OLEH:
MUHAMMAD FAISAL INDRASYAH
1102014167
PEMBIMBING:
DR. EDWIN M. HILMAN, SP.RAD
KEPANITERAAN RADIOLOGI
10 SEPTEMBER – 29 SEPTEMBER 2018
RSUD KABUPATEN BEKASI
DEFINISI KEDOKTERAN NUKLIR
▫ Henri Danlos (1901) → ▫ Frederic Joliot dan Irene Joliot- ▫ Hal Anger (1957) →
Penggunaan isotop radium Curie (1934) → Menemukan Menemukan kamera gamma.
untuk pengobatan TB pada kulit. radioaktivitas buatan P-32.
▫ George de Hevesy (1920) → ▫ Cassen (1949) → Berhasil ▫ Perrier dan Segre (1961) →
mempelajari distribusi dan memetakan kelenjar gondok Menemukan Technetium-99m.
metabolisme radioisotop
dengan menggunakan
alamiah .
radioisotope I-131.
4
Radioisotop yang
Diagnostik diberikan dalam dosis
yang sangat kecil
(perunut).
Terapi radioisotop
sengaja diberikan dalam
Terapi dosis yang besar untuk
menghancurkan
penyusun sel kanker.
DIAGNOSTI
K
In Vivo In Vitro
TEKNIK
mencerminkan fungsi organ atau
bagian tubuh yang diperiksa.
IN VITRO
Untuk mengetahui kandungan hormon-
hormon tertentu dalam darah pasien
seperti insulin, tiroksin.
Penanda tumor (CA 15-3, CA-125, PSA
dan lainnya).
ALAT IMAGING
Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
→ pemeriksaan tomogram dimana gambaran didapat
dari hasil rekonstruksi data-data yang dideteksi oleh
detector selama berputar mengelilingi pasien.
Positron Emission Tomography (PET) → merupakan
teknik tomografi yang juga menggunakan detector
yang memiliki resolusi spasial yang lebih baik dari
SPECT. Perbedaan mendasar
detector digunakan dalam PET memancarkan positron
yang mengakibatkan pembentukan dua sinar gamma.
RADIOFARMAKA
▫ Zat radioaktif
▫ Zat pembawa
Zat Radioaktif Zat Pembawa
● Jika zat pembawa adalah ● Zat pembawa yang telah ● Sel-sel tubuh secara aktif
microcoloid dan dimasukkan ditandai radioaktif akan saling akan mengambil radiofarmaka
bertukar tempat dengan dari darah yang selanjutnya di
dalam tubuh akan difagosit
senyawa yang sama dari organ metabolism / keluarkan oleh
oleh RES tubuh setelah
tubuh.
disuntikkan intravena. tubuh.
● Hippuran¹³¹ → akan dieksresi
● Poliphosphat Tc-99m → akan
melalui tubulus ginjal.
bertukar tempat dengan
→ Pemeriksaan scaning hati,
poliphosphat di tulang.
limpa, SSTL, KGB. → Pemeriksaan renogram
→ Pemeriksaan Scan-Tulang
Penghalang Kapiler Blood Pool Pengasingan Sel
• Jika zat pembawa adalah • Zat pembawa yang • Sel darah merah yang ditandai
oleh Ct51 dan dipanaskan 50o
macrocoloid dan dimasukkan akan berada
disuntikkan intravena akan selama satu menit bila
lama didalam sirkulasi
dimasukkan kembali ke tubuh
menjadi penghalang darah.
penderita secara intravena
kapiler di alveoli paru.
• Tc-
99M RBC → akan berada akan segera diasingkan ke
• Tc-99M m-makrokoloid → lama dalam sirkulasi limpa
akan terhalang dialveoli darah. • Ct-51 RBC yang dipanaskan ±
paru. 50°C → akan diasingkan oleh
→Pemeriksaan perdarahan
limpa.
• Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Balai Penerbit FK UI.
Jakarta. 537 - 546.
• Hanafiah, A. W. 2008. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. Perkembangan
Iptek Nuklir Bidang Kesehatan Di Indonesia [4] : 2. Badan Tenaga Nuklir Nasional.
• HILMY, N., 1995. Manfaat Radiasi dalam Industri, Lingkungan, dan Kesehatan
Masyarakat, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN. Yogyakarta.
Hal. xvi-xxi.
• RAZZAK, M.T. 1997. Modifikasi Polimer untuk Kedokteran dan Industri dengan
Teknik Radiasi, Pidato Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang Kimia. PAIR-BATAN.
Jakarta.
• Wiharto, K., 1996. Kedokteran Nuklir dan Aplikasi Teknik Nuklir Dalam
Kedokteran.
http://www.iaea.org/inis/collection/NCLCollectionStore/_Public/31/065/31065368.p
df. Diakses pada 20 Sep 2018.
• World Health Organization. 1972. The Medical Uses of Ionizing Radiation and
TERIMA KASIH