Anda di halaman 1dari 73

RADIOFARMASI

“Penggunaan Radioisotope/Sediaan Radiofarmasi dalam


Bidang Pengobatan/Terapi”
HELLO!
Kelompok 3 (Materi 1)
1. Putri Santika 1601110
2. Richa Gustiana 1601114
3. Shintia Dwi Putri 1601118
4. Sukma Wirdaningsih 1601122
Dosen pembimbing : Haiyul Fadhli, M.Si., Apt.
Radiopharmacy

Nuclear Pharmacy

Penggunaan prinsip dan cara-cara farmasi dan radiokimia untuk


membuat obat yang mengandung atom radioaktif (radiofarmaka)
bagi keperluan diagnosa dan penyembuhan (terapi) penyakit yang
diidap oleh pasien
Radiofarmaka (radiopharmaceuticals):
Senyawa kimia atau obat, yang salah satu atom penyusun strukturnya adalah
nuklida radioaktif, untuk keperluan diagnosa atau penyembuhan (terapi) suatu
penyakit dan dapat diberikan ke pasien secara oral, parenteral, dan inhalasi

Kedokteran Nuclear (nuclear medicine):


Bidang keahlian (specialist) kedokteran yang berhubungan dengan penggunaan
bahan radioaktif (radiofarmaka) untuk tujuan diagnosa dan terapi suatu penyakit.
Dasar Penggunaan
Radioisotop
Let’s start with the first set of topic
Dasar Penggunaan

1.
Biologi dan
kedokteran
(1951)

Penggunaan
isotop Henri Danlos
radioaktiv

Penyakit
Isotop
Tuberculosis
Radium
pada Kulit
2. Penggunaan Gas Radon

✘ Selanjutnya Blumgart dan Weiss (1927) meneliti


kecepatan sirkulasi darah pada orang normal dan
pasien penyakit jantung dengan menggunakan Gas
Radon yang dilarutkan dalam larutan garam
fisiologik.
3. Radioaktivitas Buatan P-32
✘ Pemanfaatan isotop radioaktif sebagai perunut
dalam ilmu kedokteran berkembang pesat
setelah Frederic Joliot dan Irene Joliot-Curie
(1934) menemukan radioaktivitas buatan P-32.
Dalam Bidang Kedokteran

✘ Pertama kali diperkenalkan oleh Blumgard dan Yens pada


tahun 1927 dengan mengunakan gas radioaktif AR-35 untuk
mengukur peredaran darah.
✘ Pada tahun 1937, pemakaian radio isotop untuk pengobatan
dilakukan oleh Lawrence dalam pengobatan leukemia.
✘ Sejak itu, perkembangan pengunaan radioisotop dalam bidang
kedokteran tumbuh dengan pesat dan bahkan sekarang telah
menjadi bidang spesialisasi tersendiri sejak 20 tahun terakhir
yang dikenal dengan nama kedokteran nuklir.
KEDOKTERAN NUKLIR
✘ Cabang ilmu kedokteran yang menggunakan sumber
radiasi terbuka dari disintegrasi inti radionuklida buatan
(radiofarmaka) untuk tujuan diagnostik, terapi dan
paliatif dengan berdasarkan perubahan fisiologi, anatomi,
biokimia, metabolisme dan molekuler dari suatu organ
atau sistem dalam tubuh.
✘ Sumber radiasi sengaja dimasukkan kedalam tubuh
Kedokteran Nuklir

✘ Radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh


pasien (in vivo) maupun hanya direaksikan saja
dengan bahan biologis antara lain darah, cairan
lambung, urin dan lainnya yang diambil dari
tubuh pasien (in vitro).
KEDOKTERAN NUKLIR

Single Photon Emission


Computed Tomography
(SPECT).

Positron Emission
Tomography (PET)

Dua alat imaging yang sangat bermanfaat


dalam kedokteran nuklir
Positron Emission Tomography
(PET)
Single Photon Emission Computed Tomography
(SPECT)
✘ Kedua peralatan ini memberikan informasi fungsi dan anatomi organ dan
sangat cocok untuk memantau proses dinamik seperti metabolisme sel atau
aliran darah dalam jantung, paru, dan juga otak.

✘ Keduanya menggunakan kamera gamma untuk mendeteksi sinar gamma yang


dipancarkan radioisotop tertentu yang ada dalam tubuh pasien
• Radiofarmaka diformulasikan dalam berbagai wujud kimia dan fisika untuk
mengarahkan (targeted) keradioaktifan ke bagian-bagian tertentu dari tubuh

• Radiasi-g yang dipancarkan dari radiofarmaka diagnosa dengan


mudah akan keluar dari tubuh sehingga memungkinkan deteksi dan
pengukuran dilakukan di luar tubuh (eksternal).

• Pola distribusi radiasi dalam suatu organ terhadap waktu memungkinkan


dokter spesialis kedokteran nuklir melakukan evaluasi morfologi dan fungsi
sistem.

• Radiofarmaka terapi memancarkan radiasi dalam bentuk partikel


bermuatan, misalnya b atau a, yang mendepositkan energi kedalam organ
yang sedang disembuhkan dari penyakit.
Prosedur penggunaan radiofarmaka di dalam
kedokteran nuklir dapat dibagi dalam Tiga
Kategori:
3 Kategori Penggunaan Radiofarmaka
dalam Kedokteran Nuklir

3.
1. Prosedur 2. Kajian Prosedur
imaging atau fungsi in terapi
pencitraan vivo
1. Prosedur Imaging atau Pencitraan
✘ Pemeriksaan ini memberikan informasi untuk tujuan diagnostik dan dilakukan
dengan memeriksa pola distribusi radioaktif dalam tubuh
✘ Prosedur imaging :
- Kajian Dinamik memberikan informasi fungsional melalui
pengukuran laju akumulasi dan laju keluarnya radiofarmaka oleh organ
- Kajian Statik memberikan informasi morfologi berkenaan
dengan ukuran, bentuk, dan letak organ atau adanya lesi yang
menempati ruang, dan dalam beberapa kasus mengenai fungsi relatif
Evolving Paradigm in Medicine
Imaging

Anatomy Biochemical
Systemic Targeted

Therapy
Nuclear Medical Imaging System
Computer System
(analysis of information of
PET,SPECT (External radiactivity distribution)
Detecting system of
Radiation)
Image of
radioactivity
distribution
Radiopharmaceutical (Emitted Radiation:
(Biological active molecule penetrate the body)
labeled with Radionuclide emits radiation
a gamma-emitting
radioisotopes*)
Distribute to
target tissues

* 11C、13N、 PET,SPECT
15O、18F、
99mTc、111In、
67Ga、123I

Non-invasive vizualization of
biochemical and physiological
functions in vivo.
Tiga jenis pengamatan melalui imaging
(pencitraan):

1. Citra (image) dalam bentuk “hot spots” atau adanya keradioaktifan


yang merata (uniform) disebabkan radiofarmaka terkonsentrasi
dengan mudah di dalam organ yang sehat atau normal, sedangkan
Jaringan berpenyakit menolak atau mengeluarkan radiofarmaka
tersebut dan lesion muncul dalam bentuk citra yang “cold spots”.
Tiga jenis pengamatan melalui imaging
(pencitraan):

2. Citra (image) dalam bentuk “hot spots” atau adanya


keradioaktifan yang merata (uniform) disebabkan radiofarmaka
terkonsentrasi dengan mudah di dalam organ berpenyakit atau lesion,
sedangkan jaringan yang sehat atau normal menolak atau
mengeluarkan radiofarmaka tersebut sehingga citra muncul sebagai
“cold spots”.
Tiga jenis pengamatan melalui imaging
(pencitraan):

3. Organ normal bisa mengakumulasikan radiofarmaka, tetapi


jaringan berpenyakit mampu mengakumulasikannya baik pada
tingkat yang lebih tinggi lagi bila fungsi organ berlebihan atau
meningkat, maupun pada tingkat yang lebih rendah dari pada
organ normal apabila fungsi organ menurun
Kidney Scan
• Renal transplantation

Normal Rejection
Cardiac Imaging
Cardiac function

Normal function Decrease function


2. Telaah Fungsi In Vivo

Pemeriksaan fungsi tubuh secara in vivo bertujuan untuk mengukur fungsi


organ tubuh atau sistem fisiologis tubuh berdasarkan absorpsi, pengenceran,
konsentrasi, bahan radioaktif dalam tubuh atau ekskresi bahan radioaktif dari
tubuh setelah pemberian radiofarmaka.

Radiofarmaka sendiri harus tidak mempengaruhi, dalam cara apapun,


fungsi sistim organ yang sedang diukur.

Cara ini tidak memerlukan pencitraan, tetapi analisis dan interpretasi didasarkan atas
pencacahan keradioaktifan yang muncul baik secara langsung dari organ-organ yang
berada di dalam tubuh atau dari cuplikan darah atau urin yang dicacah secara in vitro.
CONTOH TELAAH FUNGSI IN VIVO

• Telaah uptake iodium radioaktif untuk mengkaji fungsi kelenjar thyroid


sebagaimana ditentukan dengan pengukuran eksternal prosentase dosis
radioidium yang diambil oleh kelenjar vs. waktu.
• Penentuan volum darah keseluruhan dengan mengukur pengenceran dari
sejumlah tertentu sel darah merah bertanda 51Cr yang diinjeksikan secara
intravena dalam suatu volum sel merah.
• Pengkajian tak langsung absorpsi vitamin B12 dari gastrointestinal tract
dengan mengukur fraksi vitamin B12 bertanda 57Co yang diberikan secara oral
yang diekskresikan di dalam urin dalam perioda waktu tertentu (Schilling
test).
3. Prosedur Terapi
✘ Pemeriksaan ini bertujuan untuk keperluan penyembuhan, atau
terapi paliatif. Mekanisme kerja umumnya berupa absorpsi
radiasi beta untuk menghancurkan jaringan yang terkena
penyakit

Paliative
Curative:
 Classic therapy
 Radioimmunotherapy (RIT)
 Peptide Receptor Radionuclidic Therapy (PRRT)
Internal Radiation Therapy with 131I-MIBG

(before Treatment) (after Treatment)

The defuse accumulation of radioactivity was observed in the No accumulation of radioactivity was observed in the
lung area. lung area.
✘ Syarat Rancangan Radiofarmaka

Untuk
• - Waktu paruh pendek
• - Aktivitas serendah mungkin
• - Pemancar gamma

diagnostik • - Suntikan harus steril


• - Energi yang dipancarkan 30- 600 KeV.

Untuk
• Waktu paruh panjang
• - Aktivitas disesuaikan dengan perhitungan yang
diperlukan

Terapi
• - Pemancaran beta murni
• - Terlokalisir ditempat yang diobati
• Energi yang dipancarkan antara 500 – 1000 KeV
RADIODIAGNOSITIK
• Kegiatan penunjang diagnostik menggunakan perangkat radiasi sinar
pengion (sinar x), untuk melihat fungsi tubuh secara anatomi.
• Ahli dalam bidang ini dikenal sebagai radiolog.
• Tujuan untuk mendeteksi adanya kelainan/ kerusakan pada organ dan
kanker pada tubuh dengan menggunakan pesawat sinar-X energi rendah
dengan hasil dalam bentuk citra anatomi. contoh radiodiagnostik adalah
rontgen.
Radioterapi
• Merupakan tindakan medis menggunakan radiasi pengion untuk
mematikan sel kanker sebanyak mungkin, dengan kerusakan pada
sel normal sekecil mungkin.
• Tindakan terapi ini menggunakan sumber radiasi tertutup pemancar
radiasi gamma atau pesawat sinar-x dan berkas elektron.
FUNGSI RADIOTERAPI
• banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi,
MENGOBATI baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain
seperti pembedahan dan kemoterapi

• : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan,


radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker
MENGONTROL dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti
menyebar.

MENGURANGI • Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi gejala

GEJALA yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga
membuat hidup penderita lebih nyaman

MEMBANTU • terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut


PENGOBATAN sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan
agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif
LAINNYA
Unsur kimia yang radionuklidanya untuk diagnosa dan terapi

C N O F

Sc Cu Ga

Rb Sr Y Tc Rh Pd In I

Re Au Tl Pb Bi At

Sm Dy Ho Yb Lu

positron beta gamma alfa


Efek Samping
 Beberapa efek samping berupa kelelahan, reaksi kulit (kering, memerah, nyeri,
perubahan warna dan ulserasi), penurunan sel-sel darah, kehilangan nafsu makan,
diare, mual dan muntah.
 Kebotakan bisa terjadi tetapi hanya pada area yang terkena radioterapi.
Yang Termasuk Aplikasi
Radiofarmasi Terapetik
• External Source • 192-Ir
• Teletherapy Units • 32-P
• Surface Source • 90-Y
• Exreacorporeal Irradiation • Natrium Iodida
• Internal Sources • 125-I (dengan waktu paruh 60 hari)
EXTERNAL SOURCES
Let’s start with the second set of topic
EXTERNAL SOURCES
✘ Jika radioisotope digunakan sebagai sumber tertutup atau sumber luar, dosis
berakhir jika sumber diambil dari tubuh.Jika diberikan secara internal dengan
sumber terbuka, radioisotope dapat dapat berfungsi untuk terapi atau
diagnosis, tetapi dosis tidak dapat diakhiri dengan mengambil sumber dari
tubuh. Dalam aplikasi, total dosis dihitung dari waktu-paruh efektif, jenis dan
energi radiasi yang diermisi serta isotop dalam jaringan.
✘ Sumber radiasi terbuka biasanya digunakan melalui metode in vitro dan in vivo.
Pada in vitro biasanya digunakan cairan radionuklida seperti 25I, 57Co, 58Co
dan 14C untuk mempelajari dinamika fungsi tubuh manusia dengan sampel
berada diluar tubuh manusia, sedangkan pada metode in vivo digunakan untuk
mengamati fungsi tubuh menggunakan gamma kamera.
Tabel . Pemanfaatan Sumber Radiasi Terbuka dalam Radioterapi

Radionuklida Waktu Paro Penggunaan Dosis setiap


penggunaan
22Na 2,605 tahun Diagnosis medis Sampai 1MBq
32P 14,3 jam Terapi klinis Sampai 200MBq
42K dan 43K 12,4 dan 22,2 jam Pengukuran klinis Sampai 5MBq
45Ca 4,54 hari Diagnosis medis Sampai 100 MBq
51Cr 27,7 hari Pengukuran klinis Sampai 5 MBq
57Co 271,7 hari Pengukuran klinis Sampai 50 MBq
59Fe 45,5 hari Pengukuran klinis Sampai 50 MBq
67Ga 3,3 hari Pengukuran klinis Sampai 200 MBq
67Cu 2,6 hari Terapi klinis Sampai 1 GBq
EXTRACORPOREAL SOURCE
Let’s start with the third set of topic
Extracorporeal Source
✘ Radioterapi merupakan pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang
kedokteran dengan menggunakan radionuklida dalam bentuk sumber
radiasi terbuka maupun tertutup. Misalnya : 32P, 131I,90Y.
Untuk mempelajari kelainan pada kelenjar tiroid, mendeteksi kerusakan pada kelenjar
gondok,hati dan otak digunakan radioisotop I-131.I-131 digunakan sebagai terapi
pengobatan untuk kondisi tiroid yang over aktif atau kita sebut hipertiroid.I-131 ini
sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari iodin yang selalu memancarkan sinar
radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini
akan masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan
melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula tersebut.
Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan dalam beberapa kasus
dapat merubah kondisi tiroid
INTERNAL SOURCE
Let’s start with the fourthset of topic
Internal Source
Sumber radiasi tertutup digunakan dalam radiologi dengan
aktivitas rendah sampai sedang. Sumber radiasi tebungkus telah
digunakan secara luas dalam beberapa terapi dan diagnosis,
seperti dalam brachyterapy secara manual, remote after-
loading brachyterapy, teleterapy, blood irradiation dan untuk
maksud lainnya
Example :
• 198Au disuntikkan dalam bentuk suspense koloid (secara intraperitoneal atau
intrapleural) ke dalam cairan tubuh yang mengandung serous cavity.
 Mula-mula akan terdifusi secara cepat kedalam cairan, kemudian terkumpul pada
permukaan cavity berupa endapan kasar .
 Cara ini sudah berhasil digunakan pada pengobatan tumor peritoneal dan preural.
 Cairan terkumpul di perut dan dada tanpa mempengaruhi sifat fisik tumor.198Au
hanya membunuh tumor pada permukaan saja
 .Kadang-kadang dijumpai efek samping radiation sickness.
 198Au secara eksperimen juga digunakan pada pengobatan kanker prostat serta
cervical uterine dan bladder tumor.
Tabel . Pemanfaatan Sumber Radiasi Tertutup dalam Radioterapi
Radionuklida Waktu Paro Penggunaan Dosis Setiap Penggunaan
241Am 433 tahun Bone densitometry 1 – 10 GBq
153Gd 244 hari 1 – 40 GBq
125I 60.1 hari 1 – 10 GBq
198Au 2.7 hari Manual brachyterapy 50-500 MBq
137Cs 30 tahun 30-300 MBq
226Ra 1600 tahun 50-500 MBq
60Co 5.3 tahun 50-1500 MBq
90Sr 29.1 tahun 50-1500 MBq
103Pd 17 tahun 50-1500 MBq
125I 60.1 hari 200-1500 MBq
192Ir 74 hari 5-100 MBq
106Ru 1.01 tahun 10-20 MBq
90Y 2.7 hari 50-500 MBq
32P 14.3 hari Vaskular brachyterapy 200 MBq
89Sr 50.5 hari 150 MBq
192Ir 74 hari 0.1-1 TBq
137Cs 30 tahun Remote after loading 0.03-10 MBq
192Ir 74 hari brachyterapy 0.1-200 TBq
60Co 5.3 tahun Teletherapy 0.1-200 TBq
137Cs 30 tahun 500 TBq
137Cs 30 hari Whole blood irradiation 2-100 TBq
60Co 5.3 tahun 50-1000 TBq
60Co 5.3 tahun Gamma radiosurgery knife Sampai 220 TBq
Ir-192
Let’s start with the fifth set of topic
Ir-192
Terdiri dari butir-butir 192Ir pada pita nilon yang
diimplantasikan kedalam tubuh untuk pengobatan
tumor. lr-192.(jarum lridium) Brachytherapydi bidang
kesehatan untuk terapi kanker (Low dose rate).
Natrium Fosfat
(32-P)
Let’s start with the Sixth set of topic
Natrium Fosfat disuntikkan ke dalam darah dan aliran
darah dapat diikuti dengan mendeteksi
Radioisotop Mendeteksi NaCl (Na-24 sinar yang dipancarkan, sehingga dapat
natrium-24 gangguan peredaran dan Cl) diketahui jika terjadi penyumbatan
darah
aliran darah.

Digunakan untuk pengobatan polycythemia vera untuk mengurangi kecepatan pembentukan


eritrosit. 32P dimetabolisme seperti P non isotop sehingga 32P terdistribusi secara cepat kesemua
jaringan dan terkonsentrasi pada jaringan yang terjadi pembelahan secara cepat seperti jaringan
yang terkena kanker.
Konsentasi 32P adalah 1,5-5 mCi terkumpul pada sumsum tulang, tetapi hanya menekan
pembentukan eritrosit sebagian. 32P juga digunakan untuk pengobatan chronic granulocytic
leukemia (menghilangkan gejala).
90-Y (Itrium-90)
Let’s start with the Seventh set of topic
90-Y
• Radiofarmaka terapi 90Y diantaranya adalah 90Y-sitrat yang digunakan untuk synovectomy
dan 90Y-Ibritumomab tiuxetan (Zevalin) untuk terapi NHL (Non Hodgkin's Lymphoma).
• Mempunyai waktu-paruh 64 jam, mengemisi partikel bata tunggal, dengan energy maksimum 2,27
Mev dan tidak mengemisi radiasi gamma. Pembentukkan kelat dengan N-
hydroxyethylenediamina- triacetic cid (Ed-ol) akan menyebabkan 90Y terkumpul didalam
tulang dan dapat dipakai untuk meramalan adanya kelainan darah. Kelat ini digunakan untuk
pengobatan leukemia dan multiple myeloma chelat dengan DTPA (diethylen etriamine penta
acetic acid) digunaka untuk limpa.
• Radionuklida 90Y telah cukup luas digunakan dalam penyiapan radiofarmaka specific target
untuk radioimmunotherapy maupun peptide receptor radionuclide therapy yang masingmasing
menggunakan antibodi dan peptida spesifik terhadap antigen dan reseptor yang berada di
permukaan sel kanker.
Iod-125
Secara implatansi, permanen untuk pengobatandeep-scated tumor,
misalnya di dada.Iodine-125 digunakan dalam brachytherapy kanker
(prostat dan otak), juga diagnosa untuk mengevaluasi tingkat filtrasi
ginjal dan untuk mendiagnosis deep vein thrombosis di kaki.Hal ini
juga banyak digunakan dalam radioimmuno-pengujian untuk
menunjukkan adanya hormon dalam jumlah kecil.
131-I
Let’s start with the eighth set of topic
131-I
• Digunakan sebagai terapi pengobatan untuk kondisi tiroid yang over aktif atau
kita sebut hipertiroid.
• I-131 ini sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari iodin yang selalu
memancarkan sinar radiasi.
• Jika I-131 ini dimasukkan kedalam tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini
akan masuk ke dalam pembuluh darah traktus gastrointestinalis.
• I-131 dan akan melewati kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-
sel glandula tersebut.
Pembuatan Radioisotop 131-I

✘ Diperoleh dari hasil penyinaran partikel neutron pada reaktor nuklir


terhadap Tellurium alami.
✘ Penyinaran terhadap Tellurium alami hampir seluruhnya menghasilkan
I-131, dimana kebanyakan isotop dari Tellurium yang lebih ringan
berubah menjadi isotop stabil yang lebih berat.
✘ Nuklida Tellurium alami yang terberat, Te-130 menyerap sebuah
partikel neutron dan memancarkan sinar beta untuk menghasilkan Te-
131, yang akan meluruh menjadi I-131 dengan waktu paruh 25 menit.
✘ I-131 juga dapat meluruh dengan waktu paruh 8,02 hari dengan
memancarkan sinar beta dan sinar gamma. Dalam proses peluruhan ini,
I-131 akan beruba
Sifat fisik 131-I
 131I memiliki tingkat energy sedang dan memancarkan
partikel beta (Emax=0.61 mev) dengan kemampuan daya
tembus sepanjang kurang lebih 0.5 mm pada jaringan.

 Memancarkan partikel beta, 131I juga memancarkan sinar


gamma dengan tingkat energi 364 KeV
Sediaan 131-I

Brom Sufatein I-131 (BSP)


Hipuran I-131
Rose Bengal I-131
Na I-131
Sodium I-131
Dosis 131-I

1. Dosis kecil, yaitu sebesar 5-30 millicuries


(mCi)pada penderita hipertiroid
2. Dosis sedang , yaitu 25-75 mCi digunakan
untuk mengecilkan ukuran tiroid yang
membesar tetapi mempunyai fungsi yang
normal.
3. Dosis besar, yaitu 30-200mCi digunakan
untuk menghancurkan sel kanker tiroid.
Pertimbangan Pemberian 131-I
✘ Ukuran tumor >1.5 cm
✘ Ukuran tumor <1.5 cm jika ditemukan gambaran histologi tall
cell, sclerosing atau variant lain
✘ Metastasis kelenjar getah bening
✘ Kelainan multifokal yang menggambarkan metastasis intratiroid
✘ Invasi limfatik atau vaskuer
✘ Invasikapsular atau penetrasitermasuk jaringan lunak peritiroid
✘ Metastasis pada paru, tulang, liver dll
✘ Perhatian khusus harus diberikan pada kasus metastasis ke
otak karena
Prosedur Pelaksanaan Pemberian 131-I

I-131 ditelan dalam bentuk dosis


tunggal dengan bentuk cairan dan dengan
cepat masuk ke dalam pembuluh darah
traktus gastrointestinalis, masuk ke dalam
kelenjar tiroid dan mulai menghancurkan
kelenjar tiroidnya.

Efeknya baru akan terlihat dalam


jangka waktu satu sampai tiga bulan dengan
efek maksimal tiga sampai enam bulan
setelah pengobatan.
Efek samping 131-I
✘ Mukositis
✘ Mual
✘ Kadang-kadang muntah
✘ Nyeri pada kelenjar ludah
✘ Ludah berkurang dan kehilangan rasa
✘ Nyeri dan bengkak pada leher terutama jika
sisa kelenjar tiroid masih banyak
✘ Penurunan jumlah lekosit
Indikasi dan Kontraindikasi Na 131-I
Indikasi Kontraindikasi
1. Penyakit tiroid jinak
- Hipertiroidi; Terapi NaI-131 tidak
- Nodul tiroid otonom (NTO), toksik atau non-toksik;
- Struma multinodosa nontoksik. boleh diberikan pada
2. Keganasan tiroid
- Terapi adjuvan karsinoma tiroid berdiferensiasi pasca- penderita yang sedang
tiroidektomi total;
- Metastasis karsinoma tiroid berdiferensiasi pasca- hamil dan menyusui.
tiroidektomi total.
Pemberian terapi NaI-131
•Dokter yang merawat harus mendapatkan riwayat kesehatan penderita yang
berhubungan dengan penyakit tiroid dan melaksanakan pemeriksaan fisik secara
langsung.
•Dosis kumulatif dari NaI-131 yang telah diberikan kepada penderita harus dicatat ke
dalam rekam medis.
•Dokter yang merawat harus memastikan bahwa pemeriksaan laboratorium yang tepat
telah dilaksanakan dan dianalisa
•Identitas penderita harus dicatat dengan benar untuk menghindari kesalahan, hal ini
disesuaikan dengan kebijakan di rumah sakit tersebut.
•Terapi dengan NaI-131 dapat diberikan dalam bentuk cairan atau di dalam kapsul, namun
dosis aktivitas tetap harus dipastikan sebelum diberikan kepada penderita. Apabila
diberikan dalam bentuk cairan maka harus dilakukan tindakan untuk mengurangi
penguapan selama proses persiapan radiofarmaka dengan cara menyediakan sistim
penyaring yang baik dan segera diberikan kepada penderita.
•Dosimetri radiasi untuk pasien dewasa dapat dilihat pada lampiran tabel 3 dan 4.
Sodium Iodida-131
• Terapi Radioactive iodine (RAI) menggunakan
sodium iodida-131 telah menjadi modalitas terapi
yang secara luas digunakan untuk
penatalaksanaan hipertiroid
• Prinsip penggunaan RAI sebagai terapi pada
tirotoksikosis adalah berdasarkan fakta bahwa
kelenjar tiroid menggunakan iodin intuk
menghasilkan hormon tiroid, dan iodin hampir
secara spesifik hanya diserap oleh kelenjar tiroid.
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi penggunaan RAI sebagai modalitas terapi pada pasien dengan penyakit
Graves masih kontroversial. Kalangan lain percaya bahwa pada semua pasien dengan
tirotoksikosis yang diakibatkan oleh penyakit Graves sebaiknya diberikan terapi
pendahuluan berupa obat-obatan antitiroid sebelum pemberian RAI, dengan
harapan akan terjadi remisi tanpa perlu diberikan bahan radioaktif yang notabene
masih dianggap menakutkan oleh beberapa pihak.

Terapi menggunakan sodium iodida-131 dikontraindikasikan pada wanita hamil,


karena adanya pengaruh buruk dari radiasi pada perkembangan janin. Tes kehamilan
mutlak diperlukan pada seluruh wanita pada usia subur yang akan menjalani pemberian
regimen Sodium Iodida-131.
Perhatian Sebelum Memulai Terapi

Pasien yang akan memulai regimen RAI harus


menghentikan segala jenis pengobatan atau obat-obatan yang
mengandung unsur iodin dan menjalani diet bebas iodin
untuk memastikan regimen RAI dapat diserap secara
sempurna oleh kelenjar tiroid. Obat-obatan yang harus
dihentikan sebelum pemberian regimen seperti obat-obatan
antitiroid, multivitamin, ekspektoran, agar, iodin lugol, potassium
iodida, bahan kontras radiografi intravena, amiodaron, hormon
tiroid buatan
Dosis Pemberian

 Dosis sodium iodida-131 umumnya berkisar antara


185 MBq (5 mCi) hingga 555 MBq (15 mCi).

 Pada pasien tanpa gangguan jantung, RAI dapat


diberikan langsung dengan dosis 2.96–7.4 MBq
atau 80–200 µCi/g dari berat tiroid yang
diestimasi berdasarkan pemeriksaan fisik
ataupun USG.
Hasil Terapi
Setelah pemberian RAI, kelenjar tiroid akan mengecil dan
pasien umumnya akan menjadi eutiroid dalam waktu 2–6
bulan. Resiko hipotiroid yang terjadi pasca terapi bergantung
pada dosis yang diberikan. Pasien harus diinformasikan
tentang kemungkinan ini sebelum memutuskan untuk
menjalani terapi. Keadaan hipotiroid biasanya terjadi pada 6–12
bulan setelah terapi dan merupakan sebuah jaminan bahwa
pasien tidak akan mengalami relaps dari hipertiroidnya.

Anda mungkin juga menyukai