Anda di halaman 1dari 15

Latar Belakang

Dengan majunya ilmu pengetahuan tentang radio pharmaceutical maka terbukalah jalan untuk
mengadakan pemeriksaan otak dengan mempergunakan Radio Isotop yang disebut scanning
otak. Scanning otak adalah suatu teknik pemeriksaan diagnostik pada kedokteran nuklir untuk
mengetahui adanya gangguan pada otak.

Sebelum dilakuakan scaning otak, lebih baik pasien konsultasi dahulu dengan dokter apabila
sedang hamil dan menyusui atau 4 hari sebelumnya sudah dilakuakn pemeriksaan dengan
menggunakan sinar-x dan bahan kontras barium atau menggunakan obat seperti Pepto-Bismol
yang mengandung bismuth karena Barium dan Bismut dapat menggannggu hasil tes.

1. ISOTOP dan DOSIS

isotop yang digunakan adalah Tc-99m-pertechnetate intravena dengan dosis 200 nano Currie per
kg berat badan, yang mengeluarkan rasiasi gamma.

2. Persiapan

Diperlukan blokade mukosa mulut dan hidung

3. Indikasi

 Penyakit cerebrovaskuler
 Gangguan kejiwaan
 Kelainan kejang/ konvulsi
 Trauma
 Degenratif

4. Cara Pemeriksaan

1 – 3 jam setelah disuntikkan Tc-99m-pertechnetate intravena. Pengambilan citra dapat


dilakukan dengan mempergunakan kamera gamma berenergi rendah, kolimator parallel dan
windows 30%. Posisi pengambilan citra adalah dari depan, belakang, samping kanan dan kiri
serta vertex. Tiap ciytra terdiri dai 250.000 counts.

5. Penilaian

Citra otak yang positif menunjukkan hot spot, meskipun tidak spesifik dapat menunjukkan letak,
jumlah, bentuk dan besar lesi.

Dasar pencitraan scan otak dengan Tc-99m DTPA adalah blood brain barrier, sedangkan saat ini
pencitraan otak/cerebral berasal dari perfusi atau metabolisme otak dengan menggunakan
farmaka yang lipofilik dan pesawat gamma kamera sistem SPECT (Single Photon Emission
Computed Tomography). Pemeriksaan ini adalah pencitraan fungsional yang lebih sensitif
dibandingkan dengan pencitraan struktural seperti radiograf konvensional, CT dan MRI.
Radiofarmaka yang sering dipakai adalah TC-99m-HMPAO yang cukup representatif
dibandingkan dengan radiofarmaka lainnya karena in-vivo stabil, distribusi cepat, tidak retensi
lama, relatif tidak begtu mahal.

OTAK

Radiofarmaka untuk pemeriksaan organ pada sistem


saraf pusat (SSP) dibagi menjadi lima kelompok utama
yaitu:
1.  Nondiffusible tracers
    Merupakan senyawa yang pertama kali digunakan
untuk pencitraan otak. Kelompok ini secara umum
mempunyai karakteristik sebagai senyawa
hidrofilik terionisasi dengan mekanisme lokalisasi
pada lesi otak yang tidak spesifik. Umumnya,
senyawa dalam kelompok ini tidak dapat memasuki
otak melalui sawar darah otak (Blood-brain barrier,
BBB) utuh. Namun, pada kondisi dimana sawar
darah otak terganggu oleh kondisi patologi,
senyawa ini meninggalkan ruang vaskuler dan
terkonsentrasi pada lesi. 
    Senyawa yang termasuk pada kelompok ini
diantaranya 99mTc-natrium perteknetat, 99m Tc-
pentetat (99mTc-DTPA), 99mTc-gluseptat (99mTc-GH),
dan senyawa untuk digunakan pada metoda
positron emission tomography (PET) yaitu 82Rb-
rubidium klorida.
2.  Diffusible tracers
    Kelompok ini mempunyai kapasitas untuk
memasuki otak normal melalui sawar darah otak
(Blood-brain barrier, BBB) utuh. Hal ini mungkin
karena senyawa ini merupakan kompleks lipofilik
netral yang berdifusi secara pasif melalui sel
endotelial kapiler otak.
    Senyawa yang termasuk dalam kelompok ini
diantaranya adalah 99mTc eksametazim (99mTc-
HMPAO) dan 99mTc-bisitat (99mTc-ECD).
3.  Penanda metabolisme
    Merupakan agen yang terlokalisasi pada area
otak yang berhubungan dengan aktivitas
metabolik dan hipermetabolik. Penanda metabolik
yang utama digunakan dalam pencitraan PET
adalah 18F-flurodeoksiglukosa (18F-FDG).
4.  Radiofarmaka untuk pemeriksaan larutan
serebrospinal
    Radiofarmaka yang digunakan untuk
pemeriksaan ruang larutan serebospinal ini
meliputi senyawa yang tetap ada pada ruang
larutan serebospinal setelah injeksi lumbar
diberikan. Senyawa ini digunakan untuk
mengevaluasi distribusi dan pergerakan larutan
serebospinal pada berbagai tahapan penyakit.
Sebagai contoh hidrosefalus secara rutin diperiksa
dengan menggunakan 111In-pentetat (111In-DTPA).
5.  Radiofarmaka untuk pencitraan reseptor otak
    Radiofarmaka untuk pencitraan reseptor otak
terutama digunakan untuk penelitian.  Komponen
reseptor avid yang diberi label 99mTc dan
radionuklida lainnya sedang dikembangkan.
 
Indikasi: 

o skintigrafi otak (brain scintigraphy). Mendiagnosis kelainan aliran darah serebral atau
area aliran darah serebral pasca stroke atau penyakit serebrovaskular lain, epilepsi,
Alzheimer dan bentuk lain dari demensia, transient ischemic attack, migrain dan tumor
otak.
o Digunakan pada “pelabelan” secara in vitro pada leukosit menggunakan Teknesium-99m.
Leukosit yang telah berlabel disuntikkan untuk mendeteksi lokasi infeksi penyebab
penyakit (jika ada abses abdomen), untuk pemeriksaan gejala pireksia yang tidak
diketahui penyebabnya dan pemeriksaan gejala inflamasi bukan disebabkan oleh infeksi,
seperti penyakit inflamasi pada usus besar.

Peringatan: 

Tidak boleh diberikan langsung kepada pasien. Hanya digunakan untuk penyiapan obat berlabel
radioaktif teknesium-99m, dengan prosedur yang tercantum pada kemasan. Kehamilan dan
menyusui, anak.

Efek Samping: 

Hipersensitif.

Dosis: 
Penggunaan satu kali:
(I) Brain scintigraphy Dewasa dan Lansia: injeksi intravena, 350 - 500 MBq (9,5-13 mCi).
(II) Labelisasi Leukosit dengan Teknetium-99 secara in vivo Dewasa dan Lansia: injeksi
intravena 200 MBq (5mCi) sebagai leukosit berlabel teknesium-99m. Suntikkan suspensi
leukosit berlabel teknesium-99m  menggunakan jarum 19G sesegera mungkin setelah pelabelan.
Tidak direkomendasikan untuk penggunaan pada anak.
Pencitraan:
(I) Brain scintigraphy
pencitraan otak bisa dimulai dari 2 menit setelah injeksi.
(II) Dalam lokalisasi in vivo leukosit berlabel teknesium-99m. Pencitraan dinamis dapat
dilakukan dalam 60 menit pertama setelah injeksi untuk memeriksa klirens paru-paru dan untuk
menunjukkan migrasi sel yang segera terjadi.
Pencitraan statis dilakukan dalam waktu 0,5-1,5 jam, 2-4 jam dan jika perlu, pada 18-24 jam
pasca injeksi, untuk mendeteksi akumulasi aktivitas titik pemeriksaan (bahan radioaktif). Setelah
satu jam pertama penyuntikkan leukosit berlabel teknesium-99m, aktivitas terlihat pada paru-
paru, hati, limpa, pompa darah, sumsum tulang dan kandung kemih.

KEDOKTERAN NUKLIR
Nuklir dimaksudkkan sebagai inti radioaktif (zat kimia) yang memancarkan radiasi gamma yang
umurnya relative pendek dan diformulakan untuk organ tertentu yang disebut Radiofarmaka.
Kedokteran nuklir tekhnik nya ada 2 cara : - In vivo : inti radioaktif langsung dimasukkan ke
dalam tubuh. - In vitro : harus di biopsy dlu mana yang mau dimasukkan radioaktifnya.
Radiofarmaka berasal dari radiofarmasi yang sudah diramu oleh bagian farmasi yang
mempunyai keterikatan tertentu dengan organ tertentu. Radiofarmaka mempunyai unsur
pembawa yang disuntikkan melalui IV dan akan memasuki organ tertentu yang mau diperiksa
dan organ itu akan menjadi sumber radiasi. Radiasi yang terpancar dari organ nantinya akan di
deteksi (ditangkap) yang dinamakan scanning. Alat deteksinya namanya detector gamma yang
dipasang di alat gamma kamera. gamma kamera merupakan generasi pertama pada KN. Dan
kemudian di modifikasi menjadi SPECT (single photon emulsion computed tomography) yang
setara dengan pencil beam di CT SCAN. Salah satu kerugian pada KN yaitu pada limbah
radioaktif apalagi masa waktu paruhnya yang lebih lama akan memberikan dampak. Lalu
diadakan teknologi PET untuk mengurangi dampak limbah. Ketika organ diisi radioaktif pada
saat sdg menjalankan fungsinya maka organ tersebut akan memberikan informasi dari pancaran
radiasi yang terpancar dari radiofarmaka. Gambaran soft tissue pada SPECT dan PET akan lebih
baik dibanding MRI dan CT karena resolusinya begitu halus. Contohnya pada sel-sel otak
jaringan otaknya lebih bagus pada PET misalnya ada tumor otak pendarahan otak akan kelihatan
lebih jelas. Radiasi gamma mempunyai enersi : 1. Tidak seperti sinar x karena semua fotonya
mempunyai foton yang sama. (homogeny) 2. Enersi relative tinggi bisa sampai 600eV Pada
gamma kamera proses rekon nya sama seperti CR tapi pada spect lebih canggih. Radiasi gamma
ditangkap oleh detector dan diperbanyak oleh PMT dan data yang ditangkap akan di akusisi dan

Radiofarmaka akan memancar pada


diubah ke elektronik.

organ tubuh yang diperiksa kemudian akan


ditangkap oleh head of gamma kamera ( PMT,
Detektor , Kolimator /mempunyai banyak
kolimator untuk mendapatkan resolusi)
kemudian akan mengalami PHA, Koord x,y
logic circuit amplifikasi untuk memformat data.
Gambar yang dihasilkan tergantung pada
kolimator yang ketat dan tdk ketat dalam
menyaring gambar sehingga gambar tidak bagus
karena yang dibutuhkan adalah kolimator yg
tepat untuk organ tersebut dan juga dilihat dari
fungsi / fisiologi organ tersebut apakah dapat
memancarkan gamma dengan baik atau tidak.
Ada kemampuan Kristal yang memiliki
pencahayaan bagus dan yang memiliki scintilasi
ratio yang baik. Korelasi antara jumlah energy
yang tampil sebanding dengan jumlah energy
radiasi yang mengenai scintilasi rasio. Proses
pecahayaan radiasi dengan material disebut
Scintilasi. Unsur utama yang menentukan
perkembangan pemeriksaan kedokteran nuklir :
• Jenis dan formula radiofarmaka • Instrumen
penangkap dan pengubah foton • Komputer
pengolah data dan kemampuan rekonstruksi
citra A. Gamma Kamera ke SPECT Pada
SPECT masih menggunakan radiofarmaka yang
sejenis dengan gamma kamera yang berubah
hanya pada instrument penangkap radiasi
(kolimator dan detector). Gamma kamera hanya
bisa menggambarkan dalam 2 dimensi
sedangkan spect hanya akan menangkap radiasi
yang keluar pada organ yang diperiksa saja dan
menangkapnya tidak sekaligus sehingga gambar
yang ditampilkan lebih bagus bahkan dapat
menghasilkan gambar 3 dimensi. Ada hubungan
antara organ, radiofarmaka dengan inti tertentu
memiliki enersi tertentu, Organ: radiofarmaka:
energy Thyroid 131 I 364 keV SSP 99m Tc
DTPA 140 keV CSF 131 I RISA 364 keV
Tulang 87m Sr 388 keV Paru 99m Tc MAA 140
keV Liver 99m Tc sulfur coll 140 keV GB 131 I
Rosebengal 364 keV Instrumen SPECT Kamera
sinar gamma dikopel dengan gantry (head +
gantry) yang Dapat bergerak mengelilingi
obyek, sebagaimana pada CT dan Menggunakan
colimator khusus untuk menangkap foton dari
lapisan obyek tertentu. Kolimator Konstruksi
lobang-lobang colimator (colimator hole) dibuat
supaya dapat menangkap foton yang terpancar
dari kedalaman tertentu organ tertentu. Apabila
head bergerak (scanning) maka detektor akan
menangkap foton-foton dari lapisan tertentu
saja, yang dibutuhkan untuk penggambaran
kolimator diarahkan ke 1 bidang yang dituju
saja. Perkembangan head dan gantry pada spect
Makin dibatasi datanya akan berkurang oleh
karena itu menggunakan Kolimator double atau
triple yang akan menghasilkan resolusi yang
lebih baik.yang dapat menghasilkan dimensi
yang lebih banyak dan cross sectional dan dapat
rotasi dari 180-360. B. SPECT menjadi PET
Disini radiasi yang dihasilkan untuk intervensi
pada gambar berbeda dengan radiasi yang
dipancarkan. Radiasi yang terpancar adalah
positron ( radiasi C,N,O) dan detector yang
dipakai dalah detector koinsiden. C,N,O
diproses dengan cyclotron menjadi radioisotop
pemancar positron (b+) dimasukkan ke organ
b+ bertemu dengan elektron dari atom-atom
organ yang diperiksa, menghasilkan annihilasi
terpancar keluar tubuh dg arah berlawanan
(E=0,51 MeV) diterima oleh detektor koinsiden
diteruskan menjadi data gambar dan
direkonstruksi menjadi gambar. Accelerator
yang kecepatanya hanya memutar disebut
syslotron dan yang bergerak linear disebut
LINAC Kharakteristik positron • Definisi :
elektron bermuatan positif • Asal : inti yang
kekurangan netron • Produksi : accelerator
(reaktor yang mempercepat) • Peluruhan inti : p
n + e+ + neutrino • Peluruhan positron :
annihilasi, foton kembar 0,511 MeV, arah
berlawanan • Radionuklida dalam PET : 11C,
13N, 15O, 18F, 68Ga Radionuklida dalam PET
Carbon Nitrogen Oksigen Inti : 11C 13N 15O
Half-life : 20,4 min 9,97 min 2,03 min Proton :
14N(p,a)11C 16O(p,a)13N 15N(p,n)15O Target
: N2 (gas) H2O (liquid) N2+1%O(gas) Make
Money Online : http://ow.ly/KNICZ

Make Money Online : http://ow.ly/KNICZ


. Pengertian Scanning Otak

Scanning otak adalah suatu teknik


pemeriksaan diagnostik pada kedokteran
nuklir untuk mengetahui adanya gangguan
pada otak.

Kerusakan sawar darah otak (blood brain


barrier) yang dapat diakibatkan oleh trauma,
dareah iskemi karrena stoke dapat
menyebabkan masuknya materi dari kapiler
darah ke jaringan ekstra seular otak. Bila
radioaktif disuntikkan ke dalam darah maka
radioaktif ini juga akan berada di daerah
ekstra selular otak tersebu dengan konsentrasi
yang tinggi dan menimbulkan hot spot.
Kerusakan blood brain barrier juga dapat
diakibatkan oleh absess keganasan, sebaliknya
hot spot pada citra otak dapat pula terjadi pada
aneurisma dan malformasi arteriovenosis.
C. Indikasi dan Kontra Indikasi dari Pemeriksaan Scanning Otak

1. Indikasi Pemeriksaan Scanning Otak

a. Untuk mendiagnosa dan menilai adanya tumor seperti astrocytoma dan glioblastoma

b. Untuk melihat metastase tumor

c. Untuk melihat kelainan patologis otak seperti dementia, penyakit cerebrovascular dan
Lobus Temporal Epilepsi.

d. Penyakit Degeneratif

e. Trauma

2. Kontra Indikasi Pemeriksaan Scanning Otak

a. Kehamilan

b. Menyusui (ini harus terputus selama 24 jam sebelum pencitraan)

c. Kurangnya kerjasama

d. Pencegahan komplikasi.
D. Prosedur Pemeriksaan Scanning Otak

1. Persiapan Pasien :

 Sebelum dilakukan scanning otak, lebih baik pasien konsultasi dulu terhadap
dokter apabila sedang hamil dan menyusui atau 4 hari sebelumnya sudah
dilakukan pemeriksaan dengan sinar x dan bahan kontras barium atau
menggunakan obat seperti Pepto-Bismol yg mengandung bismuth karena barium
dan bismuth dapat mengganggu hasil tes.
 Diperlukan blokade mukosa mulut dan hidung.

2. Radiofarmaka yang digunakan :

 Tc99m Pertechnatate
 IMP-N-isoprophyl I-123  piodoamphetamine dan Tc-99m HMPAO (hexamethyl
propylenamine axime-d, 1 isomer); kelompok radiofarmaka ini dikenal sebagai
brain perfusion agents

3. Alat :

a. Gamma Camera High Resulotion dengan matriks 128x128 untuk Scanning Otak
dengan Tc99m Pertechnate
b. SPECT matrik 256x256 untuk scanning otak dengan Brain Perfussion Agent

4. Teknik Pemeriksaan
Ada 2 Teknik pada Scanning Otak yang biasanya dilakukan :
a. Sidik otak konvensional dengan Tc-99m pertechnetate

• Posisi pasien telentang (supine) dengan kepala pada penyangga dan tidak
menggerakan tubuh, lapang pandang meliputi seluruh otak dan otak kecil.
• Pencitraan dinamik : radiofarmaka Tc-99m pertecnetate dengan dosis 15-20 mCi,
disuntikan secara bolus melalui vena mediana cubiti; akuisisi dinamik untuk
penilaian aliran darah otak mulai dari fase arterial, kapiler sampai fasa venosa;
matrik 256x256 jumlah frame 60
• Pencitraan statik dilakukan 1-3 jam pasca penyuntikan dengan kamera gamma
berenergi rendah ,kolimator parallel dan window 30% dari beberapa posisi yaitu
AP, PA, lateral kanan dan kiri, serta bila perlu oblik
• Untuk melihat bagian anterior dan posterior direkam untuk 300.000 counts masing2
• Untuk melihat daerah lateral, lateral pertama direkam untuk 300.000 counts dan
waktunya di ambil kemudian dicatat
• Untuk melihat verteks digunakan sebuah lead cape dan gambaran direkam 250.000
counts
b. Sidik otak dengan brain perfusion agent :
• Posisi pasien telentang dengan kepala disangga.
• Pemeriksaan dilakukan dalam ruangan yang tenang, mata pasien ditutup dengan
kain hitam.
• Pencitraan dinamik dilakukan setelah penyuntikkan radiofarmaka 15-20 mCi secara
bolus melalui vena mediana cubiti dengan matrik 256x256, jumlah frame 60.
• pencitraan statik dilakukan dengan kamera SPECT, 20 menit setelah  penyuntikan
radiofarmaka dengan kamera berotasi 360 derajat. Waktu pemeriksaan lebih kurang
1 jam.

E. Evaluasi Hasil Pemeriksaan


- Akan tampak gambaran bagian bagian dari otak
- Jika terdapat kelainan anatomis akat terjadi enhanc / penebalan pada daerah yang
mengalami kelainan
- Jika terjadi kelainan fungsi maka gambaran akan hilang, karena radiofarmaka tidak
tercounter
-Trombosis pada aliran darah akan tampak sebagai hambatan aliran radiofarmaka pada
lokasi yang terkena, disertai kemungkinan pembuluh darah kolateral (flip-flap
phenomenon).
-Defek perfusi pada pencitraan statik menggunakan Tc-99m pertechnetate terjadi pada
infark otak.
-Pada penyakit Alzheimer’s berupa multifokal defects dengan penangkapan
radioaktivitas yang meningkat. Jika terjadi kerusakan Blood Brain Barier maka
radiofarmaka akan tertumpuk di tempat tersebut dan memberikan gambaran
radioaktivitas yang meningkat.

Anda mungkin juga menyukai