CT-SCAN ORBITA
Disusun oleh :
ALifia Choirunnisa’
151810383051
A. Tujuan
Mampu menyiapkan data gambar yang akan dilakukan post-processing
Mampu melaksanakan post-processing Orbita
Mampu membuat print gambar CT-Scan Orbita dengan menggunakan berbagai media
Mampu menyajikan gambar CT-Scan setelah melakukan post-processing
C. Landasan Teori
1. Anatomi
Orbita merupakan struktur bilateral di pertengahan atas ragio facialis di bawah
fossa cranii media, berisi bulbus oculi, nervus optikus, mukuli ekstraokularis, apparatus
lakrimalis, jaringan lemak fascia, dan nervi serta vaskular yang menyuplai struktur-
struktur tersebut.
Pada kerangka masing-masing orbita terdapat tujuh tulang yang menjadi
kerangka rongga orbita. Tulang-tulang tersebut ialah maxilla, zygomaticum, frontale,
ethmoidale, lacrimale, sphenoidale dan palatinum. Ketujuh tulang tersebut Bersama-
sama memberukan bentuk piramida orbita dengan lubang dasarnya yang lebar di anterior
pada ragio facialis, dan apexnya meluas kea rah posteromedial. Gambaran piramida
dilengkapi dengan dinding medialis, lateralis, superior, dan inferior.
Apex bentuk piramida tulang orbita berbentuk piramida ini adalah canalis
optikus, sedangkan dasarnya (margo orbitalis) dibentuk oleh :
Tulang frontale di superior
Processus frontalis tulang maxilla di medial
Processus zygomaticus tulang maxilla dan tulang zygomaticum di inferior
Di sisi lateral oleh tulang zygomaticum, processus frontalis tulang zygomaticum, dan
processus zygomaticus tulang frontale.
Gambar Anatomi Orbita dan Bulbus Oculi
2. Indiksi Pemeriksaan
Menggunakan Kontras :
Massa tumor
Inflamasi
Neuritis
3. Persiapan pasien
a. Pasien yang non kooperatif, gelisah, diberikan sedasi agar tenang
b. Asesoris pasien yang dapat menimbulkan artefak harus dilepas.
c. Melampirkan hasil laboratorium ureum dan kreatinin terbaru dengan hasil normal
d. Waspada dengan penggunaan obat Metformin pada penderita diabetes militus.
e. Puasa makan ± 4 sebelum pemeriksaan
4. Prosedur Pemeriksaan
a. Posisi pasien : pasien terlentang (supine) dan head first
b. Posisi objek :
Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder. Agar gambaran simetris
kepala diposisikan sehingga mid sagital plane kepala sejajar dengan lampu
indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar dengan lampu indikator
horizontal. Lengan pasien diletakkan diatas perut atau disamping tubuh. Gantry di
sudutkan paralel dengan supra orbita meatal baseline sebelum pemeriksaan
dilakukan.
B. Analisa Hasil
Pada pemeriksaan CT Scan Orbita dilakukan 2 kali scanning, yaitu yg pertama
scanning tanpa kontras (pre kontras) dan yang kedua scanning pemasukan kontras (post
kontras). Dan pada praktikum kali ini, untuk rekontruksi awal pada pre kontras dilakukan
pada irisan axial dan coronal. Pada irisan axial pada CT orbita lebih memfokuskan pada
daerah orbita dan mensimetriskan antara orbita kanan dan kiri, selain itu juga mengatur
WW/WL pada 400/60 dan slice thickness 3 mm. Untuk range orbita pada inferior pada
sinus maxilla dan superior 1 cm diatas regio orbita. Dan untuk irisan coronal hampir sama
dalam rekontruksi awal seperti irisan awal hanya dibedakan area yang terlihat.
Pada praktikum kali ini, untuk rekontruksi awal pada post kontras dilakukan pada
irisan axial dan coronal. Pada irisan axial pada CT orbita lebih memfokuskan pada daerah
orbita dan mensimetriskan antara orbita kanan dan kiri, selain itu juga mengatur WW/WL
pada 400/60. Untuk range orbita pada inferior pada sinus maxilla dan superior 1 cm diatas
regio orbita. Dan untuk irisan coronal hampir sama dalam rekontruksi awal seperti irisan
awal hanya dibedakan area yang terlihat. Disini yang membedakan dari pre dan post pada
pemberian kontras agar bisa membedakan jaringan atau struktur yg abnormal.
Jadi untuk pengolahan data CT orbita jika sudah di rekontruksi maka yang di
cantumkan dalam filming ada 2 yaitu pre kontras dan post kontras juga menampilkan irisan
axial dan sagittal. Dan untuk filming post kontras untuk membandingkan dan menampilkan
kelainan yang lebih informatif.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan CT Orbita bertujuan dapat gambaran yang informatif untuk diagnosa. CT
orbita memvisualisasikan regio orbita dan fokus pada daerah orbita, juga dilakukan dengan
kontras. Meskipun Scanning seperti head CT tapi ada protokol tersendiri untuk CT orbita yaitu
untuk rangenya dari maxilla sampai 1cm diatas orbita. Selain itu, juga mengatur WW/WL :
400/60 agar mendapat image CT yang baik dan informatif. Untuk CT orbita juga menampilakn
VR pada regio orbita untuk melihat jika adanya fraktur atau kerusakan pada regio orbita.
B. Saran
Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang anatomi skull dan orbita serta mahasiswa
mengetahui letak dan anatomi CT Scan dari Orbita dan tulang-tulang regio orbita.