Anda di halaman 1dari 18

KONTRAKSI OTOT JANTUNG

Laporan Praktikum

Untuk memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan

Yang Dibina Oleh Dr. Abdul Gofur, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 1:

Alfi Nur Faizah 170342615558

Ayu Paridah 170342615606

Fakhriza Rizqi V 170342615578

FatmaYuni R 170342615516

Naizesa Salsabila 170342615547

Offering I 2018

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PRODI S1 BIOLOGI

OKTOBER 2018
TANGGAL PRAKTIKUM : 10 Oktober 2018

TUJUAN

1. Melihat sifat otomatis dan ritmis dari tiap-tiap bagian jantung


2. Memahami peran sinus venosus pada kontraksi otot jantung
3. Mengamati pengaruh beberapa faktro ekstrinsik terhadap aktivitas jantung

DASAR TEORI

Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluh darah atau
suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan dilingkupi atau
diselimuti oleh kantung perikardial (perikardium). Peranan jantung sangat penting dalam
hubunganya dengan pemompaan darah keseluruh tubuh melalui sistem sirkularis darah.
Sirkularis darah sistem yang berfungsi dalam pengangkutan dan penyebaran enzim, zat
nutrisi, oksigen, karbondioksida, garam-garam, antibodi, dan senyawa N, dari tempat asal
keseluruh bagian tubuh sehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk menjamin aliran
darah sampai ke bagian-bagian jaringan-jaringan tubuh (Afandi, 2001).

Denyut jantung dibagi menjadi dua tipe yang neurogenik dan jantung monogenik.
Jantung neurogenik adalah jantung pada hewan tingkatan rendah (invertebrata), yang
aktivitasnya diatur oleh sistem saraf sehingga jika hubungan saraf dengan jantung
diputuskan maka jantung akan berhenti berdenyut. Jantung miogenik denyutnya akan tetap
ritmis meskipun hubungan dengan saraf diputuskan. Bahkan bila jantung katak diambil
selagi masih hidup dan ditaruh dalam larutan fisiologis yang sesuai akan tetap berdenyut
(Affandi, 2002).

Menurut Hansotto (2011), secara singkat kontraksi otot jantung terdiri dari 4 peristiwa
yaitu :

1. Peristiwa rangsangan : rangsangan atau stimulus berasal dari dalam jantung sendiri
atau berasal dari luar jantung.
2. Peristiwa listrik stimulus pada potensial ambang dengan rangsangan minimal pada
otot jantung mulai menimbulkan impuls yang mula-mula terjadi pada NSA
sehingga timbul aksi potensial yang akan disebarkan berupa gelombang
depolarisasi atau gelombang kontraksi ke seluruh bagian jantung.
3. Peristiwa kimia : setelah peristiwa listrik tadi kalsium kemudian akan berdifusi ke
dalam miofibril dan mengkatalisis reaksi-reaksi kimia sehingga kalsium intrasel
akan bertambah banyak.
4. Peristiwa mekanik : Energi dari ATP tadi akan menyebabkan pergerakan aktin dan
miosin secara tumpang tindih sehingga sarkomer miofibril memendek, dimana akan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot jantung.

Pada katak bagian jantung yang bertindak sebagai pemacu jantung adalah sinus
venosus. Katak dan amfibi lainnya mempunyai jantung berbilik tiga, dengan dua arteri dan
satu ventrikel. Ventrikel akan mempompakan darah ke dalam sebuah arteri cabang yang
mengarahkan darah melalui dua sirkuit : pulmokutaneuscirciut mengarah ke jaringan
pertukaran gas, dimana darah akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler.
Darah yang kaya oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di
antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistematik. Sirkuit sistematik membawa darah
yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh dan kemudian mengembalikan darah yang
miskin oksigen ke atrium kanan melalui vena (Afrianto, 2014).

Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung sebagai pemompa dan pembuluh darah
sebagai saluran. Darah dipompakan oleh jantung ke dalam pembuluh darah dan akan
disebarkan ke seluruh tubuh dan kemudian kembali lagi ke jantung sebagai suatu sirkulasi
(Halwatiah, 2009).

ALAT DAN BAHAN

Alat : Bahan:
1. Katak 18
1. Papan dan alat seksi
2. Larutan Ringer
2. Cawan petri
3. Asetil colin (1/5000) 2%
3. Pipet tetes
4. Adrenalin 1%
4. Lup
5. KCl 0,9 %
5. Kait logam/peniti
6. CaCl2 1%
6. Benang
7. NaCl 0,7%
7. Jarum pentul
PROSEDUR KERJA

Sifat Otomatis dan Ritmis Jantung

Melakukan single pith pada katak

Membuka rongga dada dengan cepat, kemudian membuka juga bagian perikardium
menggunakan scapel dan gunting

Mengamati organ jantung yang masih menempel pada katak, menghitung denyut
jantungnya per menit

Mengamati denyut jantung setelah di pisahkan dari tubuh katak, menyentuh jantung
katak dengan batang gelas secara pelan apabila jantung katak tidak berdenyut

Mengamati dan menghitung denyut jantung katak per menit setelah jantungnya
dipisahkan dari tubuh katak

Memisahkan sinus venosus dari jantung katak menggunakan scapel dan gunting
dengan hati-hati

Mengamati dan menghitung detak jantung setelah dipisahkan dari sinus venosus per
menit dan mengamati apakah denyutnya berirama atau tidak

Memisahkan atrium dan ventrikel jantung dengan cara memotong jantung secara
melintang tepat di bagian tengah jantung

Mengamati atrium dan ventrikel yang sudah di potong apakah masing-masing bagian
itu masih berdenyut atau tidak

Menghitung denyut atrium dan ventrikel yang sudah di pisahkan per menit
Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia Terhadap Aktivitas Jantung

Melakukan single pith pada katak

Membuka rongga dada dengan cepat, kemudian membuka juga bagian perikardium
menggunakan scapel dan gunting agar jantung terlihat lebih jelas

Mengamati organ jantung yang masih menempel pada katak, menghitung denyut
jantungnya per menit

Menetesi jantung katak menggunakan larutan ringer 5º C, kemudian menghitung


denyut jantungnya per menit

Membuang dengan pipet larutan ringer 5º C yang telah diteteskan sebelumnya dan
mengganti dengan larutan ringer normal

Mengamati denyut jantung katak sampai terlihat denyut jantung mendekati normal

Menetesi jantung katak menggunakan larutan ringer 40º C, dan menghitung denyut
jantungnya per menit

Membuang dengan pipet larutan ringer 40º C yang telah diteteskan sebelumnya dan
mengganti dengan larutan ringer normal

Mengamati denyut jantung katak sampai terlihat denyut jantung mendekati normal

Menetesi jantung katak dengan asetilcolin, mengamati irama detak jantung katak dan
menghitung denyut jantungnya per menit
Membuang dengan pipet larutan asetilkolin yang telah diteteskan sebelumnya dan
mengganti dengan larutan ringer normal

Mengamati denyut jantung katak sampai terlihat denyut jantung mendekati normal

Menetesi jantung katak dengan adrenalin, mengamati irama detak jantung katak dan
menghitung denyut jantungnya per menit

Membuang dengan pipet larutan adrenalin yang telah diteteskan sebelumnya dan
mengganti dengan larutan ringer normal

Membuang dengan pipet larutan asetilkolin yang telah diteteskan sebelumnya dan
mengganti dengan larutan ringer normal

Pengaruh Ion Terhadap Aktivitas Jantung

Melakukan single pith pada katak

Membuka rongga dada dengan cepat, kemudian membuka juga bagian perikardium
menggunakan scapel dan gunting agar jantung terlihat lebih jelas

Mengamati organ jantung yang masih menempel pada katak apakah denyutannya
berirama atau tidak, menghitung denyut jantungnya per menit

Memisahkan jantung dari tubuh dan meletakkan dalam cawan petri yang berisi larutan
ringer

Dengan cara yang sama beri perlakuan jantung dengan CaCl2 1%, NaCl 0,7% dan KCl
0,9%
HASIL PENGAMATAN
Sifat Otomatis Ritmis Jantung
No. Perlakuan Menit ke- Rata- Irama
Rata
1 2 3
1. Sebelum jantung 63 63 63 63 Cepat
dipisahkan
2. Setelah jantung 52 42 36 43,4 Lebih
dipisahkan teratur
3. Sinus venosus 24 43 35 34 -
dipisahkan
4. Setelah atrium a. 27 a. 15 a. 12 a. 18 -
dan ventrikel b. 1 b. 0 b. 0 b. 0,34
dipisahkan
a. atrium
b. ventrikel

Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia Terhadap Aktivitas Jantung


No. Perlakuan Menit ke- Rata-Rata Irama
1 2 3
1. Sebelum 71 72 73 72 -
jantung
dipisahkan
2. Larutan ringer 23 35 26 28 -
5ºC
3. Larutan ringer 42 38 33 37,7 Teratur
40ºC
Denyut
kuat dan
cepat
4. Asetilkolin 31 30 30 30,4 Teratur
Denyut
lambat
5. Adrenalin 0 0 0 0 -
Pengaruh Ion Terhadap Aktivitas Jantung

No. Perlakuan Menit ke- Rata-Rata Irama


1 2 3
1. Sebelum 53 54 52 53 -
jantung
dipisahkan
2. Setelah jantung 55 58 56 56,4 -
dipisahkan
3. CaCl2 1% 54 52 43 49,7 -
4. NaCl 0,7% 30 27 25 27,4 -
5. KCl 0,9% 27 26 27 26,6 -

ANALISIS DATA
1. Sifat otomatis ritmis jantung
Setelah katak di single pith maka jantung diberi perlakuan seperti berikut ini:
a. Sebelum Jantung Dipisahkan
Katak di terlentangkan setelah di singlepith di atas papan seksi kemudian
dibedah bagian abdomen nya,dihitung detak jantung katak yang masih berada
di dalam tubuh selama 1 menit menggunakan time keeper,pada menit pertama
jumlah detak jantung katak yang kelompok kami dapatkan yaitu 63 kali. Setelah
itu dihitung kembali selama 1 menit (menit ke-2) dengan cara menghitung
seperti perhitungan sebelumnya,jumlah detak jantung pada menit ke-2 yang
kelompok kami dapatkan yaitu 63 kali. Hitung kembali selama 1 menit (menit
ke-3),pada menit ke-3 yang kelompok kami dapatkan yaitu 63 kali. Dihitung
rata-rata dari ketiga perhitungan jantung permenit,kelompok kami mendapatkan
rata-rata sebesar 63 kali. Irama jantung pada saat masih dalam jantung tubuh
katak yaitu cepat
b. Setelah Jantung Dipisahkan
Setelah jantung dihitung detaknya pada saat masih di dalam tubuh,jantung
tersebut dipisahkan atau dikeluarkan dari dalam tubuh, kemudian jantung
tersebut di taruh ke dalam cawan petri yang berisi ringer katak agar jaringan
yang ada pada jantung katak tetap segar. Dihitung detak jantung katak selama 1
menit menggunakan time keeper,pada menit pertama ini jumlah detak jantung
katak yang kelompok kami dapatkan yaitu 52 kali. Setelah itu dihitung kembali
selama 1 menit (menit ke-2) dengan cara menghitung seperti perhitungan
sebelumnya,jumlah detak jantung pada menit ke-2 yang kelompok kami
dapatkan yaitu 42 kali. Hitung kembali selama 1 menit (menit ke-3),pada menit
ke-3 yang kelompok kami dapatkan yaitu 36 kali. Dihitung rata-rata dari ketiga
perhitungan jantung permenit,kelompok kami mendapatkan rata-rata sebesar
43,4 kali. Irama jantung pada saat setelah dikeluarkan dari dalam tubuh katak
yaitu lebih teratur
c. Sinus Venosus Dipisah
Setelah detak jantung yang telah dikeluarkan dari tubuh diamati,selanjutnya
sinus venosus yang terletak pada dorsal nya dipisah dari jantung kemudian
diamati. Dihitung detak sinus venosus katak selama 1 menit menggunakan time
keeper,pada menit pertama ini jumlah detak sinus venosus katak yang
kelompok kami dapatkan yaitu 24 kali. Setelah itu dihitung kembali selama 1
menit (menit ke-2) dengan cara menghitung seperti perhitungan
sebelumnya,jumlah detak sinus venosus pada menit ke-2 yang kelompok kami
dapatkan yaitu 43 kali. Hitung kembali selama 1 menit (menit ke-3),pada menit
ke-3 yang kelompok kami dapatkan yaitu 35 kali. Dihitung rata-rata dari ketiga
perhitungan sinus venosus permenit,kelompok kami mendapatkan rata-rata
sebesar 34 kali.
d. Setelah Antrium Dan Ventrikel Dipisah
Setelah detak jantung diamati,selanjutnya atrium dan ventrikel katak
dipisah,kemudian dihitung detak atrium dan ventrikelnya. Dihitung detak
atrium katak selama 1 menit menggunakan time keeper,pada menit pertama ini
jumlah detak atrium katak yang kelompok kami dapatkan yaitu 27 kali. Setelah
itu dihitung kembali selama 1 menit (menit ke-2) dengan cara menghitung
seperti perhitungan sebelumnya,jumlah detak atrium pada menit ke-2 yang
kelompok kami dapatkan yaitu 15 kali. Hitung kembali selama 1 menit (menit
ke-3),pada menit ke-3 detak atrium yang kelompok kami dapatkan yaitu 12
kali. Dihitung rata-rata dari ketiga perhitungan atrium permenit,kelompok kami
mendapatkan rata-rata sebesar 18 kali.
Setelah atrium,selanjutnya ventrikel yang telah dipisahkan yang dihitung
selama 1 menit menggunakan time keeper,pada menit pertama ini jumlah detak
ventrikel katak yang kelompok kami dapatkan yaitu 1 kali. Setelah itu dihitung
kembali selama 1 menit (menit ke-2) dengan cara menghitung seperti
perhitungan sebelumnya,pada menit kedua ini hasil yang kelompok kami
dapatkan yaitu 0 atau tidak berdetak sama sekali. Hitung kembali selama 1
menit (menit ke-3),pada menit ke-3 yang kelompok kami dapatkan yaitu 0 atau
tidak berdetak sama sekali. Dihitung rata-rata dari ketiga perhitungan jantung
permenit,kelompok kami mendapatkan rata-rata sebesar 0,34 kali.
2. Pengaruh Faktor Fisik Dan Kimia Terhadap Aktivitas Jantung
Setelah katak di single pith maka jantung diberi perlakuan seperti berikut ini:
a. Sebelum jantung dipisahkan
Katak di terlentangkan setelah di singlepith di atas papan seksi kemudian
dibedah bagian abdomen nya,dihitung detak jantung katak yang masih berada
di dalam tubuh selama 1 menit menggunakan time keeper,pada menit pertama
jumlah detak jantung katak yang kelompok kami dapatkan yaitu 71 kali. Setelah
itu dihitung kembali selama 1 menit (menit ke-2) dengan cara menghitung
seperti perhitungan sebelumnya,jumlah detak jantung pada menit ke-2 yang
kelompok kami dapatkan yaitu 72 kali. Hitung kembali selama 1 menit (menit
ke-3),pada menit ke-3 yang kelompok kami dapatkan yaitu 73 kali. Dihitung
rata-rata dari ketiga perhitungan jantung permenit,kelompok kami mendapatkan
rata-rata sebesar 72 kali.
b. Larutan Ringer 5oC
Setelah jantung dihitung detaknya pada saat masih di dalam tubuh,jantung
tersebut dipisahkan atau dikeluarkan dari dalam tubuh, kemudian jantung
tersebut di taruh ke dalam cawan petri dan titetesi dengan larutan ringer yang
bersuhu 5oC. Dihitung detak jantung katak selama 1 menit menggunakan time
keeper,pada menit pertama ini jumlah detak jantung katak yang kelompok kami
dapatkan yaitu 23 kali. Setelah itu dihitung kembali selama 1 menit (menit ke-
2) dengan cara menghitung seperti perhitungan sebelumnya,jumlah detak
jantung pada menit ke-2 yang kelompok kami dapatkan yaitu 35 kali. Hitung
kembali selama 1 menit (menit ke-3),pada menit ke-3 yang kelompok kami
dapatkan yaitu 26 kali. Dihitung rata-rata dari ketiga perhitungan jantung
permenit,kelompok kami mendapatkan rata-rata sebesar 28 kali.
c. Larutan Ringer 40oC
Setelah jantung diberi larutan ringer 5oC,larutan ringer di hilangkan dengan
cara diserap dengan kertas tisu kemudian menetesi jantung dengan larutan
ringer normal untuk diistirahatkan sebentar. Setelah jantung di istirahatkan
laritan ringer dihilangkan dengan diserap oleh kertas tisu sampai benar-benar
kering kemudian diberikan perlakuan selanjutnya yaitu dengan ditetesi larutan
ringer 40oC. Dihitung detak jantung katak selama 1 menit menggunakan time
keeper,pada menit pertama ini jumlah detak jantung katak yang kelompok kami
dapatkan yaitu 42 kali. Setelah itu dihitung kembali selama 1 menit (menit ke-
2) dengan cara menghitung seperti perhitungan sebelumnya,jumlah detak
jantung pada menit ke-2 yang kelompok kami dapatkan yaitu 38 kali. Dihitung
kembali selama 1 menit (menit ke-3),pada menit ke-3 yang kelompok kami
dapatkan yaitu 33 kali. Dihitung rata-rata dari ketiga perhitungan jantung
permenit,kelompok kami mendapatkan rata-rata sebesar 33 kali. Irama jantung
pada perlakuan ini teratur,lebih cepat,dan kuat.
d. Asetilkolin
Setelah itu jantung katak diberi perlakuan dengan ditetesi larutan
asetilkolin. Dihitung detak jantung katak selama 1 menit menggunakan time
keeper,pada menit pertama ini jumlah detak jantung katak yang kelompok kami
dapatkan yaitu 31 kali. Setelah itu dihitung kembali selama 1 menit (menit ke-
2) dengan cara menghitung seperti perhitungan sebelumnya,jumlah detak
jantung pada menit ke-2 yang kelompok kami dapatkan yaitu 30 kali. Dihitung
kembali selama 1 menit (menit ke-3),pada menit ke-3 yang kelompok kami
dapatkan yaitu 30 kali. Dihitung rata-rata dari ketiga perhitungan jantung
permenit,kelompok kami mendapatkan rata-rata sebesar 30,4 kali. Irama
jantung pada perlakuan ini teratur,lambat,dan tidak terlalu kuat.
e. Adrenalin
Jantung katak diberi perlakuan dengan ditetesi larutan adrenalin. Dihitung
detak jantung katak selama 1 menit menggunakan time keeper,pada menit
pertama ini jumlah detak jantung katak yang kelompok kami dapatkan yaitu 0
atau tidak berdetak sama sekali begitu juga pada menit ke-2 dan ke-3.
3. Pengaruh Ion Terhadap Aktivitas Jantung
Setelah katak di single pith maka jantung diberi perlakuan seperti berikut ini:
a. Sebelum jantung dipisahkan
Katak di terlentangkan setelah di singlepith di atas papan seksi kemudian
dibedah bagian abdomen nya,dihitung detak jantung katak yang masih berada
di dalam tubuh selama 1 menit menggunakan time keeper,pada menit pertama
jumlah detak jantung katak yang kelompok kami dapatkan yaitu 53 kali. Setelah
itu dihitung kembali selama 1 menit (menit ke-2) dengan cara menghitung
seperti perhitungan sebelumnya,jumlah detak jantung pada menit ke-2 yang
kelompok kami dapatkan yaitu 54 kali. Hitung kembali selama 1 menit (menit
ke-3),pada menit ke-3 yang kelompok kami dapatkan yaitu 52 kali. Dihitung
rata-rata dari ketiga perhitungan jantung permenit,kelompok kami mendapatkan
rata-rata sebesar 53 kali.
b. Setelah jantung dipisahkan
Setelah jantung dihitung detaknya pada saat masih di dalam tubuh,jantung
tersebut dipisahkan atau dikeluarkan dari dalam tubuh, kemudian jantung
tersebut di taruh ke dalam cawan petri yang berisi ringer katak agar jaringan
yang ada pada jantung katak tetap segar. Dihitung detak jantung katak selama 1
menit menggunakan time keeper,pada menit pertama ini jumlah detak jantung
katak yang kelompok kami dapatkan yaitu 55 kali. Setelah itu dihitung kembali
selama 1 menit (menit ke-2) dengan cara menghitung seperti perhitungan
sebelumnya,jumlah detak jantung pada menit ke-2 yang kelompok kami
dapatkan yaitu 58 kali. Hitung kembali selama 1 menit (menit ke-3),pada menit
ke-3 yang kelompok kami dapatkan yaitu 56 kali. Dihitung rata-rata dari ketiga
perhitungan jantung permenit,kelompok kami mendapatkan rata-rata sebesar
56,4 kali.
c. CaCl2 1%
Setelah itu jantung katak diberi tetesan CaCl2 1% sampai sedikit tenggelam.
Dihitung detak jantung katak selama 1 menit menggunakan time keeper,pada
menit pertama ini jumlah detak jantung katak yang kelompok kami dapatkan
yaitu 54 kali. Setelah itu dihitung kembali selama 1 menit (menit ke-2) dengan
cara menghitung seperti perhitungan sebelumnya,jumlah detak jantung pada
menit ke-2 yang kelompok kami dapatkan yaitu 52 kali. Hitung kembali selama
1 menit (menit ke-3),pada menit ke-3 yang kelompok kami dapatkan yaitu 43
kali. Dihitung rata-rata dari ketiga perhitungan jantung permenit,kelompok
kami mendapatkan rata-rata sebesar 49,7 kali.
d. NaCl 0,7%
Perlakuan selanjutnya yaitu jantung katak di tetesi oleh larutan NaCl 0,7%.
Dihitung detak jantung katak selama 1 menit menggunakan time keeper,pada
menit pertama ini jumlah detak jantung katak yang kelompok kami dapatkan
yaitu 30 kali. Setelah itu dihitung kembali selama 1 menit (menit ke-2) dengan
cara menghitung seperti perhitungan sebelumnya,jumlah detak jantung pada
menit ke-2 yang kelompok kami dapatkan yaitu 27 kali. Hitung kembali selama
1 menit (menit ke-3),pada menit ke-3 yang kelompok kami dapatkan yaitu 25
kali. Dihitung rata-rata dari ketiga perhitungan jantung permenit,kelompok
kami mendapatkan rata-rata sebesar 27,4 kali.
e. KCl 0,9 %
Setelah jantung diberi larutan NaCl 0,7%, larutan tersebut di hilangkan
dengan cara diserap dengan kertas tisu kemudian menetesi jantung dengan
larutan ringer normal untuk diistirahatkan sebentar. Setelah jantung di
istirahatkan laritan ringer dihilangkan dengan diserap oleh kertas tisu sampai
benar-benar kering kemudian diberikan perlakuan selanjutnya yaitu dengan
ditetesi larutan KCl 0,9%. Dihitung detak jantung katak selama 1 menit
menggunakan time keeper,pada menit pertama ini jumlah detak jantung katak
yang kelompok kami dapatkan yaitu 27 kali. Setelah itu dihitung kembali
selama 1 menit (menit ke-2) dengan cara menghitung seperti perhitungan
sebelumnya,jumlah detak jantung pada menit ke-2 yang kelompok kami
dapatkan yaitu 26 kali. Dihitung kembali selama 1 menit (menit ke-3),pada
menit ke-3 yang kelompok kami dapatkan yaitu 27 kali. Dihitung rata-rata dari
ketiga perhitungan jantung permenit,kelompok kami mendapatkan rata-rata
sebesar 26,6 kali.

PEMBAHASAN
Sifat Otomatis Ritmis Jantung
Pada percobaan praktikum diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa sebelum
jantung dipisahkan dari tubuh, detak jantung memiliki ritmis yang cepat dan teratur dengan
detak 63 denyutan per menit. Denyut jantung per menit dalam kondisi stabil akan
memperlihatkan hasil yang sama atau hampir sama. Hal ini karena denyut jantung akan
berubah saat tidak dalam kondisi stabil atau karena adanya faktor lain. Frekuensi denyut
jantung sangat bervariasi, tergantung dari faktor yang mempengaruhi saat aktivitas
(Hermawan et al., 2012).
Pada percobaan setelah jantung dipisahkan dari tubuh katak menghasilkan rerata
denyutan jantung sebesar 43,4 per menit dengan irama yang lebih lambat teratur. Jumlah
denyutan berkurang karena jantung telah dipisahkan dari tubuh katak. Hal ini di karenakan
suplai darah masuk dari tubuh sudah tidak ada lagi sehingga denyut jantung melambat.
Meskipun jantung sudah di putus dari tubuh katak, jantung katak masih tetap bisa berdetak
karena adanya jaringan listrik sehingga menyebabkan adanya denyutan. Otot jantung
mempunyai sifat otomasi yaitu mampu membangkitkan sinyal listrik secara alami yang
dibangkitkan oleh pusat denyut (Ardiyanto, 2014).

Pada percobaan dengan pemotongan sinus venosus diperoleh rerata denyutan


jantung yaitu 34 per menit. Denyutan semakin melambat karena pada katak sinus venosus
merupakan hal terpenting dalam sistem peredaran darah. Jantung katak mempunyai ciri
khas tersendiri yaitu sinus venosus yang merupakan alat pacu jantung yang mampu
menyampaikan impuls listrik sendiri. Impuls listrik tersebut berfungsi untuk mengontrol
kontraksi otot jantung. Sinus venosus sebagai pengatur kecepatan kontraksi jantung apabila
terjadi gangguan dapat memperlambat aliran impuls listrik yang dihasilkan sehingga
memperlambat kecepatan kontraksi atau frekuensi kontraksi jantung (Ardiyanto, 2014).

Pada percobaan pemisahan ventrikel dan atrium jantung diperoleh data bahwa
detak jantung pada atrium masih ada yaitu dengan rerata 18 denyutan per menit dengan
denyutan semakin melambat tiap menitnya sedangkan pada ventrikel sebanyak 0,34
perdetik dengan denyutan sebanyak 0 pada menit selanjutnya. Atrium masih bisa berdetak
karena adanya sifat otomasi jantung yaitu mampu berdetak secara alami pada pusat denyut.
Akan tetapi semakin lama akan semakin melemah hingga tidak berdenyut sama sekali
karena pusat denyut yaitu sinus venosus sudah dipisahkan dari jantung (Ardiyanto, 2014).

Sifat otomasi jantung dengan nilai paling tinggi adalah saat jantung belum dipotong
dari tubuh katak dengan rerata denyutan sebanyak 63 denyutan per menit. Hal ini
dikarenakan suplai darah pada jantung masih bisa terjadi karena jantung masih melekat di
dalam tubuh sehingga denyutan akibat kontraksi dan relaksasi jantung masih sangat cepat.
Kontraksi pada atrium dan ventrikel semakin lama semakin melemah karena sinus venosus
sebagai pusat denyut katak sudah dipisahkan dari jantung katak sehingga denyutan
semakin melemah hingga mendekati tidak ada. Sinus venosus sebagai pengatur kecepatan
kontraksi jantung apabila terjadi gangguan dapat memperlambat aliran impuls listrik yang
dihasilkan sehingga memperlambat kecepatan kontraksi atau frekuensi kontraksi jantung
(Ardiyanto, 2014).
Pengaruh faktor fisika dan kimia terhadap aktivitas jantung

Jantung merupakan organ tubuh yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Otot jantung memiliki sifat kontraktibilitas dimana otot akan berkontraksi jika mendapat
pengaruh rangsang (Khairil, 2012). Otot jantung vertebrata hanya ditemui pada organ
jantung, yang membedakan otot jantung dengan otot rangka adalah sifat membrane dan
listrik nya. Sel otot jantung mempunyai daerah khusus yang disebut cakram interkalaris,
dimana sambungan longgar memberikan pengkopelan aliran listrik langsung diantara sel
otot jantung (Campbell, 2004). Jantung yang dikeluarkan dari tubuh masih sanggup
berdetak. Pada amphibia, reptilia irama detak jantung ditentukan oleh sinus venosus.

Praktikum percobaan menggunakan pengaruh fisika dan pengaruh kimia terhadap


aktivitas jantung yang kami lakukan dengan melakukan hal berikut yaitu pemberian ringer
dengan suhu berbeda, pemberian asetilkolin dan adrenal pada jantung katak yang telah
diambil dari tubuh nya. Percobaan pertama yaitu pemberian ringer dengan suhu 40 derajat
Celsius kemudian dihitung denyut jantung selama 3 menit dengan tiga kali pengulangan
dan diperoleh hasil rerata denyut jantung nya 37,7 kali. Hasil ini menunjukkan frekuensi
denyut jantung pada suhu 40 derajat Celsius lebih tinggi jika dibandingkan dengan denyut
jantung yang diberi perlakuan pemberian ringer pada suhu 5 derajat Celsius yaitu 28 kali.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa Otot jantung juga peka terhadap perubahan rangsang
metabolik, suhu dan kimia. Kenaikan suhu juga memicu percepatan frekuensi denyut
jantung (Fkh, IPB). Menurut tim dosen, 2012 kerja jantung memang tidak dipengaruhi oleh
rangsangan tetapi dipengaruhi oleh saraf otonom. Selain itu kerja jantung juga dipengaruhi
oleh bahan kimia, hormon dan ion.

Praktikum percobaan selanjutnya yaitu dengan memberikan asetilkolin dan adrenal


terhadap jantung katak yang telah dipisah dari tubuh nya. Pada percobaan pemeberian
asetilkolin diperoleh hasil 30,4 artinya jantung masih bisa berdetak dengan pemberian
asetilkolin pada jantung. Berbeda dengan pemberian adrenal, data yang kami peroleh yaitu
jantung sama sekali tidak berdetak ketika ditetesi dengan adrenal. Hal ini tentu saja kurang
sesuai dengan teori dimana adrenal seharusnya dapat memicu kerja jantung sehingga dapat
meningkatkan denyut jantung nya. Ketidak sesuaian ini bisa terjadi karena dipengaruhi
oleh beberpa faktor seperti terlalu lama nya proses pembedahan atau pengambilan jantung
dari tubuh sehingga saat dikeluarkan denyut jantung katak sudah lemah. Menurut teori
adrenal dapat memberikan efek yaitu akan mengaktifkan sistem simpatis SA-node-sistem
konduksi lain dan miokardium. Dengan mekanisme, adrenalinakan dilepaskan sebagai
neurotransmitter oleh saraf posganglionik simpatis,adrenalin akan ditangkap oleh daerah
motor and plant antara serabut syarafdengan unit motor yang diinervasinya. Pembentukan
kompleks adrenalin-reseptor menimbulkan depolarisasi yang akan menyebabkan
pendeknyaistirahat otot jantung sehingga terjadi peningkatan frekuensi denyutan jantung
(Asep, 2015).

Pengaruh Ion Terhadap Aktivitas Jantung

Pada percobaan diperoleh hasil bahwa pada penambahan larutan CaCl2 1%


diperoleh rerata denyutan jantung sebesar 49,7 per menit sedangkan pada penambahan
larutan NaCl 0,7% di dapatkan rerata denyutan sebesar 27,4 per menit. Untuk penambahan
larutan KCl 0,9% di dapatkan rerata denyutan sebesar 26,6 denyutan per menit. Larutan
tersebut mengandung ion-ion yang yang dapat menimbulkan potensial aksi sehingga
jantung dapat berdenyut meskipun setelah di otong dari tubuhnya. Jantung memiliki
sebuah mekanisme untuk mengalirkan potensial aksi yang ditimbulkannya sendiri untuk
melakukan kontraksi dan relaksasi. Mekanisme aliran listrik yang menimbulkan aksi
tersebut dipengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit seperti K+ , Na+ , Cl- dan Ca2+
(Ardiyanto, 2014).

KESIMPULAN
Sifat otomasi jantung dengan nilai paling tinggi adalah saat jantung belum
dipotong dari tubuh katak dengan rerata denyutan sebanyak 63 denyutan per menit. Hal ini
dikarenakan suplai darah pada jantung masih bisa terjadi karena jantung masih melekat di
dalam tubuh sehingga denyutan akibat kontraksi dan relaksasi jantung masih sangat cepat.
Kontraksi pada atrium dan ventrikel semakin lama semakin melemah karena sinus venosus
sebagai pusat denyut katak sudah dipisahkan dari jantung katak sehingga denyutan
semakin melemah hingga mendekati tidak ada. Sinus venosus sebagai pengatur kecepatan
kontraksi jantung apabila terjadi gangguan dapat memperlambat aliran impuls listrik yang
dihasilkan sehingga memperlambat kecepatan kontraksi atau frekuensi kontraksi jantung.

Praktikum terhadap pengaruh faktor fisika dan kimia terhadap aktivitas jantung
dapat dikatakan bahwa kerja jantung memang tidak diperlukan rangsangan tetapi juga
dipengaruhi oleh saraf otonom. Selain pengaruh saraf otonom aktivitas kerja jantung juga
dipengaruhi oleh faktor dari luar jantung seperti metabolit, bahan kimia maupun ion dan
oleh pengaruh perlakuan fisika juga
Jantung memiliki sebuah mekanisme untuk mengalirkan potensial aksi yang
ditimbulkannya sendiri untuk melakukan kontraksi dan relaksasi. Mekanisme aliran listrik
yang menimbulkan aksi tersebut dipengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit seperti K+ , Na+
, Cl-dan Ca2+ .

DAFTAR RUJUKAN
Affandi R. Dan Usman MT. Fisiologi Hewan Air, Pekanbaru : Uni Press, 2001.

Ardiyanto. 2014. Kajian Secara In Vitro Kontraksi Otot Jantung Katak Di Bawah Paparan
Medan Listrik Dengan Metode Double Pithing. Skripsi di publikasikan. Bogor:
IPB.
Abdurrahman, A.S. 2015. Efek Adrenalin Terhadap Kerja Jantung. Jurnal Enteropi
Volume 10 Nomor 1 Februari 2015 (PP. 974-986).
Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi ke 5
Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Halwantiah. Fisiologi, Makassar : Alauddin press, 2009.

Hermawan, L., Subiyono, H.S., and Rahayu, S. 2012. Pengaruh Pemberian Asupan Cairan
(Air) Terhadap Profil Denyut Jantung Pada Aktivitas Aerobik. Journal of Sport
Sciences and Fitness. Vol 1 (2) (2012). ISSN 2252-6528
Khairil, M. 2012. Fisiologi Hewan. Banda Aceh: USK.
Tim Dosen. 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Makassar: UIN Alauddin
Makassar.
Lampiran

Gambar 1. Proses melakukan single phit Gambar 2. Proses pembedahan katak


pada katak (Dokumentasi pribadi). (Dokumentasi pribadi).

Gambar 3. Pembedahan katak bagian Gambar 4. Pengamatan jantung katak


abdomen (Dokumentasi pribadi). dengan berbagai perlakuan (Dokumentasi
pribadi).

Anda mungkin juga menyukai