Anda di halaman 1dari 26

RADIO FARMASI

Oleh:
apt. Muthia Fadhila, M.Farm
ATURAN PERKULIAHAN

 Mengikuti kuliah minimal kehadiran 75%, kurang 75% tidak


boleh mengikuti UTS
 Total pertemuan 7 kali pertemuan
 Nilai akhir diambil dari nilai UTS, UAS, dan tugas.
 Nilai akhir minimal 55 (C)
RADIOFARMAKA

 Radiofarmaka merupakan obat yang dibuat dengan formulasi


yang mengandung radioisotop yang digunakan dalam bidang
kesehatan seperti untuk diagnosis dan terapi (WHO, 2008).

 Perbedaan antara radiofarmaka dengan obat biasa adalah


terkandungnya radioisotop.

 Sediaan radiofarmaka adalah istilah yang digunakan pada zat


radioaktif yang digunakan dalam bidang farmasi dan juga
kedokteran nuklir.

Saha.B.Gopal. 2004
 Radioisotop merupakan isotop yang bersifat tidak stabil
sehingga akan memancarkan suatu energi radioaktif untuk
mencapai bentuk yang stabilnya.

 Pancaran radioaktif yang ditimbulkan pada setiap jenis


radioisotop yang digunakan pada radiofarmaka memiliki
karakteristik yang berbeda

 Perbedaan pada pancaran radioaktif mempengaruhi tujuan


pengaplikasian radiofarmaka.

Saha.B.Gopal. 2004
 Radioisotop yang memiliki sifat pemancar sinar gamma
umum digunakan untuk diagnosis sedangkan yang
memancarkan sinar beta dan alfa umum digunakan untuk
terapi.

 Karakteristik lain yang dilihat, antara lain sifat metal dan non
metal radioisotop yang menyebabkan perbedaan metode
pembuatan radiofarmaka.

Saha.B.Gopal. 2004
 Rute pemberian radiofarmaka yang umum adalah melalui
jalur intravena, tetapi bisa pula diberikan melalui rute
pemberian lain seperti melalui oral, subkutan, disuntikan
melalui sendi atau bahkan inhalasi

European Association of Nuclear Medicine, The Radiopharmacy


 Pembuatan radiofarmaka dilakukan di Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN) dan diawasi oleh Badan Pengawas Tenaga
Nuklir (BAPETEN)

 Pengaplikasian radiofarmaka juga hanya dilakukan di rumah


sakit tertentu yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir
Pada umumnya radiofarmaka diaplikasikan untuk :

1. Diagnosis yang dilakukan pada tubuh dengan memberikan


sediaan radiofarmaka secara oral maupun parenteral.
2. Diagnosis yang dilakukan pada spesimen yang dihasilkan
oleh tubuh (feses, urin).
3. Terapi penyakit melalui radiasi yang dihasilkan.

European Association of Nuclear Medicine, The Radiopharmacy


 Mekanisme kerja radiofarmaka yang digunakan untuk
diagnosis dilihat dari sebaran radiofarmaka tersebut di dalam
tubuh.

 Radiofarmaka yang telah mencapai organ yang spesifik akan


mengeluarkan energi emisi.

 Energi emisi yang dikeluarkan akan terdeteksi oleh suatu alat


diagnosis seperti kamera gamma, Positron Emission
Tomography (PET), atau Single Photon Emission Computed
Tomography (SPECT)
Radioisotop yang banyak digunakan dalam bidang pengobatan
diantaranya :
 Teknesium-99m
 Iodium-131,
 Iodium-123
 Indium-111
 Galium-68,
 Flour-18 ,dan
 Rhenium-186 atau Rhenium-188
KARAKTERISTIK RADIOISOPTOP DAN
PENGAPLIKASIANNYA
 Teknesium-99m merupakan radioisotop yang paling banyak
digunakan di dunia.
 Teknesium-99m mudah untuk didapatkan karena generator
yang memproduksi radioisotop tersebut mudah untuk dibawa
kemana-mana.
 Radiofarmaka dengan radioisotop Teknesium-99m dapat
dikembangkan dalam bentuk kit sehingga dapat
mempermudah dalam preparasi.
 Karakteristik yang menjadikan teknesium banyak digunakan
untuk bidang pengobatan karena memiliki waktu paruh 6 jam
dengan memancarkan emisi gamma
BERBAGAI PARAMETER YANG MENJADI BAHAN
PERTIMBANGAN DALAM MENDESAIN SEDIAAN
RADIOFARMAKA

1.Spesifisitas

Idealnya seluruh radiofarmaka masuk ke organ


target, akan tetapi kondisi ini sulit dicapai.
Walaupun begitu, distribusi radiofarmaka pada organ
non target harus seminimal mungkin dan dapat
segera dibersihkan atau dikeluarkan dari tubuh.
Radiofarmaka yang tidak spesifik, dapat masuk ke
beberapa organ lain sehingga organ yang bukan
target penyidikan akan menerima radiasi yang tidak
diperlukan.
cGRPP-guidelines, version2 March 2007
2. Stoikhiometri
Apabila semua pereaksi dapat bereaksi
secara stochiometri maka kemurnian kimia
dan kemurnian radiokimia dari senyawa
bertanda dalam kit akan tinggi.

cGRPP-guidelines, version2 March 2007


3. Muatan listrik dan berat molekul dari senyawa
Muatan listrik dan berat molekul dari senyawa berpengaruh pada
biodistribusi senyawa tersebut.
Contohnya,
1. Senyawa kimia yang dapat masuk ke otak adalah yang bersifat
netral karena hanya senyawa yang netral yang dapat melewati
sawar darah otak (blood brain barrier) seper ti d,l-
heksametilpropilenaminoksim teknesium ( 9 9 m Tc-HMPAO) dan etilen
sisteinat dimer teknesium ( 9 9 m Tc -ECD).
2. Diagnosis jantung digunakan senyawa yang bermuatan positif
seper ti metoksiisobutilisonitril teknesium-99m ( 9 9 m Tc-MIBI)

cGRPP-guidelines, version2 March 2007


4. Kelarutan
Kit kering yang dibuat harus dapat larut
dengan mudah ketika ditambahi larutan
radionuklida pada saat proses penandaan
(penyiapan sediaan radiofarmaka). Kit kering
yang sulit larut, selain membutuhkan waktu
yang lama, hasil penandaan juga sering tidak
optimal.

cGRPP-guidelines, version2 March 2007


5. Stabilitas
Kestabilan suatu radiofarmaka dapat
diartikan dengan kestabilan secara in vitro
dan dapat pula secara in vivo.

cGRPP-guidelines, version2 March 2007


6. Lipofilisitas dan ikatan dengan protein plasma ( protein
binding capability)

Lipofilisitas adalah afinitas suatu senyawa


pada fase lipid yang secara in vivo
digambarkan /dicerminkan pada
kemampuannya untuk menembus membran
lipid

cGRPP-guidelines, version2 March 2007


TUGAS 1

 Pengertian dan definisi Positron Emission Tomography (PET)


 Mekanisme kerja PET
 Pengguna radiofarmaka PET di bidang medis
TUGAS 2

 Pengertian dan definisi radiofarmaka terapi


 Sifat radiasi radiofarmaka terapi
 Dosis radiofarmaka
 Kriteria ideal radionuklida terapi
 Radiofarmaka terapi sel kanker
TUGAS 3

 Pembatasan paparan radiasi


 Konsep ALARA (as low as reasonably achievably) dalam
keselamatan radiasi
 Bahan pelindung radiasi
TUGAS 4

 Mekanisme lokalisasi sediaan radiofarmaka dalam sel,


jaringan, dan organ
 Reaksi biokimia dan respon jaringan/organ dalam lokalisasi
sediaan radiofarmaka
TUGAS 5

 Perbedaan proses produksi sediaan radiofarmasi dan sediaan


farmasi lain
 CPOB sediaan radiofarmasi
 Quality control dan Qualitiy assurance sediaan radiofarmasi
 Produksi Fluordeoksiglukosa
TUGAS 6

 Kit radiofarmasi
 Proses pembuatan kit radiofarmasi
 Contoh kit radiofarmasi dan gambar
DAFTAR PUSTAKA

1 .Saha.B.Go pal. 2004. Fundamentals of Nuclear Pharmac y, fif th ed, New York:
Springer- Verlag.
2.European Association of Nuclear Medicine, The Radio pharmacy : A
tech nology Guide
3.cGRPP -guidelines, ve r sio n2 March 2007, EANM R adiopharmacy Committee,
4.Guidelines On Current Good Radiopharmac y Practice (Cgrpp)
5.M.J. WELCH and C.S. REDVANLY. Eds. Handbook of R adiopharmaceutic als —
R adioch emistr y and Applic ations. John Wiley & Sons Ltd, Chisch ester, 2005.
ISBN 1 3 : 978-0-471-49560-4
6.R .J. KOWALSKY, S.W. FALEN . R adiopharmaceuticals in Nuclear Pharmacy and
Nuclear Medicine. 2nd ed. American Phamacists Association, Washington
DC,2004, I SBN 1-5821 2-031-5
7. NN . 1988. Modern Trends in Radiopharmaceuticals for Diagnosis and
Therapy. I AEA -TECDOC 10 29. IAEA , Vienna
8.Ke menristek . 2016. Pa nduan penyusunan dan pengembangan ku riku lum
pendidika n tinggi. Jaka r ta: Kemenristekdikti.
9. Farmakope

Anda mungkin juga menyukai