Anda di halaman 1dari 12

Nama :Rizki Maulana

Npm :1102015202
Pembimbing :dr Jon Prijadi Sp.THT-KL

Tugas :PR
1.Macam-Macam Nervus Cranialis
2.Abses Bezold

1.Macam-Macam Nervus Cranialis


• I : Olfactorius
• II : Opticus
• III : Oculomotorius
• IV : Trochlearis
• V : Trigeminus
• VI : Abducens
• VII : Facialis
• VIII : Vestibulocochlearis
• IX : Glossopharyngeal
• X : Vagus
• XI : Accessorius
• XII : Hypoglossus

No Nama Komponen Asal Fungsi

I N. Olfactorius Viseral aferen spesial Neuron olfaktorius bipolar Penciuman


dlm mukosa olfaktorius

II N. Opticus Somatik aferen spesial Lapisan sel ganglion dan Penglihatan


retina

1
III N. Somatik eferen Nukleus okulomotorius Mm. Rektus superior,
Okulomotorius Viseral eferen (otak tengah) inferior, medialis; M.
(parasimpatik) Nukleus Edinger- Oblikus inferior; M.
Somatik aferen Westphal Levator palpebra
Propioseptor otot- M. Sfingter pupillae;
otot mata M. Siliaris
propiosepsi

IV N. troklearis Somatik eferen Nukleus troklearis (otak M. Oblikus superior


Somatik aferen tengah) propioseptor
propioseptor

V N. Trigeminus Somatik aferen Sel bipolar pada Sensibilitas kulit


Arkus brankial Brankial eferen ganglion semilunar wajah dan mukosa
I Somatik aferen Nukleus motorik V hidung dan mulut
Propioseptor pada otot Otot-otot
pengunyah pengunyah
propiosepsi

VI N. abdusen Somatik eferen Nukleus abdusen M. Rektus lateralis


Somatik aferen Propioseptor propioseptor

VII N. Facialis Brankial eferen Nukleus fasialis Otot-otot ekspresi


Arkus Viseral eferen Nukleus salivatorius wajah; platisma; M.
brankialis II superior stilohioideus; M.
Digastrikus
Nasal; lakrimal;
kelenjar liur
(sublingua dan
submandibula)

N. intermediat Viseral aferen spesial Ganglion genikuli Pengecapan 2/3


Somatik aferen Ganglion genikuli anterior lidah

2
Telinga luar, bagian
kanalis auditorius,
permukaan luar
membran timpani
(sendibilitas)

VIII N. Vestibulo- Somatik aferen spesial Ganglion vestibularis Keseimbangan; krista


koklearis Ganglion spiralis kanalis semilunaris;
makula utrikuli dan
sakuli
Pendengaran; organ
korti

IX N. Brankial eferen Nukleus ambigus M. Stilofaringeus;


glossofaringeus Viseral eferen Nukleus salivatorius otot faring
inferior Salivasi; glandula
parotis

Arkus Viseral aferen spesial Ganglion inferius Pengecapan (1/3


brankialis III Viseral aferen Ganglion superius posterior lidah)
Somatik aferen Ganglion superius Sensibilitas; 1/3
posterior lidah dan
faring (refleks
muntah)
Telinga tengah;
kanalis eustachii
(sensibilitas)

X N. vagus Brankial eferen Nukleus ambiguus Otot-otot faring dan


Viseral eferen Nukleus dorsalis saraf laring
(parasimpatik) vagus Visera rongga dada
Viseral aferen spesial Ganglion inferius dan abdomen
(nodosum) (motorik)
Pengecapan, epiglotis

3
Somatik aferen Ganglion superius Kanalis auditorius,
(jugularis) dura (sensibilitas)

XI N. asesorius Brankial eferen Nukleus ambiguus (radiks Otot-otot faring dan


Somatik eferen kranialis) laring
Sel kornu antrior (radiks M.
spiralis) Sternokleidomastoi
deus; M. trapezius

XII N. hipoglosus Somatik eferen Nukleus hipoglosus Otot-otot lidah

2.ABSES BEZOLD
II. 1. Definisi
Abses Bezold adalah abses leher dalam yang berkembang mirip dengan abses
subperiosteal secara patologi. Dengan adanya mastoiditis coalescent, jika korteks
mastoid terkena pada ujungnya, sebagai lawan dari korteks lateral, abses akan
berkembang di leher, dalam sampai sternokleidomastoid. Abses ini dideskripsikan
sebagai massa yang dalam dan lembut pada leher.
Bezold membedakan abses ini dari abses subperiosteum dan zigomatikus yang
terjadi akibat destruksi korteks mastoid, yang lebih sering terjadi pada anak-anak.
II. 2. Anatomi
Kavum timpani merupakan suatu rongga yang bagian lateralnya dibatasi oleh
membran timpani, di medial oleh promontorium, di superior oleh tegmen timpani, di
inferior oleh bulbus jugularis dan n. fasialis. Sebelah anterior dibatasi oleh tuba
Eustachius, semikanal m. tensor timpani, arteri karotis dan di posterior dibatasi oleh
eminensia piramidalis, aditus ad antrum, tempat keluarnya korda timpani, fosa inkudis,
dan dibaliknya terdapat antrum mastoid.
Kavum timpani terutama berisi udara yang mempunyai ventilasi ke nasofaring
melalui tuba Eustachius. Menurut ketinggian batas superior dan inferior membran

4
timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epitimpanum yang
merupakan bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas superior membran
timpani, mesotimpaninum yang merupakan ruangan di antara batas atas dengan batas
bawah membran timpani dan hipotimpanum, yaitu bagian kavum timpani yang terletak
lebih rendah dari batas bawah membran timpani. Di dalam kavum timpani terdapat
tiga buah tulang pendengaran (osikel) dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan
stapes.
Pars mastoid tulang temporal ialah tulang keras yang terletak di belakang telinga.
Di dalam kavum timpani, terdapat rongga seperti sarang lebah yang berisi udara.
Rongga-rongga udara ini (air cells) terhubung dengan rongga besar yang disebut
antrum mastoid. Kegunaan air cells ini adalah sebagai udara cadangan yang membantu
gerak normal gendang telinga.

Gambar 1. Pneumatisasi pada tulang temporal.21

Prosesus mastoid sering disebut juga ujung mastoid (mastoid tip) merupakan
suatu tonjolan di bagian bawah tulang temporal yang dibentuk oleh prosesus
zigomatikus di bagian anterior dan lateralnya, serta pars petrosa tulang temporal di
bagian ujung dan posteriornya. Pneumatisasi mastoid mulai setelah bayi lahir dan
hampir lengkap pada usia 3 dan 4 tahun, kemudian berlangsung terus sampai usia
dewasa. Proses pneumatisasi ini bervariasi pada individu, sehingga terdapat tiga tipe

5
pneumatisasi, yaitu pneumatik, diploik dan sklerotik. Pada tipe pneumatik, hampir
seluruh prosesus mastoid terisi oleh pneumatisasi. Sklerotik tidak terdapat
pneumatisasi sama sekali dan tipe diploik pneumatisasi kurang berkembang. Sel
mastoid dapat meluas ke daerah sekitarnya, dapat sampai ke arkus zigomatikus dan ke
pars skuamosa tulang temporal.
Formasi abses leher mengikuti anatomi regional. Tip mastoid, pneumatisasi
pada dewasa, terdiri dari sel-sel udara berdinding tipis. Bagian lateral dari prosesus
mastoideus terdiri dari tulang yang lebih tebal dibandingkan dengan dinding bagian
medial. Selain itu, bagian lateral berfungsi sebagai tempat insersi dari m. digastrikus,
m. sternokleidomastoideus, m. kapitis splenius dan m. kapitis longissimus. Bagian
lateral yang tebal dari prosesus mastoid dan pertemuan dari otot leher berfungsi
sebagai barier kuat penahan erosi pus di bagian lateral. Pus di mastoid mengikis
melalui area yang tidak kuat yaitu tip mastoid di bagian inferior dan medial. Dengan
demikian, abses terkumpul jauh di dalam otot-otot leher sehingga sulit untuk di deteksi
dini.

Gambar 2. M. sternokleidomastoideus.

II. 3. Epidemiologi
Menurut Mygind (1903), yang dikutip oleh Gaffney, pada era praantibiotik,
lebih dari 50% kasus otitis media akut menimbulkan komplikasi mastoiditis. Bezold
mendapatkan 20% kasus mastoiditis berlanjut menjadi abses Bezold. Namun sejak

6
ditemukan antibiotika, kasus komplikasi otitis media supuratif sangat menurun.
Beberapa penulis mendapatkan 0,4% kasus otitis media berlanjut menjadi mastoiditis.
Abses Bezold lebih sering ditemukan pada orang dewasa dengan pneumatisasi
sel yang besar pada tip mastoidnya.
II. 4. Patogenesis
Sel udara mastoid dilapisi oleh modifikasi mukosa saluran napas. Infeksi
mastoid terjadi setelah infeksi telinga tengah melalui beberapa stadium, yaitu:
(a) Terjadi hiperemia dan edema mukosa yang melapisi sel udara mastoid,
(b) Akumulasi cairan serosa yang kemudian menjadi eksudat purulen,
(c) Demineralisasi dinding seluler dan nekrosis tulang akibat iskemia dan tekanan
eksudat purulen pada tulang septum yang tipis,
(d) Terbentuknya rongga abses akibat destruksi dinding sel udara yang berdekatan,
sehingga terjadi penggabungkan sel udara mastoid (coalescence).
Pada stadium ini terjadi empiema dalam mastoid. Bila pada stadium ini tidak
terjadi penyembuhan, maka pus dapat meluas ke salah satu atau lebih jalan berikut:
(1) Anterior menuju telinga tengah menuju aditus ad antrum, biasanya terjadi
penyembuhan spontan
(2) Destruksi ke lateral pada korteks mastoid menimbulkan abses subperiosteum
(3) Destruksi pada sisi medial tip mastoid ke insisura digastrika menimbulkan
abses Bezold
(4) Ke medial menimbulkan sel udara tulang petrosus menimbulkan petrositis
(5) Ke posterior menimbulkan osteomielitis tulang tengkorak
(6) Dan yang sangat jarang terjadi ialah destruksi pada permukaan luar korteks
zygoma, menimbulkan abses zygoma.

Pada mastoiditis akut sumbatan pada aditus ad antrum dapat terjadi karena
edema mukosa, hipertrofi mukosa, hiperplasia, jaringan granulasi, mukosa polipoid,
serpihan tulang sehingga menghambat aliran pus dari rongga mastoid ke telinga
tengah. Akibatnya terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid dan sel-sel
mastoid.

7
Pada OMSK dengan kolesteatom, sumbatan aditus ad antrum disebabkan oleh
adanya kolesteatom di antrum dan sel mastoid. Hal ini menghambat aliran pus ke
telinga tengah dan liang telinga.
II. 5. Etiologi
Pneumokokus adalah organisme penyebab abses Bezold. Edison (1980)
mendapatkan Klebsiella sebagai organisme penyebab abses Bezold, pada pasien
dengan riwayat otore selama 20 tahun. Smousha (1989) mendapatkan bebrapa
organisme penyebab bakteri gram positif, negatif, anaerob. Furukawa (2001)
menemukan Bacteroides dan tiga macam bakteri gram negatif.
Jika merupakan komplikasi mastoiditis akut maka kuman yang ditemukan
sama dengan kuman penyebab Otitis Media Akut yaitu Streptococcus pneumoniae dan
Haemophilus influenza, sedangkan jika merupakan komplikasi dari mastoiditis
subakut dan kronis, kuman penyebab Staphylococcus aureus dan gram negatif seperti
E. Coli, Proteus dan Pseudomonas.
II. 6. Diagnosis
Diagnosis abses Bezold ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan penunjang.
II. 6. 1. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya riwayat otore dan panas tinggi,
walaupun tidak jarang ditemukan kasus dengan suhu normal. Kadang-kadang terdapat
trismus dan sukar menelan akibat tekanan abses pada dinding faring dan tonsil.
II. 6. 2. Pemeriksaan Klinis
Abses Bezold biasanya ditandai dengan pembengkakan dari tip mastoid sampai
sepanjang m. sternokleidomastoideus, nyeri tekan dengan atau tanpa fluktuasi.
Kadang-kadang sel-sel besar mastoid pada permukaan medial prosesus
mastoid meluas dari insisura digastrika sampai sepanjang bulbus vena jugularis.
Destruksi daerah ini memberikan gambaran klinik yang berbeda, karena pus tidak
dapat mencapai permukaan otot, sehingga tidak ditemukan fluktuasi. Nyeri tekan
didaerah leher lebih ringan daripada daerah mastoid.

8
Kadang-kadang abses Bezold disertai paresis fasialis akibat tekanan pada
foramen stilomastoideum. Kelainan telinga pada abses Bezold seperti adanya desakan
pada dinding liang telinga posterosuperior dengan perforasi membran timpani dan
sekret yang banyak. Kadang-kadang infeksi liang telinga mengalami perbaikan
sehingga tidak ditemukan gambaran infeksi.
Pada pemeriksaan daerah retroaurikuler menunjukkan obliterasi dari sulkus.
Nyeri tekan lebih nyata bila dilakukan pada bagian puncak mastoid.
II. 6. 3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang radiologik mastoiditis akut biasanya didapatkan
perselubungan, sedangkan pada mastoiditis kronis memberikan gambaran sklerotik.
Pada pemeriksaan foto jaringan lunak leher berguna untuk melihat adanya proses
patologik pada ruangan leher dalam. Biasanya menunjukkan penebalan jaringan lunak.
Pemeriksaan CT scan leher mempunyai nilai diagnosis dan dapat digunakan
untuk rencana terapi. Pada kasus tertentu, CT scan membantu deteksi awal abses yang
secara klinis belum terlihat. CT scan dapat menentukan komplikasi dini, menunjukkan
adanya kolesteatom di kavum mastoid, dan menggambarkan secara cermat daerah
leher yang terkena. CT scan juga membantu ahli bedah dalam merencanakan
pendekatan operasi. Oleh karena jalannya pus di leher bervariasi, maka setiap CT scan
sebaiknya dilakukan pada setiap kasus abses leher.
Pada pemeriksaan CT scan, didapatkan gambaran opasifikasi di telinga tengah
dan kavitas mastoid. Kadang disertai dengan erosi tulang terutama tip mastoid
(Gambar 4A). Abses ini melibatkan otot-otot yang berdekatan sekitar mastoid dan
meluas ke inferior (Gambar 4B). Pada kasus kronik terdapat reaksi inflamasi
osteoblastik kronik, sehingga struktur sel hilang.

9
Kultur bakteri dari secret telinga dan abses di leher harus dilakukan untuk
menentukan terapi yang tepat.

Gambar 4. (A). Potongan axial kontras CT scan memperlihatkan opasifikasi sel udara
mastoid disertai erosi tulang dan proses inflamasi yang agresif. (B). Algoritma jaringan
lunak menunjukkan abses multiloculated melibatkan otot-otot paraspinal.
II. 7 . Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan pada abses bezold meliputi terapi medikamentosa dan
operatif. Bila diagnosis abses Bezold ditegakkan maka antibiotik spektrum luas harus
diberikan. Antibiotik parenteral merupakan terapi andalan. Untuk mendapatkan jenis
antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebab,uji kepekaan perlu dilakukan. Namun,
pemberian antibiotik secara parenteral sebaiknya diberikan secepatnya tanpa
menunggu hasil kultur pus. Antibiotik kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob
dan anaerob, gram positip dan gram negatif) adalah pilihan terbaik mengingat
kuman penyebabnya adalah campuran dari berbagai kuman. Kombinasi penisilin
dengan metronidazole merupakan terapi primer standar. Kloramfenikol sering
digunakan dan mencakup antibiotik spektrum luas, tapi memiliki beberapa efek
samping. Secara empiris kombinasi ceftriaxone dengan metronidazole masih cukup
baik. Setelah hasil uji sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik dapat
disesuaikan.
Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob memiliki angka sensitifitas tinggi
terhadap terhadap ceforazone sulbactam, moxyfloxacine, ceforazone,ceftriaxone,
yaitu lebih dari 70%. Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih
tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif. Antibiotik biasanya dilakukan
selama lebih kurang 10 hari.

10
Berdasarkan literatur, operasi dini umumnya dianjurkan untuk evakuasi abses
dengan drainase pus dari sel mastoid di regio leher dilakukan secara bersamaan.
Pendapat lain operasi dini untuk drainase pus dari leher, kemudian direncanakan
operasi untuk penyakit telinga yang mendasarinya pada saat yang lebih tepat dimana
inflamasi telah berkurang.
Pada saat dilakukan mastoidektomi, seluruh sel mastoid dibersihkan dengan
kuret sampai destruksi di bagian dalam ditemukan. Insisi pada abses Bezold dilakukan
di bawah ujung tulang mastoid, sejajar dengan tepi anterior m. sternokleidomastoid di
sepanjang abses leher.
II. 8. Komplikasi
Abses bezold biasanya menyebar ke dalam substansial m.
sternokleidomastoideus dan terbatas ke servikal posterior dan ruangan perivertebral
oleh fasia faringobasilar dan bagian dalam fasia servikal. Dapat meluas ke karotid,
prevertebral, danger dan ruang retrofaringeal. Dengan memperoleh akses ke dalam
ruang danger, abses dapat meluas ke mediastinum atau ke dalam dasar tengkorak.
Infeksi dapat menyebar ke bawah melalui vena besar untuk sampai ke ruang
periviseral, laring atau mediastinum, menuruni otot –otot kolumna vertebra ke ruang
retrofaringeal, mengikuti a. subklavia menuju ruang suprasternal dan melintasi bagian
kontalateral leher. Bezold juga mengatakan bahwa kematian umumnya terjadi karena
adanya perluasan abses di dasar tengkorak atau pada vertebra yang menyebabkan
kompresi otak dan medula spinalis.
II. 9. Prognosis
Pada umumnya, prognosis abses bezold baik apabila didiagnosis secara dini
dan ditangani dengan penanganan yang tepat. Kebanyakan pasien umumnya sembuh
total dengan terapi antibiotik yang adekuat dan intervensi pembedahan dini (10 dari
14 pasien, 71%).

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Nhat M. Doan, MD, Charles Levy, MD, Ziad Deeb, MD, Daniel R. Lucey,
MD, MPH. Bezold Abscess: A complication of mastoiditis Diunduh dari
http://www.medscape.com/viewarticle/463782_3. [Diakses tanggal 21
Mei 2013].
2. Helmi. Anatomi bedah regio temporal. Otitis media supuratif kronis,
pengetahuan dasar, terapi medik, masoidektomi, timpanoplasti. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2005.
3. Pulungan MR. Pola Kuman abses leher dalam. Diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-LEHER-
DALAM-Revisi. [Diakses tanggal 21 Mei 2013]
4. Bezold Abscess: case report and literature review. Diunduh dari
http://apps.eistein.br/revista/arquivos/pdf. [Diakses tanggal 22 Mei 2013]
5. Deep Neck Space Infections (updated 08/06). Diunduh dari
http://www.entnyc.com/coclia_deep.pdf. [Diakses tanggal 22 Mei 2013]

12

Anda mungkin juga menyukai