CT ORBITA
Oleh :
Arin Setyawanti
151810383018
PROGRAM STUDI
D-IV TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN
FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan :
1. Mampu menyiapkan data gambar yang akan dilakukan post-processing
2. Mampu melaksanakan post-processing Orbita
3. Mampu membuat print gambar CT-Scan Orbita dengan menggunakan berbagai media
4. Mampu menyajikan gambar CT-Scan setelah melakukan post-processing
1.2. Tinjauan Pustaka
A. Anatomi
Orbita merupakan struktur bilateral di pertengahan atas ragio facialis di bawah fossa cranii
media, berisi bulbus oculi, nervus optikus, mukuli ekstraokularis, apparatus lakrimalis, jaringan
lemak fascia, dan nervi serta vaskular yang menyuplai struktur-struktur tersebut.
Pada kerangka masing-masing orbita terdapat tujuh tulang yang menjadi kerangka rongga
orbita. Tulang-tulang tersebut ialah maxilla, zygomaticum, frontale, ethmoidale, lacrimale,
sphenoidale dan palatinum. Ketujuh tulang tersebut Bersama-sama memberukan bentuk piramida
orbita dengan lubang dasarnya yang lebar di anterior pada ragio facialis, dan apexnya meluas kea
rah posteromedial. Gambaran piramida dilengkapi dengan dinding medialis, lateralis, superior, dan
inferior.
a. Apex bentuk piramida tulang orbita berbentuk piramida ini adalah canalis optikus, sedangkan
dasarnya (margo orbitalis) dibentuk oleh :
b. Tulang frontale di superior
c. Processus frontalis tulang maxilla di medial
d. Processus zygomaticus tulang maxilla dan tulang zygomaticum di inferior
e. Di sisi lateral oleh tulang zygomaticum, processus frontalis tulang zygomaticum, dan processus
zygomaticus tulang frontale.
Gambar 1 Anatomi Orbita dan Bulbus
B. Indikasi Pemeriksaan
Menggunakan Kontras :
a. Massa tumor
b. Inflamasi
c. Neuritis
C. Persiapan Pasien
a. Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan sedasi agar tenang
b. Asesoris pasien yang dapat menimbulkan artefak harus dilepas.
c. Melampirkan hasil laboratorium ureum dan kreatinin terbaru dengan hasil normal
d. Waspada dengan penggunaan obat Metformin pada penderita diabetes militus.
e. Puasa makan ± 4 sebelum pemeriksaan
D. Prosedur Pemeriksaan
a. Posisi pasien : pasien terlentang (supine) dan head first
b. Posisi objek : Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Agar gambaran
simetris kepala diposisikan sehingga mid sagital plane kepala sejajar dengan lampu indikator
longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien
diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Gantry di sudutkan paralel dengan supra orbita
meatal baseline sebelum pemeriksaan dilakukan.
c. Parameter Pemeriksaan ( Protokol Radiologi, 2016 danRomans, Lois.E. 2011)
d. Pemasukan obat kontras
Media kontras dimasukkan dengan volume 1 cc per kilogram berat badan / 50 cc dilanjutkan
flusing dengan cairan saline sebanyak 10 cc. teknik memasukkan media kontras bisa
menggunakan injector bisa juga dengan bolus biasa ( Romans, Lois.E. 2011). Siapkan obat
kontras dengan konsentrasi minimal 300 , dengan jumlah kontras 50 cc, spuit 25 cc/ 50 cc ( bila
injeksi dilakukan dengan tehnik manual injeksi) namun apabila menggunakan alat injektor
maka di tambahkan saline ( NaCl 0,9%) sebanyak 10-15 cc dengan flow rate 2cc/ ml.
e. Scanning post kontras
Apabila pemasukkan media kontras menggunakan teknik bolus, scanning dilakukan segera
setelah pemasukkan media kontras selesa. Apabila pemasukkan media kontras menggunakan
injector, scanning dilakukan 60 detik setelah pemasukan media kontras. Scanning post kontras
menggunakan parameter yang sama dengan scanning pre kontras. ( Protokol Radiologi, 2016)
f. Pengolahan Gambar
a. Mengolah data menjadi gamabran axial pre dan post kontras
b. Mengolah data menjadi gambaran coronal post kontras.
c. Slice Thickness dengan irisan 3mm, increment= overlapping
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Amillia Kartika Sari, S. (2021). MODUL PRAKTIKUM CT-SCAN LANJUT.