Anda di halaman 1dari 14

POSITRON EMISSION TOMOGRAPHY SCAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Atom

Dosen pengampu : Bapak Yusman Wiyatmo

Penyusun:

Nida Ajrina Syarafina

NIM. 17302241012

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019

i
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengobatan medis telah berkembang dengan pesat begitu pola modalitas-


modalitas yang digunakan untuk menegakkan diagnosa. Dewasa ini, penderita kanker
meningkat dengan sangat pesat, banyak modailitas-modalitas yang tidak hanya
mendeteksi kanker lewat pemeriksaan diagnostic, dan pengobatan melalui radioterapi.
Terdapt satu modalitas yang menggunakan zat radioaktif dengan paruh waktu yang kecil
dan memiliki dosis yang lebih rendah yaitu Kedokteran Nuklir.

Pada modalitas ini menggunakan alat PET atau Positron Emission Tomography
dan SPECT atau Scan Positron Emission Computed Tomography dalam penggambaran
citra. Pada PET pengambaran citra dilakukan melalui pemancaran radioaktif yang
digunakan untuk mennggambarkan fungsi organ tubuh sedangkan SPECT adalah
penggambungan dua modalitas CT-scan dan Tracer yang dapat menggambarkan
gambaran tiga dimensi dari aliran darah serebral yang berasal dari gambaraan dua
dimensi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Prinsip-prinsip kerja PET dan SPECT?

2. Apa fungsi dari PET dan SPECT ?

3. Apa Kelebihan dan Kekurangan PET dan SPECT?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip kerja PET dan SPECT

2. Untuk mengetahui Fungsi dari PET dan SPECT

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan PET dan SPECT

1
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian PET dan SPECT

Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan salah satu modalitas kedokteran
nuklir, yang untuk pertama kali dikenalkan oleh Brownell dan Sweet pada tahun 1953.
Prototipenya telah dibuat pada sekitar tahun 1952, sedangkan alatnya pertama kali
dikembangkan di Massachusetts General Hospital, Boston pada tahun 1970. Positron yang
merupakan inti kinerja PET pertama kali diperkenalkan oleh PAM Dirac pada akhir tahun
1920-an. PET adalah metode visualisasi metabolisme tubuh menggunakan radioisotop
pemancar positron. Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang
menggambarkan fungsi organ tubuh.
CT Scan dan MRI hanya mampu mendeteksi kanker terbatas pada aspek anatomi
tubuh. Misalnya, CT Scan dan MRI hanya mampu mendekteksi kanker di payudara, kepala,
hati, dan sejumlah titik tubuh lainnya. Sedangkan mekanisme kerja organ tubuh yang disebut
metabolisme tubuh tidak dapat dipantau oleh CT Scan atau MRI. Sedangkan pada PET-
Scan, aspek anatomi dan metabolik sekaligus masuk radar deteksi alat canggih ini. Dimana
pun atau kemana pun kanker merambat PET-Scan dapat mendeteksinya. Bahkan
kemampuan deteksi alat ini mencakup semua aspek penting tentang kanker seperti jenis,
tingkat keganasan (stadium), lokasi, serta cara rambat penyakit mematikan ini.
PET dapat pula digunakan pula untuk menganalisa hasil penanganan kanker yang
telah dilakukan. Setelah penanganan kanker melalui operasi perlu dilakukan pemeriksaan
apakah masih ada sisa sisa kanker yang tersisa. Untuk keperluan ini, PET merupakan
metode yang paling tepat, karena pada kondisi ini keberadaan kanker sulit dilihat secara
fisik. Yang diperlukan adalah melihat keberadaan metabolisme sel kanker. Selain itu, PET
dapat pula digunakan untuk melihat kemajuan pengobatan kanker baik dengan
chemotherapy maupun radiotherapy. Kemajuan hasil pengobatan kanker dapat diketahui
dari perubahan metabolisme di samping perubahan secara fisik. Untuk keperluan ini,
kombinasi PET dan CT memberikan informasi yang sangat berharga untuk menentukan
tingkat efektivitas pengobatan yang telah dilakukan.

2
SPET Scan atau SPECT Scan adalah pencitraan fungsional otak dengan
tomografiemisi foton tunggal (single photon emission tomography/SPET), juga dikenal
sebagai tomografi emisi foton tunggal terkomputeriasai (single photon emissioncomputed
tomography/SPECT) yang memungkinkan gambar tiga dimensi dari aliran darah serebral
yang berasal dari data dua dimensi. Tomografi emisi positron ini dapat digunakan untuk
mengukur metabolisme serebral regional dan karakteristik neurotransmitter reseptor lain.

SPECT membentuk citra transversal distribusi nuklida pemancar sinar x atau gamma
dalam pasien. Citra proyeksi planar standar diperoleh dari putaran 180° (umumnya SPECT
untuk jantung) dan 360° (untuk SPECT bukan jantung). Umumnya SPECT menggunakan
satu atau lebih head/kepala sintilasi kamera yang bergerak mengelilingi pasien.

Dalam tomografi dengan emisi ada 3 keterbatasan fundamental yang harus


diperhatikan. Pertama collection effeciency, radiasi gamma dipancarkan ke segala arah
lapisan, namun hanya yang masuk ke detektor yang dipakai untuk pencitraan. Oleh
karenanya efesiensi sangat terbatas, kecuali bila pasien dapat dikelilingi oleh detektor.
Kedua atenuasi radiasi gamma oleh pasien. Penyederhanaan telah dilakukan dengan
menjumlahkan pencacahan dari dua detektor yang berhadapan ataupun dari beberapa
detektor. Oleh karenanya perlu faktor koreksi. Namun koreksi atenuasi teliti tidak

3
diperlukan dalam SPECT. Ketiga adalah masalah umum dalam kedokteran nuklir, yakni
waktu koleksi hanya merupakan fraksi waktu radiasi gamma dipancarkan. Dengan demikian
citra dibentuk dengan foton yang sangat terbatas.

Pembentukan citra dilakukan dengan kepala kamera bergerak mengelilingi pasien


mengambil data dari berbagai sudut. Pengambilan data dapat secara kontinu (continues
acquisition) selama kepala kamera bergerak, ataupun pada saat kepala kamera berhenti pada
suatu sudut tertentu (step and shoot acquisition). Bila kepala kamera dapat membentuk citra
ideal, maka gerakan kepala kamera dari atas dan bawah pasien secara berbarengan dengan
gerakan 180° harusnya telah dapat dipakai untuk rekonstruksi citra transversal.

Atenuation medium (setengah ketebalan pasien) mengurangi foton yang sampai pada
head detektor, mengakibatkan blur/kekaburan citra yang dipengaruhi oleh jarak dari
kolimator. Untuk mengurangi blur akibat gerakan kepala kamera, pesawat model baru
dilengkapi dengan sistem untuk gerakan kamera mengikuti body contouring.

Untuk brain SPECT, memungkinkan gerakan kepala kamera dengan radius relatif
lebih pendek, sehingga resolusi spasial dalam citra menjadi tinggi. Pada pesawat lama,
pemeriksaan kepala yang memasukkan base of the brain (pangkal otak) yang harus melewati
bahu, mendapatkan kesulitan. Namun pada pesawat modern sudah dapat dilakukan
pencitraan kepala/brain dengan memasukkan bahu pasien pada lapangan gerakan kepala
kamera.

Dari data piksel citra lapisan transversal dapat dibentuk citra coronal dan sagital.
Untuk pencitraan jantung, diperlukan citra oblique dengan arah paralel ataupun tegak lurus
sumbu panjang ventrical kiri. Karena anatomi setiap pasien unik, maka sumbu panjang
jantung pada monitor harus ditandai terlebih dahulu.

Kolimator yang umum digunakan pada pesawat SPECT adalah kolimator parallel-
hole. Namun telah diciptakan pula berbagai kolimator khusus. Sebagai contoh, fan beam
kolimator yang merupakan hibrida dari kolimator konvergen dan paralel. Setiap baris piksel
pada paralel kolimator arah y sesuai dengan satu slice citra proyeksi. Dengan kolimator
konvergen, citra hasil citra akan mempunyai resolusi spasial lebih tinggi dibanding dengan
arah kolimator parale-hole.

4
Untuk mengurangi keterbatasan SPECT akibat kolimator dan waktu pengambilan
data, telah dibuat SPECT yang dilengkapi dengan dua atau tiga kamera sintilasi yang dapat
bergerak mengelilingi pasien. Dengan multi kepala kamera dimungkinkan untuk
menggunakan kolimator resolusi relatif tinggi pada suatu batas kuantum mottle dalam
pencitraan dibanding dengan kepala kamera tunggal.

Kepala kamera dobel saling berhadapan (180°) cocok untuk kepala dan leher, serta
seluruh tubuh. Triple head, fixed angle camera bagus untuk head and neck serta tubuh,
namun tidak cocok untuk planar seluruh tubuh, karena keterbatasan lebar kristal. Double
head, dengan sudut variabel sudut lebih serba guna, dapat untuk pencitraan head and neck,
whole body planar dengan konfigurasi 180°, serta untuk jantung dengan konfigurasi 90°.
Bila dua kamera pada posisi 90°, keduanya tidak dapat dekat pasien tanpa sebagian tubuh
pasien berada di luar FOV. Oleh karenanya diciptakan SPECT yang dilengkapi dengan
kepala kamera dengan konfigurasi saling membentuk sudut 76°.

B. Prinsip Kerja PET-Scan dan SPECT


1) Prinsip Kerja PET
Sel-sel kanker memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari sel-sel lain. Salah
satu karakteristik adalah bahwa sel-sel kanker memerlukan tingkat yang lebih tinggi glukosa
untuk energi. Ini adalah langkah-langkah proses biologis PET. Positron emisi tomografi
(PET) membangun sistem pencitraan medis gambar 3D dengan mendeteksi gamma sinar
radioaktif yang dikeluarkan saat glukosa (bahan radioaktif) tertentu disuntikkan kepada
pasien. Setelah dicerna, gula tersebut diolah diserap oleh jaringan dengan tingkat aktivitas
yang lebih tinggi / metabolisme (misalnya, tumor aktif) daripada bagian tubuh.
PET-scan dimulai dengan memberikan suntikan FDG (suatu radionuklida glukosa-
based) dari jarum suntik ke pasien. Sebagai FDG perjalanan melalui tubuh pasien itu
memancarkan radiasi gamma yang terdeteksi oleh kamera gamma, dari mana aktivitas kimia
dalam sel dan organ dapat dilihat. Setiap aktivitas kimia abnormal mungkin merupakan
tanda bahwa terdapat tumor.
Sinar Gamma yang dihasilkan ketika sebuah positron dipancarkan dari bahan
radioaktif bertabrakan dengan elektron dalam jaringan. Tubrukan yang dihasilkan

5
menghasilkan sepasang foton sinar gamma yang berasal dari situs tabrakan di arah yang
berlawanan dan terdeteksi oleh detektor sinar gamma diatur di sekitar pasien.
Detektor PET terdiri dari sebuah array dari ribuan kilau kristal dan ratusan tabung
photomultiplier (PMTS) diatur dalam pola melingkar di sekitar pasien. Kilau kristal
mengkonversi radiasi gamma ke dalam cahaya yang dideteksi dan diperkuat oleh PMTS.

6
Gambar 2. Proses kerja PET-Scan
a) Blok Diagram Sistem PET-Scan

Sinyal dari setiap output PMT dikonversi menjadi tegangan dan amplitudo oleh low
noise amplitudo (LNA). Sinyal yang dihasilkan oleh PMT berupa sinyal pulsa yang lambat.
Kekuatan sinyal dari setiap PMT ditentukan dengan mengintegrasikan sinyalnya menjadi
pulsa. Setelah LNA, sistem ini menggunakan variabel-gain amplifier (VGA) untuk
mengkompensasi variabilitas sensitivitas dari PMTS.
Output dari VGA dilewatkan melalui lowpass filter, offset kompensasi, dan
kemudian dikonversi menjadi sinyal digital dengan bit 10 sampai 12-bit analog-ke-digital
(converter ADC sampling) dengan 50Msps untuk menilai 100Msps.
Sinyal-sinyal dari beberapa PMTS harus dijumlahkan, oleh karena itu gabungan
sinyal masukan berupa ultra-high-speed. Sebuah DAC menghasilkan tegangan referensi
komparator untuk mengkompensasi offset DC. Akurasi yang sangat tinggi diperlukan untuk
menghasilkan sinyal output komparator dengan waktu yang berkecepatan tinggi. Sinyal

7
output dari DAC kemudian masuk ke bagian processing unit untuk dikirim ke image
processing.
Dari hasil pendeteksian, dilakukan image reconstruction untuk mendapatkan
gambaran sebaran glukosa di dalam tubuh. Perangkat kamera PET biasanya telah dilengkapi
dengan program untuk keperluan ini, sehingga hasil image reconstruction dapat diperoleh
dengan mudah.
b) Kamera PET
Kamera PET memiliki kejernihan citra yang lebih baik dibandingkan kamera gamma
yang secara umum digunakan pada kedokteran nuklir. Hal ini dikarenakan pendeteksiannya
didasarkan pada coincidence detection.
Ketika positron dilepaskan dari fluor-18, partikel ini akan segera bergabung dengan
elektron dan terjadilah anihilasi. Dari anihilasi ini dihasilkan radiasi gelombang
elektromagnetik dengan energi sebesar 511 V dengan arah berlawanan (180o). Adanya dua
buah proton yang dilepaskan secara bersamaan ini memungkinkannya dilakukan
coincidence detection. Pada coincidence detection ini, sinyal yang ditangkap oleh detektor
akan diolah jika dua buah sinyal diperoleh secara bersamaan. Jika hanya satu buah sinyal
yang ditangkap, maka sinyal tersebut dianggap sebagai pengotor. Oleh karenanya, hampir
seluruh sinyal pengotor dapat dieliminasi dengan cara ini.

c) Hasil foto PET-Scan.

8
2) Prinsip Kerja SPECT
SPECT memindai mengintegrasikan dua teknologi untuk melihat tubuh:
computed tomography (CT) dan bahan radioaktif (tracer). Tracer adalah apa yang
memungkinkan dokter untuk melihat bagaimana darah mengalir ke jaringan dan
organ.
Sebelum SPECT pemindaian, pasien akan disuntik dengan zat kimia yang
radiolabled, berarti memancarkan sinar gamma yang dapat dideteksi oleh pemindai.
Komputer mengumpulkan informasi yang dipancarkan oleh sinar gamma dan
menerjemahkannya ke dalam dua dimensi penampang. Ini lintas-bagian dapat
ditambahkan kembali bersama-sama untuk membentuk gambar 3D dari otak pasien.
Radioisotop biasanya digunakan dalam SPECT pelacak untuk label adalah yodium-
123, teknesium-99m, xenon-133, thallium-201, dan fluorin-18. Bentuk-bentuk
radioaktif dari unsur-unsur alam akan lewat dengan aman melalui tubuh Anda dan
dapat dideteksi oleh pemindai. Berbagai obat-obatan dan bahan kimia lainnya dapat
diberi label dengan isotop.
Jenis pelacak yang digunakan tergantung pada apa yang diinginkan dokter untuk
mengukur. Misalnya, jika dokter melihat tumor, ia mungkin menggunakan glukosa
radiolabled (FDG) dan melihat bagaimana hal ini dimetabolisme oleh tumor.
Tes berbeda dari PET scan dalam pelacak tetap dalam aliran darah bukannya
diserap oleh jaringan sekitarnya, sehingga membatasi gambar ke daerah-daerah di
mana darah mengalir. SPECT scan lebih murah dan lebih mudah tersedia daripada
PET scan resolusi yang lebih tinggi.

C. Fungsi PET dan SPECT

1. Fungsi PET

Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang tidak didapatkan
dengan alat pencitraan konvensional lainnya. Kelainan fungsi atau metabolisme di dalam
tubuh dapat diketahui dengan metode pencitraan (imaging) ini.Sedangkan pada PET-

9
Scan, aspek anatomi dan metabolik sekaligus masuk radar deteksi alat canggih ini.
Dimana pun atau kemana pun kanker merambat PET-Scan dapat mendeteksinya. Bahkan
kemampuan deteksi alat ini mencakup semua aspek penting tentang kanker seperti jenis,
tingkat keganasan (stadium), lokasi, serta cara rambat penyakit mematikan ini.

2. Fungsi SPECT

Scan SPECT utamanya digunakan untuk melihat bagaimana darah mengalir melalui
arteri dan vena di otak.Dibandingkan dengan CT SCAN dan MRI SPECT akan lebih
sensitive terhadap cidera otak karena dapat mendeteksi aliran darah yang berkurang ke
Pusat cidera.SPECT Scan juga berguana untuk melakukan evaluasi presurgical kejang
medis yang tidak terkendali.Hal imi bertujuan untuk menentukan aliran darah di daerah
daerah dimana kejang itu berasal.

D. Kekurangan dan Kelebihan PET dan SPECT

1. Kelebihan dan kekurangan PET (Positron Emossion Tomography) Scan :

a) Kelebihan :
1) PET-Scan memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan alat CT-Scan
maupun MRI, dimana PET-Scan tidak hanya mendeteksi kanker pada aspek
anatomi tubuh saja tetapi mekanisme kerja organ tubuh yang disebut
metabolisme tubuh juga dapat dideteksi alat ini. Alat ini bahkan dapat
mendeteksi tingkat keganasan, lokasi, serta cara rambat penyakit kanker.
2) PET-Scan semakin dikembangkan, dimana tidak hanya dapat mendeteksi
kanker, tetapi juga dapat digunakan pada bidang-bidang kedokteran lainnya.
3) Dapat mengidentifikasi peribahan sel sebelum dideteksi oleh modalitas
imaging lain seperti CT Scan dan MRI

b) Kekurangan
1) Dapat terjadi reaksi alergi radiofarmaka.
2) Injeksi radiotracer dapat menyebabkan rasa sakit dan kemerah-merahan pada
kulit.

10
3) Pada wanita hamil akan menghambat perkembangan janin.
4) Karena dosis radioaktif sedikit, prosedur diagnostic kedokteran nuklir
menghasilkan low radiation exposure.
5) Radionuklida telah digunakan dalam lima decade, dan belum ada yang tahu
efek jangka panjang dari low-dose exposure.

2. Kelebihan dan Kekurangan PET dan SPECT

a) Kelebihan SPECT
1) Tidak semahal PET karena SPECT center lebih mudah diakses
b) Kekurangan SPECT
2) Citra SPECT mempunyai sensitifitas dan detail yang kurang dibanding
PET

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Prinsip kerja PET membangun sistem pencitraan medis gambar 3D dengan


mendeteksi gamma sinar radioaktif yang dikeluarkan saat glukosa (bahan radioaktif)
tertentu disuntikkan kepada pasien. Setelah dicerna, gula tersebut diolah diserap oleh
jaringan dengan tingkat aktivitas yang lebih tinggi / metabolisme (misalnya, tumor
aktif) daripada bagian tubuh. Prinsip Kerja SPECT memindai mengintegrasikan dua
teknologi untuk melihat tubuh: computed tomography (CT) dan bahan radioaktif
(tracer). Tracer adalah apa yang memungkinkan dokter untuk melihat bagaimana
darah mengalir ke jaringan dan organ.
2. Fungsi PET Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang tidak
didapatkan dengan alat pencitraan konvensional lainnya. Fungsi SPECT utamanya
digunakan untuk melihat bagaimana darah mengalir melalui arteri dan vena di otak

12
DAFTAR PUSTAKA

http://www.maxim-ic.com/app-notes/index.mvp/id/4680
http://beritaiptek.istecs.org/menyongsong-era-baru-kedokteran-nuklir-di-indonesia/
http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl&smod=mki&sp=public&key=MTE
yLTM
http://psychology.wikia.com/wiki/Positron_emission_tomography
http://www.tungsten-alloy.com/radiotherapy-radiation.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Positron_emission_tomography
Perkins, A C. 1995.Nuclear Medicine: Science and Safet. London :John ibbey & Company Ltd

13

Anda mungkin juga menyukai