Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

JANTUNG

KELOMPOK 7A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Zsa Zsa Ristika Mirza


Elvino C. Manafe
Ruth Angelia Putri Tampubolon
Arlin Dhica Cahya oktari
Laura Beatriz Naomi Sumampow
Maya Anggraeni Kaban
Ahmad Ari Ibrahim
Fistyanisa Elya Charilda
Ayu Widya Utami

(136150022)
(136150087)
(136150122)
(136150145)
(136150204)
(136150210)
(136150239)
(136150246)
(136150279)

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
2014

DAFTAR ISI

1. Daftar isi ............................................................................................................................


2. Pendahuluan
2.1 Latar Belakang ............................................................................................................
2.2 Tujuan .........................................................................................................................
3. Landasan teori ..................................................................................................................
4. Laporan praktikum :
4.1 morfologi dan denyut jantung ....................................................................................
4.2 Pengaruh suhu terhadap denyut jantung ..................................................................
4.3 Pengaruh zat kimia terhadap denyut jantung ............................................................
5. Kesimpulan ......................................................................................................................
6. Daftar pustaka ..................................................................................................................

2
3
3
4
6
7
8
12
13

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Jantung adalah salah satu organ vital yang ada di dalam tubuh hewan, terutama manusia.
Jantung berfungsi sebagai alat yang berguna untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh dan
mengalirkan darah yang telah digunakan oleh seluruh tubuh itu untuk dibersihkan lagi. darah yang
diedarkan keseluruh tubuh adalah darah yang berisi oksigen dan nutrien, sedangkan darah yang
dikembalikan ke jantung adalah darah yang mengandung karbon dioksida dan sedikit nutrien.
Dengan kata lain, fungsi utama jantung adalah sebagai pompa bagi darah dalam tubuh sehingga
darah dapat bersirkulasi di dalam tubuh dengan baik, sehingga distribusi dari nutrien dan oksigen
dalam tubuh menjadi lancar.
Pada manusia sendiri, jantung berukuran hanya sebesar kepalan tangan saja. Terletak di
daerah mediastinum inferior media cavum thorax, tepat dibelakang os. Sternum manusia. Pada
manusia, jantung memiliki 2 bagian yaitu atrium dan ventrikel. Fungsi dari atrium adalah untuk
menerima darah dari luar jantung sedangkan ventrikel berfungsi untuk memompakan darah ke luar
dari jantung.

2. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk :
Melihat bagaimana cara kerja jantung
Mempelajari beberapa sifat faali dari otot jantung
Morfologi dan denyut jantung
Pengaruh suhu dan zat kimia terhadap denyut jantung
Otomasi jantung

LANDASAN TEORI

Fungsi utama jantung adalah sebagai Pompa yang menyediakan tekanan untuk
mengallirkan darah ke jaringan. Hal yang berhubungan dengan kontraktilitas jantung atau daya kerja
jantung ini sendiri dikontrol oleh banyak hal, baik itu dari dalam jantung, maupun dari luar jantung.
Secara mikroskopisnya, penampakan otot jantung sangat menyerupai otot lurik. Hanya saja,
otot jantung memiliki serabut yang berhubungan satu sama lain yang tidak terpisahkan melalui gap
junction, sehingga otot jantung disebut suatu sinsisium. Hal ini mempermudah otot jantung untuk
menghantarkan impuls sehingga daya kerja jantung mengikuti hukum All or none
Salah satu keistimewaan jantung adalah otot jantung mampu bmembangkitkan impulsnya
sendiri untuk merangsang kontraksi otot jantung dan merangsang irama denyut jantung itu sendiri.
Kemampuan ini disebut otomasi jantung. Pada mamalia, Nodus Sino Atrial (SA node) merupakan
pencetus impuls jantung (Pacemaker) karena frekuensi impuls mandirinya adalah yang paling tinggi
diantara serabut otot yang lainnya. Sedangkan pada reptil dan amfibi, irama ditentukan oleh sinus
venosus.
Walaupun denyutannya tidak memerlukan rangsangan dari luar, tetapi otot jantung
termasuk peka terhadap perubahan perubahan metabolik, kimia dan suhu yang berasal dari luar
jantung. Sebagai contoh : Rangsangan pilokarpin atau asetilkolin (parasimpatomimetik) akan
menghambat aktivitas otot jantung, sedangkan rangsangan adrenalin akan meningkatkan aktivitas
otot jantung.
Untuk percobaan, biasa digunakan otot jantung reptil, amfibi dan mamalia. Jantung katak
dan kura kura lebih cocok dan lebih mudah digunakan dalam percobaan daripada jantung mamalia.
Jantungnya juga membutuhkan suplai oksigen yang banyak dan konstan serta suhunya tidak jauh
berbeda dengaan suhu tubuh. Jantung amfibi lebih resisten terhadap manipulasi eksperimental.
Proses kimia jantung amfibi relatif lebih lambat sehingga jantungnya lebih mudah untuk bertahan
lama di luar tubuh. Banyak sifat sifat jantung dasar / fundamental yang ditemukan pada jantung
katak dan kura kura, yang ternyata sama dengan sifat jantung manusia.

LAPORAN PRAKTIKUM

A. Alat dan bahan :


Katak (Bufalo melanosticus) 2 ekor
Cairan ringer, adrenalin, asetiilkolin / pilokarpin
Termometer kimia
Alat diseksi (scalpel, pinset anatomis)
Papan fiksasi katak
Stopwatch
Batu es
Cawan petri
Jarum pentul

B. Langkah kerja :
i.
Ambil seekor katak dan rusak otak serta sumsum tulang belakangnya. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan refleks syaraf pada katak.
ii.
Ikatkan katak pada papan fiksasi dengan bagian ventral tubuh ke arah atas,
kemudian buatlah sayatan di garis median perut dan dada.
iii.
Dengan pinset, angkatlah episternum dan potonglah melalui tulng rawan sternum.
Buanglah sternum dengan mengguntung memanjang di samping sternum melalui
bagian bagian pectoral di kedua sisi.
iv.
Jantung akan terlihat, angkatlah epicardiumnya dengan ujung pinset dan bukalah
pericardiumnya sehingga jantung bisa keluar dari tempatnya

4.1 MORFOLOGI DAN DENYUT JANTUNG


a. Langkah kerja :
i.
Gambarlah jantung yang terlihat serta sebutkan bagian bagiannya. Untuk
membalik jantung, gunakan finder / pinset (hati hati jangan sampai merusak
jaringan)
ii.
Amati apakah denyut jantung berkontraksi serempak atau bergantian? Bagaimana
kontraksinya?
b. Hasil percobaan :
Kontraksi otot jantung dilakukan secara bergantian pada jantung katak, dimana
atrium berkontraksi lebih dahulu kemudian disusul oleh kontraksi ventrikel. Hal ini
terlihat dari 2 warna yang berubah ubah pada kontraksijantung katak. Warna yang
lebih pucat adalah fase sistolik / kontraksinya, sedangkan yang lebih merah tua
adalah fase diastoliknya / relaksasinya.
Gambar jantung katak:

4.2 PENGARUH SUHU TERHADAP DENYUT JANTUNG


a. Langkah kerja :
i.
Basahi jantung katak dengan larutan ringer suhu kamar, kemudian hitunglah
frekuensi denyut jantung nya (banyaknya denyut / menit)
ii.
Dinginkan larutan ringer dengan air es sehingga suhunya menjadi 4 - 10C.
Tuangkan ringer tersebut ke sekitar jantung dan tunggu sampai suhu cairan sekitar
jantung menjadi 15C. Kemudian hitunglah frekuensinya
iii.
Gantilah ringer tersebut dengan ringer suhu kamar kembali dehingga suhu jantung
menjadi seperti semula.
iv.
Dengan cara yang sama dengan langkah (ii), gantilah ringer dengan cairan ringer
yang bersuhu 40C - 50C, dan hitunglah denyutnya. Kembalikan lagi suhu jantung
ke normal dengan kembali mengganti cairan ringer panas dengan cairan ringer
bersuhu kamar.
b. Hasil percobaan

No.

Macam
percobaan

Frekuensi denyut jantung


Sebelum

sesudah

1.

Suhu dingin

72 kali / menit

68 kali / menit

2.

Suhu panas

48 kali / menit

64 kali / menit

c. Pembahasan
Pada suhu dingin, frekuensi denyut jantung katak menjadi lebih menurun dibanding
normalnya, sedangkan pada suhu tinggi frekuensi denyut jantung katak menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai normalnya.
Hal ini terjadi akibat jantung dalam berkontraksi membutuhkan energi yang berasal
dari ATP. ATP akan diubah menjadi ADP dan melepaskan fosfat inorganik sehingga ketika
fosfat tersebtu berikatan dengan glukosa, glukosa fosfat tersebut akan lebih mudah untuk
diubah menjad energi yang baru. Selain itu, pompa pompa ion yang berfungsi untuk
memasukkan ion yang dibutuhkan untuk kontraksi otot jantung juga memerlukan ATP
sebagai energi utamanya. Proses ini membutuhkan banyak enzim.
Enzim dan protein (terutama mioglobin yang berfungsi untuk kontraksi otot) pada
dasarnya akan menjadi menjadi lebih aktif pada suhu berkisar antara 45 - 55C. Suhu inilah
yang disebut Suhu optimum enzim. Pada suhu ini, enzim menjadi lebih stabil dan mampu
mempertahankan konformasinya, sehingga menjadi lebih berkompeten untuk melakukan
reaksi. Seperti pada percobaan diatas, ketika jantung katak dikondisikan pada suhu 40 - 50,
maka kecepatan kontraksi jantung akan meningkat.
Jika suhu yang digunakan melampaui suhu optimum enzim, rantai polipeptida enzim
akan mulai terurai, sehingga kehilangan kemampuan katalitiknya untuk mempercepat reaksi.
Hal ini disebut denaturasi.
Ketika enzim dan protein tersebut berada pada suhu terlalu rendah seperti pada
percobaan, maka enzim dan protein ini menjadi inaktif. ketika enzim dan protein ini inaktif,
maka laju reaksi pembentukan ATP pada sel otot jantung akan menurun, sehingga ATP yang
dihasilkan untuk melakukan kontraksi pun menjadi tidak maksimal. Pada jantung katak di
percobaan diatas, akibatnya adalah kecepatan kontraksi dari otot jantung katak tersebut
akan menurun.

4.3 Pengaruh zat kimia terhadap denyut jantung


a. Langkah kerja :
i.
Hitung frekuensi denyut jantungnya. Teteskan larutan asetil kolin 1 : 10.000
pilokarpin atau atropin sebanyak 2 3 tetes pada jantungnya, tunggu sebentar dan
hitung frekuensi denyut jantungnya. Buanglah asetil kolin / pilokarpin tersebut
dengan membilas jantung dengan cairan singer suhu kamar sebanyak 2 3 kali.
ii.
Hitunglah frekuensi denyut jantungnya. Kemudian teteskan larutan adrenalain 1 :
10.000 sebanyak 2 3 tetes pada jantung, kemudian hitung pula frekuensinya.
iii.
Buanglah adrenalin dengan kapas dan gantilah cairan ringer di sekitar jantung
sampai 2 3 kali. Itunglah denyut jantungnya kembali
b. Hasil percobaan
Frekuensi denyut jantung

Macam
percobaan

Sebelum

sesudah

1.

Pilokarin / atropin

48 kali / menit

26 kali / menit

2.

Adrenalin

48 kali / menit

28 kali / menit

No.

c. Pembahasan
Meskipun impuls otot jantung tidak dibentuk dari luar jantung tersebut, tetapi pada
kenyataannya terdapat banyak hal dari luar jantung yang dapat mempengaruhi impuls
tersebut. Salah satunya dipengaruhi oleh sistem neurohomonal, yaitu sistem saraf otonom
(sistem saraf simpatis dan parasimpatis) dan hormon.
Efek stimulasi sistem parasimpatis pada jantung
i.
Pengaruh sistem saraf parasimpatis pada nodus SA adalah mengurangi kecepatan
jantung. Asetilkolin yang dibebaskan pada pengaktifan sistem saraf parasimpatis
meningkatkan permeabilitas nodus SA terhadap K+ dengan memperlambat
penutupan saluran K+. Akibatnya, kecepatan pembentukan potensial aksi spontan
berkurang melalui efek ganda :
Meningkatnya permeabilitas K+ menyebabkan hiperpolarisasi membran
nodus SA karena lebih banyak ion kalium positif meninggalkan sel daripada
normal sehingga bagian dalam menjadi lebih negatif. Karena dari posisi yang
lebih jauh dari ambang maka potensial istirahat memerlukan waktu lebih
lama untuk mencapai ambang.
Meningkatnya permeabilitas K+ yang diinduksi oleh stimulasi vagus juga
melawan penurunan otomatis permeabilitas K+ yang merupakan
penyebabdepolarisasi gradual membran ke ambang. Efek kontra iilah yang
akan mengurangi frekuensi depolarisasi spontan, memperlama waktu yang
di perlukan untuk bergeser ke ambang. Karena itu, nodus SA lebih jarang
mencapai ambang dan melepaskan muatan dan frekuensi denyut jantung
berkurang.
ii.
Pengaruh parasimpatis pada nodus AV mengurangi elektabilitas nodus,
memperlama transmisi impuls ke ventrikel bahkan elbih lama daripada penundaan
lazim di nodus AV. Efek ini ditimbulkan oleh meningkatnya permeabilitas K+, yang
menyebabkan hiperpolarisasi membran sehingga inisiasi eksitasi di nodus AV
tertunda.
8

iii.

Stimulasi parasimpatis pada sel kontraktil atrium mempersingkat potensial aksi,


mengurangi arus masuk lambat yang dibawa oleh Ca2+, yaitu fase datar memendek.
Akibatnya kontraksi atrium melemah.
iv.
Sistem parasimpatis tidak banyak berefek pada kontraksi ventrikel, karena jarangnya
persarafan parasimpatis di jantung.
Karena itu, jantung bekerja lebih santai dibawah pengaruh saraf parasimpatis organ ini
berdenyut lebih lambat, waktu antara kontraksi atrium dan ventrikel memanjang dan
kontraksi atrium menjadi lebih lemah. Efek efek ini sesuai karena sistem parasimpatis
mengontrol kerja jantung pada situasi tenang dan rileks ketika tubuh tidak begitu
membutuhkan peningkatan curah jantung.
EFEK STIMULASI SIMPATIS PADA JANTUNG
i.
Sebaliknya, sistem saraf simpatis, yang mengontrol kerja jantung pada situasi darurat
atau olahraga, ketika dibutuhkan peningkatan aliran darah, mempercepat frekuensi
denyut jantung melalui efeknya pada jaringan pemacu. Efek utama stimulasi saraf
simpatis pada nodus SA adalah percepatan depolarisasi sehingga ambang lebih cepat
tercapai. Norepinefrin yang dikeluarkan dari ujung saraf simpatis mengurangi
permeabilitas K+ dengan mempercepat inaktivasi saluran K+. Dengan penurunan
jumlah ion K+ yang meninggalkan sel, bagian dalam menjadi lebih positif sehingga
timbul efek depolarisasi. Pergeseran ke ambang yang lebih cepat di bawah pengaruh
simpatis ini memungkian potensial aksi menjadi lebih sering dan, karenanya, keceatan
jantung meningkat.
ii.
Stimulasi simpatis pada nodus AV mengurangi penundaan nodus AV dengan
meningkatkan kecepatan hantaran arus Ca2+ yang masuk.
iii.
Stimulasi simpatis mempercepat penyebaran potensial aksi ke seluruh jalur hantaran
khusus.
iv.
Di sel kontraktil atrium dan ventrikel, dimana keduanya memiliki banyak ujung saraf
simpatis, stimulasi simpatis meningkatkan kekuatan kontraksi sehingga jantung
berdenyut lebih kuat dan memeras keluar darah lebih banyak. Efek ini ditimbulkan
dengan meningkatkan permeabilitas Ca2+, yang meningkatkan influks Ca2+ lambat dan
mengintensifkan partisipasi Ca2+ dalam penggabungane eksitasi kontraksi.
Karenanya, efek keseluruhan stimulasi simpatis pada jantung adalah meningkatkan kekuatan
efektivitas jantung sebagai pompa dengan meningkatkan kecepatan jantung, mengurangi
penundaan antara kontraksi atrium dan ventrikel, mengurangi waktu hantaran ke seluruh
jantung, dan meningkatkan kekuatan kontraksi, yaitu, stimulasi simpatis menyebabkan
jantung bekerja lebih cepat.
Pada percobaan diatas, pemberian pilokarpin memberikan efek yang nyata untuk
menurunkan frekuensi denyut jantung.
Tetapi, berdasarkan percobaan diatas, pemberian adrenalin justru ikut menurunkan
frekuensi denyut jantung. Ketidak sesuaian antara teori dan percobaan masih belum diketahui
secara pasti. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan sehingga munculnya
ketidaksesuaian tersebut seperti :

Jantung katak yang semakin melemah.


Reseptor simpatik pada jantung katak tersebut sudah tidak terlalu peka.
Pengaruh obat simpatomimetik yang lebih dulu diteteskan pada jantung katak
belum berakhir sehingga masih menyisakan efek dari rangsangan saraf
parasimpatik tersebut.
Pemberian pilokarpin tersebut menduduki juga reseptor adrenergik sehingga
adrenalin harus bersaing dengan pilokarpin untuk menduduki reseptor.
9

Jantung bagian ventrikel lebih banyak dipengaruhi oleh saraf simpatis, sedangkan
atrium lebih banyak dipengaruhi oleh saraf parasimpatis. Pacemaker jantung
berada di atrium, sehingga kecepatan jantung banyak dipengaruhi oleh saraf
parasimpatis.
Kesalahan teknis dalam percobaan, seperti : pemberian dosis yang tidak tepat,
pengenceran adrenalin yang lebih tinggi dibandingkan dengan pilokarpin, dll.
Kelainan anatomis dari jantung itu sendiri

10

4.4 Otomasi jantung


a. Langkah kerja :
i.
Sediakan cawan petriyang diisi cairan ringer suhu kamar
ii.
Jepitlah ujung ventrikel jantung (apeks) dan angkat ke atas.
iii.
Bebaskan jantung dari tenunan sekitarnya, kemudian potonglah pembuluh darah
yang berubungan dengan jantung sejauh mungkin dari jantung.
iv.
Angkat jantung yang telah bebas dan letakkan dalam cawan petri yang berisi cairan
ringer tadi, jantung akan tetap berdenyut walaupun telah dibebaskan dari susunan
saraf pusat, saraf otonom dan tidak dialiri darah. Amatilah sifat otomasi ini dan
hitunglah frekuensi denyutnya.
b. Hasil percobaan
No.
1.

Macam
percobaan
otomasi

Frekuensi denyut jantung


Sebelum

sesudah

72 kali / menit

60 kali / menit

C. pembahasan
Pada percobaan di atas, jantung katak masih dapat berdenyut meskipun berada
diluar lingkungan sistem normalnya. Hal ini disebabkan impuls untuk kontraksi otot jantung
berasal dari jantung itu sendiri, yaitu dari SA node sebagai pacemaker nya. Dengan kata lain,
jantung memiliki pembuat impulsnya sendiri untuk berkontraksi.
Hanya saja, ketika jantung di keluarkan dari tempatnya, maka jantung tersebut tidak
lagi di pengaruhi oleh sistem saraf pusat, saraf otonom dan pembuluh darah. Akibat dari
tidak ada lagi pembuluh darah yang mengalir ke jantung, maka jantung hanya bisa
menggunakan sisa cadangan terakhir yang di simpan oleh otot jantung tersebut, sehingga
makin lama kontraksi dan frekuensi denyut jantung makin menurun. Selain itu, akibat tidak
ada lagi kontrol dari sistem saraf, maka tidak ada lagi saraf yang bisa mengontrol jantung
untuk mempercepat atau memperlambat frekuensi denyut jantung. Sehingga kontraksi dan
frekuensi denyutnya pun menjadi lebih menurun.

11

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, kesimpulan yang di dapat adalah :
1. Jantung berkontraksi tidak secara bersamaan ; atrium berkontraksi lebih dahulu kemudian
disusul oleh kontraksi ventrikel.
2. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung dipengaruhi oleh beberapa hal : suhu dan kondisi
kimia
3. Jantung dapat membentuk impulsnya sendiri untuk berkontraksi, hanya saja jika dikeluarkan
terlalu lama dari tempatnya, frekuensi denyutnya lambat laun akan menurun.

12

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.
4.
5.

Thurp gerald D, 1972. Experiments in Physiology 2nd ed. Minneapolid : Burgas Publishing co.
Harris DT. 1947. Experimental Physiology for Medical Students. London : j & A churchill Ltd.
Djokowoerjo dkk. 1971. Fisiologi Eksperimental. Jakarta : FKUKI
Lauralee Sherwood, 2012. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakartra : EGC
Robert K Murray, Daryl K Granner, Victor W Rodwell, 2013. Biokimia Harper Edisi 27.
Jakarta : EGC

13

Anda mungkin juga menyukai