Anda di halaman 1dari 24

Mekanisme Lokalisasi Radiofarmaka

Isti Daruwati
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Organisasi Riset Tenaga Nuklir (OR TN)
Jl Tamansari No 71 Bandung
MEKANISME LOKALISASI
RADIOFARMAKA

1. Transport Aktif

2. Fagositosis

3. Pengasingan sel (Cell sequestration)

4. Capillary blockade

5. Difusi pertukaran (exchange diffusion)

6. Compartment localization

7. Chemisorption

8. Mekanisme antigen-antibodi

9. Ikatan reseptor (Receptor binding)


MEKANISME LOKALISASI (1)
1. Transport aktif
ü melalui jalur metabolisme yang bekerja secara normal di dalam
tubuh
ü dengan cara menggerakan atau memindahkan radiofarmaka
melintasi membran sel kemudian masuk kedalam bagian dalam sel.
ü Termasuk diantaranya proses seluler yang menghasilkan uptake
atau peningkatan konsentrasi radiofarmaka dalam jaringan / organ
jauh lebih besar dari kadar yang berada di dalam plasma.
ü C: uptake radioiodida (Iodium-131) di kelenjar tiroida pada
prosedur Thyroid scanning

2. Fagositosis
ü terperangkapnya partikel koloid (50-50.000 nm) oleh sel Kupffer di
dalam sistem reticuloendothelial seperti pada hati, limpa, sumsum
tulang setelah injeksi intravena
ü C : 99mTc-sulfur colloid untuk scanning liver /spleen
MEKANISME LOKALISASI (2)

3. Capillary blockade
Blokade kapiler dengan melibatkan microembolisasi pada
jaringan kapiler oleh partikel sehingga aliran (perfusion)
jaringan kapiler tersebut dapat divisualisasi secara eksternal.
Contoh : Tc-99m (MAA) for pulmonary perfussion imaging

4. Pengasingan sel
melalui penandaan sel darah merah yang telah dirusak dengan
cara pemanasan, kemudian diinjeksikan dalam upaya
mendapatkan scan limpa tanpa visualisasi liver.
Contoh : Sering digunakan pada penyidikan limpa karena
organ ini mengambil sel-sel yang rusak dari sirkulasi
darah. Radiofarmaka yang umum dipakai 99mTc-RBC
MEKANISME LOKALISASI (3)
5. Difusi pertukaran
Suatu mekanisme dimana radioaktif (radiotracer) berdifusi melintasi membran sel
dan selanjutnya mengikatkan dirinya pada komponen sel. Terjadi pada lokalisasi
ionik atau karena perubahan permeabilitas jaringan,
Contoh : penangkapan 201Tl yang memiliki sifat mirip ion K+ yang terdapat di
jantung, atau penyidikan tulang dengan 18F dan 99mTc dimana terjadi
pertukaran ion pada hidroksiapatit tulang.

6. Compartmental localization
Lokalisasi kompartemen dengan cara menempatkan radiofarmaka dalam ruang
fluida (fluid space).
Contoh : Tc-99m HSA for MUGAS’s ; A multigated acquisition scan (also
called equilibrium radionuclide angiogram or blood pool scan), In-111 DTPA
for cisternograms, Xe-133 gas for pulmonary perfusion
7. Chemisorption
Serapan kimia dengan terbentuknya ikatan permukaan (surface binding) suatu
radiofarmaka terhadap struktur permukaan.
Contoh : In-111 platelets bound to surface of an active thrombus
MEKANISME LOKALISASI (4)
8. Antigen-antibody reaction
ü Reaksi antigen-antibodi, yaitu terjadinya uptake pada dudukan
tumor (tumor site) disebabkan oleh ikatan spesifik antibodi
bertanda nuklida radioaktif pada permukaan antigen yang
berada di dalam tumor.
ü Lokalisasi akibat adanya specific site di dalam tubuh yang
dapat menangkap antigen yang masuk

Contoh :
99mTc-arcitumomab for the

diagnostic imaging of colorectal


cancers. It consists of the Fab'
fragment of a
monoclonal antibody arcitumomab
,
MEKANISME LOKALISASI (5)
9. Receptor binding
ü pengikatan radiofarmaka terhadap reseptor spesifik di dalam tubuh
terutama pada target jaringan dengan afinitas tinggi (high-affinity
receptor sites).
ü Radiofarmaka yang digunakan umumnya berupa hormon steroid,
enzym, neurotransmitter.
ü Syarat : aktivitas jenis tinggi, kemurnian, dan ke-khas-an
penandaan yang benar-benar mirip secara biomelekular-fisiologis.
99m
Tc-
pep cR
Contoh tide GD
Ø Technetium-99m-labeled
cyclic RGD peptide as a specific marker of
integrin for tumor imaging eotide
tr
Ø In-111 octreotide for localization of 111 In
- oc
neuroendocrine and other tumors based
on binding of a somatostin analog to
receptor sites in tumors. α(V)β(3)
Somatostatin Integrin
Targets for peptide-based (sst1-5)
radiopharmaceuticals
Cancer Cell
Badan Tenaga Nuklir Nasional 1/9/23

S. Vallabhajosula, R.P. Killeen, and J.R. Osborne,


Altered biodistribution of radiopharmaceuticals,
Semin Nucl Med 40:220-241, 2010
Klasifikasi Radiofarmaka berdasarkan
mekanisme lokalisasi
• Kelompok radiofarmaka yang memiliki pola biodistribusi
yang secara esklusif sangat ditentukan oleh sifat fisika
dan kimia dari radiofarmaka itu sendiri.

• Kelompok radiofarmaka yang biodistribusinya sangat


ditentukan oleh ikatan reseptor (receptor binding) atau
oleh interaksi biologi lainnya. Kelompok radiofarmaka
yang terakhir ini sering disebut sebagai radiofarmaka
spesifik organ sasaran (target-specific
radiopharmaceuticals).
Faktor yang menentukan dari lokalisasi
radiofarmaka
• Organ characteristic
- Relative blood flow to the organ
- Types of capillaries in the organ
- Capillary “density” or number per unit volume of tissue
- Specific drug-receptor sites
• Drug characteristic
- Molecular size and shape
- Degree and strength of binding to plasma protein
- Lipid solubility
- Specific drug receptor and transport mechanism
SIFAT IDEAL SENYAWA RADIOFARMAKA
DAN PERTIMBANGAN SIFAT TARGET ORGAN
Otak : harus kecil. Netral dan lipofilik
Jantung : berbentuk kation (bermuatan postif), lipofilik dan menyerupai ion K+(K+mimics)
Hati : lipofilik, molekul besar dan berbentuk partikel
Ginjal : bersifat hidrofilik, tereksresi ke ginjal melalui filtrasi atau reabsorpsi pada bagian
tertentu (tubulus)
Paru-paru : dapat diinhalasi atau berbentuk makrosfer
Tulang : berbentuk ion Ca+atau senyawa fosfat/fosfonat
Reseptor : berupa antibodi monoklonal, peptida, hormon, dlsb
Kelenjar : G-6-P untuk kelenjar pineal, nanokoloid àlimfosintigrafi
Infeksi : partikel, antibiotika, leukosit
Badan Tenaga Nuklir Nasional 1/9/23
Teknik Pencitraan/ Penatahan (Imaging)

Metode ini yang perkembangannya Teknik pencitraan secara umum


sangat pesat melebihi metode yang terdiri dari 3 tahap
lainnya.
Pemberian senyawa radioaktif
Digunakan untuk menentukan : baik berupa senyawa bertanda
asli maupun senyawa bertanda
ü Lokasi suatu organ tubuh atau asing
target lain
ü Besar dan bentuk suatu organ
Pencapaian kadar tertentu (akumulasi)
ü Kelainan pada organ (infeksi, lesi senyawa tersebut dalam target /organ
dll.)
ü Sifat dari kelainan tersebut Mekanisme
Biologis

Penatahan / pencitraan
IMAGE TYPES

informasi morfologi berkenaan dengan


ukuran, bentuk, dan letak organ atau
adanya lesi yang menempati ruang, dan
dalam beberapa kasus mengenai fungsi
relatif

informasi fungsional melalui


pengukuran laju akumulasi dan
laju keluarnya radiofarmaka
oleh organ.
PRINSIP INTERPRETASI PENCITRAAN (IMAGING) DARI
LOKALISASI RADIOFARMAKA DALAM BENTUK CITRA
(IMAGE)

“hot spots”
An area on a nuclear medicine image
that represents an abnormally
high absorption of radioactive.

“cold spots”
An area on a nuclear medicine image
in which no radioactive tracer
is taken up
1. Bila mekanisme lokalisasi radiofarmaka melalui/mengikuti proses fisiologi/normal,

maka ketiadaannya menunjukkan adanya proses/keadaan yang patologis.

ü Citra (image) dalam bentuk “hot spots” atau adanya keradioaktifan yang merata
(uniform) disebabkan radiofarmaka terkonsentrasi dengan mudah di dalam organ
yang sehat atau normal, sedangkan jaringan berpenyakit menolak atau
mengeluarkan radiofarmaka tersebut dan lesion muncul dalam bentuk citra yang
“cold spots”.

ü Misalnya, pada penatahan (scanning) liver dengan partikel koloid


bertanda radioaktif ; setelah partikel koloid tersebut diinjeksikan,
partikel berakumulasi pada sel-sel phagocytosis yang terdapat di
liver.

ü Bila tumor atau lesi lain berada di dalam liver, maka sel-sel yang
melokalisasi koloid radioaktif akan digantikannya.
Badan Tenaga Nuklir Nasional 1/9/23

17
2. Bila mekanisme lokalisasi RF melalui/mengikuti proses
patologis, maka keberadaannya menunjukkan adanya
proses/keadaan yang patologis.

ü Citra (image) dalam bentuk “hot spots” atau adanya keradioaktifan


yang merata (uniform) disebabkan radiofarmaka terkonsentrasi
dengan mudah di dalam organ berpenyakit atau lesion, sedangkan
jaringan yang sehat atau normal menolak atau mengeluarkan
radiofarmaka tersebut sehingga citra muncul sebagai “cold spots”.

ü Misalnya, penatahan otak dengan menggunakan radiofarmaka yang


ditolak oleh `blood-brain-barrier`. Bila otak tersebut berpenyakit
sehingga `blood-brain-barrier` menjadi rusak, maka radiofarmaka
dapat meninggalkan ruang vascular dan selanjutnya terlokalisasi
didalam lesi.
3. Pada kebanyakan kasus onkologi dan inflamasi/infeksi:
• Mendukung (positif) adanya keganasan/infeksi bila
penangkapan RF meningkat dengan berjalannya
waktu.
• Tidak mendukung (negatif) adanya keganasan/infeksi
bila penangkapan RF menurun dengan berjalannya
waktu.
• Meragukan (equifokal) adanya keganasan/infeksi bila
penangkapan RF menetap dengan berjalannya waktu
• 99mTc-ciprofloksasin
ditangkap
oleh bakteri yang hidup dan aktif
membelah diri.
• Penangkapan 99mTc-
ciprofloksasin pada lengan
kanan sesuai untuk osteomielitis
bakterialis.
• Tidak tampak penangkapan
99mTc-ciprofloksasin pada

lengan yang sehat


IAEA (INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY
AGENCY)

Badan Tenaga Atom Internasional (bahasa


Inggris: International Atomic Energy Agency,
disingkat IAEA) adalah sebuah organisasi
independen yang didirikan pada tanggal 29
Juli 1957 dengan tujuan mempromosikan
penggunaan energi nuklir secara damai
serta menangkal penggunaannya untuk
keperluan militer.
RADIOISOTOPES AND
RADIOPHARMACEUTICALS -
PUBLICATION
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai