Ventrikel memanjang Ventrikel memendek dan
jatuh tertumpuk
Gambar 1. Rongga dada katak Gambar 2. Jantung diikat

Kegiatan 5. Pengaruh Garam Anorganik terhadap Denyut Jantung Katak

Tabel 6. Pengaruh Garam Anorganik terhadap Denyut Jantung Katak


Detak Detak Detak
Katak Jantung/menit Jantung/menit Jantung/menit
dalam NaCl dalam KCl dalam CaCl2
Katak 1 62 kali 60 kali 33 kali
Katak 2 49 kali 57 kali 44 kali

Gambar 3. Jantung diberi larutan Gambar 4. Jantung diberi larutan


Ringer NaCl 0.7%

Gambar 5. Jantung diberi larutan Gambar 6. Jantung diberi larutan


KCl 0.7% CaCl2 0.1M
Uji Anova Satu Arah
ANOVA
Denyut
Sum of
df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups 788.000 3 262.667 6.823 .047
Within Groups 154.000 4 38.500
Total 942.000 7

F. Pembahasan

Kegiatan 1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara berat tubuh dan
frekuensi denyut jantung katak dengan melakukan pengumpulan data dari berat badan
2 ekor katak dan melakukan pengamatan dari denyut jantung masing-masing katak
selama 3 kali pengulangan (3 menit lamanya). Didapatkan hasil bahwa katak yang
memiliki berat badan lebih besar memiliki denyut jantung lebih cepat dibandingkan
katak kecil. Serta hasil dari perhitungan korelasi menunjukkan angka positif, yaitu
0.015186, artinya hubungan antara berat tubuh katak dengan denyut jantung searah
dan lemah. Lemah disini maksudnya data kurang banyak untuk dapat memberi
kesimpulan yang kuat.
Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi
(diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu (Depdikbud, 1996:11).
Grandjean dalam Eko Nurmianto (1986) mengatakan bahwa meningkatnya denyut
nadi dikarenakan: (1) Temperatur atau suhu sekeliling yang tinggi; (2) Tingginya
pembebanan otot statis dan (3) Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi
kerja. Dari hal ini sudah dapat membuktikan bahwa berat tubuh memiliki korelasi
berbanding lurus dengan frekuensi denyut jantung. Pada jantung manusia normal,
tiap-tiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus normal, NSR= Normal Sinus
Rhythim) waktu istirahat jantung berdenyut kira-kira 70 kali kecepatannya berkurang
waktu tidur dan bertambah karena emosi, kerja, demam, dan banyak rangsangan yang
lainnya (Guyton, 1997:140).

Kegiatan 2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap denyut


jantung, dilakukan dengan cara memberikan perlakuan terhadap jantung katak dengan
meneteskannya air dingin dan panas lalu setiap perlakuan dihitung jumlah denyutnya.
Sebelumnya, setelah diberikan perlakuan air dingin, diteteskan dahulu air kran untuk
mengembalikan ke keadaan normalnya, baru diteteskan air panas. Didapatkan hasil
perhitungan korelasi antara suhu dengan denyut jantung sebesar -0.00016, ini artinya
hubungan antara suhu dan denyut jantung berlawanan arah dan lemah. Hal ini karena
data yang dihasilkan kurang dan berbeda, pada katak 1 saat diberi air panas, denyut
jantung lebih lambat/sedikit, sedangkan pada katak 2 memiliki reaksi sebaliknya.
Menurut teori, yaitu Grandjean dalam Eko Nurmianto (1986) mengatakan
bahwa meningkatnya denyut nadi dikarenakan: (1) Temperatur atau suhu sekeliling
yang tinggi; (2) Tingginya pembebanan otot statis dan (3) Semakin sedikit otot yang
terlibat dalam suatu kondisi kerja. Maksudnya ialah semakin tinggi suhu, semakin
cepat denyut jantung. Namun hasil yang kami dapat sebaliknya, ini mungkin bisa
terjadi akibat kurang teliti saat membaca denyut jantung katak dan suhu air yang
kurang panas untuk jantung katak yang digunakan. Teori lain yang bersangkutan
dengan kegiatan ini yaitu, katak merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm),
artinya memiliki suhu tubuh yang berubah sesuai dengan lingkungan (Eckert, 2012).

Kegiatan 3. Percobaan Stanius

Kegiatan ini bertujuan untung mengetahui bagian dari jantung yang mula-mula
menimbulkan denyut. Dilakukan dengan membuat ikatan Stanius I (sinus venosus-
atrium) dan ikatan Stanius II (atrium-ventrikel). Didapatkan hasil bahwa tempat
timbulnya denyut jantung pada ikatan Stanius I berasal dari sinus venosus, dan pada
ikatan stanius II berasal dari atrium. Guyton (1997) berpendapat bahwa siklus jantung
terdiri dari periode relaksasi yang dinamakan diastole dan diikuti oleh periode
kontraksi yang dinamakan systole. Kekuatan darah masuk ke dalam aorta selama
sistolik tidak hanya menggerakkan darah dalam pembuluh ke depan tetapi juga
menyusun suatu gelombang tekanan sepanjang arteri. Gelombang tekanan mendorong
dinding arteri seperti berjalan dan pendorongnya teraba sebagai nadi. Urutan normal
bagian-bagian jantung yang berdenyut yaitu kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti
oleh kontraksi vertikel (sistolik vertikel) dan selama diastolik keempat ruangan
relaksasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ganong (2003) yang menyatakan bahwa beberapa
sifat-sifat jantung yaitu eksitabilitas adalah kemampuan jantung untuk berkontraksi
bila mendapat rangsangan dengan intensitas yang cukup besar, daya hantar
merupakan kemampuan jantung untuk menghantarkan impuls, daya kontraksi
merupakan kemampuan jantung untuk berdenyut/berkontraksi. Dimana yang
dilakukan dalam praktikum merupakan perlakuan daya kontraksi.

Kegiatan 4. Automasi Jantung

Kegiatan ini dilakukan agar dapat merepresentasikan bahwa jantung masih dapat
bekerja (berdetak) walaupun sudah terpisah dari dalam tubuh, yang mana jantung
sudah tidak memompa darah lagi dan tidak memiliki hubungan persarafan, kondisi ini
disebut dengan automasi jantung. Dapat terjadi demikian karena di dalam jantung
terdapat pace maker (alat pacu jantung) yang selalu meletupkan potesial aksi secara
otomatis. Praktikum yang kami lakukan dengan memberi perlakuan pada jantung
dengan mengganti posisi jantung menjadi mendatar dan tegak, lalu dilepas jantung ke
lingkungan dan diberi ringer lalu diamati apa yang terjadi pada jantung tersebut.
Didapatkan hasil yaitu pada kondisi mendatar, saat sistol, ventrikel memendek dan
menebal, saat diastol, ventrikel memanjang dan menipis. Terjadi hal sebaliknya saat
posisi ditukar menjadi tegak, didapatkan saat sistol, ventrikel memanjang dan saat
diastol, ventrikel memendek dan jatuh tertumpuk. Hal ini menandakan bahwa pada
saat jantung diletakkan mendatar, jantung masih bisa berdenyut dan saat posisi tegak,
jantung sudah terlihat mulai melambat denyutnya dan bentuk mulai mengempis
ditandai dengan “jatuh tertumpuk”.

Kegiatan 5. Pengaruh Garam Anorganik terhadap Denyut Jantung Katak

Pada kegiatan ini dilakukan untuk memahami pengaruh pemberian garam


anorganik terhadap denyut jantung. Yang dilakuakan ialah jantung diberi perlakuan
dengan dicelupkan ke larutan NaCl 0.7% lalu diberi ringer, kemudian diberi larutan
KCl 0.7% setelahnya diberi ringer, terakhir diberi larutan CaCl2. Pada tiap larutan
garam anorganik, dihitung jumlah denyut jantung yang dihasilkan. Didapatkan data
yaitu pada katak 1, jantung lebih banyak berdetak pada larutan NaCl (62 kali), mulai
menurun pada 2 larutan berikutnya. Pada katak 2, jantung lebih banyak berdetak pada
larutan KCl (57 kali) dan paling sedikit pada larutan CaCl2. Kemudian data semua
kelompok dihitung menggunakan anava satu arah dan menunjukkan nilai
(Signifikansi) Sig. 0,047 di mana < 0,05 sehingga bisa dikatakan varian antar group
berbeda secara tidak signifikan atau data kurang signifikan. Hal ini karena kurangnya
sampel yang dibutuhkan, seharusnya minimal 5 ekor atau 3 ekor sedangkan kami
hanya menggunakan 2 ekor.
Menurut literatur, pada cara kerja pengaruh garam anorganik terhadap denyut
jantung ini larutan NaCl berfungsi sebagai penetralisir. Hal ini karena semua larutan
garam sementara menghapuskan aktivitas ritmis jantung. Selain itu, NaCl bersifat
hipertonis sehingga dapat memperlambat kontraksi jantung (Spelman, C. M. 2000).
Yang kami dapat, pada larutan NaCl ini, katak 1 mengalami 62 kali detak dan katak 2
mengalami 49 kali detak. Jumlah detak ini relatif lebih lambat dari detak jantung saat
masih dalam tubuh, artinya percobaan kami sudah sesuai literatur.
Ketika jantung diberikan larutan KCl, seharusnya menghasilkan frekuensi yang
lebih sedikit dan amplitudo yang lebih kecil dibandingkan frekuensi kontraksi normal.
Hal ini disebabkan pengaruh K+ terhadap kerja otot jantung. Peningkatan
permeabilitas K+ terjadi akibat efluks K+, yang membuat bagian dalam sel lebih
negatif daripada bagian luar dan memulihkan potensial membran ke tingkat istirahat
sehingga K+ menyebabkan relaksasi pada potensial aksi di sel otot jantung (Spelman,
C. M. 2000). Sedangkan pada katak 2, hasilnya lebih tinggi dari saat diberi NaCl.
Artinya, percobaan kami belum sesuai dengan teori yang ada.
Ketika diberi CaCl2, hasilnya paling kecil diantara yang lain, seharusnya
meningkat. Pemberian Ca++ semakin memicu pengeluaran Ca++ dari retikulum
sarkoplasma. Pasokan tambahan dari Ca++ ini tidak saja merupakan faktor utama
memanjangnya potensial aksi jantung, tetapi juga menyebabkan memanjangnya
periode kontraksi jantung, sehingga jantung mampu berdenyut dengan kuat kembali
(Spelman, C. M. 2000). Dengan demikian, percobaan yang kami lakukan belum
memenuhi teori yang ada.
Fungsi larutan ringer adalah untuk mempertahankan sel supaya tetap hidup.
Larutan ringer merupakan larutan kimiawi fisiologis yang berfungsi sebagai agen
penstabil dan penjaga potensial kerja sel otot, agar otot suatu organisme yang dibedah
atau bahan penelitian dengan kondisi preparat hidup masih terjaga dan tidak mati
sehingga masih dapat menerima rangsangan baik kimia atau fisika.

G. Kesimpulan
1. Korelasi antara berat tubuh dengan frekuensi denyut jantung katak berbanding
lurus, berat tubuh besar artinya frekuensi denyut jantung juga besar.
2. Pengaruh suhu terhadap denyut jantung berbanding lurus, semakin tinggi suhu
semakin cepat denyut jantung yang terjadi.
3. Percobaan Stanius didapatkan tempat awal denyutan jantung pada ikatan I dari
sinus venosus dan pada ikatan II dari atrium.
4. Automasi jantung merupakan keadaan jantung yang masih dapat berdetak
walaupun sudah tidak berada dalam tubuh, karena memiliki pace maker-nya
sendiri.
5. Pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung katak, larutan CaCl2 memiliki
pengaruh yang menyebabkan frekyensi denyut jantung lebih tinggi daripada KCl
dan NaCl yang paling rendah efeknya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. 2004. Mitchell. Biologi Edisi ke 5 Jilid
3. Jakarta: Erlangga.

Depdikbud. 1996. Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. Jakarta:Pusat Kesegaran


Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Eckert, R. 2012. Animal Energetics and Temperature in: Animal Physiology Mechansm and
Adaptation. 2 nd Edition. WH Freeman and Company. New York, halaman 23-25

Eko Nurmianto. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari
Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. Hal.49

Guyton. 1997. Fisiologi Manuasia dan Mekanisme Penyakit. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Halwatiah. 2009. Fisiologi. Makassar: Alauddin press.

Spelman, C. M. 2000. When I Feel Angry. Park Ridge: Albert Whitman & Company.
SCAN HASIL PENGAMATAN

Anda mungkin juga menyukai