METODOLOGI PENELITIAN
Kriteria Eksklusi
1. Kualitas foto sefalometri lateral yang kurang baik (kabur dan tidak dapat
terbaca).
A B
C D
E F
HASIL PENELITIAN
Panjang/ Jumlah 4 3 0 7
Hyperdivergent Persentase 11,11% 27,27% 0% 14%
Normal/ Jumlah 6 0 0 6
Normodivergent Persentase 16,67% 0% 0% 12%
Pendek/ Jumlah 26 8 3 37
Hypodivergent Persentase 72,22% 72,73% 100% 74%
Jumlah 36 11 3 50
Total
Persentase 100% 100% 100% 100%
Tabel 2 menunjukkan bahwa relasi rahang Klas I adalah relasi rahang yang
paling dominan yaitu 36 sampel (72%), diikuti dengan Klas II terdapat 11 sampel
(22%) dan Klas III terdapat 3 sampel (6%) dari seluruh sampel penelitian. Pada relasi
rahang Klas I (36 sampel), distribusi pola pertumbuhan wajah hyperdivergent
(11,11%), normodivergent (16,67%) dan hypodivergent (72,22%). Pada relasi rahang
Klas II (11 sampel), distribusi pola pertumbuhan wajah hyperdivergent (27,27%),
normodivergent (0%) dan hypodivergent (72,73%). Pada relasi rahang Klas III (3
sampel), distribusi pola pertumbuhan wajah hyperdivergent (0%), normodivergent
(0%) dan hypodivergent (100%). Setelah menganalisis data dapat menyimpulkan
bahwa tipe vertikal skeletal wajah pendek/hypodivergent memiliki persentase
tertinggi pada setiap relasi rahang klas I(52%), Klas II (16%) dan Klas III (6%).
PEMBAHASAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap distribusi morfologi vertikal skeletal
wajah pada pasien suku Batak di Klinik RSGMP FKG USU berdasakan analisis
Jefferson dapat disimpulkan bahwa:
1. Distribusi morfologi vertikal skeletal wajah pasien pada pasien suku Batak di
Klinik RSGMP FKG adalah tipe wajah pendek/hypodivergent (74%) dari seluruh
sampel penelitian.
2. Distribusi morfologi vertikal skeletal wajah pasien berdasar jenis kelamin
kesemuanya ada pada tipe wajah pendek/hypodivergent, dimana laki-laki 66,66%,
dan perempuan 75,64%.
3. Tipe vertikal skeletal wajah pendek/hypodivergent memiliki persentase tertinggi
terhadap relasi rahang klas I(52%), Klas II (16%) dan Klas III (6%).
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jumlah sampel yang
lebih besar, lebih homogen yaitu sampel dengan divisi suku batak yang sama agar
didapatkan validitas yang lebih tinggi dan lebih spesifik menggunakan dua
keturunan diatas agar didapat hasil yang lebih valid.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan rancangan analitik untuk melihat hubungan
antara relasi rahang dengan pola pertumbuhan wajah.
3. Perlu dilakukan penelitian pada suku lain berdasarkan analisis Jefferson agar
penelitian ini dapat dijadikan perbandingan terhadap ras-ras lain.
4. Agar penelitian ini dapat dijadikan salah satu masukan analisa sefalometri untuk
perawatan ortodonti pada suku Batak.