BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 008/Menkes/SK/I/
untuk
kesejahteraan
manusia
terus
diupayakan
sejalan
dengan
Halaman 1 dari 13
1.2
Rumusan Masalah
Tujuan Makalah
1. Mengetahui tentang teknologi PET.
2. Mengetahui cara kerja dan prinsip fisika pada PET.
3. Mengetahui keselamatan penggunaan PET .
4. Mengetahui aplikasi PET dibidang medis.
1.4
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode
literature, yaitu membaca buku - buku dan jurnal yang bersangkutan dengan
permasalahan ini.
Halaman 2 dari 13
2.1
merusak) maupun non - instrutive (tanpa memasukan alat) merupakan kebutuhan yang
mendasar bukan hanya di dunia kedokteran tetapi dalam bidang lainnya. Di dunia
kedokteran teknologi melihat tembus ini diperlukan untuk melihat diagnosa dini atau
mengambil keputusan sebelum operasi. Untuk keperluan ini para ilmuan dan engineer
telah mengembangkan teknologi tomografi. Kata tomografi berasal dari kata yunani
yaitu tomos (penampang yang dibelah) yaitu teknologi yang digunakan untuk melihat
penampang dalam (melakukan pembelahan) sebuah obyek tanpa harus membelah obyek
yang bersangkutan. Berbagai mode ini dibiang kedokteran antara lain CT-scan
(Computerized Tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging), dan PET(Positron
Emission Tomography), ultrasonografi(ultrasonik), dll.
Halaman 3 dari 13
Halaman 4 dari 13
PET
11
C (20 menit),
13
N (10
menit), 15O (2 menit), dan 18F (110 menit). Angka dalam kurung adalah umur paro, yaitu
ukuran aktivitas unsur radioaktif tinggal separoh dari semula. Dipilih unsur radioaktif
dengan umur paro pendek agar aktivitasnya segera habis walaupun masih ada
radiofarmaka tersisa dalam tubuh. Positron yang dipancarkan akan bertemu elektron
dalam jaringan (daya tembus positron hanya beberapa mm dalam jaringan tersebut) dan
terjadilah peristiwa pemusnahan elektron - positron dan dipancarkan dua buah radiasi
elektromagnet (gamma) masing - masing dengan energi 511 keV dan dengan arah saling
berlawanan serta dalam waktu bersamaan. Selanjutnya proses scanning tomografi
dilakukan menggunakan sepasang detektor, yang berhadap - hadapan untuk mendeteksi
radiasi 511 keV secara bersamaan (Kouris, 1982, diambila dari kusminarto, 2007).
Single Chanel Analyzer (SCA) digunakan untuk memilih energi radiasi yang akan
dideteksi untuk memastikan bahwa radiasi berenergi 511 KeV bukan energi yang lain
(radiasi yang kearah lain tetapi kemudian terhamburkan dan akhirnya masuk ke detektor
Halaman 5 dari 13
dilakukan secara translasi pasangan detektor untuk menyapu seluruh bidang diikuti
gerakan rotasi untuk menyapu bidang yang sama dari arah sudut yang lain hingga 360o .
Pada PET generasi ke - 5 gerakan translasi rotasi tidak diperlukan lagi karena PET telah
dilengkapi dengan deretan detektor yang melingkari objek pemeriksaan. Dengan
bantuan komputer data yang terkumpul tersebut digunakan untuk menghitung A(x,y)
yang merupakan distribusi kerapatan unsur pemancar positron yang terakumulasi dalam
jaringan yang sedang diperiksa. Selanjutnya hasil perhitungan distribusi kerapatan
tersebut ditampilkan dalam bentuk citra dua dimensi. Untuk pemeriksaan suatu organ,
pengambilan citra dilakukan beberapa kali untuk waktu yang berbeda. Perubahan
kerapatan unsur pemancar positron didalam organ yang diperiksa sebagai fungsi waktu
dapat memberi informasi tentang kinerja organ tersebut (Kusminarto, 2007).
2.2
photomultiplier (diatur dalam pola melingkar disekitar pasien. Kristal ini mengkonversi
radiasi gamma ke dalam cahaya yang dideteksi dan diperkuat oleh PMTS.
Halaman 6 dari 13
Skintilator yang sering digunakan pada kamera PET adalah Bismuth Germinate
(BGO) yang memiliki efisisensi deteksi sangat tinggi untuk sinar anihilasi yang rendah
dan waktu peluruhan yang panjang.
Halaman 7 dari 13
Halaman 8 dari 13
untuk mendapatkan
gambaran sebaran glukosa didalam tubuh. Perangkat kamera PET biasanya telah
dilengkapi dengan program ini, sehingga hasil image rekontruksi dapat diperoleh
dengan mudah (Mardatillah, 2008).
2.3
PET dapat membantu mempelajari fungsi jaringan atau organ dalam tubuh.
Untuk wanita hamil, radionuklida yang masuk kedalam tubuh dapat memberikan
paparan pada janin. Dengan demikian pemeriksaan PET tidak dianjurkan untuk
wanita hamil.
d) PET dapat saja keliru. Kekeliruan ini dapat disebabkan oleh keseimbangan kimia
tubuh pasien yang tidak normal. Contoh konsumsi kafein, tembakau atau yang
lainnya yang dilakukan 24 jam sebelumnya dapat mempengaruhi ketepatan PET scan pada otak.
e)
2.3.1
Aspek Keselamatan
Meskipun radionuklida yang digunakan berumur paro pendek, hal tersebut dapat
memberikan dampak pada sel atau jarngan tubuh pasien. Bagian tubuh tempat
disuntikannya radionuklida biasanya mengalami sorennes atau swelling. Untuk
mengatasi gejala ini, pada bagian tubuh tersebut dioleskan pelembab atau dikompres
dengan air hangat. Radionuklida yang dimasukan kedalam tubuh menimbulkan 2 foton
Halaman 9 dari 13
Untuk keselamatan pasien, hal terpenting adalah aspek klinik dalam menentukan
jenis radioaktif dan dosisnya, serta pengkondisian pasien sebelum dan selama
pengobatan. Aspek fisik juga diperlukan dalam memastikan kemurnian dan dosis
radionuklida serta pencampuran dengan molekul aktif metabolik yang akan
digunakan.
b.
c.
Keselamatan untuk masyarakat umum harus dijamin dengan sistem dan prosedur
yang memisahkan antara pasien yang telah mendapatkan radionuklida dengan
masyarakat umum. Catatan : hal ini juga penting bagi keselamatan pekerja radiasi.
Penataan ruang dan ketebalan dinding ruang siklotron atau hotcell, ruang tunggu
pasien setelah diberi radionuklida sebelum dipindai (quiet room) dan ruang
pengobatan merupakan hal yang tidak terlalu sederhana. Hal ini karena, referensi
yang umum digunakan untuk penentuan ketebalan dinding, yaitu NCRP No 49,
hanya digunakan untuk sumber kernel titik atau narow beam. Padahal dalam
kedokteran nuklir, merupakan tubuh pasien itu sendiri, dengan demikian merupakan
broad beam. Energi tinggi 511 KeV foton anihilasi juga menghasilkan faktor
pertumbuhan (buildup) yang tidak dapat diabaikan. Data NCRP no 147 dalam hal
Halaman 10 dari 13
2.4.1
Bidang Onkologi
PET - scan yang menggunakan radionuklida F - 18 (fluorodeoxyglucose/FDG,
FDG - PET) telah banyak digunakan dalam bidang onkologi. Radiofarmaka ini
merupakan glukosa analog yang diserap oleh sel, mengalami proses phosporylasi oleh
enzim hexokinase, serta akan ditahan (retained) oleh jaringan tubuh. Jaringan yang akan
menahan radiofarmaka ini memiliki aktivitas metabolik tinggi, seperti : payudara, paru paru, usus, prostat, otak, hati, dan kebanyakan tumor ganas lain. Gambar yang diperoleh
digunakan untuk : diagnosis, penentuan stadium (staging), penentuan penyebaran,
pemantauan pengobatan penyakit kanker, dll. Untuk penyakit tumor stadium awal,
pemeriksaan PET - scan lebih sensitif daripada CT - Scan atau MRI. Selain itu PET scan dapat membantu dalam menentukan kategori penyakit tumor sebagai penyakit
kanker (malignant) atau bukan (benign).
2.4.2
Bidang Neorologi
Prinsip kerja neuroimaging PET berdasarkan atas asumsi bahwa daerah tubuh
yang memiliki radioaktivitas tinggi akan terkait dengan aktivitas otak. Pemeriksaan ini
mengukur secara tidak langsung laju aliran darah aktual ke lokasi yang berbeda - beda
di otak. Jenis radionuklida yang digunakan pada aplikasi ini adalah
15
O. Untuk
keperluan dibidang ini, telah diproduksi beberapa molekul aktif / radiotracer yang
merupakan ligands untuk sub - tipe neuroreceptor tertentu (contoh : dopamine D2,
serotonin 5-HT1A) atau enzim substrates (contoh : 6-FDOPA untuk enzim AADC).
Agen - agen kimia ini memungkinkan visualisasi neuroreceptor penyakit neurologik.
Teknik ini dapat digunakan untuk menemukan focus area (daerah yang memiliki
Halaman 11 dari 13
Selain
itu
dapat
membantu
dalam
penentuan
berkurangnya
Halaman 12 dari 13
4.1
Kesimpulan
Teknologi PET mampu mendiagnosis penyakit dalam tubuh, baik itu jaringan
dalam tubuh maupun organ dalam sehingga dapat menentukan tindakan - tindakan
selanjutnya seperti tindakan pencegahan, pengobatan, atau penyembuhan.
4.2
Saran
Dalam perkembangan kedokteran nuklir kita harus ikut berperan aktif untuk
kemajuannya, karena sumber daya nuklir yang kita miliki sangat melimpah,
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia sangat diperlukan, sehingga
mampu memanfaatkan sumber daya yang ada.
Halaman 13 dari 13