Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MRI LANJUT (PRAKTIKUM)


‘MRI Abdomen+Pelvis’

Disusun oleh:
Nur Adilah Ulyatifah
(151910383015)

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Dapat melakukan scanning pada pemeriksaan MRI abdomen MRCP dengan menentukan:
1. Indikasi dan kontra indikasi pemeriksaan MRI MRCP
2. Prosedur pemeriksaan
3. Penentuan sequence
4. Penentuan irisan dan batas-batasnya
5. Penentuan parameter scanning
6. Rekonstruksi hasil citra
7. Dokumentasi citra (filming)
1.2. Dasar Teori
MRSP merupakan pemeriksaan canggih dan modern untuk dapat menampilkan
gambaran sistem bilier dengan sangat baik tanpa menggunakan obat kontras.
a) Anatomi Liver & Sistem Bilier
Hepar, secara makroskopis dibagi menjadi empat lobus yaitu dua lonus utama. Lobus
kanan dan lobus kiri yang dibagi oelh ligamentum falciformis di bagian anterior, serta
dua lobus aksesoria yaitu lobus quadratus dan lobus caudatus. Berdasarkan fungsinya
hepar memiliki 3 bagian dungsional utama: lobus kaudatus, lonus kanan dan lobus
kiri. Lobus kanan dibagi menjadi 4 segmentum yaitu segmentum V, VI, VII, VII,
lonus kiri menjadi 3 segmentum yaitu II, III, IV, serta segmentum I adalah lobus
kaudatus.
b) Indikasi
- Focal lesions and staging of neoplasms
- Benign hepatic disease, especially haemangioma and focal nodular hyperplasia
- Haemochromatosis
- Gallbladder disease
- Biliary duct obstruction
- Evaluation of liver infiltrasnts such as iron or fat
c) Persiapan Pasien
- Puasa 8 jam sebelum pemeriksaan
- Cek GFR atau Bun dan creatinine apabila ada indikasi tumor
- Lepaskan benda logam (ferromagnetic)
- Pasien diperiksa dengan metal detector
- Mengenakan baju yang telah disiapkan di ruang ganti baju
- Diberikan ear plug/earphone
- Melakukan anamese dan memberikan penjelasan sebelum pemeriksaan di mulai
- Meminta pasien untuk mengisi informed consent
d) Pengaturan posisi pasien dan objek
- Posisi pasien supine (headfirst)
- Letakkan bagian abdomen atas di dalam coil abdomen
- Atur posisi abdomen atas isocenter dengan medan magnet
- Pasang respiratory gatting
e) Parameter
- Jenis coil : Abdomen coil
- Slice thickness : 5-7 mm
- Slice gap : 0,5-1 mm
- Matrix : 320 x 192
- FOV : 21
f) Sequence yang harus dibuat
- Coronal bFFE/T2* GRE
- Coronal T2WI FSE Fatsat
- Axial bFFE/T2* GRE
- Axial T2WI FSE Fatsat
- Axial T1WI Fatsat
- 3D MRCP
- 2D MRCP thick slab
Post kontras
- Axial & coronal T1WI Fatsat
- DWI
g) Planning irisan
- Irisan coronal
Pembuatan irisan coronal dari irisan axial, pastikan FOV tidak terpotong
- Irisan axial
Pembuatan irisan axial dilakukan dari coronal. Pastikan FOV tidak terpotong
- 3D MRCP
Pembuatan 3D MRCP dilakukan dari irisan axial dan coronal
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum MRI cervical spine yaitu:
1. Laptop
2. Aplikasi Radiant Dicom Viewer
2.2. Tata Laksana Percobaan
1. Buka aplikasi Radiant Dicom Viewer
2. Buka file Dicom MRI Cervical
3. Pilih data image yang akan di planning
4. Pilih menu MPR
5. Lakukan simulasi planning irisan seperti pada teori meliputi:
a. Coronal bFFE/T2* GRE
b. Coronal T2WI FSE Fatsat
c. Coronal T1WI Fatsat
d. Axial bFFE/T2* GRE
e. Axial T2WI FSE Fatsat
f. Axial T1WI Fatsat
g. 3D MRCP
h. 2D MRCP thick slab
6. Tentukan parameter masing-masing sequence yang dibuat
BAB III
HASIL DAN ANALISA
3.1. Data Hasil Percobaan

- Irisan coronal

- Irisan axial

- 3D MRCP

3.2. Analisa Hasil


untuk rekonstruksi citra yang di printout meliputi:
- Coronal bFFE/GRE
- Coronal T2WI Fatsat
- Axial bFFE/GRE
- Axial T1WI Fatsat
- MRCP
a. Coronal bFFE/T2* GRE
Pada fase ini cairan dan lemak akan nampak lebih enhance dan soft tissue akan
terlihat gelap. Kontras cairan bagus dan sangat jelas, akan tetapi sequence ini
memiliki SNR yang rendah akibat memiliki nilai TR yang rendah, sehingga gambar
yang dihasilkan cenderung buram.
b. Coronal T2WI FSE Fatsat
Kebanyakan sequence coronal T2WI FSE Fatsat menggunakan irisan coronal dan
axial. Sequence ini bertujuan untuk menampilkan patologis abdomen. Fatsat akan
memperlama laju relaksi proton hidrogen di lemak, sehingga lemak nampak hitam.
c. Axial bFFE/T2* Fatsat
Pada fase ini cairan dan lemak akan nampak lebih enhance dan soft tissue akan
terlihat gelap. Kontras cairan bagus dan sangat jelas, akan tetapi sequence ini
memiliki SNR yang rendah akibat memiliki nilai TR yang rendah, sehingga gambar
yang dihasilkan cenderung buram.
d. Axial T1WI Fatsat
Kebanyakan sequence T1WI menggunakan irisan axial. Sequence ini bertujuan untuk
menampilkan struktur anatomi dan juga sequence yang digunakan dalam
pemeriksaan dengan kontras. Pada modalitas high tesla, data volumenya tidak
memiliki gap sehingga citra yang dihasilkan sangatlah baik. Fatsat akan memperlama
laju relaksasi proton hidrogen di lemak, sehingga lemak nampak hitam.
e. 3D MRCP
Sequence ini bertujuan untuk membuat gambaran 3D volume dari gallbladder. Yang
tidak hanya gallbladder saja, tetapi juga IHBD, CBD yang dapat dievaluasi secara 3
dimensi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa meskipun dalam pemeriksaan MRI Abdomen terdapat banyak
sequence yang dibuat tetapi hanya beberapa yang di printout. Sequence yang lain hanya
sebagai penunjang ketika dokter radiologi mengevaluasi adanya kelainan pada cervical
pasien.
4.2. Saran
Sebaiknya sebagai seorang radiographer sebelum memulai pemeriksaan, radiographer
diharapkan untuk tau atau membaca klinis dari pasien terlebih dahulu agar bisa
menentukan sequence yang akan dibuat selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Dapat melakukan scanning pada pemeriksaan MRI pelvis dengan menentukan:
1. Indikasi dan kontra indikasi pemeriksaan MRI pelvis
2. Prosedur pemeriksaan
3. Penentuan sequence
4. Penentuan irisan dan batas-batasnya
5. Penentuan parameter scanning
6. Rekonstruksi hasil citra
7. Dokumentasi citra (filming)
1.2. Dasar Teori
MRI Pelvis merupakan pemeriksaan canggih dan modern untuk dapat menampilkan
gambaran organ reproduksi sangat baik dan mampu menunjukkan kelainan disekitarnya.
a) Anatomi pelvis
Dasar dari area pelvis adalah struktur berbentuk kerucut yang terbentuk dari otot
levator anus. Melewati secara medialdan inferiordari perlekatannya pada dinding
samping pelvis, bergabung dengan otot puborectalis berbentuk V atau U.
Puborectalis melewati posteriordari anorectal juctiondan bertindak untuk
menarik anorectal juctionke anteriormenuju pubis untuk membantu penahanan. Di
bagian inferior, puborectalis menyatu dengan sphincter analeksternal kemudian
melingkar, yang melewati bagian inferiorke ujung anal. Meskipun studi anatomi
telah menjelaskan 3 komponen terpisah dari sphinctereksternal (deep, superficial,
and subcutaneous), ini biasanya tidak dapat dipisahkan pada evaluasi pencitraan
dan bertindak sebagai unit fungsional tunggal. Semua otot lurik pada dasarpelvis,
memberikan sinyal dasar sebagai tambahan untuk tekanan atau relaksasi untuk
pengaturan penahanan dan respon buang air besar

b) Indikasi
- Assessment of congenital abnormalities of the urogenital tract
- Cervical lesion
- Uterine lesion
- Benign uterine tumours, for example, leiomyoma and fibroids
- Bladder lesion
- Rectal lesions
- infertility
c) Persiapan pasien
- cek GFR atau BUN dan Creatinin apabila ada indikasi tumor
- lepaskan benda logam
- pasien diperiksa dengan metal detector
- mengenakan baju yang telah disiapkan di ruang ganti baju
- diberikan ear plug/earphone
- melakukan anamese dan memberikan penjelasan sebelum pemeriksaan di mulai
- meminta pasien untuk mengisi informed consent
d) Pengaturan posisi pasien dan objek
- Posisi pasien supine (headfirst)
- Letakkan pelvis didalam coil
- Atur posisi pelvis isocenter dengan medan magnet
e) Parameter
- Jenis coil : Abdomen Coil
- Slice thickness : 5-7 mm
- Slice gap : 0,5-1 mm
- Matrix : 320 x 192
- FOV : 21
f) Sequence yang harus dibuat
- Sagittal T2WI FSE
- Sagittal T2WI FSE Fatsat
- Sagittal T1WI
- Axial T2WI FSE
- Axial T2WI FSE Fatsat
- Axial T1WI
- Coronal T2WI FSE
- Coronal T2WI FSE Fatsat
Post kontras
- Axial, Sagittal, dan coronal T1WI Fatsat
- DWI
g) Planning irisan
- Irisan coronal
Pembuatan irisan coronal dari irisan axial, pastikan FOV tidak terpotong
- Irisan sagittal
Pembuatan irisan sagittal dilakukan dari coronal dan axial. Pastikan FOV tidak
terpotong.
- Irisan axial
Pembuatan irisan axial dilakukan dari coronal dan sagittal. Pastikan FOV tidak
terpotong.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum MRI cervical spine yaitu:
1. Laptop
2. Aplikasi Radiant Dicom Viewer
2.2. Tata Laksana Percobaan
1. Buka aplikasi Radiant Dicom Viewer
2. Buka file Dicom MRI Pelvis
3. Pilih data image yang akan di planning
4. Pilih menu MPR
5. Lakukan simulasi planning irisan seperti pada teori meliputi:
a. Sagittal T2WI FSE
b. Sagittal T2WI FSE Fatsat
c. Sagittal T1WI
d. Axial T2WI FSE
e. Axial T2WI FSE Fatsat
f. Axial T1WI
g. Coronal T2WI FSE
h. Coronal T2WI FSE Fatsat
6. Tentukan parameter masing-masing sequence yang dibuat
BAB III
HASIL DAN ANALISA
3.1. Data Hasil Percobaan

a. Irisan coronal

b. Irisan sagittal

c. Irisan axial
3.2. Analisa hasil
untuk rekonstruksi citra yang di printout meliputi:
- Sagittal T2WI FSE
- Sagittal T2WI FSE Fatsat
- Axial T2WI FSE
- Axial T2WI FSE Fatsat
- Coronal T2WI FSE Fatsat
a. Sagittal T2WI FSE
Merupakan sequence T2WI dengan menggunakan teknik FSE (Fast Spin Echo) pada
irisan sagittal. Pada sequence ini kontras citra dihasilkan dari perbedaan fase antara
proton-proton hidrogen dalam jaringan, sehingga terbentuklah kontras citra T2.
Untuk menilai cairan patologis seperti cairan di dalam buli-buli dan urin dapat
mengetahui dari T2 kontras. Pada sequence ini juga dapat melihat kelainan patologis
melalui irisan sagittal.
b. Sagittal T2WI FSE Fatsat
Merupakan sequence T2WI dengan menggunakan teknik FSE (Fast Spin Echo) pada
irisan sagittal. Pada sequence ini juga menggunakan saturasi pada jaringan lemak.
Hal tersebut bertujuan agar gambaran jaringan lemak tidak tampak atau hipointens
sehingga gambaran patologis dapat terlihat dengan jelas. Fungsi dari sequence ini
dapat melihat cairan seperti urin dan yang terdapat pada buli-buli. Selain itu subkutan
akan terlihat lebih gelap akibat penggunaan saturasi pada jaringan lemak.
c. Axial T2WI FSE
Merupakan sequence T2WI dengan menggunakan teknik FSE pada irisan axial. Pada
sequence ini dapat menilai kelainan patologis yang ada dalam jaringan bidang axial.
d. Axial T2WI FSE Fatsat
Merupakan sequence T2WI dengan menggunakan teknik FSE pada irisan axial. Pada
sequence ini juga menggunakan saturasi pada jaringan lemak. Sequence ini dapat
menilai kelainan patologis yang ada pada jaringan di bidang axial.
e. Coronal T2WI FSE Fatsat
Merupakan sequence T2WI menggunakan teknik FSE pada irisan coronal. Sequence
ini terdapat perbedaan fase antara proton-proton hydrogen dalam jaringan sehingga
terbentuk kontras citra T2. Fungsi dari sequence ini melihat cairan patologis dalam
tubuh.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa meskipun dalam pemeriksaan MRI Abdomen terdapat banyak
sequence yang dibuat tetapi hanya beberapa yang di printout. Sequence yang lain hanya
sebagai penunjang ketika dokter radiologi mengevaluasi adanya kelainan pada cervical
pasien.
4.2. Saran
Sebaiknya sebagai seorang radiographer sebelum memulai pemeriksaan, radiographer
diharapkan untuk tau atau membaca klinis dari pasien terlebih dahulu agar bisa
menentukan sequence yang akan dibuat selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai