Anda di halaman 1dari 23

Computer Radiografi

Computer Radiografi (CR) merupakan suatu sistem atau proses untuk mengubah sistem analog
pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi.
Computed Radiography adalah proses digitalisasi gambar yang menggunakan lembar atau
photostimulable plate untuk akusisi data gambar (Ballinger, 1999).

Komponen Computed Radiography


Adapun komponen dari computed radiography yaitu:
1) Imaging plate (IP)
Imaging plate adalah plat film yang mempunyai kemampuan menyimpan energi sinar-x, dan
energi tersebut dapat di bebaskan atau dikeluarkan melalui proses scanning dngan menggunakan
laser. imaging plate merupakan media pencatat gambaran sinar x pada computed radiography,
yang terbuat dari bahan photostimulablephosphor tinggi, BaFX (X=halogen).
imaging plate berfungsi untuk mencatat gambar sinar-x kedalam foto stimulable phosphor
dan menyampaikan informasi gambar itu kedalam bentuk elektrik.

2) Cassette
Cassette pada computed radiography bagian depan (front side) terbuat dari carbon fiber
dan bagian belakang terbuat dari aliminium.
3) Image reader
Berfungsi sebagai pembaca, pengolah gambar yang diperoleh dari imaging plate yang
dijalankan dengan menggunakan laser scanner. Dilengkapi dengan preview monitor untuk
melihat apakah pemotretan yang dilakukan tidak terpotong atau obyeknya bergerak. Pada kasus
ini pemotretan harus diulang.
4) Image console
Berfungsi untuk mengolah gambar, berupa komputer dengan software khusus untuk medical
imaging. Gambar dapat diolah tampilannya sehingga memudahkan memperoleh gambar yang
lebih baik.
Pada image console juga dilengkapi dengan menu yang lebih dari 200 macam pilihan gambar
yang sesuai dengan bagian anatomi yang akan difoto pada anatomi tertentu. Karena computed
radiography merupakan bentuk digital, bermacam-macam jenis processing gambar dapat
digunakan untuk menambah dan juga mempertinggi kualitas gambar.
5) Imager (printer)
Apabila foto dikehendaki untuk dicetak maka gambar dapat dikirim kebagianimager untuk
dicetak sesuai yang diinginkan karena imager itu sendiri mempunyai fungsi sebagai pencetak
gambaran. Pada proses pencetakan ini tidak memerlukan kamar gelap lagi karena dapat dicetak
langsung didalam dry imager tanpa harus di kamar gelap, dan juga tidak memerlukan lagi cairan
seperti fixer dan developer sehingga tempat kerja biasa lebih bersih.
Prinsip kerja CR
1) Imaging plate yang terletak didalam kaset, dilakukan eksposi dengan menggunakan peralatan
pembangkit sinar-x. Pada saat sinar-x menembus objek, akan terjadi attenuasi (perlemahan)
akibat dari kerapatan objek karena berkas sinar-x yang melalui objek tersebut. Kemudian
membentuk bayangan laten.
2) IP cassete kemudian dimasukkan kedalam image reader. Di dalam image reader,
bayangan laten yang disimpan pada permukaan phosphor, dibaca dan dikeluarkan menggunakan
cahaya infra merah untuk menstimulus phosphor, sehingga mengakibatkan energi yang
tersimpan berubah menjadi cahaya tampak.
3) Cahaya yang dikeluarkan dari permukaan plate, akan ditangkap oleh sebuah pengumpul
cahaya dan diteruskan ke tabung photomultiplier yang mengubah energi cahaya tersebut menjadi
sinyal listrik analog.
4) Selanjutnya sinyal analog ini diubah menjadi sinyal digital oleh rangkaian analog to digital
converter (ADC) dan diproses dalam komputer.
5) Setelah proses pembacaan selesai, data gambar pada imaging plate dapat dihapus dengan
cara imaging plate dikenai cahaya yang kuat. Hal ini membuat imaging plate dapat dipergunakan
kembali.
6) Setelah gambaran tampil dilayar monitor, gambaran tersebut dapat dilakukan rekontruksi
atau dimanipulasi pada image console sehingga mendapatkan gambaran yang diinginkan.

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang
Radiasi terdiri dari beberapa jenis, dan setiap jenis radiasi tersebut memiliki panjang gelombang
masing-masing.
Ditinjau dari massanya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi partikel.
Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini terdiri dari
gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar gamma dan sinar
kosmik. Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki massa, misalnya partikel
beta, alfa dan neutron.
Efek yang disebabkan oleh radiasi
Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini hanya muncul jika
dosis radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis Ambang. Sebagai contoh, katarak
dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah terkena dosis radiasi 5
Sv atau lebih.
Efek radiasi yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik. Efek stokastik ini tidak
dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya
juga bertambah besar dan dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini
mengacu pada penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi
akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam waktu 2
tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam waktu 20 tahun atau
lebih.
Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker.

BATAN
Badan Tenaga Nuklir Nasional, disingkat BATAN, adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian,
pengembangan, dan pemanfaatan tenaga nuklir.

BAPETEN
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) adalah Lembaga Pemerintah non Kementerian
(LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
BAPETEN bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga
nuklir di Indonesia melalui peraturan perundangan, perizinan dan inspeksi sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

BPFK (Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan): Laboratorium uji alat kesehatan yang
berada di bawah Kementerian Kesehatan.

Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Izin dan oleh
BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan Proteksi
Radiasi.
Tenaga Petugas Proteksi Radiasi memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Membuat program proteksi dan keselamatan radiasi.
2. Memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan radiasi.
3. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi radiasi, dan memantau
pemakaiannya.
4. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat di mana
pesawat sinar-x digunakan.
5. Memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan keselamatan radiasi.
6. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas radiologi.
7. Memelihara rekaman.
8. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan.
9. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal kedaruratan.
10. Melaporkan kepada pemegang izin setiap kejadian kegagalan operasi yang berpotensi
kecelakaan radiasi.
11. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program proteksi dan keselamatan
radiasi, dan verfikasi keselamatan yang diketahui oleh pemegang izin untuk dilaporkan kepada
Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
12. Melakukan inventarisasi zat radioaktif.

BNO IVP
Pengertian BNO IVP
BNO (Blass Nier Overzicht),blass : kandung kemih , Nier : ginjal , Overzicht : penelitian.
Adalah Pemeriksaan didaerah abdomen atau pelvis untuk mengetahu kelainan kelainan pada
daerah tersebut khususnya pada system urinaria. Sedangkan IVP (Intera Venous Pyeloghrapy ).
Indikasi pemeriksaan IVP
1. Batu kandung kemih
2. Pembesaran prostat jinak
3. Radang ginjal
4. Batu ginjal
5. Hydronephrosis
6. Curiga ada tumor pada ureter
7. Radang ureter
8. Sumbatan pada ureter karena batu
Kontra indikasi pemeriksaan IVP
1. Alergi terhadap media kontras
2. Penyakit kencing manis
3. Tumor ganas
4. Penyakit hati / lever
5. Kegagalan jantung
6. Anemia berat
7. Kegagalan ginjal
8. Hasil ureum dan creatinin tidak normal
Persiapan pemeriksaan BNO IVP
Persiapan Pasien:
Prosedur pelaksanaan urus urus :
1. Makan makanan lunak yang tidak berserat satu sampai dua hari sebelum pemeriksaan
2. Minum laktasit atau obat pencahar yg diberikan 12 jam sebelum pemeriksaan utk
membersihkan usus dari faeses
3. Dua belas jam sebelum pemeriksaan pasien puasa
4. Selama berpuasa pasien diharapkan mengurangi berbicara dan merokok utk menghindari
adanya bayangan
5. Pemeriksaan laborat
Kreatinin ( normal : 0,6- 1,5 mg/ 100 ml )
Ureum ( normal : 8-25 mg/ 100ml)
Sebelum dilakukan pemeriksaan , maka pasien di minta untuk buang air kecil terlebih
dahulu
6. Yang terakhir adalah penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan dan penandatanganan informed consent.
Persiapan Media Kontras
Bahan kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi
(visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik. Bahan kontras
dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (bahan
kontras positif) atau menurunkan daya attenuasi sinarX (bahan kontras negatif dengan bahan
dasar udara atau gas). Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan ke dalam
tubuh pasien untuk membantu pemeriksaan radografi, sehingga media yang dimasukkan tampak
lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang akan diperiksa.
Media kontras yang digunakan dalam BNO IVP adalah yang berbahan iodium, dimana
jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan.
Bahan kontras yang sering di gunakan : Iopamiro, Omnipaque, Ultravist
Syarat bahan kontras yang digunakan dalam pemeriksaan IVP adalah :
a. Memeiliki nomor atom yang tinggi (seperti Iodium nomor atomnya 53) ,sehingga zat kontras
akan tampak putih pada jaringan.
b. Non Toxic atau tidak beracun,dapat ditolerir oleh tubuh.
c. Bersifat water soluble dan ionic atau larut dalam air,dapat dengan mudah diserap atau
dikeluarkan tubuh setelah pemeriksaan.
Teknik Pemeriksaan
Foto polos abdomen
Tujuan :
a. Untuk melihat persiapan pasien , apakah usus sudah bebas dari udara dan faeces
b. Untuk melihat kelainan anatomi pada organ saluran kemih
c. Untuk menentukan faktor eksposi pada pengambilan radiograf selanjutnya
Posisi pasien :
a. Berbaring terlentang di atas meja pemeriksaan
a) Tempatkan kedua lengan di samping tubuh
b) Mid Sagital Plane berada di tengah meja pemeriksaan
c) Arah sumbu sinar : vertikal tegak lurus terhadap kaset
d) Titik bidik : pada Mid Sagital Plane tubuh setinggi garis yg menghubungkan crista iliaca kanan
dan kiri
e) Jarak fokus dengan film : 100 cm
b. Ukuran kaset : 30 x 40 cm
c. Eksposi : pada saat ekspirasi dan tahan nafas
Kriteria : dapat menampakkan organ abdomen scr keseluruhan , tidak tampak pergerakaan tubuh
,kedua krista iliaca simetris kanan dan kiri
d. Gambaran vertebra tampak dipertengahan radiograf
Penyuntikan Media Kontras
a. Sebelum penyuntikan media kontras ,terlebih dahulu dilakukan skin test terhadap pasien.
b. Penyuntikan urografi intra vena mempunyai dua cara : langsung dan drip infus
c. Penyuntikan src langsung dilakukan melalui pembuluh darah vena dengan cara memasukkan
jarum wing needle ke dalam vena mediana cubiti
d. Penyuntikan scr drip infus adalah media kontras dicampur dgn larutan fisiologis kmd
dimasukkan melalui slang infus
Alur perjalanan bahan kontras
Bahan kontras disuntikan pada vena fossa cubiti akan mengalir ke vena capilaris,vena
subclavian,kemudian ke vena cava superior. Dari vena cava superior, bahan kontras akan
mengalir masuk ke atrium kanan (jantung) ,kemudian ke ventrikel kanan dan mengalir ke arteri
pulmo.Kemudian mengalir ke vena pulmomenuju atrium kiri kemudian ke ventrikel kiri dan
mengalir ke aortaserta terus mengalir menuju aorta desendens trus kedalam aorta abdominalis
dan masuk kedalam arteri renalis dan mulai memasuki korteks ginjal.
E.FOTO POST PENYUNTIKAN MEDIA KONTRAS

1. Foto 5 menit
Tujuan :Untuk melihat fungsi ginjal dan untuk melihat pengisian media kontras pada
pelvicocalises
Tehnik pemeriksaan:
a. Posisi pasien : berbaring di atas meja pemeriksaan
b. Tempatkan kedua lengan disamping tubuh
Posisi pasien:
a. Mid Sagital Plane berada di tengah meja pemeriksaan
b. Ukuran kaset : 24 x 30 cm, diatur melintang tubuh di dlm meja bucky dengan krista iliaca
masuk pada bagian bawah kaset tanpa memotong bagian ginjal
c. Arah sumbu sinar : vertikal tegak lurus terhadap kaset
d. Titik bidik : pada pertengahan antara proccecus xypoideus dengan krista iliaca kanan dan kiri
e. Jarak fokus dengan film : 100 cm
f. Eksposi : pada saat ekspirasi dan tahan nafas
g. Kriteria : dapat menampakkan kedua kontur ginjal yang terisi media kontras
Foto 5 menit post injeksi

Tampak kontras mengisi ginjal kanan dan kiri


2. Foto 15 menit post penyutikan
Tujuan: Untuk melihat pengisian media kontras pada ureter
Tehnik pemeriksaan:
a. Posisi pasien : berbaring di atas meja pemeriksaan
b. Tempatkan kedua lengan disamping tubuh
Posisi pasien:
a. Mid Sagital Plane berada di tengah meja pemeriksaan
b. Ukuran kaset : 30 x 40 cm, diatur memanjang sejajar tubuh dengan sympisis pubis masuk pada
bag batas bawah kaset tanpa memotong bag atas ginjal Arah sumbu sinar : vertikal tegak lurus
terhadap kaset
c. Titik bidik : pada Mid Sagital Plane tubuh setinggi garis yang menghubungkan crista iliaca
kanan dan kiri
d. Jarak fokus dengan film : 100 cm
e. Eksposi : pada saat ekspirasi dan tahan nafas
f. Kriteria : dapat menampakkan media kontras yang mengisi kedua ureter
Foto menit ke - 15

mencakup gambaran pelviocalyseal, ureter dan bladder.

3. Foto post 30 menit penyuntikan


Tujuan :Untuk melihat pengisian ureter bag bawah dan kandung kencing
Tehnik pemeriksaan:
a. Posisi pasien : berbaring di atas meja pemeriksaan
b. Tempatkan kedua lengan disamping tubuh
Posisi pasien
a. Mid Sagital Plane berada di tengah meja pemeriksaan
b. Ukuran kaset : 30 x 40 cm, diatur memanjang sejajar tubuh dgn sympisis pubis masuk pada
bag batas bawah kaset tanpa memotong bag atas ginjal
c. Arah sumbu sinar : vertikal tegak lurus terhadap kaset
d. Titik bidik : - pada Mid Sagital Plane tubuh setinggi garis yg menghubungkan crista iliaca
kanan dan kiri
e. Jarak fokus dengan film : 100 cm
f. Eksposi : pada saat ekspirasi dan tahan nafas
g. Kriteria : dapat menampakkan media kontras yang mengisi kedua ginjal,ureter dan kandung
kencing .Gambaran verteba berada d pertengahan radiograf, kedua krista iliaca simetris kanan
dan kiri
h. Foto 30 menit post injeksi (full blass)
tampak media kontras pada kandung kencing, tampak kedua ginjal,dan ureter, daerah sympisis
pubis masuk dalam radiograf.
Apabila pada 30 menit setelah penyuntikan media kontras , kandung kencing terisi penuh dengan
media kontras , maka pasien dimohon untuk kencing/ buang air kecil
Apabila pada foto ke 30 menit media kontras belum mengisi penuh kandung kencing maka
pemeriksaan dilanjutkan sampai 60 menit , 90 menit , 120 menit
Poto Post Void

COLON IN LOOP

Teknik pemeriksaan colon in loop adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus besar
dengan menggunakan media kontras secara retrograde.

Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan colon in loop adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari
kolon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan
pada koloN.
Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi
Kolitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk didalamnya kolitis ulseratif dan
kolitis crohn.
Carsinoma atau keganasan
Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan mukosa
dan muskularis mukosa.
Megakolon adalah suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak adanya sel ganglion di
pleksus mienterik dan submukosa pada segmen colon distal.Tidak adanya peristaltik
menyebabkan feses sulit melewati segmena gangglionik, sehingga memungkinkan penderita
untuk buang air besar tiga minggu sekali.
Obstruksi atau illeus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.
Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.
Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.
Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus ke bagian usus yang lain.
Atresia ani adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
2. Kontra Indikasi
Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan dengan tekanan tinggi.
Obstruksi akut atau penyumbatan.
Diare berat.
Persiapan Pasien
Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan colon in loop adalah untuk
membersihkan kolon dari feses, karena bayangan dari feses dapat mengganggu gambaran dan
menghilangkan anatomi normal sehingga dapat memberikan kesalahan informasi dengan adanya
filling defect.
Prinsip dasar pemeriksaan colon in loop memerlukan beberapa persiapan pasien, yaitu :
1. Mengubah pola makanan pasien
Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk
menghindari terjadinya bongkahan - bongkahan tinja yang keras.
2. Minum sebanyak-banyaknya
Pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek
3. Pemberian obat pencahar
Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar hanya
sebagai pelengkap saja.
Teknik Pemasukan Media Kontras
1. Metode kontras tunggal
Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah sekum. Pengisian diikuti dengan
fluoroskopi. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri
serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero
posterior. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian dibuat radiograf post evakuasi posisi
antero posterior.
2. Metode kontras ganda
a. Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat.
Merupakan pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan media kontras berupa
campuran antara BaSO4 dan udara. Barium dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis
kemudian kanula diganti dengan pompa. Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi
miring ke kiri menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya
agar media kontras merata di dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat
radiograf.
b. Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.
(1). Tahap pengisian
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen kolon, sampai mencapai
pertengahan kolon transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi
penderita.
(2). Tahap pelapisan
Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi mukosa kolon.
(3). Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan
kembali.
(4). Tahap pengembangan
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon. Pemompaan udara tidak boleh
berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks vagal
yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.
(5). Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan bila seluruh kolon telah mengembang sempurna.
Proyeksi Radiograf
1. Proyeksi Antero Posterior (AP).
Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane)
tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh
dan kedua kaki lurus ke bawah. Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus
dan batas bawah adalah symphisis pubis.
Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus
dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.
kriteria radiograf menunjukkan seluruh kolon terlihat, termasuk fleksura dan kolon
sigmoid.
2. Proyeksi Lateral (Ballinger, 1999).
Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada
pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah sinar tegak lurus terhadap film pada Mid
Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior (SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien
ekspirasi dan tahan nafas.
kriteria : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada pertengahan
radiograf.

Pelaksanaan Pemeriksaan HSG


Sebaiknya pemeriksaan HSG dilaksanakan pada masa Subur / Fertile efektifnya yaitu 10 hari
setelah HPHT (Hari Pertama Haid Terahir). Akan tetapi pada prakteknya tidak pasti sperti itu.
Untuk pasien dengan siklus haid Normal ( Haid 7 hari) maka pemeriksaan dilakukan 10-14 hari
setlah HPHT. Dan untuk pasien dengan siklus haid tidak Normal maka pemeriksaan dilakukan
3-4 hari setelah haid selesai

2. Persiapan Pasien

Persiapan penderita untuk pemeriksaan HSG adalah sebagai berikut :

1. Penderita sejak hari pertama menstruasi yang terakhir sampai hari kesepuluh tidak
diperkenankan melakukan persetubuhan (koitus) terlebih dahulu.
2. Pada pemeriksaan sebaiknya rektum dalam keadaan kosong, hal ini dapat dilakukan
dengan memberi penderita tablet dulcolak suposutoria beberapa jam sebelum
pemeriksaan atau sebelum lavemen.
3. Untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit, atas perintah dokter penderita dapat diberi
obat penenang, dan anti spasmodik.
4. Sebelum pemeriksaan yang dilakukan penderita untuk buang air kecil terlebih dahulu
untuk menghindari agar penderita tidak buang air selama jalannya pemeriksaan sehingga
pemeriksaan tidak terganggu dan berjalan lancar.
5. Berikan penjelasan pada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan,
serta jalannya pemeriksaan agar pasien merasa aman dan tenang sehingga dapat diajak
kerjasama demi kelancaran pemeriksaan.

3. Pemasukan Media Kontras

Pemasukan media kontras bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan HSG Set dan dengan
Katerer. Media kontras yang dipakai adalah media kontras positif jenis Iodium water soluble
yang sering digunakan adalah Urografin 60%, Urografin 76 %.

1. Pemasukan media kontras menggunakan HSG Set

Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan menggunakan desinfektan,


diberi juga obat antiseptik daerah cervix.
Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan HSG Set masuk
kemudian bagian dalam vagina dibersihkan dengan betadin, kemudian sonde uteri
dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.
Siapkan HSG set yang telah dimasuki media kontras, sebelum dimasukkan terlebih
dahulu semprotkan media kontras sampai keluar dari ujung HSG set..
Dengan bantuan long forcep, HSG set dimasukan perlahan ke ostium uteri externa.
Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media kontras
jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih
Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan
serta ambil radiografinya
Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina dibersihkan.

2. Pemasukan media kontras menggunakan Kateter

Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan menggunakan desinfektan,


diberi juga obat antiseptik daerah cervix.
Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan kateter masuk kemudian
bagian dalam vagina dibersihkan dengan betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk
mengukur kedalaman serta arah uteri.
Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu ujung kateter, sebelumnya
kateter diisi terlebih dahulu dengan media kontras sampai lumen kateter penuh.
Dengan bantuan long forcep, kateter dimasukan perlahan ke ostium uteri externa
Balon kateter diisi dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon mengembang diantara
ostium interna & externa, balon ini harus terkait erat pd canalis servicalis, kemudian
spekulum dilepas.
Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media kontras
jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih
Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan
serta ambil radiografinya
Balon dikempeskan dan kateter dapat ditarik secara perlahan
Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina dibersihkan.
B. PROYEKSI

Untuk pemasukan media konrad dengan HSG set maupun kateter proyeksi yang digunakan
sama. Foto diambil dengan proyeksi sebagai berikut.

AP Plan foto
AP dengan Kontras
Oblik dengan Kontras
AP Post miksi

1. Proyeksi AP

Proyeksi AP ini digunakan untuk plan foto, proyeksi setelah dimasukannya media kontras,dan
post miksi. Prosedurnya sebagai berikut:

Posisi Pasien : pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan untuk plan foto dan post miksi,
lakukan posisi Lithotomi saat pemasukan HSG Set atau kateter dan untuk proyeksi AP setelah
pemasukan media kontras.

Posisi Objek : Daerah pelvis true AP dan atur MSP tbuh pada pertengahan kaset atau meja
pemeriksaan. Atur kaset pada posisi membujur.

Central Ray : Vertical tegak lurus film

Central Point: 5 cm proximal symphisis phubis

2. Proyeksi Oblique

Proyeksi Oblique ini digunakan untuk proyeksi setelah dimasukannya media kontras pada
vagina. Prosedurnya sebagai berikut:

Posisi Pasien: Pasien tidur semi supine ke salah satu sisi tubuh (LPO atau RPO)

Posisi Objek : Atur daerah pelvis posisi oblik kira-kira 45 derajat. Atur kaset pada posisi
membujur.
Central Ray : Vertical tegak lurus film

Central Point: 5 cm proximal symphisis pubis

RPO : 2 cm kearah kiri dari MSP

LPO : 2 cm kearah kanan dari MSP

Kriteria radiograf:

Hal berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:

Daerah panggul 2 inci (5 cm) di atas simfisis pubis terpusat pada film radiografi
Semua media kontras terlihat, termasuk setiap daerah tumpahan
Sebuah skala pendek dari kontras pada radiografi

Appendikografi
DEFINISI :
Appendikografi : Teknik pemeriksaan radiologi untuk memvisualisasikan appediks dengan
menggunakan kontras media positif barium sulfat .
Dapat dilakukan :

Secara oral
Ecara anal
PERSIAPAN PASIEN

48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserat. Misal :
bubur kecap
12 jam atau 24 jam sebelum pem pasien diberikan 2/3 Dulcolac untuk diminum
Pagi hari pasien deberi dulkolac supositoria melalui anus atau dilavement
4 jam sebelem pemeriksaan pasien harus puasa hingga emeriksaan berlangsung
Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok

PERSIAPAN ALAT

Pesawat sinar-X yg dilengkapi fluoroskopi & dilengkapi alat bantu kompresi yg


berfungsi untuk memperluas permukaan organ yg ada didaerah ileosaekal / memodifikasi
posisi pasien supine mjd prone
Kaset + film

PERSIAPAN BAHAN
Bahan kontras barium sulfat dengan perbandingan 1 : 4 sampai 1 : 8
3.2. Teknik Pemeriksaan
PA/AP PROJECTION
Posisi Pasien : Pasien pada posisi pone atau supine, dengan bantal di kepala.
Posisi Objek :
MSP berada di tengah-tengah meja pemeriksaan
Pastikan tidak ada rotasi

Central Ray :

CR tegak lurus terhadap kaset


CR setingi iliac crest
SID minimal 100 cm
Struktur yang tampak :

Colon bagian transversum harus diutamaka terisi barium.pada posisi PA dan terisi udara
pada posisi AP dengan teknik double contrast.
Seluruh luas usus harus nampak termasuk flexure olic kiri.

RPO (Right Posterior Oblique)

Posisi Pasien : 35 to 45o menuju right dan left porterior oblique (RPO atau LPO), dengan bantal
pada bantal

Posisi Objek :

Letakan bantal di atas kepala.


Flexikan siku dan letakan di depan tubuh pasien
Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margins kiri dan kanan
sama jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan

CENRAL RAY :

CRtegak lurus terhadap IR


Sudutkan CR dengan titik pusat setinggi iliac crest dan sekitar 2,5 cm lateral menuju
garis midsaggital plane (MSP).
SID minimal 100 cm

STRUKTUR YANG TAMPAK


LPO colic flexura hepatic kanan dan ascending & recto sigmoid portions harus tampak
terbuka tanpa superimposition yang significant. RPO- colicflexure kiri dan descending
portions harus terlihat terbuka tanpa superimposition yang significant.

Teknik Radiografi Mammografi


1) Proyeksi Supero Inferior (Cranio Caudal)
Untuk memperlihatkan struktur jaringan payudara dengan jelas dilihat dari pandangan
superior inferior.
Posisi pasien : Duduk di atas kursi atau dapat juga berdiri
Posisi obyek : - Mammae diletakkan di atas kaset.
- Film diatur horizontal
- Tangan sebelah mammae yang difoto
manekan kaset ke arah dalam (posterior),
tangan lain di belakang tubuh.
- Sebaiknya dengan sistem kompresi
(mengurangi ketebalan mammae agar rata
dan tipis)
- Kepala menoreh ke arah yang berlawanan
Arah sinar : Vertical tegak lurus film
Titik bidik : Pertengahan mammae
FFD : 35-40 cm
2) Proyeksi Medio Lateral
Bertujuan memperlihatkan jaringan payudara terutama daerah lateral.
Posisi pasien : - Tidur atau berdiri miring, sedikit obliq ke
posterior.
- Bagian mammae yang difoto terletak
didekat kaset.
Posisi obyek : - Mammae diletakkan di atas kaset dengan
posisi horizontal.
- Lengan posisi yang difoto diletakkan di atas
sebagai ganjal kepala.
- Lengan lain menarik mammae yang tidak
difoto ke arah medio lateral agar tidak
superposisi dengan lobus lain.
Arah sinar : Tegak lurus mammae arah medio lateral
Titik bidik : Pertengahan mammae
FFD : Sedekat mungkin (konuc menempel mammae), bila perlu kontak.
3) Proyeksi Latero Medial
Bertujuan untuk memperlihatkan struktur payudara dengan jelas terutama pada daerah
medial.
Posisi pasien : Berdiri atau duduk menghadap meja pemeriksaan
Posisi obyek : - Kedua tangan menyilang di atas penyangga
kaset
- Kaset ditempatkan merapat dengan dinding
dada pada tepi medial obyek yang
diperiksa.
- Dilakukan kompresi
- Bidang vertical payudara yang diperiksa
sejajar dengan dinding dada.
Arah sinar : Horisontal tegak lurus bidang vertical payudara dan bidang kaset.
Titik bidik : Menembus axis payudara yang berbatasan dengan dinding dada.
FFD : 14 - 20 inchi (35 - 50 cm)
Ekposi pada saat tahan napas dan diam.
4) Proyeksi Axila
Bertujuan untuk melihat penyebaran tumor di bagian kelenjar axial.
Posisi pasien : Berdiri dari posisi AP tubuh yang tidak difoto dirotasikan
anterior 150-300 sehingga sedikit oblik.
Posisi obyek : - Obyek diatur di tengah film
- Film vertical pada tepi posterior
- Batas atas film yaitu iga 11-12
- Lengan sisi yang difoto diangkat ke atas
dan fleksi denagn tangan di belakang
kepala, lengan yang tidak difoto diletakkan
di samping tubuh.
Arah sinar : Horizontal tegak lurus film
Titik bidik : 5 cm di bawah axila
FFD : 35 50 cm

5) Proyeksi Obliq
Memperlihatkan struktrur payudara dari pandangan medio lateral.
Posisi pasien : Duduk atau berdiri menghadap pesawat.
Posisi obyek : - Payudara yang diperiksa ditarik ke depan
dan diletakkan di atas kaset.
- Kaset membentuk sudut 450 dari horizontal,
terletak pada tepi lateral bawah dari
payudara yang diperiksa.
- Dilakukan kompresi.
- Bidang tranversal payudara sejajar dengan
Proyeksi Axila kaset.
Arah sinar : 450 medio lateral tegak lurus kaset.
Titik bidik : Menembus axis payudara yang berbatasan dengan dinding dada.
FFD : 35 50 cm

Anda mungkin juga menyukai