Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM CT-SCAN LANJUT

MRI CERVICAL DAN LUMBAL

Oleh :

Indah Dwy Wahyuning Tyas

151610383022

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI RADIOLOGI


PENCITRAAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Dapat melakukan scanning pada pemeriksaan MRI cervical dan lumbar
spine dengan menentukan :

1. Indikasi pemeriksaan MRI Cervical Spine dan Lumbar Spine


2. Penentuan sequence
3. Penentuan irisan dan batasan-batasannya
4. Penentuan parameter scanning
5. Rekontruksi hasil citra
6. Dokumentasi citra (filming)

1.2 Dasar Teori


Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan suatu teknik
penggambaranpenampang tubuh berdasarkan perinsip resonansi magnetic
inti atom hydrogen. Untukmengetahui lebih lanjut, Magnetic
Resonance Imaging (MRI) adalah suatu alatkedokteran di bidang
pemeriksaan diagnostik radiologi , yang menghasilkan rekamangambar
potongan penampang tubuh / organ manusia dengan meng-gunakan
medanmagnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss)
dan resonansi getaranterhadap inti atom hidrogen.
1.2.1 Anatomi Cevical
Tulang vertebra servikalis merupakan bagian dari tulang
belakang yang terdiri atas tujuh bagian (CV1-CV7). Tulang
vertebra servikalis merupakan tulang pendek yang berbentuk
silindris kecil sebagai badan vertebra yang terletak di depan
sumsum tulang belakang dan bekerja sama dengan otot, sendi,
ligamen dan tendon untuk memberikan dukungan, struktur serta
stabilisasi dari leher. Tulang ini merupakan bagian yang paling
kecil dari tulang belakang, kecuali ruas tulang pertama dan kedua.
Mempunyai ciri-ciri yaitu, korpus yang kecil dan persegi panjang,
lebih panjang kesamping dibandingkan kebelakang. Lengkungnya
besar mengakibatkan prosesus spinosus diujungnya memecah
menjadi dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang
karena terdapat banyak foramina sebagai jalur lewat arteri
vertebralis.
1.2.2 Anatomi Lumbal
Verterbra lumbalis terbentuk dari 5 ruas tulang vertebra,
merupakan vertebra terpanjang dan terkuat. Bagian ini (L1-L5)
merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung
beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan
gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi
dengan derajat yang kecil. Gerakan yang terjadi pada regio lumbal
meliputi fleksi-ekstensi, yang mempunyai luas gerak sendi sebesar
20/35 – 0 – 40/60 pada bidang sagital posisi pasien berdiri
anatomis. Pada gerak fleksi terjadi slide ke anterior dari korpus
vertebra sehingga terjadi penyempitan pada diskus intervertebralis
bagian anterior dan meluas pada bagian posterior. Gerak lateral
fleksi yang mempunyai luas gerak sendi sebesar 15/20 – 0 – 15/20
pada bidang frontal posisi pasien berdiri anatomis. Pada gerak
lateral fleksi, korpus pada sisi ipsilateral saling mendekat dan
saling melebar pada sisi kontralateral. Gerak rotasi yang
mempunyai luas gerak sendi sebesar 45 – 0 – 45 pada bidang
transversal, posisi pasien duduk anatomis dimana gerak rotasi ini
daerah lumbal hanya 2 derajat persegmen karena dibatasi oleh
sendi faset (Hall, 1953). Mekanika columna vertebralis netral
didefinisikan sebagai adanya lordosis servikal dan lumbal yang
normal dan kifosis torakal dan sakral. Frytte dan Greenman
menyatakan mekanika normal adalah saat sendi faset tidak bekerja.
Pada kondisi ini, gerakan lateral fleksi pada columna vertebralis
akan menghasilkan rotasi pada sisi yang berlawanan. Hal ini
dikenal dengan mekanika tipe 1 dan terjadi di regio torakal dan
lumbal.
1.2.3 Indikasi

B. Indikasi Pemeriksaan
Indikasi pemeriksaan pada cervical spine :

1. Cervical myelopathy
2. Cervical radiculopathy
3. Cervical cord compression or trauma
4. Assessment of extent of spinal infection or tumour
5. Diagnosis of chiari malformation and cervical syrinx. (total
extent of syrinx must be determined. Whole spine imaging may
be necessary)
6. MS plaques within the cord.
Indikasi pemeriksaan pada lumbar spine :

1. Disc Prolapse with Cord or Nerve Root Comparison


2. Spinal Dysraphism
3. Discitis
4. Evaluation of the couns in patients with appropriate
symptoms
5. Failed back syndrome
6. Arachnoiditis

1.2.4 Persiapan Pasien


1. Lepaskan benda logam (ferromagnetic)
2. Pasien diperiksa dengan metal detector
3. Mengenakan baju yang telah disiapkan diruang ganti baju
4. Diberikan ear plug/ear phone
5. Melakukan anamnase dan memberikan penjelasan sebelum
pemeriksaan dimulai
6. Meminta pasien untuk mengisi informed concent
1.2.5 Pengaturan posisi pasien dan objek
1. Posisi pasien supine (Head First)
2. Letakkan cervical didalam coil spine
3. Atur posisi cervical isocenter dengan medan magnet
4. Pasang mirror untuk mengurangi efek clastrophobia
1.2.6 Parameter
 Jenis coil : Spine coil
 Slice thiknes : 3 mm
 Slice gap : 0,3 mm
 Matrix : 324 x 284
 FOV : 24 (menyesuaikan)
1.2.7 Squence yang harus dibuat
 Axial T2WI FSE
 Axial T1WI SE/FSE
 Axial T2WI STIR
 Axial T1WI SE
 Axial T2*GRE
 Coronal T2WI FSE
 3D Myelografi
1.2.8 Catatan
1. Berikan bantalan leher untuk fiksasi
2. Pada kasus multiple sclerosis, abses, tumor, dan spondylokitis
siapkan akses IV line untuk penyuntikan kontras media
3. Pada kasus rutin (HNP, LBP) potongan axial diambil didaerah
diskus
4. Pada kasus tumor, abses, multiple screlotik irisan axial diambil
pada area kelainan
1.2.9 Planning irisan
- Cervical Spine
a. Irisan Sagital
Pembuatan irisan sagital dilakukan dari bidang coronal dan axial.
Tambahkan saturation band pada daerah esofagus untuk
mengurangi terjadinya motion artefak.
Gambar 1.2 Planning irisan sagital

b. Irisan Axial
Pembuatan irisan axial dapat dilakukan irisan sagital dan
coronal. Pada kasus rutin, irisan axial dibuat pada tiap discus
dan sejajar dengan tiap discus. Tambahkan saturasi pada
daerah esofagus.

Gambar 1.3 Planning irisan axial

c. Irisan Coronal
Pembuatan irisan coronal dilakukan dari bidang sagital dan
axial. Penentuan irisan dari bidang sagital harus tegak lurus
dengan talairach line (garis antara anterior comisura dengan
posterior comisura), sedangkan dari bidang axial tegak lurus
dengan midbrain.
Gambar 1.4 Planning irisan coronal

d. 3D Myelografi

Gambar 1.5 Planning 3D Myelografi

- Lumbar Spine
a. Irisan Axial
Membuat irisan axial dapat dilakukan dari irisan sagital dan coronal. Pada
kasus rutin, bidang axial dibuat pada tiap discus dan sejajar dengan tip
discus. Tambahkan saturasi pada daerah abdomen.

Gambar 1.6 Planning irisan axial


b. Irisan Sagital
Membuat irisan sagital dapat dilakukan dari bidang coronal dan axial.
Tambahkan saturasi pada daerah abdomen untuk mengurangi terjadinya
motion artifacts.
Catatan :
- Pada kasus rutin seperti HNP dan LBP, irisan axial diambil
didaerah discus
- Pada kasus tumor, abses, dan multiple sclerosis irisan axial
diambil pada daerah kelainan

Gambar 1.7 Planning irisan sagital

c. Irisan Coronal
Membuat irisan coronal dilakukan dari bidang sagital dan axial.

Gambar 1.8 Planning irisan coronal


d. 3D Myelografi

Gambar 1.9 Planning proyeksi 3D Myelografi


BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan


1. Laptop
2. File berisi hasil pemeriksaan pasien
3. Modul
4. Aplikasi Radiant Dicom Viewer
2.2 Tata Laksana Praktikum
1. Buka aplikasi Radiant Dicom Viewer
2. Pilih menu scan folder
3. Pilih data MRI Brain
4. Pilih menu MPR
5. Lakukan simulasi planning irisan seperti pada teori meliputi :
a) Axial T1W1 SE
b) Axial T2W1 FSE
c) Axial T2WI Flair
d) Axial DWI
e) Axial T2* GRE
f) Sagital T2W1 FSE
g) Coronal T2W1 FSE
h) MRA TOF
6. Tentukan parameter masing-masing sequence yang dibuat.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan


a. CERVICAL
1. Sagital T2W1 FSE

2. Axial T1W1 SE

3. Axial T2W1FSE
4. 3D Myelografi

b. LUMBAL
1. Sagital T2W1 FSE

2. Axial T1W1 SE
3. Axial T2W1FSE

4. 3D Myelografi
3.2 Pengolahan Data
A. CERVICAL
1. Sagital T2W1 FSE
2. Axial T1W1 SE
3. Axial T2W1FSE
4. 3D Myelografi

B. LUMBAL
1. Sagital T2W1 FSE
2. Axial T1W1 SE
3. Axial T2W1FSE
4. 3D Myelografi

3.3 Anlisa Hasil


1. Axial T2W1 FSE dan T2W1 FSE
Cervical
TE TR WW WL T FS
100 2500 1800 700 3.0 mm 1.5
Lumbal
TE TR WW WL T FS
80 3500 1800 600 4.0 mm 1.5

Sequence T2W1 adalah salah satu protocol rutin dari setiap


pemeriksaan MRI. Penggunan sequence T2WI FSE baik di gunakan untuk
menunjukkan multiple sklerosis dan tumor.
Pada sequence ini T2WI memiliki TR dan TE panjang. Sequence ini
menunjukkan patologi yang pada klinis seperti yang dijelaskan diatas.
Pada sequence ini cairan akan berwarna putih atau hiperintens dan lemak
akan berwrna hitam atau hipointens. Pada T2W1 terjadi Mutiple pulse RF
180o pada FSE akan menyebabkan lemak tampak hiperintens pada
pembobotan T2, sehingga menyebabkan kesulitan mendeteksi kejelasan
(conspicuity) pada sistem saraf.

Patologis dapat menyebabkan peningkatan kadar air dalam


jaringan. Peningkatan kadar air menyebabkan T1WI kehilangan sinyal dan
T2WI mengalami peningkatan sinyal yang menyebabkan patologi menjadi
tampak hyperintens pada T2WI dan hypointens pada T1WI. FSE
merupakan Fast Spin Echo. FSE berfungsi untuk meminimalisir waktu
scan time karena FSE dapat mengisi K space lebih cepat dan lebih rapat.
Sehingga squence T2WI FSE dapat menampilkan keadaan patologi organ
dengan waktu yang relatif singkat.
2. Axial T1WI SE
Cervical
TE TR WW WL T FS
10 350 1800 1000 3.0 mm 1.5
Lumbal
TE TR WW WL T FS
15 600 1700 1000 4.0 mm 1.5

T1-Weighted Image Spin Echo (T1WI SE) adalah protocol standart


yang digunakan pada pemeriksaan MRI. Sequence ini digunakan untuk
mengevaluasi anatomi dan kelainan dengan menggunakan TR dan TE
karena lemak mengalami rephrasing ke bidang longitudinal dibandingkan
dengan cairan. Pada pemeriksaan ini evalusi pada organ dan patologi
bagus, namun pada pemeriksaan ini menggunakan waktu yang cukup lama
dalam sekali scanning.
3. 3D Myelografi
3D myelografi adalah sequence tambaan pada pemeriksaan MRI
namun selalu dilakukan pada MRI spine. Pada sequence ini dapat
memperlihatkan bentukan dari myelum yang ada di spine sehingga
evaluasi myelum sangat mudah pada sequence ini. Dari sequence
myelografi ini kita dapat mengevaluasi adanya impersi ataupun terjepitnya
myelum.

Myelografi disebut juga dengan MRM (Magnetic Resonance


Myelography). Pada pemeriksaan MRM secara otomatis akan
merekonstruksi citra dengan cara menekan background citra menggunakan
teknik fat supression dan MIP (Maximum Intensity Projections). sekuens
untuk menggambarkan spinal cord 3D, dengan gambaran yang memiliki
intensitas sinyal yang tinggi (MIP), apabila dibandingkan dengan hasil
penggunaan sekuens T2WI ataupun STIR masih dapat menampilkan
jaringan lain disekitar spinal cord. Jadi pada pemeriksaa 3D Myelografi
kita tidak terganggu lagi pada organ lain karena telah terfokus pada
myelum dan organ background telah hilang.
BAB IV

PENUTUP

41. Kesimpulan
 Pemeriksan MRI Spine adalah pemeriksaan untuk evaluasi pada
Cervical, Throracal, dan lumbal
 Pada pemeriksaan MRI Cervical dan Lumbal dapat menggunakan
sequence T2WI FSE, T1WI SE, 3D Myelografi
 Squence T2WI FSE merupakan squence yang dapat menampilkan
patologi dengan baik dan diiringi dengan waktu scan time yang
lebih cepat
 Sequence T1WI SE merupakan sequence yang dapat menampilkan
anatomi lebih baik.
 3D myelografi adalah sequence yang digunakan untuk
mengevaluasi myelum dengan bentuk 3D
42. Saran
 Perlu ketelitian dan kehati-hatian pada pemeriksaan MRI
 Pada pemeriksaan MRI tidak ada pengolahan post processing jadi
perlu pengetahuan yang lebih sehingga tidak terjadi pengulangan
scanning
 Scanning yang dilakukan saat pemeriksaan MRI cukup lama jadi
posisikan pasien senyaman mungkin untuk menghindari
pergerakan dari pasien.
DAFTAR PUSTAKA

B. Chavhan, Govind., 2009, Principles, Techniques, and Applications of


T2*-based MR Imaging and Its Special Applications, North America :
Radiological Society of North America.
Netter, F. H., 2011. Atlas Of Human Anatomy. Sixth ed, USA : Elsevier
inc.Team
Teaching Aplikasi MRI I. 2017. Modul Praktikum MRI Lanjut. Surabaya:
Tidak dicetak

Westbrook, Chaterine and Kaut, Carolyne., 2011, MRI in Practice, Fourth


Edition, Blackwell Science Ltd, United Kingdom

Anda mungkin juga menyukai