Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

CT-SCAN ORBITA

Disusun oleh :
ALifia Choirunnisa’
151810383051

D4 TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan
 Mampu menyiapkan data gambar yang akan dilakukan post-processing
 Mampu melaksanakan post-processing Orbita
 Mampu membuat print gambar CT-Scan Orbita dengan menggunakan berbagai media
 Mampu menyajikan gambar CT-Scan setelah melakukan post-processing

B. Waktu dan Tempat :


a. Waktu : 7 April 2021
b. Pukul : 12.00
c. Tempat : AULA-e Learning

C. Landasan Teori
1. Anatomi
Orbita merupakan struktur bilateral di pertengahan atas ragio facialis di bawah
fossa cranii media, berisi bulbus oculi, nervus optikus, mukuli ekstraokularis, apparatus
lakrimalis, jaringan lemak fascia, dan nervi serta vaskular yang menyuplai struktur-
struktur tersebut.
Pada kerangka masing-masing orbita terdapat tujuh tulang yang menjadi
kerangka rongga orbita. Tulang-tulang tersebut ialah maxilla, zygomaticum, frontale,
ethmoidale, lacrimale, sphenoidale dan palatinum. Ketujuh tulang tersebut Bersama-
sama memberukan bentuk piramida orbita dengan lubang dasarnya yang lebar di anterior
pada ragio facialis, dan apexnya meluas kea rah posteromedial. Gambaran piramida
dilengkapi dengan dinding medialis, lateralis, superior, dan inferior.
Apex bentuk piramida tulang orbita berbentuk piramida ini adalah canalis
optikus, sedangkan dasarnya (margo orbitalis) dibentuk oleh :
 Tulang frontale di superior
 Processus frontalis tulang maxilla di medial
 Processus zygomaticus tulang maxilla dan tulang zygomaticum di inferior
 Di sisi lateral oleh tulang zygomaticum, processus frontalis tulang zygomaticum, dan
processus zygomaticus tulang frontale.
Gambar Anatomi Orbita dan Bulbus Oculi

2. Indiksi Pemeriksaan
 Menggunakan Kontras :
 Massa tumor
 Inflamasi
 Neuritis
3. Persiapan pasien
a. Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan sedasi agar tenang
b. Asesoris pasien yang dapat menimbulkan artefak harus dilepas.
c. Melampirkan hasil laboratorium ureum dan kreatinin terbaru dengan hasil normal
d. Waspada dengan penggunaan obat Metformin pada penderita diabetes militus.
e. Puasa makan ± 4 sebelum pemeriksaan
4. Prosedur Pemeriksaan
a. Posisi pasien : pasien terlentang (supine) dan head first
b. Posisi objek :
Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Agar gambaran simetris
kepala diposisikan sehingga mid sagital plane kepala sejajar dengan lampu
indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator
horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Gantry di
sudutkan paralel dengan supra orbita meatal baseline sebelum pemeriksaan
dilakukan.

c. Parameter Pemeriksaan ( Protokol Radiologi, 2016 danRomans, Lois.E. 2011)


d. Pemasukan obat kontras
Media kontras dimasukkan dengan volume 1 cc per kilogram berat badan / 50 cc
dilanjutkan flusing dengan cairan saline sebanyak 10 cc. teknik memasukkan
media kontras bisa menggunakan injector bisa juga dengan bolus biasa ( Romans,
Lois.E. 2011). Siapkan obat kontras dengan konsentrasi minimal 300 , dengan
jumlah kontras 50 cc, spuit 25 cc/ 50 cc ( bila injeksi dilakukan dengan tehnik
manual injeksi) namun apabila menggunakan alat injektor maka di tambahkan
saline ( NaCl 0,9%) sebanyak 10-15 cc dengan flow rate 2cc/ ml.

e. Scanning post kontras


Apabila pemasukkan media kontras menggunakan teknik bolus, scanning
dilakukan segera setelah pemasukkan media kontras selesa. Apabila pemasukkan
media kontras menggunakan injector, scanning dilakukan 60 detik setelah
pemasukan media kontras. Scanning post kontras menggunakan parameter yang
sama dengan scanning pre kontras. ( Protokol Radiologi, 2016)
f. Pengolahan Gambar
 Mengolah data menjadi gamabran axial pre dan post kontras
 Mengolah data menjadi gambaran coronal post kontras.
 Slice Thickness dengan irisan 3mm, increment= overlapping
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Laptop
2. File berisi hasil pemeriksaan pasien

B. Tata Laksana Praktikum


1. Buka aplikasi Radiant Dicom Viewer
2. Pilih menu scan folder
3. Pilih data CT-Scan
4. Tunggu data masuk ke aplikasi
5. Pilih menu MPR
6. Buat irisan :
 Buat irisan Axial
 Buat irisan Coronal
 Buat irisan Sagital
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Praktikum
1. Pre Kontras
2. Post Kontras

B. Analisa Hasil
Pada pemeriksaan CT Scan Orbita dilakukan 2 kali scanning, yaitu yg pertama
scanning tanpa kontras (pre kontras) dan yang kedua scanning pemasukan kontras (post
kontras). Dan pada praktikum kali ini, untuk rekontruksi awal pada pre kontras dilakukan
pada irisan axial dan coronal. Pada irisan axial pada CT orbita lebih memfokuskan pada
daerah orbita dan mensimetriskan antara orbita kanan dan kiri, selain itu juga mengatur
WW/WL pada 400/60 dan slice thickness 3 mm. Untuk range orbita pada inferior pada
sinus maxilla dan superior 1 cm diatas regio orbita. Dan untuk irisan coronal hampir sama
dalam rekontruksi awal seperti irisan awal hanya dibedakan area yang terlihat.
Pada praktikum kali ini, untuk rekontruksi awal pada post kontras dilakukan pada
irisan axial dan coronal. Pada irisan axial pada CT orbita lebih memfokuskan pada daerah
orbita dan mensimetriskan antara orbita kanan dan kiri, selain itu juga mengatur WW/WL
pada 400/60. Untuk range orbita pada inferior pada sinus maxilla dan superior 1 cm diatas
regio orbita. Dan untuk irisan coronal hampir sama dalam rekontruksi awal seperti irisan
awal hanya dibedakan area yang terlihat. Disini yang membedakan dari pre dan post pada
pemberian kontras agar bisa membedakan jaringan atau struktur yg abnormal.
Jadi untuk pengolahan data CT orbita jika sudah di rekontruksi maka yang di
cantumkan dalam filming ada 2 yaitu pre kontras dan post kontras juga menampilkan irisan
axial dan sagittal. Dan untuk filming post kontras untuk membandingkan dan menampilkan
kelainan yang lebih informatif.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan CT Orbita bertujuan dapat gambaran yang informatif untuk diagnosa. CT
orbita memvisualisasikan regio orbita dan fokus pada daerah orbita, juga dilakukan dengan
kontras. Meskipun Scanning seperti head CT tapi ada protokol tersendiri untuk CT orbita yaitu
untuk rangenya dari maxilla sampai 1cm diatas orbita. Selain itu, juga mengatur WW/WL :
400/60 agar mendapat image CT yang baik dan informatif. Untuk CT orbita juga menampilakn
VR pada regio orbita untuk melihat jika adanya fraktur atau kerusakan pada regio orbita.
B. Saran
Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang anatomi skull dan orbita serta mahasiswa
mengetahui letak dan anatomi CT Scan dari Orbita dan tulang-tulang regio orbita.

Anda mungkin juga menyukai