Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM MRI LANJUT

MRI ABDOMEN MRCP

Oleh :
Arin Setyawanti
151810383018

PROGRAM STUDI
D-IV TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN
FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Dapat melakukan scanning pada pemeriksaan MRI Abdomen MRCP dengan menentukan:
1. Indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan MRI MRCP
2. Prosedur pemeriksaan
3. Penentuan sequence
4. Penentuan irisan dan batas-batasannya
5. Penentuan parameter scanning
6. Rekontruksi hasil citra
7. Dokumentasi citra (filming)
1.2 Dasar Teori
Pemeriksaan MRI MRCP merupakan pemereksiaan canggih dan modern untuk dapat
menampilkan gambaran sistem bilier dengan sangat baik tanpa menggunakan obat kontras.

a) Anatomi Liver & Sistem Bilier


b) Indikasi
- Focal lesions and staging of neoplasms
- Benign hepatic disease, especially haemangioma and focal nodular
hyperplasia
- Haemochromatosis
- Gallbladder disease
- Biliary duct obstruction
- Evaluation of liver infiltrants such as iron or fat
c) Cholangitis Akut dengan Komplikasi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
dan Peningkatan Ca 19-9
Kolangitis akut adalah kondisi sistemik yang berpotensi mengancam jiwa akibat
infeksi saluran empedu, yang seharusnya steril, dan disebabkan karena obstruksi
saluran bilier, paling sering karena sekunder oleh obstruksi sebagian atau komplit pada
duktus bilier atau duktus hepatikus. Kondisi ini pertama kali dilaporkan pada tahun
1877 oleh Charcot dengan trias nyeri perut kanan atas, demam, dan jaundice (trias
Charcot).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada karakteristik gejala klinis dan tanda tanda
infeksi, laboratorium yang mendukung adanya infeksi dan sumbatan, serta
pemeriksaan imaging yang mendukung adanya obstruksi bilier. Kondisi ini dapat
ditangani dengan baik dengan terapi secara tepat, tetapi angka kematian dapat menjadi
tinggi bila penanganan terlambat.
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) adalah kehilangan darah dari saluran
cerna atas, di mana saja, mulai dari esofagus sampai dengan duodenum (batas anatomik
di ligamentum Treitz), disertai manifestasi klinis berupa hematemesis, melena,
hematoskezia atau kombinasi. Perdarahan ulkus peptikum merupakan penyebab
tersering perdarahan SCBA, yaitu berkisar antara 31% sampai 67% dari semua kasus,
diikuti oleh gastritis erosiva, perdarahan varikeal, esofagits, keganasan dan robekan
Mallory-Weiss (Mallory Weiss tear). Respon inflamasi yang terjadi pada kolangitis
dapat mengakibatkan terjadinya ulkus peptikum maupun gastritis erosiva. Hal

tersebut dikarenakan pada kolangitis terjadi stres inflamasi yang dapat


mengeluarkan mediator inflamasi seperti tumor necrosis factor (TNF), TNF receptor,
interleukin (IL)-1, IL-6 dan IL-10. Mediator inflamasi ini menyebabkan ekspresi
berlebihan dari sitokin yang menyebabkan kerusakan mukosa gaster. Inflamasi mukosa
gaster bertanggung jawab terhadap terjadinya ulkus peptikum maupun gastritis erosif.
Antigen karbohidrat serum 19-9 (CA 19-9) sering digunakan untuk diagnosis dan
penilaian prognosis dari neoplasma pan kreatobilier. Kadar CA 19-9 >100 U/mL
sering menandai adanya penyakit kega nasan, terutama stadium awal kanker
pancreas.
Studi pencitraan dapat terdiri dari USG abdomen, computed tomography (CT)
reguler atau helikal, MRCP, dan USG endoskopik/Endoscopic Ultrasound (EUS). Di
antara teknik-teknik tersebut, MRCP (akurasi 82,2% dalam mendeteksi
koledokolitiasis) dan EUS (akurasi 96,9% dalam mendeteksi koledo kolitiasis)
merupakan modalitas paling sensitif, yang dapat mendeteksi tingkat dan penyebab
obstruksi bilier. kan pada kasus kolangitis akut, sensiti vitasnya untuk mendeteksi
batu kurang dari 6 mm rendah.
d) Persiapan Pasien
- Puasa 8 jam sebelum pemeriksaan
- Cek GFR atau BUN dan creatinin apabila ada indikasi tumor
- Lepaskan benda logam (ferromagnetic)
- Pasien diperiksa dengan metal detector
- Mengenakan baju yang telah disiapkan di ruang ganti baju
- Diberikan ear plug/ear phone
- Melakukan anamese dan memberikan penjelasan sebelum pemeriksaan di
mulai
- Meminta pasient untuk mengisi informed consent
e) Pengaturan posisi pasien dan objek
- Posisi pasien Supine (Head First)
- Letakkan bagian abdomen atas didalam coil abdomen
- Atur posisi abdomen atas isocenter dengan medan magnet
- Pasang respiratory gatting
f) Parameter
- Jenis coil : Abdomen Coil
- Slice Thicknes : 5-7 mm
- Slice gap : 0,5-1 mm
- Matrix : 320 x 192
- FOV : 21
g) Sequence yang harus dibuat
- Coronal bFFE / T2* GRE
- Coronal T2WI FSE Fatsat
- Axial bFFE / T2* GRE
- Axial T2WI FSE Fatsat
- Axial T1WI Fatsat
- 3D MRCP
- 2D MRCP thick slab
Post kontras
- Axial & Coronal T1WI Fatsat
- DWI
h) Planning irisan
- Irisan Coronal
Pembuatan irisan coronal dari irisan axial, pastikan FOV tidak terpotong.

- Irisan Axial
Pembuatan irisan axial dilakukan dari coronal. Pastikan FOV tidak terpotong.

- 3D MRCP
Pembuatan 3D MRCP dilakukan dari irisan axial dan coronal.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Laptop


- Laptop
- Handphone
- Internet
- Modul Praktikum MRI Lanjut
- Aplikasi Radiant DICOM

2.2 Metode Praktikum


- Buka aplikasi Radiant Dicom Viewer
- Buka file dicom mri Abdomen rutin
- Pilih data image yang akan diplanning
- Pilih menu MPR
- Lakukan simulasi planning irisan seperti pada teori meliputi :
a. Coronal bFFE / T2* GRE
b. Coronal T2WI FSE Fatsat
c. Coronal T1WI Fatsat
d. Axial bFFE / T2* GRE
e. Axial T2WI FSE Fatsat
f. Axial T1WI Fatsat
g. 3D MRCP
h. 2D MRCP thick slab
- Tentukan parameter masing-masing sequence yang dibuat

2.3 Analisa
- Jelaskan masing-masing sequence yang dibuat meliputi parameter sequence, tujuan
pembuatan sequence dan fungsinya.
- Rekontruksi citra yang akan dilakukan print out meliputi :
a. Coronal bFFE/ GRE
b. Coronal T2WI Fatsat
c. Axial bFFE/GRE
d. Axial T1WI Fatsat
e. MRCP
- Print film menggunakan Format 4x4 atau 4x5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Percobaan
a. Coronal bFFE / T2* GRE

b. Coronal T2WI FSE Fatsat

c. Axial bFFE / T2* GRE

d. Axial T1WI Fatsat


e. MRCP

3.2 Pengolahan Data


a. Coronal bFFE/ GRE
b. Coronal T2WI Fatsat
c. Axial bFFE/GRE
d. Axial T1WI Fatsat

e. 3D MRCP
f. 2D MRCP

3.3 Analisa Hasil


a. Coronal bFFE/ GRE

TE TR WW WL T FS
2.4 5.2 774 387 6 mm 1.5

Pada sequence bFFE / T2* GRE berfungsi untuk mengevaluasi patologis dari
bagian abdomen atas dan untuk menilai jenis sekaligus waktu perdarahan, karena
gambaran yang dihasilkan mengakibatkan densitas dari cairan juga lemak akan tampak
lebih enhance. Sedangkan gambaran softtissue akan terlihat gelap. Sequence ini juga
dapat mendeteksi lesi kecil seperti iron deposts pada liver dan microbleed.

b. Coronal T2WI Fatsat

TE TR WW WL T FS
56.8 658.6 1448 724 6 mm 1.5

Pada sequence T2WI FSE Fatsat bertujuan untuk memperjelas patologis dan
mempercepat waktu scanning. Gambaran yang dihasilkan pada sequence ini yaitu
lemak akan terlihat lebih gelap (hypointens).
c. Axial bFFE/GRE

TE TR WW WL T FS
1.8 4.0 1533 766 7 mm 1.5
Pada gambaran dari lemak terlihat lebih enhance. Pada sequence T2WI FSE Fatsat
bertujuan untuk memperjelas patologis dan mempercepat waktu scanning. Gambaran
yang dihasilkan pada sequence ini yaitu lemak akan terlihat lebih gelap (hypointens).

d. Axial T1WI Fatsat

TE TR WW WL T FS
170.8 10588.2 1120 560 7 mm 1.5

Pada sequence T1WI FSE Fatsat dapat memberikan gambaran yang lebih jelas pada
struktur anatomi tetapi kurang baik pada patologis karena sequence ini dapat
menampilkan batasan yang tegas pada struktur anatomi. Pada sequence ini lemak akan
terlihat lebih gelap (hypointens).

e. MRCP

TE TR WW WL T FS
524.2 3333.3 4662 2331 1.6 mm 1.5

Pemeriksaan MRI Abdomen atas / MRCP terdiri atas 2D MRCP dan 3D MRCP.
Dengan fungsi dan tujuan yang berbeda-beda. Pada 2D MRCP sangat baik untuk
menampilkan gambaran hepatic duct, sedangkan 3D MRCP sangat baik untuk
mengevaluasi biliary tract meskipun tanpa menggunakan obat kontras.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. MRI adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energy
gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur organ dalam tubuh.
2. Pada pemeriksaan MRCP potongan axial dan coronal sangat penting dan harus
menampakkan keseluruhan dari FOV.
3. Pada pemeriksaan perlu ditambahkan gambaran 3D MRCP untuk
mengevaluasi biliary tract
4. Pada sequence bFFE / T2* GRE gambaran pembuluh darah akan tampak
hypointense
5. Sequence T2WI Fatsat digunakan untuk melihat kelainan patologis
6. Sequence T1WI Fatsat berfungsi untuk melihat struktur anatomi dari pancreas
dengan prinsip penakan pada lemak atau soft tissue pada daerah abdomen.
4.2 Saran
Diharapkan saat mengerjakan praktikum ini mahasiswa sudah mempelajari
dasar-dasar pemeriksaan dan materi MRCP, guna mamepermudah praktikum dan
mengerjakan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Rotty, A. I. (2019). Kolangitis Akut dengan Komplikasi Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
dan Peningkatan Ca 19-9: Laporan Kasus. Medical Scope Journal (MSJ), 1-7.

Muhaimin. Modul Praktikum MRI Lanjut MRI Abdomen Atas

Anda mungkin juga menyukai