Anda di halaman 1dari 13

Tanggal percobaan : 8 November 2019

Tanggal pengumpulan : 13 November 2019

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN V


KERJA JANTUNG

Nama : Ayu Novitasari


Kelas : Biologi B 2017
NRM : 1308617061
Kelompok :6
Dosen Pengampu : Dr. Elsa Lisanti, M.Si
Asisten Laboratorium : 1. Ratna Pratiwi
2. Nurtiastuti Ramadhan

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
KERJA JANTUNG
A. Tujuan
1. Mengetahui korelasi berat tubuh dan frekuensi denyut jantung.
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap denyut jantung.
3. Mengetahui lokasi asal denyut jantung.
4. Membuktikan automasi jantung.
5. Mengetahui pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung.
B. Teori
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri otot. Cara bekerjanya menyerupai otot
polos yaitu di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom)
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung)
dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing yang disebut apeks
kordis.
Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior),
sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada , diatas diafragma, dan pangkalnya
terdapat di belakang kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada
tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis.Ukurannya kurang
lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.

1. Lapisan Jantung
a. Endokardium : merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam sekali
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender yang meapisi permukaan rongga
jantung.
b. Miokardium : merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot
jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot yaitu :
 Bundalan otot atria yang terdapat di bagian kiri/kanan dan basis kordis yang
membentuk serambi atau aurikula kordis.
 Bundalan otot ventrikel yang membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
atrioventrikuler sampai apeks jantung.
c. Pericardium : lapisan jantung sebelah luar yang merupakanselaput pembungkus
terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan parietal dan visceral yang bertemu di pangkal jantung
membentuk kantung jantung

Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga
agar pergesekan antara pericardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap
jantung.Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu membutuhkan makanan
yang dibawa oleh darah.Pembuluh darah yang terpenting dam memberikan darah untuk
jantung dari aorta asendens dinamakan arteri korornaria.

Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode :


1. Periode kontriksi (periode sistole). Suatu keadaan ketika jantung bagian
ventrikel dalam keadaan menguncup.Katup bikus dan trikuspidalis dalam
keadaan tertutup valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri
pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri
pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan.Sedangkan darah dari ventrikel
sinistra mengalir ke aorta kemudian di edarkan ke seluruh tubuh.
2. Periode dilatasi (periode dilatasi). Seatu keadaan ketika jantung
mengenbang.Katup bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah dari atrium
sinistra masuk ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke
ventrikel dekstra.Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan kanan
melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh
tubuhmelalui vena kava masuk ke atrium dekstra.
3. Periode istirahat, yaitu waktu antara periode konstriksi dan dilatasi ketika
jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita beristirahatjantung akan
menguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada tiap-tiap kontrksi jantung akan
memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc

Kalau kita bekerja maka jantung akan lebih cepat berkonstriksi sehingga darah lebih
banyak dialirkan ke seluruh tubuh. Kerja jaunting dapat diketahui dengan jalan
memeriksa perjalanan darah dalam arteri. Oleh karena dinding arteri akan mengembang
jika ke dalamnya mengalir gelombang darah. Gelombang darah ini menimbulkan
denyutan pada arteri.Sesuai dengan kuncupnya jantuk disebut denyut nadi.Baik
buruknya dan teratur tidaknya denyut nadi bergantung dari kembang-kempisnya
jantung.

2. Sifat Jantung
Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas. Kemampuan berkontraksi otot
jantung sewaktu sistole maupun diastole tidak bergantung pada rangsangan saraf.
Kondutivitas (daya hantar) konstriksi melalui setiap serabut otot jantung secara halus
sekali dan sangan jelas dalam berkas his. Ritme dan kekuatan gelombang yang dimiliki
otot jantung secara otomatis dengan tidak bergantung pada rangsangan saraf.

3. Denyut Arteri
Denyut nadi merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah
dipompakan keluar jantung. Denyut ini dapat diraba pada arteri radialis dan arteri
dorsalis pedis yang merupakan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta ke arteri
yang merambat lebih cepat. Kacepatan denyut jantung dalam keadaan sehat
dipengaruhi oleh pekerjaan, makanan, emosi, cara hidup dam umur.

4. Daya Pompa Jantung


Dalam keadaan istirahat janrung beredar 70 kali/menit. Pada waktu banyak pergerakan,
kecepatan jantung bisa dicapai 150 kali/menit dengan daya pompa 20-25 liter/menit.
Setipa menit jumlah volume darah yang tepat sama sekali dialirkan dari vena ke
jantung. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal
mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung jadi
membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama,
bisa menjadi edema.

5. Sistem Pengaturan Jantung


Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar impuls
dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung. Nodus
sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang terletak di
dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava superior.Nodus
S-A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung.Nodus
atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan detik,
sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventrikular.Berkas A-V
berfungsi membawa impuls di sepanjang septuminterventrikular menuju ventrikel.

6. Aktivitas Kelistrikan Jantung


Impuls jantung berasal dari nodus SA, pemacu jantung, yang memiliki kecepatan
depolarisasi spontan ke ambang yang tertinggi.Setelah dicetuskan, potensial aksi
menyebar ke seluruh atrium kanan dan kiri, sebagian dipermudah oleh jalur penghantar
khusus, tetapi sebagian besar melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap
junction.Impuls berjalan dari atrium ke dalam ventrikel melalui nodus AV, satu-satunya
titik kontak listrik antara kedua bilik tersebut.Potensial aksi berhenti sebentar di nodus
AV, untuk memastikan bahwa kontraksi atrium mendahului kontraksi ventrikel agar
pengisian ventrikel berlangsung sempurna.Impuls kemudian dengan cepat berjalan ke
septum antarventrikel melalui berkas His dan secara cepat disebarkan ke seluruh
miokardium melalui serat-serat Purkinje.Sel-sel ventrikel lainnya diaktifkan melalui
penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction.Dengan demikian, atrium
berkontraksi sebagai satu kesatuan, diikuti oleh kontraksi sinkron ventrikel setelah
suatu jeda singkat.Potensial aksi serat-serat jantung kontraktil memperlihatkan fase
positif yang berkepanjangan, atau fase datar, yang disertai oleh periode kontraksi yang
lama, untuk memastikan agar waktu ejeksi adekuat.Fase datar ini terutama disebabkan
oleh pengaktifan saluran Ca++ lambat.Karena terdapat periode refrakter yang lama dan
fase datar yang berkepanjangan, penjumlahan dan tetanus otot jantung tidak mungkin
terjadi.Hal ini memastikan bahwa terdapat periode kontraksi dan relaksasi yang
berganti-ganti sehingga dapat terjadi pemompaan darah.Penyebaran aktivitas listrik ke
seluruh jantung dapat direkam dari permukaan tubuh.Rekaman ini, EKG, dapat
memberi informasi penting mengenai status jantung.

7. Siklus Jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi
(diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya.Kontraksi jantung
mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh
utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang
melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.

Impuls eferen menjalar ke jantung melalui saraf simpatis dan parasimpatis


susunan saraf otonom.Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron dalam
medulla oblongata.Efek impuls neuron ini adalah untuk meningkatkan frekuensi
jantung.Impuls ini menjalar melalui serabut simpatis dalam saraf jantung menuju
jantung.Ujung serabut saraf mensekresi neropineprin, yang meningkatkan frekuensi
pengeluaran impuls dari nodus S-A, mengurangi waktu hantaran melalui nodus A-V
dan sistem Purkinje, dan meningkatkan eksitabilitas keseluruhan jantung.Pusat refleks
kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla oblongata.Efek impuls dari neuron ini
adalah untuk mengurangi frekuensi jantung.Impuls ini menjalar melalui serabut
parasimpatis dalam saraf vagus.Ujung serabut saraf mensekresi asetilkolin, yang
mengurangi frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A dan memperpanjang waktu
hantaran melalui nodus V-A.Frekuensi jantung dalam kurun waktu tertentu ditentukan
melalui keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari saraf simpatis dan
parasimpatis.Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung berasal dari
reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam sistem kardiovaskular.Presoreseptor
dalam arteri karotis dan aorta sensitive terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan
tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang memperlambat frekuensi
jantung.
Penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang menstimulasi
frekuensi jantung yang menjalar melalui pusat medular. Proreseptor dalam vena cava
sensitif terhadap penurunan tekanan darah. Jika tekanan darah menurun, akan terjadi
suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk mempertahankan tekanan darah.
Pengaruh lain pada frekuensi jantung : Frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi
pada hampir semua saraf kutan, seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan
sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem saraf pusat. Fungsi jantung normal
bergantung pada keseimbangan elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium yang
mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau berkurang.

Fungsi Jantung adalah mengepam darah keparu-paru dimana darah itu


memperolehi ioksigen dan seterusnya dialirkan ke seluruh badan.Fungsi utama jantung
adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil
metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya
ke dalam paruparu, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang
karbondioksida; jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-
paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh. Pada saat berdenyut, setiap ruang
jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol); selanjutnya jantung berkontraksi
dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol).Kedua atrium
mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur
dan berkontraksi secara bersamaan.Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung
banyak karbondioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena berbesar (vena
kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan
mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa
melaluikatup pulmoner ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru.

CARA KERJA JANTUNG


Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut
diastol).Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang
jantung (disebut sistol).Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan,
dan kedua bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.Darah yang
kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh
tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam serambi kanan.
Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam bilik kanan.
Darah dari bilik kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri
pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat
kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan
melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. Darah yang kaya akan
oksigen (darah bersih) mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke serambi kiri.
Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut
sirkulasi pulmoner.

C. Alat dan Bahan


 Katak (Rana tigrina)  Gelas kimia
 Benang halus dan benang  Es batu
kasar  Larutan Ringet
 Alat bedah  NaCl 0,7%
 Papan bedah  KCl 0,7%
 Termometer  CaCl2 0,7%
 Timbangan  Air panas

D. Cara Kerja
1. Korelasi Berat Tubuh dan Frekuensi Denyut Jantung Katak

Membedah rongga Mengumpulkan


Mengikat kaki katak dada katak dan data dari semua
hingga tidak dapat menghitung denyut kelompok dan
meloncat, kemudian jantungnya selama 3 disimpulkan
ditimbang. menit dan dirata- koefisien korelasi
ratakan tersebut.

2. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung

Jantung katak diberi


Mencatat data Menormalkan
tetesan air suhu 5
denyut jantung per oC. dan hitung suhunya dengan
menit di suhu meneteskan air
denyut jantung per
ruangan kran.
menit

Mengumpulkan data dan hitung Meneteskan air suhu 40 oC dan


koefisien korelasinya. hitung denyut jantung per menit
3. Percobaan Stanius

Mengikat dengan tali bagian Ikatan Stanius I dibuka dan ikat


antara sinus venosus dengan antara atrium dan ventrikel
atrium (Stanius I) dan mengamati (Stanius II) dan mengamati
tempat timbulnya dneyut jantung tempat timbulnya dneyut jantung

4. Automasi Jantung

Menyisihkan organ-
Membuka rongga organ di sekeliling Membuka selaput
dada katak. jantung hingga perikardiumnya.
jantung terlihat jelas

Mengeluarkan
jantung dari tubuh Memotong
Mengikat pembuluh
dan ditempatkan di pembuluh-
yang meuhu ke
larutan Ringer pembuluh yang
dalam dan luar
dalam cawan petri. diikat pada bagian
jantung
Mengamati apa distalnya.
yang terjadi

5. Pengaruh Garam Anorganik Terhadap Denyut Jantung Katak


Memasukkan ke Memasukkan
Jantung dari larutan NaCl 0,7% kembali ke Ringet
kegiatan 4 dan membuat dan memasukkan ke
dimasukkan ke pencatatan hingga larutan KCl 0,7%.
dalam Ringer pada terlihat kekuatan Mencatat denyut
suhu kamar denyut jantung jantung hingga
menurun berhenti berdenyut

Bila tidak berdenyut lagi,


Memindahkan jantung ke larutan
mengganti dengan jantung yang
CaCl2 0,7% dan mencatat hingga
baru dan dimasukkan ke Ringer
kontraksi kembali lagi
dan larutan 1% CaCl2
E. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Korelasi berat tubuh dan denyut jantung
Data berat katak (x) dan denyut jantung (y)
X = 44.75, 66.7 Rxy = 0.015186, artinya hubungan
antara berat katak dan denyut jantung
Y = 64, 67 ialah lemah serta hubungannya searah.

Tabel 2. Pengaruh suhu terhadap denyut jantung


Data suhu (x) dan denyut jantung (y)
X = 7 oC, Y = 59 Rxy = -0.00016, artinya hubungan antara
o
X = 8 C, Y = 54 suhu dan denyut jantung ialah lemah
X = 40 oC, Y = 56 serta hubungannya berlawanan.
X = 42 oC, Y = 68

Tabel 3. Percobaan Stanius


Stanius Tempat timbulnya denyut jantung
I Sinus venosus
II Atrium

Tabel 4. Automasi jantung


Letak jantung Sistol Diastol
Mendatar Ventrikel memendek dan Ventrikel memanjang dan
menebal menipis
Tegak Ventrikel memanjang Ventrikel memendek dan
jatuh tertumpuk

Tabel 5. Pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung katak.


Detak jantung per menit Detak jantung per menit Detak jantung per menit
dalam NaCl dalam KCl dalam CaCl2
1. 62 1. 60 1. 33
2. 49 2. 57 2. 44
UJI ANOVA SATU ARAH

Terdapat perbedaan yang bermakma denyut jantung berdasarkan ketiga larutan di atas.

F. Pembahasan
I. Korelasi Berat Tubuh dan Denyut Jantung
Dilakukan percobaan untuk mengetahui korelasi berat tubuh dan denyut jantung
pada katak. Berdasarkan hasil pengamatan, denyut jantung yang didapat ialah 64 dan
67 dengan berat tubuh masing-masing ialah 44,75 gram dan 66,7 gram. Lalu, data
tersebut diuji dengan mencari nilai koefisien korelasi Pearson. Setelah dihitung, nilai
koefisiennya ialah 0,015186 yang berarti lemahnya hubungan antara berat tubuh dan
denyut jantung. Hal ini tidak sesuai dengan literatur dapat dikarenakan kedua katak
tersebut masih memiliki rentang berat badan yang normal, sehingga tidak ada
perbedaan denyut jantung secara signifikan. Selain itu, faktor-faktor lain juga dapat
mempengaruhi seperti kurangnya jumlah sampel sehingga tidak dapat mewakili
populasi, faktor umur, laju respirasi, dan kadar gula (Yadav et al., 2017).
Menurut penelitian Yadav et al. (2017) dan Guarino et al. (2017), terdapat
hubungan positif antara berat badan normal dan obesitas dengan denyut jantung. Hal
ini dapat dikarenakan penderita obesitas dapat mengalami disfungsi sistem saraf
otonom (ANS) yang akan mengakibatkan gangguan kardiovaskular terkait dengan
penurunan parasimpatis atau aktivasi simpatis yang terus meningkat.
Obesitas diasosiakan dengan tingginya kadar insulin dan leptin. Penelitian
menunjukkan bahwa insulin dan leptin dapat meningkatkan sistem saraf simpatik
dan menyebabkan peningkatan kronotropi, vasokonstriksi dan antinatriuresis. Telah
dihipotesiskan bahwa pola simpatis jantung berkurang pada penderita obesitas
sebagai respon volume berlebih dan sebagian disebabkan juga oleh retensi natrium
yang dimediasi oleh aktivitas SNS ginjal yang tinggi (DiBona, 1992).

II. Pengaruh Suhu terhadap Denyut Jantung


Dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap denyut
jantung. Berdasarkan hasil pengamatan, denyut jantung yang didapat ialah 59, 54,
56, 68 dengan berat tubuh masing-masing ialah 7 oC, 8 oC, 40 oC, 42 oC. Lalu, data
tersebut diuji dengan mencari nilai koefisien korelasi Pearson. Setelah dihitung, nilai
koefisiennya ialah -0.00016 yang berarti lemahnya hubungan antara suhu dan denyut
jantung. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Shah (1979) dan Davies &
Maconochie (2009) yang menyatakan bahwa suhu berpengaruh terhadap denyut
jantung, semakin tinggi suhu akan meningkatkan denyut jantung. Ketidaksesuaian
hasil ini dengan literatur dapat disebabkan oleh keheterogenan sampel katak yang
mencakup (1) faktor fisiologis seperti umur, jenis kelamin, ritme sirkadian, faktor
genetik, penyakit, sepsis, gangguan jantung, gangguan paru-paru, metabolisme, dll.
(Sammito dan Böckelmann, 2016), selain itu kurangnya jumlah sampel dapat
mempengaruhi sehingga tidak dapat mewakili populasi
Menurut Wilson dan Crandall (2012), kontrol dan pengaturan detak jantung
selama stres panas mungkin terkait dengan: 1) efek langsung suhu pada nodus
sinoatrial, dan 2) efek simpatik dan parasimpatis pada jantung karena barorefleks
atau keadaan hiperadrenergik global. Lengan eferen dari barorefleks arteri mungkin
ikut andil dalam meningkatkan denyut jantung selama terjadi pemanasan seluruh
tubuh jika tekanan rata-rata arteri menurun selama stres panas. Sebaliknya, selama
pendinginan tubuh barorefleks dapat menekan denyut jantung karena ada
pembebanan baroreseptor karotid, aorta, dan kardiopulmoner.

III. Percobaan Stannius


Pada percobaan ini kami mengamati tempat timbulnya denyut jantung pada
katak dengan metode Stannius. Berdasarkan hasil pengamatan, ketika jantung diikat
di antara sinus venosus dengan atrium (Stannius I) terlihat bahwa tempat timbul
denyutan jantung ialah sinus venosus. Pada saat diikat di bagian antara atrium dan
ventrikel, terlihat bahwa tempat timbul denyut jantung ialah atrium Percobaan ini
menunjukkan bahwa nodus sino-atrial (SAN) adalah pacemaker dari denyut
jantung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pramanik (2007). Ritme dari SAN (70-
80/menit) lebih cepat dibandingkan AVN (atrio-ventricular node) dengan ritme 50-
60/menit atau serat Purkinje dengan ritme 30-40/menit. Jadi, SAN menstimulasi
jaringan jantung lebih awal dibandingkan AVN atau serat Purkinje. Pacemaker
biasanya berada di sisi kanan atau kiri dari sinus venosus atas di daerah yang disebut
presinus. Dari sana, impuls listrik merambat ke sisi lain dan ke sinus venosus bagian
bawah, kemudian atrium, lalu ventrikel (Valentinuzzi, 2004).

Gambar 1. Penampang posterior jantung katak. Sinus venosus mempunyai bentuk segitiga. SV
menerima darah dari vena cava posterior, yang membawa darah dari tubuh bagian bawah
IV. Automasi Jantung
Jantung masih dapat melakukan fungsinya walaupun sudah terpisah dari
tubuhnya. Hal tersebut disebabkan adanya jaringan khusus pemicu di jantung yang
mampu memicu potensial aksi berulang-ulang. Jaringan picu jantung membentuk
sistem hantaran yang dalam keadaan normal menyebarkan impuls ke seluruh
jantung. Aktivitas ini hasil dari depolarisasi diastolik yang disebabkan oleh arus
masuk bersih selama fase 4 dari potensial aksi yang secara progresif membawa
potensial membran ke ambang batas (Antzelevitch dan Burashnikov, 2010).
Jantung pada posisi mendatar, ventrikel akan memendek dan menebal pada sistol
dan ventikel memanjang pada diastol, sehingga mengakibatkan tekanan darah pada
saat mendatar lebih kecil. Jantung pada posisi tegak, ventrikel akan memanjang dan
menipis pada sistol dan ventikel memendek dan menebal pada diastol, sehingga
tekanan darak akan meningkat (MacWilliam, 1933).

V. Pengaruh Garam Anorganik terhadap Denyut Jantung Katak


Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh garam organik terhadap
denyut jantung katak. Kami menggunakan 3 larutan, yaitu NaCl, KCl, dan CaCl2.
Hasil diuji dengan ANOVA Satu Arah dan menunjukkan sig 0.047 yang artinya
terdapat pengaruh garam anorganik terhadap denyut jantung katak. Saat jantung
dimasukkan ke larutan NaCl 0,7%, denyut jantung katak menurun menjadi 62 dan
49 denyut per menit. Hal ini dikarenakan NaCl merupakan larutan hipotonis yang
osmolaritasnya rendah sehingga akan menurunkan denyut jantung.
Saat dimasukkan ke larutan KCl, denyut jantung menurun menjadi 60 dan 57
denyut per menit. Hasil ini sesuai dengan penelitian Martin (1904) bahwa terjadi
penurunan denyut nadi karena potasium akan memberhentikan kerja dari ventrikel.
Peningkatan permeabilitas potasium akan menyebabkan difusi K+ ke luar sel,
sehingga terjadi repolarissi dan membuat bagian dalam sel lebih negatif sehingga
menyebabkan relaksasi di sel otot jantung (Sherwood, 2001).
Saat dimasukkan ke dalam larutan CaCl2, denyut jantung meningkat menjadi 33
dan 44 denyut per menit. Hal tersebut disebabkan karena pemberian Ca2+ akan
memicu pengeluaran Ca2+ dari retikulum endoplasma dan menyebabkan potensial
aksi terjadi, sehingga jantung berdenyut kembali (Sherwood, 2001).

G. KESIMPULAN
1. Berat tubuh katak berpengaruh terhadap denyut jantung katak.
2. Suhu berpengaruh terhadap denyut jantung katak.
3. Pacemaker jantung ialah sino-atrial node.
4. Jantung memiliki sistem automasi yang menyebabkan masih dapat berfungsi saat di
luar tubuh.
5. Garam anorganik berpengaruh terhadap denyut jantung katak.
DAFTAR PUSTAKA
Antzelevitch, C. dan Burashnikov, A. (2010). Overview of Basic Mechanisms of Cardiac
Arrhythmia. Card Electrophysical Clin. 3(1):23-45.
Davies, P. dan Maconochie, I. (2009). The relationship between body temperature, heart
rate and respiratory rate in children. Emerg Med J. 26:641-643.
DiBona, G.F. (1992). Symphatetic neural control of the kidney in hypertension.
Hypertension. 19(1):128-135.
Guarino, D., Nannipieri, M., Iervasi, G., Taddei, S., Bruno, R.M. (2017). The Role of the
Autonomic Nervous System in the Pathophysiology of Obesity. Front Physiol. 8:665.
MacWilliam, J.A. (1933). Postural effects on heart rate and blood pressure. Quarterly
Journal of Experimental Physiology. 23:1-33.
Martin, E.G. (1904). The Inhibitory Influence of Potassium Chloride on the Heart and the
Effect of Variations of Temperature Upon This Inhibition and Upon Vagus Inhibition.
American Journal of Physiology-Legacy Content. 11(4): 370-393.
Pramanik, D. (2007). Principles of Physiology Second Edition. Kolkata: Academic
Publisher.
Sammito, S. dan Böckelmann, I. (2016). Factors Influencing Heart Rate Variability.
International Cardiovasculae Forum Journal. 6:18-22.
Shah, B. S. (1979). A Mirror-Image Relationship Between Temperature and Pulse.
JAMA: The Journal of the American Medical Association. 242(25): 2760–2761.
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Valentinuzzi, M.E. (2004). Understanding the Human Machine: A Primer for
Bioengineering. Singapura: World Scientific.
Wilson, T.E. dan Crandall, C.G. (2012). Effect of Thermal Stress on Cardiac Function.
Exerc Sport Sci Rev. 39(1):12-17.
Yadav, R.L., Yadav, P.K., Yadav, L.K., Agrawal, K., Sah, S.K., dan Islam, M.N. (2017).
Association between obesity and heart rate variability indices: an intuition toward
cardiac autonomic alteration – a risk of CVD. Diabetes Metab Syndr Obes. 10-57-64.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai