B. Teori
Jantung merupakan sistem kardiovaskular yang sangat berperan penting dalam
pemompaan darah ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah. Keefektifan kerja
jantung dikendalikan oleh faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Darah dipompakan
oleh jantung ke dalam pembuluh darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh dan
kemudian kembali lagi ke jantung sebagai suatu sirkulasi. Untuk berkontraksi, otot
jantung tidak memerlukan stimulus, sebab otot jantung memiliki sifat otomatis. Pada
sel otot jantung dapat terjadi peristiwa depolarisasi secara spontan tanpa ada stimulus.
Selain itu otot jantung juga memiliki sifat ritmis, peristiwa depolarisasi dan
repolarisasi berjalan menurut irama tertentu (Halwatiah, 2009).
Katak dan amfibia lainnya mempunyai jantung berbilik tiga, dengan dua atria
dan satu ventrikel. Ventrikel akan memompakan darah ke dalam sebuah arteri
bercabang yang mengarahkan darah melalui dua sirkuit: pulmokutaneuscircuit
mengarah ke jaringan pertukaran gas (dalam paru-paru dan kulit pada katak), dimana
darah akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler. Darah yang kaya
oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di antaranya
dipompakan ke dalam sirkuit sistematik. Sirkuit sistemik (systemic circuit) membawa
darah yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh dan kemudian mengembalikan darah
yang miskin oksigen ke atrium kanan melalui vena. Skema ini disebut sirkulasi ganda
(double circulation), menjamin aliran darah yang keluar ke otak, otot, dan organ-
organ lain, karena darah itu dipompa untuk kedua kalinya setelah kehilangan tekanan
dalam hamparan kapiler pada paru-paru atau kulit (Campbell, 2004: h. 45).
Siklus jantung adalah urutan kerja jantung dalam satu denyut jantung. Siklus ini
terjadi dalam 2 fase, yaitu: Diastole, adalah periode istirahat yang mengikuti periode
kontraksi. Serta Sistole, adalah periode kontraksi otot, berlangsung selama 0,3 detik.
Diastole: Darah vena memasuki antrium kanan melalui vena cava superior dan
inferior. Darah yang teroksigenasi melewati atrium kiri vena pulmonalis. Kedua katup
atrioventrikular (tricuspidalis dan bikuspidalis) tertutup dan darah dicegah untuk
memasuki atrium ke dalam ventrikel. Katup pulmonalis dan aorta tertutup, mencegah
kembalinya darah dari arteri pulmonalis ke dalam ventrikel kanan dan dari aorta ke
dalam ventrikel kiri. Dengan bertambah banyaknya darah yang memasuki kedua
atrium, tekanan di dalamnya lebih besar dari ventrikel, katup A-V terbuka dan darah
mulai mengalir dari atrium ke dalam ventrikel.
Sisotle: Dinding atrium berkontraksi, memeras sisa darah dari atrium ke dalam
ventrikel. Ventrikel melebar untuk menerima darah dari atrium dan kemudian mulai
berkontraksi. Ketika tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam atrium, katup
A-V tertutup. Ventrikel terus berkontraksi, katup pulmonalis dan aorta membuka
akibat peningkatan tekanan ini. Darah menyembur keluar dari ventrikel kanan ke
dalam arteri pulmonalis dan darah dari ventrikel kiri menyembur ke dalam aorta.
Kontraksi otot kemudian berhenti dan relaksasi otot dimulai.
D. Cara Kerja
Kegiatan 1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak
Suhu dinormalkan
Suhu dinormalkan
dengan meneteskan Air bersuhu 30o C dengan meneteskan
air kran diteteskan ke air kran
jantung, dihitung
denyut tiap menit
(Ikatan Stanius I)
Diamati tempat
Diikat dengan tali Dibuka ikatan
timbulnya
bagian antara sinus Stanius I
denyut jantung
venosus dengan atrium
Jantung diposisikan
mendatar, diamati bahwa Diangkat ujung jantung hingga
saat diastol ventrikel jantung terletak tegak, diamati
akan memanjang dan bahwa saat diastol ventrikel akan
menipis, serta saat sistol memendek dan jatuh bertumpuk,
akan memendek serta saat diastol akan memanjang
E. Hasil Pengamatan
Kegiatan 1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung
Tabel 1. Korelasi Berat Tubuh (X) dan Frekuensi Denyut Jantung (Y) Katak
Katak Rana 1 Rana 2
Rxy 0.015186, artinya hubungan antara berat katak dan denyut jantung searah
dan lemah
F. Pembahasan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara berat tubuh dan
frekuensi denyut jantung katak dengan melakukan pengumpulan data dari berat badan
2 ekor katak dan melakukan pengamatan dari denyut jantung masing-masing katak
selama 3 kali pengulangan (3 menit lamanya). Didapatkan hasil bahwa katak yang
memiliki berat badan lebih besar memiliki denyut jantung lebih cepat dibandingkan
katak kecil. Serta hasil dari perhitungan korelasi menunjukkan angka positif, yaitu
0.015186, artinya hubungan antara berat tubuh katak dengan denyut jantung searah
dan lemah. Lemah disini maksudnya data kurang banyak untuk dapat memberi
kesimpulan yang kuat.
Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi
(diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu (Depdikbud, 1996:11).
Grandjean dalam Eko Nurmianto (1986) mengatakan bahwa meningkatnya denyut
nadi dikarenakan: (1) Temperatur atau suhu sekeliling yang tinggi; (2) Tingginya
pembebanan otot statis dan (3) Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi
kerja. Dari hal ini sudah dapat membuktikan bahwa berat tubuh memiliki korelasi
berbanding lurus dengan frekuensi denyut jantung. Pada jantung manusia normal,
tiap-tiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus normal, NSR= Normal Sinus
Rhythim) waktu istirahat jantung berdenyut kira-kira 70 kali kecepatannya berkurang
waktu tidur dan bertambah karena emosi, kerja, demam, dan banyak rangsangan yang
lainnya (Guyton, 1997:140).
Kegiatan ini bertujuan untung mengetahui bagian dari jantung yang mula-mula
menimbulkan denyut. Dilakukan dengan membuat ikatan Stanius I (sinus venosus-
atrium) dan ikatan Stanius II (atrium-ventrikel). Didapatkan hasil bahwa tempat
timbulnya denyut jantung pada ikatan Stanius I berasal dari sinus venosus, dan pada
ikatan stanius II berasal dari atrium. Guyton (1997) berpendapat bahwa siklus jantung
terdiri dari periode relaksasi yang dinamakan diastole dan diikuti oleh periode
kontraksi yang dinamakan systole. Kekuatan darah masuk ke dalam aorta selama
sistolik tidak hanya menggerakkan darah dalam pembuluh ke depan tetapi juga
menyusun suatu gelombang tekanan sepanjang arteri. Gelombang tekanan mendorong
dinding arteri seperti berjalan dan pendorongnya teraba sebagai nadi. Urutan normal
bagian-bagian jantung yang berdenyut yaitu kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti
oleh kontraksi vertikel (sistolik vertikel) dan selama diastolik keempat ruangan
relaksasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ganong (2003) yang menyatakan bahwa beberapa
sifat-sifat jantung yaitu eksitabilitas adalah kemampuan jantung untuk berkontraksi
bila mendapat rangsangan dengan intensitas yang cukup besar, daya hantar
merupakan kemampuan jantung untuk menghantarkan impuls, daya kontraksi
merupakan kemampuan jantung untuk berdenyut/berkontraksi. Dimana yang
dilakukan dalam praktikum merupakan perlakuan daya kontraksi.
Kegiatan ini dilakukan agar dapat merepresentasikan bahwa jantung masih dapat
bekerja (berdetak) walaupun sudah terpisah dari dalam tubuh, yang mana jantung
sudah tidak memompa darah lagi dan tidak memiliki hubungan persarafan, kondisi ini
disebut dengan automasi jantung. Dapat terjadi demikian karena di dalam jantung
terdapat pace maker (alat pacu jantung) yang selalu meletupkan potesial aksi secara
otomatis. Praktikum yang kami lakukan dengan memberi perlakuan pada jantung
dengan mengganti posisi jantung menjadi mendatar dan tegak, lalu dilepas jantung ke
lingkungan dan diberi ringer lalu diamati apa yang terjadi pada jantung tersebut.
Didapatkan hasil yaitu pada kondisi mendatar, saat sistol, ventrikel memendek dan
menebal, saat diastol, ventrikel memanjang dan menipis. Terjadi hal sebaliknya saat
posisi ditukar menjadi tegak, didapatkan saat sistol, ventrikel memanjang dan saat
diastol, ventrikel memendek dan jatuh tertumpuk. Hal ini menandakan bahwa pada
saat jantung diletakkan mendatar, jantung masih bisa berdenyut dan saat posisi tegak,
jantung sudah terlihat mulai melambat denyutnya dan bentuk mulai mengempis
ditandai dengan “jatuh tertumpuk”.
G. Kesimpulan
1. Korelasi antara berat tubuh dengan frekuensi denyut jantung katak berbanding
lurus, berat tubuh besar artinya frekuensi denyut jantung juga besar.
2. Pengaruh suhu terhadap denyut jantung berbanding lurus, semakin tinggi suhu
semakin cepat denyut jantung yang terjadi.
3. Percobaan Stanius didapatkan tempat awal denyutan jantung pada ikatan I dari
sinus venosus dan pada ikatan II dari atrium.
4. Automasi jantung merupakan keadaan jantung yang masih dapat berdetak
walaupun sudah tidak berada dalam tubuh, karena memiliki pace maker-nya
sendiri.
5. Pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung katak, larutan CaCl2 memiliki
pengaruh yang menyebabkan frekyensi denyut jantung lebih tinggi daripada KCl
dan NaCl yang paling rendah efeknya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. 2004. Mitchell. Biologi Edisi ke 5 Jilid
3. Jakarta: Erlangga.
Eckert, R. 2012. Animal Energetics and Temperature in: Animal Physiology Mechansm and
Adaptation. 2 nd Edition. WH Freeman and Company. New York, halaman 23-25
Eko Nurmianto. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari
Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. Hal.49
Guyton. 1997. Fisiologi Manuasia dan Mekanisme Penyakit. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Spelman, C. M. 2000. When I Feel Angry. Park Ridge: Albert Whitman & Company.
SCAN HASIL PENGAMATAN